Anda di halaman 1dari 17

JPPNI Vol.01/No.

02/Agustus-November/2016

PENGEMBANGAN ALAT UKUR BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT


DALAM INTERAKSI ASUHAN KEPERAWATAN
Ati Surya Mediawati1, Elly Nurachmah2,
Muchtaruddin Mansyur3, Tries Eryando4
1
Departemen Keperawatan Dasar, Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
2
Fakultas Keperawatan, Universitas Indonesia
3
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia
4
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
E-mail: ati_suryamediawati@yahoo.com, ellynur08@yahoo.co.id, m_mansyur@yahoo.co.id

ABSTRAK
Ketika melakukan asuhan keperawatan, perawat perlu berinteraksi dengan klien. Interaksi dapat
dilaksanakan dengan baik apabila perawatannya mampu beradaptasi dengan beban kerja mental
yang dimanifestasikan ke dalam gejala fisik, psikologis, dan perilaku yang ditampilkan. Tujuan
penelitian: mengembangkan alat ukur beban kerja mental saat berinteraksi dengan klien dalam
pemberian asuhan keperawatan. Metode: Penelitian menggunakan metode deskriptif analitis. Alat
ukur dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interpretasi terhadap skala interval dan
skala ordinal yang diisi oleh 596 partisipan yang diproses melalui sebelas case processing data.
Penelitian dilaksanakan di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra Barat, dan Sulawesi Selatan.
Validitas dan reliabilitas variabel persepsi Teruji (p=0,996 sebelum interaksi dan p=0,993 setelah
interaksi), observasi (p=0,844 sebelum interaksi, p=0,711) orientasi (p=0,711), identifikasi (p=0,769),
eksplorasi (p=0,773), resolusi (p=0,820), setelah interaksi (p=0,772), angket klien (p=0,64). Hasil:
Hasil pengujian model Confirmatory Factor Analysis (CFA) melalui program Lisrel menghasilkan
p-value=0,150 (p>0,05) dan RMSEA=0,075 (RMSEA<0,1). Diskusi: Diperlukan dukungan regulasi
sebagai implikasi dalam penggunaan alat ukur. Simpulan: alat ukur ini vaild dan reliabel sebagai
informasi diagnostik pengukuran beban kerja mental.
Kata Kunci: alat ukur, beban kerja mental, interaksi.

ABSTRACT
Nurses in providing nursing care need to interact with clients. Such interaction can be successfully
performed if the treatment can adapt to mental workload which is manifested into physical,
psychological and behavioral symptoms. Objectives: developing a mental workload instrument
when interacting with clients in providing nursing care. Methods: It employed a descriptive analytic
method. The instrument was developed by employing the approach to the interpretation of scale
interval and ordinal scale which were filled by 596 participants and processed through 11 case
processing data. The research was conducted in the provinces of West Java, Central Java, West
Sumatra and South Sulawesi. Validity and reliability of the perception variables were tested (p=0.996
before the interaction and p=0.993 after the interaction), observation (p=0.844 before the interaction,
p=0.711), orientation (p=0.711), identification (p=0.769), exploration (p=0.773), resolution (p=0.820),
after the interaction (p=0.772), client questionnaire (p=0.64). Results: The results of Confirmatory
Factor Analysis (CFA) usingLisrel software indicated p-value=0.150 (p>0.05) and RMSEA=0.075
(RMSEA <0.1). Discussion: Regulatory support is needed as an implication for the use of the
instrument. Conclusion: This instrument is valid and reliable to measure mental workload for
diagnostic information.
Keywords: instrument, mental workload, interaction.

110
Pengembangan Alat Ukur Beban Kerja Mental Perawat dalam Interaksi Asuhan Keperawatan

LATAR BELAKANG enam aspek yang memengaruhi, yaitu


Keluarnya keputusan menteri kesehatan beban kerja, pengendalian, penghargaan,
No. 659/Menkes/Per/VIII/2009 tentang masyarakat, keadilan, dan nilai-nilai sehingga
standar dan kriteria rumah sakit kelas dunia, dapat menyebabkan kejenuhan. Selama
perlu disertai dengan pedoman pelayanan berinteraksi dengan klien, sering kali perawat
keperawatan mengingat perawat berada mengeluh mengalami ketidakseimbangan
terbanyak dan terlama di samping klien. emosi dan menghadapi kesulitan untuk dapat
Keputusan tersebut menunjukkan bahwa mempertahankan hasil kerja yang optimal.
keperawatan saat ini dihadapkan pada Kegagalan mengoptimalkan tenaga perawat
tuntutan masyarakat terhadap pelayanan akan berdampak terhadap kelelahan mental
keperawatan untuk memberikan pelayanan perawat.
berfokus pada klien, pengelolaan pelayanan Hasil penelitian Erickson dan Grove
keperawatan yang berstandar internasional (2007) terhadap 843 perawat menunjukkan
dan menjaga keselamatan klien. peningkatan emosi perawat sangat
Interaksi diperlukan untuk dipengaruhi oleh stressor yang muncul.
pengembangan karakteristik peran perawat, Dalam memberikan asuhan keperawatan
sehingga asuhan keperawatan yang langsung, perawat berusia di bawah 30
diberikan dapat diimplementasikan (Joint tahun kurang mampu mengelola emosinya
Commision Resources, 2005). Undang- dengan angka kelelahan lebih tinggi,
Undang keperawatan nomor 38 tahun 2014 sehingga membutuhkan mentor dalam
pasal 38 ayat a menyebutkan dalam praktik emosional. Menurut Maslach dan Leiter
keperawatan, klien berhak mendapatkan (2008), seorang perawat setiap harinya
informasi secara benar, jelas, dan jujur selalu dihadapkan pada situasi ketakutan,
tentang tindakan keperawatan yang akan kelelahan, sedih, tidak berdaya. Kondisi ini
dilakukan. Menurut King dalam Tomey dan mengakibatkan kejenuhan. Hasil penelitian
Alligood (2014), perawat menempatkan diri perawat yang berusia di bawah 30 tahun
sebagai “I and the self.” Selama berinteraksi dalam pemberian asuhan keperawatan
dengan klien, perawat harus memahami sangat dipengaruhi oleh kemampuan
dan mampu mengendalikan diri dalam mengekspresikan emosinya. Sebesar 38
berbagai situasi emosi klien yang tidak persen angka kelelahan mental perawat
dapat diprediksi. Sebagai individu perawat yang selalu menekan perasaan emosinya,
harus memiliki kemampuan adaptasi, sedangkan angka kelelahan mental perawat
penyelesaian tugas, penggunaan fasilitas yang dapat mengekspresikan emosinya
yang dibutuhkan walaupun telah melalui uji sebesar 23 persen (Gabbay dan Bukchin,
kualifikasi profesional yang sama. Individu 2009).
akan mampu menunjukkan optimalisasi dan Survei pendahuluan dilakukan oleh
menyeimbangkan perilaku dirinya dengan peneliti di lima rumah sakit di Jawa Barat
lingkungannya (Peterson dan Bredow, tahun 2010 yaitu RS. Hasan Sadikin, RS.
(2013). Cibabat, RS. Soreang, RS. Ujung Berung,
Menurut Pheasant, Stephen (1991), dan RS. Tasikmalaya pada 150 orang
penurunan kinerja dapat terjadi saat perawat bedah. Hasil penelitian diperoleh
seseorang tidak termotivasi lagi untuk data hampir 83 persen bekerja dalam kondisi
menghasilkan performa yang adekuat. Pada beban kerja mental. Selama berinteraksi
kondisi tersebut terjadi beban kerja mental. dengan klien pra dan pasca operasi perawat
Seorang perawat selalu dihadapkan pada membutuhkan upaya mental (skala 7),

111
JPPNI Vol.01/No.02/Agustus-November/2016

upaya fisik (skala 4), upaya pengelolaan keperawatan klien secara terorganisir.
waktu (skala 8), upaya memenuhi tuntutan Berbagai profesi telah memiliki instrumen
performa (skala 8), mengalami frustrasi pengukuran beban kerja mental ini dalam
(skala 8) dan upaya memenuhi fisik dan berbagai perspektif sehingga mereka
membutuhkan pengorbanan mental (skala selalu berada dalam kondisi “safe control”
7). untuk melakukan pekerjaan. Sementara itu
Menurut Maslach dan Leiter (2008), sampai saat ini belum ada alat ukur beban
perawat membutuhkan kematangan emosi kerja mental selama berinteraksi dengan
untuk melaksanakan tugasnya. Perawat klien yang benar-benar dikembangkan
sebagai manusia memiliki keterbatasan untuk perawat. Pimpinan keperawatan perlu
untuk tetap termotivasi bekerja dalam kontrol menyadari sedini mungkin terjadinya beban
yang aman. Bila ketidakseimbangan tuntutan kerja mental selama berinteraksi dengan
dan keterbatasan kemampuan selama klien dalam pemberian asuhan keperawatan.
berinteraksi dalam pemberian asuhan
keperawatan berlangsung secara terus METODE
menerus akan memengaruhi beban kerja Desain penelitian ini bersifat deskriptif
mental. Menurut Yustinus (2006) kelelahan analitis yaitu untuk mengembangkan alat
mental (mental fatigue) terjadi akibat aktivitas ukur beban kerja mental saat berinteraksi
mental, emosi, dan jiwa secara berulang. dengan klien dalam pemberian asuhan
Kelelahan mental terlihat pada tingkah laku keperawatan. Tahapan dalam penelitian ini
yang tidak konsisten, kondisi fisik dan jiwa meliputi tahap studi pendahuluan, spesifikasi
yang labil terhadap perubahan lingkungan. alat ukur, uji coba, uji validitas dan reliabilitas,
Menurut King dalam Tomey dan perluasan uji coba pengembangan alat ukur,
Alligood (2014) interaksi antara perawat serta tahap pengujian model.
dengan klien terjadi saling merespons, Kriteria penelitian yang digunakan
bertukar energi, dan mengontrol stressor adalah ruang perawatan klien dewasa,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan klien. klien mampu berinteraksi, klien bersedia
Dalam berinteraksi dibutuhkan kemampuan untuk melaksanakan interaksi, dan tidak
perawat mendayagunakan sumber secara membedakan kelas perawatannya.
optimal. Perawat sebagai manusia memiliki Pengembangan alat ukur beban kerja
keterbatasan untuk termotivasi bekerja mental saat interaksi dalam asuhan
dalam kontrol yang aman. Hasil dari studi keperawatan disusun berdasarkan hasil studi
pendahuluan menunjukkan keterbatasan pendahuluan dan uji coba penelitian melalui
perawat pada umumnya meliputi metode penelitian triangulasi sesuai dengan
keterbatasan waktu dalam pemberian petunjuk yang dikemukakan oleh Creswell
asuhan keperawatan, tugas yang kurang (2010). Alat ukur selanjutnya dikembangkan
spesifik, keterbatasan kemampuan, menjadi dua jenis respons jawaban yang
kurangnya motivasi untuk melaksanakan diminta yaitu tipe pengukuran subjektif dan
tugas keperawatan, dan suasana hati objektif.
yang tidak seimbang. Bila keterbatasan Alat ukur dirancang berdasarkan teori
perawat beradaptasi dengan beban kerja dinamic interaction system dari Imogene
mental berlangsung secara berulang akan King (1981) dalam Tomey dan Alligood
memengaruhi beban kerja mental dan dapat (2014), teori interpesonal dari Hildegard
memengaruhi kegiatan berinteraksi sehingga Peplau (1952), serta hasil pengembangan
berdampak terhadap pelaksanaan asuhan alat ukur beban kerja mental yang telah

112
Pengembangan Alat Ukur Beban Kerja Mental Perawat dalam Interaksi Asuhan Keperawatan

dikembangkan oleh NASA-TLX (Nasa Task Pengembangan alat ukur klien ini
Load Indeks) dan RSME (Rating Scale dilakukan dengan cara menginventarisasi
Mental Effort). Awalnya alat ukur yang akan perubahan perilaku yang dapat terjadi selama
dikembangkan hanya dua jenis, yaitu alat interaksi, menelaah isi butir pertanyaan dan
ukur persepsi Teruji dan hasil observasi dari menulis butir-butir pertanyaan. Penilaian
penguji. Berdasarkan hasil penilaian para antar-teman dilakukan secara retrosfektif
ahli perlu dikembangkan menjadi 4 bagian terhadap penampilan Teruji dan selama
yaitu penambahan penilaian klien dan Teruji diobservasi oleh pendamping
pendamping. selama berinteraksi dengan klien. Butir-
Hasil studi pendahuluan dan uji coba butir pertanyaan disusun sesuai dengan
penelitian untuk persepsi Teruji digunakan perubahan perilaku sebelum dan selama
skala Likert 0-10. Skala ini dipilih untuk interaksi. Tujuan penilaian ini adalah untuk
menghindari kecenderungan Teruji menjawab mengklarifikasi perubahan fisik, perilaku
netral dan memilih respons yang cenderung Teruji saat berinteraksi dengan klien dalam
ke arah tertentu. Alat ukur observasi yang asuhan keperawatan. Uji coba alat ukur
dilakukan oleh penguji, pendamping dan dilakukan di rumah sakit vertikal di empat
klien menggunakan metode Gutman (Nazir, provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatra
2003), yaitu menyediakan dua pilihan mulai Barat, dan Sulawesi Selatan, dilaksanakan
dari “tidak berubah” sampai “berubah” pada bulan Juni sampai September 2014.
terhadap kondisi hasil pengamatan perilaku, Seluruh partisipan dalam penelitian ini
psikologis, dan fisik. Alternatif jawaban berjumlah 596 orang yang meliputi Teruji
tersebut dipilih Teruji agar lebih objektif (195 orang), penguji (11 orang), pendamping
dalam memberikan jawaban sesuai hasil (195 orang) dan klien (195 orang).
observasinya.
HASIL
Tabel 1. Data demografi penyebaran partisipan berdasarkan jenis kelamin, tempat bekerja,
dan pengalaman kerja (n=partisipan=195 orang)
Jenis Kelamin Tempat Bekerja Pengalaman Kerja (%)
0-8 tahun 11,9
Bedah
>8-16 tahun 11,3
Laki-Laki
0-8 tahun 16,8
NonBedah
>8-16 tahun 10
0-8 tahun 14,8
Bedah
>8-16 tahun 12
Perempuan
0-8 tahun 11,5
NonBedah
>8-16 tahun 11,7
Keterangan: * = persentase tertinggi

113
JPPNI Vol.01/No.02/Agustus-November/2016

Berdasarkan Tabel 1, partisipan reliabilitas tentang beban kerja mental saat


terbanyak berjenis kelamin laki-laki di unit interaksi dalam asuhan keperawatan dapat
non rawat bedah (16,8 persen). Hasil uji dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil uji reliabilitas beban kerja mental saat interaksi dalam asuhan keperawatan
periode Januari-Agustus 2014
No Ranah Penelitian Cronbach
1 Persepsi Teruji
1. Sebelum interaksi 0,993
2. Sesudah interaksi 0,996
2 Hasil Observasi Menurut Persepsi Pendamping
1.Sebelum interaksi 0,928
2.Selama interaksi 0,907
3 Hasil Observasi Terhadap Perubahan Fisik, Psikologis, dan Perilaku
1.Sebelum interaksi 0,844
2.Selama interaksi
a. Orientasi 0,711
b. Identifikasi 0,769
c. Eksplorasi 0,773
d. Resolusi 0,82
3.Setelah interaksi 0,772
4 Persepsi Klien setelah Interaksi 0,56

Tabel 2 menjelaskan bahwa angka dilakukan dengan menggunakan model


reliabilitas tertinggi terdapat pada alat ukur Second Order Confirmatory Factor Analysis
persepsi Teruji setelah berinteraksi. Analisis (SOCFA). Hasil uji coba alat ukur beban
kontribusi dari observasi, persepsi Teruji, mental Teruji saat interaksi terdapat pada
observasi pendamping, dan pendapat klien Tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil uji coba alat ukur beban mental Teruji saat interaksi pada 195 partisipan
Indeks Kecocokan Df p-value Ket.
Chi-square 119,35 Model Fit
RMSEA 0,099 df = 41 p = 0,000 Model Fit
SRMR 0,042 Model Fit

114
Pengembangan Alat Ukur Beban Kerja Mental Perawat dalam Interaksi Asuhan Keperawatan

Tabel 4. Besaran parameter model beban kerja mental saat interaksi


Jenis Model Angka Keterikatan
Observasi
Sebelum λ = 0.43, t hitung = 0,00
Orientasi λ = 0.91, t hitung = 17,19
Identifikasi λ = 0.85, t hitung = 15,27
Eksplorasi λ = 0.86, t hitung = 0,00
Resolusi λ = 0.72, t hitung = 11,83
Sesudah λ = 0.80, t hitung = 13,85
Persepsi Teruji
Sebelum λ = 0.60, t hitung = 0,00
Sesudah λ = 1.11, t hitung = 1,60
Pendamping
Sebelum λ = 0.43, t hitung = 0,00
Selama λ = 1.43, t hitung = 1,50
Klien λ = 0.69, t hitung = 0,00

Tabel 4 menunjukkan bahwa hampir keterikatan yang kuat dibandingkan dengan


semua muatan faktor 0,5, artinya hampir model pengukuran beban kerja mental
semua indikator memberikan kontribusi perawat dalam interaksi asuhan keterujian,
terhadap model pengukuran beban kerja sehingga faktor penilaian pendamping
mental, saat interaksi asuhan keperawatan. sebelum interaksi dipertimbangkan untuk
Sedangkan yang tidak memberikan kontribusi dieliminasi.
terhadap model asuhan yaitu model Untuk mendapatkan hasil pemodelan
alat pendamping sebelum dilaksanakan yang valid dan reliabel maka dilakukan
interaksi yaitu sebesar 0,43. Hasil tersebut uji modifikasi terhadap model tersebut,
menunjukkan bahwa model alat ukur beban sehingga diperoleh hasil yang terlihat dalam
kerja mental perawat yang penilaiannya Tabel 5 tentang indeks kesesuaian beban
dilakukan oleh pendamping sebelum kerja mental Teruji.
pelaksanaan penelitian tidak menunjukkan

115
JPPNI Vol.01/No.02/Agustus-November/2016

Tabel 5. Indeks kesesuaian beban kerja mental teruji saat interaksi pada 195 partisipan
Indeks Kecocokan df p-value Ket.
Chi-square 7,493 Model Fit
RMSEA 0,075 Model Fit
df = 36 p = 0,150
CFI 0,98 Model Fit
SRMR 0,042 Model Fit

Hasil pengujian terhadap model Terjadinya beban kerja mengakibatkan


pengukuran beban kerja mental Teruji saat aktivitas metakontrol sehingga menimbulkan
interaksi dalam asuhan keterujian dengan perubahan fisik, mental, dan psikologis.
empat model pengukuran yang dispesifikkan Perubahan-perubahan tersebut memberikan
ke dalam sebelas jenis instrumen informasi untuk pengembangan alat ukur
menghasilkan p-value=0,150 (p>0,05) dan beban kerja mental saat interaksi dalam
RMSEA=0,075 (RMSEA <0,1). Berdasarkan asuhan keperawatan.
data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Dalam rangka pengembangan alat ukur
model pengembangan alat ukur beban kerja ini peneliti melakukan uji coba di empat
mental dapat memenuhi persyaratan dan provinsi dengan partisipan berjumlah 195
berada pada indeks kecocokan, sehingga orang. Sumber data diperoleh dari empat jenis
model pengukuran beban kerja mental Teruji partisipan, yaitu teruji, penguji, pendamping,
saat interaksi dalam asuhan keterujian dapat dan klien. Karakteristik partisipan sebagian
dipertimbangkan untuk dipergunakan. besar berjenis kelamin laki-laki, dengan
tempat bekerja di ruang rawat bedah dan
DISKUSI non bedah. Menurut Minetty dan Hutanson
Setiap individu memiliki sistem dalam Gillies (2003), ketergantungan
kepribadian tertentu, sistem interpersonal perawat di ruang perawatan bedah termasuk
terbentuk karena adanya hasil interaksi kategori tingkat ketergantungan penuh (full
antar individu untuk mencapai tujuan care), sehingga perlu diperhitungkan beban
bersama. Dalam asuhan keperawatan kerja perawat dengan prediksi jumlah total
fakta utama yang menentukan hubungan klien yang dirawat, kategori perawatan,
interpersonal adalah kemampuan interaksi dan jumlah masing-masing kebutuhan
dari perawatnya. Selama berinteraksi, perawatan. Berdasarkan hasil studi
perawat-klien akan dipengaruhi oleh jenis pendahuluan terhadap 150 perawat bedah
interaksi, kondisi klien, ketersediaan waktu, di Jawa Barat diperoleh hampir 83,4 persen
kemampuan berfikir kritis, kemampuan bekerja dalam kondisi beban kerja mental.
mengelola masalah, keseimbangan diri, dan Menurut King dalam Tomey (2006)
kemampuan terhadap kontrol dirinya (King dalam berinteraksi perawat harus
dalam Tomey, 2006). mampu menempatkan dirinya sebagai
Terjadinya selisih kapasitas maksimum “I and Self”. Bila dikaitkan dengan hasil
perawat untuk melakukan upaya fisik, penelitian sebelumnya, interaksi perawat
mental, pengelolaan waktu, penampilan dibutuhkan dalam setiap titik pelayanan
kerja, perasaan frustrasi, dan usaha dengan rawat bedah bila tidak dilaksanakan akan
pengaruh selama perawat melakukan interaksi berpengaruh terhadap keselamatan klien,
akan menyebabkan beban kerja mental. misalnya terjadinya sentinel, keterlambatan

116
Pengembangan Alat Ukur Beban Kerja Mental Perawat dalam Interaksi Asuhan Keperawatan

pengobatan, kesalahan identifikasi klien, Teruji menangani klien lebih dari satu klien
pelayanan rawat darurat yang tidak dan hasil studi pendahuluan menunjukkan
diinginkan, ataupun kematian. penyebab beban kerja mental tersebut
Untuk itu pengembangan alat ukur adalah tentang keterbatasan waktu dan
terhadap partisipan kelompok Teruji ini betul- konsekuensi tugas. Hasil penelitian terhadap
betul telah memenuhi persaratan kriteria beban kerja mental saat interaksi dalam
pengambilan sampel. Pengembangan alat asuhan keperawatan menunjukkan tekanan
ukur ini merupakan hal yang baru sehingga waktu menempati indeks tertinggi dengan
membutuhkan proses perumusan alat ukur nilai 833.
agar dapat menjelaskan kombinasi variabel Kondisi-kondisi di atas menunjukkan
pembentuk alat ukur. Proses perumusan bahwa jawaban Teruji terhadap instrumen
alat ukur meliputi proses menerjemahkan Teruji sebelum berinteraksi tidak terfokus
beban kerja mental, pengelompokan ke sehingga untuk jawaban yang sama
dalam blue print perubahan fisik, psikologis, terhadap butir pertanyaan yang berbeda
dan perilaku yang terjadi akibat beban kerja tidak dibaca secara lengkap dan disesuaikan
mental. Pengukuran beban kerja mental ini dengan kondisi dirinya. Menurut pendapat
diukur pada konteks interaksi dalam asuhan Cain (2004), bila seseorang sudah tidak
keperawatan yang dirumuskan berdasarkan dapat beradaptasi terhadap keterbatasan
teori Imogene King dan teori Hildegard waktu, impuls ke korteks adrenalnya akan
Peplau. Fenomena yang didapatkan dari terhambat sehingga akan memengaruhi
hasil studi pendahuluan diperoleh interaksi kegiatan hormon adrenalin untuk menyeleksi
dilakukan sebelum, selama, dan setelah kesalahan dan penentuan akibat keadaan
interaksi. Perubahan psikologis terlihat dari darurat.
perubahan fisik dan perilaku. Teruji lebih suka Bila dikaitkan dengan pendapat King
didampingi oleh pendamping dibandingkan (Tomey & Alligood, 2006), pencapaian
dengan atasan sehingga objektivitasnya tujuan dapat terjadi bila individu mampu
perlu diperkuat oleh angket yang berasal beradaptasi melalui melalui proses Dynamic
dari klien. Interacting System. Peran perawat adalah
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas untuk membantu memahami dan menggali
telah dilakukan terhadap 35 butir pertanyaan apa yang klien ketahui, sebagai suatu
yang dilakukan sebelum dan setelah interaksi. sistem terbuka dan sebagai “I and Self by
Hasil alat ukur untuk Teruji sebelum interaksi his or her”. Bila jawaban Teruji terhadap
didapatkan nilai case processing summary instrumen Teruji sebelum berinteraksi saja
sebesar 97,4 persen, artinya banyaknya sudah tidak terfokus maka untuk selanjutnya
instrumen yang mengikuti proses tersebut, perawat kemungkinan tidak mampu untuk
nilai p=0,993 (p>0,7), sehingga perlu diuji menyeleksi kesalahan dan penentuan
kembali dengan interitem correlation dan kondisi kritis. Sementara perawat harus
hasilnya banyak diperoleh butir pertanyaan mampu menempatkan perannya dengan
yang memiliki keterikatan lebih dari 0,7 dan baik.
kemungkinan beberapa butir pertanyaan Hasil observasi yang dilakukan oleh
dijawab sama oleh Teruji. pendamping dari 60 butir pertanyaan
Kemungkinan faktor penyebab dari diperoleh p=0,928 sebelum interaksi dan
butir pertanyaan yang berada dalam satu p=0,907 setelah interaksi. Hal ini berarti
kelompok dijawab hampir sama oleh perawat butir pertanyaan untuk pendamping selama
adalah pada saat dilakukan penelitian tiap observasi telah menunjukkan angka reliabel.

117
JPPNI Vol.01/No.02/Agustus-November/2016

Hasil case processing summary butir eksplorasi, dan resolusi kemudian setelah
pertanyaan sebelum interaksi sebesar 96,9 interaksi. Hasil uji validitas dan reliabilitas
persen, artinya pendamping melakukan terhadap butir pertanyaan sebelum
penilaian tentang kebiasaan Teruji saat berinteraksi terdiri dari 21 butir pertanyaan
berinteraksi selama satu tahun terakhir yang merupakan pertanyaan untuk melihat
sebanyak 189 orang dan hasil case perubahan psikologis, fisik, dan perilaku.
processing summary butir pertanyaan setelah Tahapan kegiatan yang diobservasi diawali
interaksi sebesar 92,3 persen (181 orang). ketika perawat mempersiapkan diri untuk
Hasil corrected butir pertanyaan didapatkan berinteraksi. Dari 196 orang perawat
data bahwa tidak terdapat pertanyaan yang didapatkan hasil nilai case processing
memiliki nilai di bawah 0,2, sehingga semua summary untuk butir pertanyaan sebelum
butir pertanyaan observasi pendamping interaksi sebesar 100 persen dan nilai
sebelum dan selama berinteraksi dapat Cronbach 0,865 (>0,7), artinya bahwa
digunakan. keterikatan dan kesamaan jawaban antar
Hasil analisis hubungan antar butir butir pertanyaan menunjukkan angka yang
pertanyaan, untuk butir pertanyaan bervariasi berkisar antara 0,850 sampai
pendamping menunjukkan korelasi p>0,7, 0,013.
artinya bahwa antar butir pertanyaan Variasi keterikatan dan kesamaan
pendamping memiliki keterikatan yang kuat jawaban ini menunjukkan kemampuan
dan antar butir pertanyaan dijawab hampir interaksi melalui pengembangan interaksi
sama. Tujuan awal dibuatnya instrumen yang bersifat dinamis sebagaimana
obeservasi awal dari pendamping ini adalah dikemukakan oleh King dalam Tomey (2006).
untuk mencegah hasil observasi yang Untuk melalui tahapan hubungan interpesonal
bersifat subjektif dan untuk membantu yang dikembangkan oleh Hildegard Peplau,
proses content analysis. perawat membutuhkan kemampuan adaptasi
Menurut Neuendorf (2002), analisis yang baik, sehingga akan mengalami beban
konten perlu memasukkan sejumlah besar kerja mental yang bervariasi. Menurut
informasi tekstual secara sistematis untuk teori adaptasi yang dikemukakan oleh Roy
mengidentifikasi sifat dan kata kunci yang dalam Tomey & Alligood (2014), kesatuan
paling sering digunakan. Keberadaan informasi yang diterima sebagai stimulus
instrumen pendamping penguji ini dapat sebelum berinteraksi akan menghasilkan
dikategorikan sebagai informasi tekstual stimulus fokal, kontekstual, dan residual
sehingga dapat dianggap menjadi quasi- yang bervariasi. Rangsangan yang datang
evaluasi. Pendamping dan Teruji sama- mengakibatkan Teruji harus mempersiapkan
sama berperan sebagai pemberi pelayanan interaksi untuk mendorong stimulus
keperawatan pada klien sehingga kontekstual dan residual Teruji secara
menyebabkan terjadinya keterikatan yang internal dan eksternal sampai menimbulkan
kuat antar butir pertanyaan dan pertanyaan respons perubahan psikologis, fisik, dan
dapat dijawab dengan jawaban yang hampir perilaku. Teruji akan belajar beradaptasi
sama. terhadap stimulus-stimulus tersebut
Hasil uji validitas dan reliabilitas melalui empat mode mekanisme adaptasi
terhadap butir pertanyaan observasi terdiri bagaimana mempertahankan dirinya untuk
dari 6 hasil uji validitas dan reliabilitas yaitu tetap berada dalam kontrol diri yang baik
sebelum interaksi dan selama interaksi untuk menjalankan perannya berinteraksi
yang terdiri dari fase orientasi, identifikasi, dalam asuhan keperawatan.

118
Pengembangan Alat Ukur Beban Kerja Mental Perawat dalam Interaksi Asuhan Keperawatan

Hasil uji reliabilitas dan validitas selama tekstual dikategorikan untuk memberikan
fase orientasi, Teruji melakukan kontrak pembacaan yang berarti konten dengan
awal untuk membangun kepercayaan membuat kerangka koding. Sehingga
dan pengumpulan data. Dari analisis data dibutuhkan pengembangan alat ukur
terhadap 29 butir pertanyaan menghasilkan yang lebih spesifik lagi pada fase orientasi
Cronbach 0,755 (p>0,7) artinya perawat karena ada beberapa informasi tekstual
yang melalui tahapan ini sebanyak 178 dari perubahan psikologis, fisik dan perilaku
orang. Keterikatan dan kesamaan jawaban sesuai dengan struktur dari isi komunikasi.
untuk tiap butir pertanyaan yang bervariasi Sesuai dengan pendapat King dalam
dari 0,850 sampai 0,014. Ketidakterikatan Tomey (2006) tentang pengembangan
dan ketidaksamaan artinya memiliki nilai teorinya, Dynamic Interaction system,
hubungan yang negatif di setiap butir diperlukan proses persepsi dan komunikasi
pertanyaan, terdapat dalam butir pertanyaan antara individu dengan individu, kelompok
berikut: dan lingkungannya yang dimanifestasikan
a. Bingung dengan butir pertanyaan sebagai perilaku verbal dan non-verbal,
remasan saat jabat tangan, genggaman untuk menempatkan peran sesuai posisinya
saat jabat tangan, mengepal jemari, dan sebagai klien dan sebagai perawat yang
terjadinya Tik (gerakan otot involunter memberikan pelayanan. Dari hasil analisis
yang tiba-tiba dan terjadi berkali-kali) di untuk rumah sakit yang termasuk dalam
wajah. penelitian sesuai dengan perkembangan
b. Emosi dengan butir pertanyaan bingung, emosi, pengalaman, keunikan, dan area
jabat tangan, genggaman saat jabat dilaksanakan interaksi, ternyata jabat
tangan, mengepal jemari dan terjadinya tangan, genggaman tangan dari jawaban
Tik (gerakan otot involunter yang tiba- penguji memiliki ketidakterikatan antar butir
tiba dan terjadi berkali-kali) dan gerakan pertanyaan, artinya sangat dimungkinkan
bahu saat menarik nafas. pertukaran energi dan informasi antara
c. Peka stimulus dengan butir pertanyaan perawat dengan klien tidak membantu untuk
jabat tangan, genggaman saat jabat keseimbangan dan mengontrol stresor
tangan, mengepal jemari dan terjadinya kebingungan emosi dan kepekaan terhadap
Tik (gerakan otot involunter yang tiba- stimulus. Untuk pengembangan alat ukur
tiba dan terjadi berkali-kali) di bahu. yang terkait dengan beban kerja mental
d. Menyatukan kedua jemari dengan saat orientasi dalam asuhan keperawatan
mengungkapkan kata “maksud saya” diperlukan telaahan yang lebih spesifik lagi
e. Mempercepat topik dan mengenggam terkait dengan perubahan psikologis.
tangan klien. Pada fase identifikasi butir pertanyaan
Berdasarkan telaah hasil hubungan diarahkan pada perubahan fisik, psikologis,
tiap pertanyaan dikaitkan dengan pendapat dan perilaku selama Teruji melakukan
Neuendorf (2002) bahwa analisis konten fasilitasi ekspresi perilaku klien untuk
merupakan langkah memasukkan sejumlah menggali potensi kemandirian klien dan
besar informasi tekstual secara sistematis memberi bantuan keperawatan yang
untuk mengidentifikasi sifat-sifatnya, seperti dibutuhkan klien. Dalam fase ini nilai untuk
frekuensi kata kunci yang paling sering butir pertanyaan sebesar 91,8 persen,
digunakan dengan menempatkan struktur yang diikuti oleh 176 Teruji dengan 27 butir
yang lebih penting dari isi komunikasi. pertanyaan. Kegiatan ini menghasilkan nilai
Berdasarkan jumlah tersebut informasi Cronbach 0,820 (>0,7), artinya pada fase ini

119
JPPNI Vol.01/No.02/Agustus-November/2016

27 butir pertanyaan reliabel untuk dijadikan atau kesimpulan yang diambilnya termasuk
alat ukur. memberi penjelasan mengenai keuntungan
Hasil analisis hubungan tiap pertanyaan (kelebihan) dan kerugian (kekurangan)
menunjukkan keterikatan dan kesamaan dari tindakan yang akan diakukan Teruji.
jawaban penguji yang bervariasi dari Oleh karena itu untuk pengembangan alat
0,961 sampai 0,020. Ketidakterikatan dan ukur selanjutnya dibutuhkan spesifikasi
ketidaksamaan jawaban penguji atau bernilai perilaku yang ditampilkan Teruji yang lebih
negatif terdapat dalam butir pertanyaan memperdalam mengenai ungkapan perilaku
berikut: perawat selama berpikir kritis.
a. Cemas dengan gerakan sentuhan Fase eksplorasi yang merupakan fase
tangan kepada klien. klien merasakan nilai hubungan dengan
b. Peka stimulus dengan gerakan jemari peran keperawatan untuk membantu klien
tangan. untuk mendapatkan gambaran kondisi dan
c. Perubahan warna wajah dengan seluruh aspek yang terlibat di dalamnya.
kemampuan memfokuskan. Hasil uji reliabilitas dihasilkan analisis
d. Pengungkapan “maksud saya” dengan Cronbach 0,764 artinya 24 butir pertanyaan
menarik nafas. tersebut dapat digunakan untuk mengukur
e. Mengganti topik dengan pengungkapan beban kerja mental perawat saat eksplorasi
“maksud saya” dengan keterikatan di setiap butir pertanyaan
Kemandirian klien dan bantuan menunjukan variasi 0,509 sampai 0,023,
keperawatan yang dibutuhkan klien berbeda- hasil ini menunjukkan bahwa tiap butir
beda sehingga dibutuhkan kemampuan pertanyaan dalam posisi tidak terlalu terikat
Teruji untuk berfikir kritis. Pada tahap dan terdapat variasi jawaban saat penguji
ini diperlukan kemampuan Teruji untuk menilai Teruji.
memberikan bantuan pada klien sesuai Pada fase resolusi dimana penguji
dengan kebutuhannya (Huber, 2006). mengamati perubahan psikologis, perilaku
Hasil analisis pada tahap identifikasi dan fisik Teruji untuk melakukan penguatan
Teruji, dalam mengungkapkan ide Teruji kemampuan klien untuk memenuhi
tidak mengubah perilaku sentuhan jemari kebutuhannya sendiri dan menyalurkan energi
tangan, berusaha mengklarifikasi, menarik ke arah realisasi potensi serta melepaskan
nafas, dan mengganti topik. Menurut Rubio, permasalahannya dengan Teruji. Hasil uji
dkk. (2004), selama proses belajar terutama reliabilitas diperoleh nilai Cronbach 0,842
dalam kaitannya dengan interaksi antar artinya 24 butir pertanyaan untuk melihat
manusia dapat digunakan berbagai media. perubahan perilaku, psikologis dan fisik pada
Selama fase identifikasi Teruji menggunakan fase resolusi dapat dikembangkan. Hasil
berbagai fasilitas media seperti barang medis analisis keterikatan setiap butir pertanyaan
habis pakai, gambar, dan peralatan medis. diperoleh variasi nilai keterikatan dan
Topik yang dipilih oleh Teruji untuk kesamaan jawaban penguji berdasarkan
tahap identifikasi, sangat didukung oleh hasil pengamatan Teruji 0,704 sampai 0,08,
kemampuan berpikir Teruji sehingga artinya bahwa terdapat beberapa butir
membantu penguji melihat perubahan pertanyaan yang memiliki keterikatan dan
perilaku Teruji melalui pengungkapan kesamaan jawaban. Pada tahap ini tidak
ide, penyampaian informasi, bertukar dibutuhkan angka ketidakterikatan dan
pengalaman dengan klien, menghubungkan ketidaksamaan jawaban sehingga dikatakan
fakta, memberi bukti-bukti, contoh solusi, butir pertanyaan memenuhi persyaratan

120
Pengembangan Alat Ukur Beban Kerja Mental Perawat dalam Interaksi Asuhan Keperawatan

penuh sebagai alat ukur. for test of close fit, tetapi sudah memenuhi
Pada fase setelah interaksi, observasi kriteria model yang cocok menurut Ghozali
dilakukan untuk melihat perubahan fisik, dan Fuad (2005), nilai RMSA berkisar 0,01=
psikologis dan perilaku Teruji setelah -0,08 menujukkan nilai yang cukup tepat.
berinteraksi. Reliabilitas yang dihasilkan Hasil uji kecocokan model dengan yang
pada tahapan ini diperoleh Cronbach 0,781 lain seperti GFI (Goodness of Fit Index),
(p>0,7) artinya 24 butir pertanyaan untuk RFI (Relative Fit Index), NFI (Normed Fit
melihat perubahan perilaku, psikologis Index), IFI (Incremental Fit Index) juga
dan fisik pada fase setelah interaksi dapat memperlihatkan nlai p>0,90 sehingga model
dikembangkan. Angka keterikatan dan dinyatakan tepat.
kesamaan di setiap butir pertanyaan adalah Hasil uji modifikasi model alat ukur
0,013 sampai 0,638. Hasil ini menunjukkan persepsi Teruji, observasi pendamping,
bahwa tiap butir pertanyaan dalam posisi observasi dari penguji, dan angket klien
tidak terlalu terikat dan terdapat variasi terhadap beban kerja mental diperoleh
jawaban saat penguji menilai Teruji. hasil pendamping, klien, dan penguji
Berdasarkan tabel hasil uji coba validitas memberikan kontribusi yang signifikan
dan reliabilitas pada draft pertama terdapat terhadap pengembangan alat ukur beban
sembilan butir pertanyaan alat ukur yang kerja mental sedangkan hasil persepsi
tidak valid dengan r <0,3 yang terdapat tidak memberikan kontribusi yang signifikan
dalam lembar angket pendamping untuk butir terhadap pengukuran beban kerja mental.
pertanyaan observasi perilaku “mengepal.” Apabila dikaitkan dengan hasil pengamatan
Sedangkan pada butir pertanyaan penguji secara empiris terjadi perubahan fisik dan
pada kata “marah, sensitive dan remasan perubahan perilaku terutama terlihat sebelum
tangan” pada tahapan interaksi fase orientasi Teruji memulai interaksi menggunakan rata-
dan eksplorasi, resolusi, dan setelah rata waktu 20 menit sedangkan untuk fase-
interaksi. Untuk mendapat hasil dengan fase selama interaksi menggunakan rata-
reliabilitas dan validitas yang lebih baik pada rata waktu di bawah 10 menit.
lampiran kedua dan ketiga maka peneliti Kondisi ini menggambarkan bahwa
memperbaiki kalimat “marah” menjadi sebelum interaksi Teruji cenderung menunda
“emosi meningkat,” kata “sensitif” diubah waktu dan selama interaksi cenderung ingin
menjadi kalimat “peka terhadap stimulus” cepat menyelesaikan pekerjaan. Sehingga
kemudian kata “mengepal“ diubah menjadi dapat dikatakan pada saat mengisi alat ukur
“mengenggam” dan kalimat “remasan tangan beban kerja mental sebelum dan setelah
saat menjabat tangan klien diubah menjadi observasi bagi dan hasil perubahan empiris
“kekuatan genggaman tangan pada klien”. yang dibutuhkan oleh penguji dipengaruhi
Berdasarkan hasil analisis pengolahan oleh faktor beban kerja mental.
data terlihat bahwa model pengembangan Beberapa hasil penelitian sebelumnya
alat ukur beban kerja mental saat interaksi tentang pengukuran beban kerja mental
dalam asuhan keperawatan pada perawat, antara lain Cain (2004),
Confirmatory Factor Analysis (CFA), sudah menjelaskan bahwa ketidaksepakatan,
memenuhi kriteria goodness of fit yang telah refleksi konstruksi mental karena adanya
ditetapkan > nilai kemungkinan pengujian keterbatasan waktu, rangsangan konstruksi
goodness of fit menunjukkan nilai p-value mental yang bersifat laten, tugas yang bersifat
150 (> 0,05) dan RMSEA 0,075 (> 0,05), kompleks, kecemasan, tekanan emosional,
hasil tersebut belum memenuhi nilai p-value kemampuan menjalankan tugas, dan

121
JPPNI Vol.01/No.02/Agustus-November/2016

keterbatasan waktu, menghambat reaksi ke Pengembangan alat ukur beban kerja


korteks adrenal. Hal ini akan memengaruhi mental saat interaksi, diukur secara subjektif
kegiatan hormon adrenalin yang berdampak untuk menganalisis pengaruh kesadaran
terhadap penurunan kemampuan molekul Teruji terhadap situasi, beban kerja mental,
adrenalin untuk menyeleksi kesalahan dan tingkat kepercayaannya terhadap
dan penentuan akibat keadaan darurat. penampilan kerja.
Hal ini sangat sesuai dengan hasil studi Menurut Dekker & Hollnagel (2004),
pendahuluan yakni ketidaksepakatan terdapat beberapa faktor yang berhubungan
dalam tugas dan keterbatasan waktu dengan kesadaran terhadap situasi, beban
dapat memengaruhi beban kerja mental kerja mental, dan tingkat kepercayaan.
perawat untuk berinteraksi dalam asuhan Menurut psikoanalisis Freud, kesadaran
keperawatan. terhadap situasi beban kerja mental,
Hasil telaah di atas bila dikaitkan dengan kerangka pikir dan definisi operasional akan
hasil penelitian Kelly, dkk. (2006) yang berdampak pada faktor untuk mengukur
melakukan penelitian mengukur beban kerja kesadaran diri. Bila dikaitkan dengan
mental terdapat hubungan sistem interaksi hasil penelitian, meskipun kerangka teori
pertanyaan dan jawaban dari Teruji terhadap dan definisi operasional telah dibentuk
kemampuan sensitivitas individu terhadap sedemikian rupa untuk mengakomodasi
diri, tugas, usia, tingkat pendidikan, tipe kegiatan interaksi saat asuhan keperawatan,
pekerjaan, dan pengalaman kerja. Hasil melalui pengembangan teori interaksi
penelitian terdapat perbedaan hasil observasi manusia dalam sistem yang dijelaskan
dan persepsi dari Teruji sendiri menunjukkan secara spesifik sesuai dengan kesadaran
kurangnya sensitivitas individu terhadap terhadap situasi, beban kerja mental dan
diri sendiri ketika menjawab setiap butir rasa percaya tetap karena bersifat sangat
pertanyaan pada angket yang membahas subjektif dan membutuhkan kemampuan
kondisi beban kerja mental dirinya. sensitivitas untuk menjawab setiap butir
Hasil penelitian Mitchell (2000) pertanyaan.
menyatakan terdapat hubungan beban Menurut Patel (2002), kemampuan
kerja mental dengan penampilan kerja manusia untuk memproses informasi
pada tugas sekunder. Karena pengisian dengan mengukur kemampuan kognitif,
alat ukur untuk Teruji dianggap merupakan kelelahan, stres, kecemasan, keterampilan
pekerjaan sekunder, jawaban pertanyaan memperbaiki komponen dengan
tidak terfokus dan tidak dijawab secara hati- menggunakan analisis regresi beban
hati dari mulai membaca petunjuk pengisian kerja mental sangat dipengaruhi oleh
maupun melewati fase-fase interaksi dengan kemampuan kognitif. Dari hasil penelitian
lengkap padahal Teruji sudah dilatih perihal dan dari evaluasi kejadian empiris terdapat
definisi operasional dalam butir pertanyaan perbedaan signifikansi antara persepsi
dan sudah dijelaskan dalam panduan terkait Teruji dengan hasil observasi penguji dan
pemilih angka-angka yang berada dalam pendamping Teruji, maka dapat dikatakan
skala. bahwa kemampuan kognitif dari Teruji
Kondisi di atas sesuai dengan hasil kemungkinan mengalami penurunan saat
penelitian yang dilakukan Parasuraman, mengisi butir pertanyaan dan kemungkinan
Sheridan, Wickens (2008), yaitu terdapat akibat merasa diperhatikan sehingga menjadi
hubungan kesadaran terhadap situasi, pencetus terjadinya beban kerja mental atau
penampilan kerja, dan lingkungan kerja. Teruji memang sudah mengalami beban

122
Pengembangan Alat Ukur Beban Kerja Mental Perawat dalam Interaksi Asuhan Keperawatan

kerja mental yang sudah terakumulasi dari Pengembangan alat ukur observasi juga
faktor pencetus dalam jangka waktu yang memiliki keterkaitan yang kuat, sedangkan
panjang sehingga merangsang penggunaan untuk pengembangan alat ukur pendamping
fungsi otak yang memicu reaksi fungsional dan persepsi memiliki keterkaitan yang
dari pusat kesadaran korteks serebri. rendah yaitu 0,18 untuk persepsi perawat
Korteks serebri merupakan bagian otak dan 0,25 untuk pendamping. Secara
depan yang paling berkembang sempurna empiris keterkaitan yang rendah antara lajur
terdiri atas lobus kanan dan lobus kiri. hubungan beban kerja mental dengan alat
Bagian otak ini fungsinya berkaitan dengan ukur persepsi Teruji dengan hasil observasi
intelegensi, proses berpikir, berkreasi, dan pendamping adalah orang dari kelompok yang
lain-lain. Ketegangan akibat refleksi mental sama sehingga kemungkinan dipengaruhi
akan muncul berbagai gejala yang dapat oleh faktor subjektivitas dan sensitivitas
dideteksi melalui pemeriksaan kemampuan dalam menjawab butir pertanyaan. Hal ini
adaptasi fisik sehingga berdasarkan dapat dlihat dari hasil uji-t yang dihasilkan
rangkaian informasi di atas maka dapat dari penelitian setelah mengalami modifikasi
dikatakan pengembangan alat ukur ini model.
telah dapat mengindikasi adanya hubungan Berdasarkan pengujian terhadap model
kerja antara fisik, psikologis, dan perilaku pengukuran beban kerja mental perawat saat
dalam merespons beban mental yang dapat interaksi dalam asuhan keperawatan dengan
memengaruhi pengisian angket persepsi 4 model pengukuran yang disertakan ke
dari Teruji. dalam sebelas jenis instrumen menghasilkan
Kontribusi yang tidak bermakna juga p-value=0,150 (p>0,05) dan RMSEA=0,075
terdapat pada variabel fase eksplorasi saat (RMSEA<0,1), sehingga dapat disimpulkan
observasi sangat berkaitan dengan fenomena bahwa model pengembangan alat ukur
Teruji yang cenderung mempercepat fase beban kerja mental dapat memenuhi
interaksi. Menurut Mitchell (2000), beban pesyaratan berada pada indeks kecocokan,
kerja dapat diukur melalui kemampuan sehingga model pengukuran beban kerja
memfokuskan perhatian, penyesuaian mental perawat saat interaksi dalam asuhan
beban kerja, kemampuan memproses keperawatan dapat dipertimbangkan untuk
secara optimal, dan motivasi menyelesaikan dipergunakan.
tugas. Maka dalam penelitian ini didapatkan Pengembangan alat ukur beban
rendahnya nilai signifikasi eksplorasi terhadap kerja mental saat interaksi dalam asuhan
observasi disebabkan oleh kemampuan keperawatan ini melibatkan pemrosesan
Teruji untuk menyelesaikan fase eksplorasi melalui 2 jenis pengujian validitas dan
yang merupakan penggalian ketidakmauan, reliabilitas dengan program analisis yaitu
ketidaktahuan, dan ketidakmampuan klien program SPSS dengan program Lisrel.
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Hasil uji hubungan antar butir pertanyaan
Penggalian ini sangat dipengaruhi oleh untuk semua alat ukur dan semua tahapan
kompetensi, kemampuan menanggapi, yang dilalui selama interaksi menunjukkan
kemampuan memfokuskan perhatian, angka yang sangat bervariasi. Peneliti
kemampuan mengikuti proses kerja secara mendapatkan kesulitan membangun model
optimal, dan motivasi menyelesaikan tugas, pengembangan alat ukur untuk mendapatkan
sehingga Teruji banyak yang tanpa sengaja nilai confirmatory factor analysis (CFA)
melewati fase tersebut. dengan menggunakan KMO (Kaiser Meyer
Oikin) dengan jenis jawaban yang terdiri

123
JPPNI Vol.01/No.02/Agustus-November/2016

dari dua jenis, yaitu skala interval dan melakukan beberapa perbaikan seperti
ordinal. KMO hanya bisa memproses CFA homogennya instrumen yang digunakan dan
yang dibentuk oleh skala interval sehingga pengembangan skala alat ukur.
dalam mengembangkan model peneliti
menggunakan analisis pemodelan melalui SIMPULAN
analisis program Lisrel. Alat ukur beban kerja mental perawat
Hasil analisis dengan regresi berganda saat interaksi dalam asuhan keperawatan
yaitu CFA melalui modifikasi terhadap dua dengan menyertakan komponen perubahan
order analisis program Lisrel diperoleh nilai fisik, psikologis, dan perilaku melalui
eigenvalue>1, p-value>0,5, RMSEA <0,08 pengamatan penguji, pengisian angket
untuk mendapatkan syarat nilai alat ukur yang Teruji, pengamatan pendamping, dan
cocok. Alasan peneliti tentang kecocokan pendapat klien terbukti valid dan reliabel.
model yang dibentuk dibuktikan pada butir- Berdasarkan “decision” pemodelan dengan
butir pertanyaan dengan nilai-nilai yang melibatkan berbagai sumber partisipan
valid. Kekuatan dari setiap butir pertanyaan penelitian ini jelas menunjukkan kecocokan
tersebut apabila tidak terjawab secara hati- karakteristiknya, sehingga alat ukur ini layak
hati maka Teruji dan pendamping sudah untuk dimanfaatkan.
tidak dapat memfokuskan diri terhadap Alat ukur ini dapat memberikan informasi
permasalahan yang ada di hadapannya. diagnostik yang valid dan reliabel mengenai
Kondisi ini dikatakan Teruji dan pendamping beban kerja mental dalam memberikan
sudah tidak dapat lagi melakukan upaya asuhan keperawatan sehingga dapat
fisik, mental, pengelolaan waktu, mengelola memberikan informasi pada pengelola
rasa frustrasi, dan effort. Menurut Cain keperawatan untuk menetapkan perawat
(2004) dalam kondisi tersebut individu sudah yang layak dan tidak layak melakukan kontak
berada dalam status beban kerja mental. langsung pada klien. Sumber informasinya
Alat ukur ini sangat baik untuk sangat banyak, yaitu dapat berasal dari diri
meningkatkan kemampuan adaptasi dan perawat sendiri, pendamping perawat, dan
memberikan informasi bagi pengelola dari pihak luar yaitu penguji dan klien.
pelayanan keperawatan, maka sangat baik
apabila penelitian berikutnya dikembangkan DAFTAR PUSTAKA
untuk mengukur kemampuan adaptasi beban Cain, Brad. (2004). “A Review of the Mental
kerja mental untuk perawat khususnya dalam Workload Literature”. NATO RTO
asuhan keparawatan dan tenaga kesehatan Defence Research, 4, 1-33. Brad-cain@
lain dalam melakukan pelayanan kesehatan. drdc_rddc.gc.ca.
Hasil pengujian yang telah dipaparkan Creswell, W. (2010). Research Design:
juga membuktikan adanya alat ukur Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
beban kerja mental perawat saat interaksi dan Campuran (Achmad Fawaid,
dalam asuhan keperawatan. Hasil ini telah Penerjemah). Edisi pertama. (hlm. 75-
menunjukkan dapat mengukur subjektivitas 99). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
dan kurangnya sensitivitas dalam pengisian Dekker dan Hollnagel. (2004). “Human
dengan penggunaan signifikasi dan Factors and Folk Models: Cognition,
keterkaitan tiap konstruk terhadap beban Technology, and Work, 6, 79-86.
kerja mental. Namun, alat yang dirancang Departemen Kesehatan RI. (2009). “Sistem
ini tentunya memiliki kelamahan-kelemahan, Kesehatan Nasional: Bentuk dan Cara
sehingga penelitian selanjutnya diharapkan Penyelenggaraan Pembangunan

124
Pengembangan Alat Ukur Beban Kerja Mental Perawat dalam Interaksi Asuhan Keperawatan

Nasional”. Jakarta: Departemen at HLT-NAACL2006, 49-56. 12 Oktober


Kesehatan. 2014. http://control. nist.gov.amc/ atau
Departemen Kesehatan RI. (2009). “Undang- emile.morse@nist.gov.
Undang Republik Indonesia Nomor 44 Koesyanto. (2008). “Hubungan antara
Tahun 2009 tentang RUmah Sakit”. Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja
Jakarta: Departemen Kesehatan. Mengajar pada Guru Sekolah Dasar
Departemen Kesehatan RI. (2014). “Undang- Se-Kecamatan Semarang Barat Tahun
Undang Republik Indonesia Nomor 38 Ajaran 2006/2007”. KEMAS, Vol. 3, No.
Tahun 2014 tentang Keperawatan”. 2, sitas 10 Juli 2012.
Jakarta: Departemen Kesehatan. Maslach and Leiter. (2008). “Early Predictors
Erickson dan Grove. (2004). “Why of Job Burnout and Engagement”.
Emotions Matter: Age, Agitation, and Journal of Applied Psychology, 93, 498-
Burnout Among Registered Nurses.” 512.
Online Journal of Issues in Nursing. Mitchell, D.K. (2000). “Mental Workload
Vol. 13, No.1.DOI: 10.3912/OJIN. and ARL Workload Modeling Tools”.
Vol13No01PPT01, 20 Juli 2004. Aberdeen Proving Ground, MD, US Army
Gabbay dan Bukchin. (2009). “Does Daily Research Laboratory, Human Research
Nurse Staffing Match Ward Workload & Engineering Directorate: 35.
Variability?”. Three Hospital Experiences. Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Ghalia
Gillies, R. (2003). “The Behaviours, Indonesia: Jakarta.
Interactions, and Perceptions of Neuendorf, (2002). The Content Analysis
Junior High School Students During Guidebook. Thousand Oaks, CA: Sage.
Small-Group Learning”. Journal of hlm. 10.
Educational Psycology, 95, 137-147. Parasuraman, Sheridan, T.B., and Wickens,
doi: 101.1037/0022-0663.95.1.137. C.D. (2008). “Situation Awareness,
Ghozali, I. dan Fuad. (2005). Structural Mental Workload and Trust in Automation
Equation Modelling: Teori, Konsep dan Profile Methods”. International
Aplikasi dengan Program Lisrel 8.5. Association for Applied Psychology,
Semarang: BP Undip. 53(1), 61-86. srubiova@psi.ucm.es.
Huber, L. (2006). Leadership and Nursing Patel, H., dkk. (2002). “An Electrical-Circuit
Management. 3rd ed. AS: Saunders, Model for Predicting Mental Workload in
Elsevier. 12 September 2014. Computer based Tasks”. Journal of the
premisssion@elsevier.com. http://www. Chinese Institute of Industrial Engineers,
elseiver.com. 19(1), 11-15. salvendy@ecn.purdue.
International Journal of Health Care Quality edu.
Assurance, 22(6), 625–641. Peterson and Bredow. (2013). Middle
Joint Commision Resouces. (2005). “Issues Range Theories Application to Nursing
and Strategies for Nurse Leader”. Research. Philadelphia: Lippincott
Meeting Hospital Challenge Today (13- William and Wilkins.
115). AS. Pheasant, Stephen. (1991). Ergonomics,
Kelly, Diane, dkk. (2006). “Used Centered Work, and Health. London: Macmillan
Eveluation of Interactive Question Academic Professional, Ltd.
Answering Systems”. Procedings of Rubio dkk. (2004). “Evaluation of Subjective
Centered Evaluation of Interactive Mental Workload: A Comparison of
Question Answering Systems Workshop SWAT, NASATLX, and Workload Profile

125
JPPNI Vol.01/No.02/Agustus-November/2016

Methods”. International Association Tomey and Alligood. (2014). Nursing


for Applied Psychology, 53(1), 61-86. Theorists and Their Work. 4th ed.
srubiova@psi.ucm.es Philadelphia, F.A. Davis Company.
Yustinus, Semiun. (2006). Kesehatan Mental.
Yogyakarta: Kanisius.

126

Anda mungkin juga menyukai