LABIOPALATOSKISIS
LABIOPALATOSKISIS
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Labiopalatoskisis.
2. Untuk mengetahui penyebab Labiopalatoskisis.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis Labiopalatoskisis.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik pada Labiopalatoskisis.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Labiopalatoskisis.
6. Untuk mengetahui diagnosis yang mungkin terjadi pada
Labiopalatoskisis.
7. Untuk mengetahui perencanaan pada Labiopalatoskisis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Labioplatoskisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa
adanya kelainan bentuk pada struktur wajah. Palatoskisis adalah adanya celah
pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan
palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya
propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama
perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003).
2.2 Etiologi
Ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan
Labio palatoschizis, antara lain:
1. Faktor Genetik
Merupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat
ditentukan dengan pasti karena berkaitan dengan gen kedua orang tua.
Diseluruh dunia ditemukan hampir 25 – 30 % penderita labio palatoscizhis
terjadi karena faktor herediter. Faktor dominan dan resesif dalam gen
merupakan manifestasi genetik yang menyebabkan terjadinya labio
palatoschizis. Faktor genetik yang menyebabkan celah bibir dan palatum
merupakan manifestasi yang kurang potensial dalam penyatuan beberapa
bagian kontak.
2. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa
embrional,baik kualitas maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto
maternal). Zat –zat yang berpengaruh adalah:
a. Asam folat
b. Vitamin C
c. Zn
3. Apabila pada kehamilan, ibu kurang mengkonsumsi asam folat, vitamin C
dan Zn dapat berpengaruh pada janin. Karena zat - zat tersebut dibutuhkan
dalam tumbuh kembang organ selama masa embrional. Selain itu
gangguan sirkulasi foto maternal juga berpengaruh terhadap tumbuh
kembang organ selama masa embrional.
4. Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah:
a. Jamu
Mengkonsumsi jamu pada waktu kehamilan dapat berpengaruh
pada janin, terutama terjadinya labio palatoschizis. Akan tetapi jenis
jamu apa yang menyebabkan kelainan kongenital ini masih belum
jelas. Masih ada penelitian lebih lanjut.
b. Kontrasepsi hormonal.
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi hormonal,
terutama untuk hormon estrogen yang berlebihan akan menyebabkan
terjadinya hipertensi sehingga berpengaruh pada janin, karena akan
terjadi gangguan sirkulasi fotomaternal.
c. Obat – obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama
labio palatoschizis. Obat – obatan itu antara lain :
1. Talidomid, diazepam (obat – obat penenang)
2. Aspirin (Obat – obat analgetika)
3. Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam (cream
pemutih)
5. Faktor lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan Labio
palatoschizis, yaitu:
a. Zat kimia (rokok dan alkohol)
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan alkohol
dapat berakibat terjadi kelainan kongenital karena zat toksik yang
terkandung pada rokok dan alkohol yang dapat mengganggu
pertumbuhan organ selama masa embrional.
b. Gangguan metabolik (DM)
Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit diabetessangat rentan
terjadi kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi fetomaternal. Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat
berpengaruh padatumbuh kembang organ selama masa embrional.
c. Penyinaran radioaktif
Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan terapi
penyinaran radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat
mengganggu proses tumbuh kembang organ selama masa embrional.
d. Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial
Ibu hamil yang terinfeksi virus (toxoplasma) berpengaruh pada
janin sehingga dapat berpengaruh terjadinya kelainan kongenital
terutama labio palatoschizis.
6. Faktor usia ibu
Dengan bertambahnya usia ibu sewaktu hamil, maka bertambah pula
resiko dari ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan
menyebabkan bayi dengan kehamilan trisomi. Wanita dilahirkan dengan
kira-kira 400.000 gamet dan tidak memproduksi gamet-gamet baru selama
hidupnya. Jika seorang wanita umur 35 tahun maka sel-sel telurnya juga
berusia 35 tahun. Resiko mengandung anak dengan cacat bawaan tidak
bertambah besar sesuai dengan bertambahnya usia ibu.
7. Stress Emosional
Korteks adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebih. Pada
binatang percobaan telah terbukti bahwa pemberian hidrokortison yang
meningkat pada keadaan hamil menyebabkan cleft lips dan cleft palate.
8. Trauma
Salah satu penyebab trauma adalah kecelakaan atau benturan pada saat
hamil minggu kelima.
2.6 Diagnosa
a. Pra bedah
1. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan dalam pemberian makan.
2. Risiko infeksi yang berhubungan dengan kelainan.
3. Risiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan stres
akibat hospitalisasi.
4. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan pembedahan.
b. Pasca bedah
1. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan teknik pemberian makan yang baru dan perubahan diet
pascaoperasi.
2. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan teknik pemberian
makan, dan perawatan di rumah
3. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
mengeluarkan sekresi sekunder dari palato skisis, efek anestesi.
2.7 Perencanaan
Pra bedah
a. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan dalam pemberian makan.
1) Tujuan : Nutrisi yang adequat dapat dipertahankan
2) Kriteria Evaluasi:
a) Adanya peningkatan berat badan
b) Adaptasi dengan metode makan yang sesuai
3) Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Bantu ibu dalam menyusui, 1. Membantu ibu dalam
bila ini adalah keinginan ibu. memberikan Asi dan
Posisikan dan stabilkan posisi puting yang stabil
puting susu dengan baik di membentuk kerja lidah
dalam rongga mulut. dalam pemerasan susu.
2. Bantu menstimulasi refleks 2. Karena pengisapan di
ejeksi Asi secara manual / perlukan untuk
dengan pompa payudara menstimulasi susu yang
sebelum menyusui pada awalnya mungkin
tidak ada
3. Gunakan botol dan dot botol 3. Karena ketidakmampuan
yang sesuai (dot botol yang seorang bayi dengan celah
lunak, dipotong serong; palatum membuat suatu
botol-peras atau botol biasa; ruangan hampa, ia dapat
botol terutama yang mengalami refleks
dirancang untuk bayi mengisap yang tidak
prematur) untuk memberi efektif. Penggunakan dot
makan pada bayi. botol, botol yang tepat,
memudahkan aliran cairan
sehingga dapat
meningkatkan pemberian
makan. Dot botol khusus
yang diguanakan
bergantung pada tingkat
keparahan celah tersebut.
4. Tempatkan dol botol di 4. Meletakkan dot botol
dalam mulut bayi, pada sisi dengan cara ini dapat
berlawanan dari celah, ke menstimulasi tindakan
arah belakang lidah. “stripping” bayi (menekan
dot botol melawan lidah
dan atap mulut untuk
mengeluarkan susu ).
5. Posisikan bayi tegak atau 5. Posisi ini mencegah
semi-fowler, namun tetap tersedak dan regurgitasi per
relaks selama pemberian nasal.
makan.
6. Sendawakan bayi setelah 6. Bayi perlu disendawakan
setiap pemberian 15 hingga dengan frekuensi yang
30 ml susu, tetapi jangan sering karena kelainan
pindahkan dot botol terlalu tersebut dapat
sering selama pemberian menyebabkan menelan
makan. udara lebih banyak
sehingga menimbulkan rasa
tidak nyaman. Melepa dot
botol terlalu sering dapat
melelahkan, atau membuat
bayi frustasi sehingga
menyebabkan pemberian
makan tidak komplet.
7. Coba untuk memberi makan 7. Pemberian makan yang
selama kira-kira 45 menit lebih lama dapat
atau kurang untuk setiap melelahkan bayi sehingga
kali makan. menyebabkan pencapaian
berat badan yang sangat
kurang.
8. Apabila bayi tidak dapat 8. Posisi tegak mengurangi
makan tanpa tersedak atau risiko aspirasi;
teraspirasi, letakkan dalam menggunakan sebuah spuit
posisi tegak, dan beri makan dan slang karet lunak yang
dengan mengguanakn spuit mampu menampung cairan
serta slang karet lunak. di bagian belakang mulut
bayi dapat mengurangi
aspirasi melalui celah
c. Risiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan stres akibat
hospitalisasi.
1) Hasil yang diharapkan: orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat
tentang kondisi bayi, dapat melibatkan perawatan bayi ke dalam gaya
hidup normal mereka, serta mengekspresikan perasaan mereka tentang
penampilan bayi.
Intervensi Rasioanal
1. Beri kesempatan pada orang 1. Kesempatan ini meningkatkan
tua untuk menggendong serta ikatan dan mempersiapkan
memeluk bayi, dan dapat orang tua dalam perawatan
mempraktikan tugas bayi di rumah.
pemberian perawatan sebelum
pemulangan.
2. Anjurkan orang tua untuk 2. Mempersiapkan anggota
mempersiapkan anggota keluarga untuk kedatangan
keluarga, termasuk saudara bayi memungkinkan mereka
kandung dan kerabat lain, beradaptasi dengan
untuk menyambut kehadiran penampilan bayinya, dan
bayi di rumah. Nasihatkan memungkinkan orang tua
mereka untuk menjelaskan berfokus pada kebutuhan bayi
kepada seluruh anggota yang mendesak.
keluarga, tentang penampilan
bayi dengan menggunakan
istilah sederhana,
memperlihatkan kepada
mereka gambar, dan meminta
mereka mengunjungi bayi di
rumah sakit.
3. Anjurkan orang tua untuk 3. Orang tua memiliki pemikiran
memperlakukan bayi layaknya bahwa bayi mereka
anggota keluarga yang normal, merupakan individu yang
dan menjadwalkan kegiatan normal, dengan menderita
perawatan mereka ke dalam celah bibir atau palatum bukan
rutinitas sehari-hari. sebagai individu yang sedang
sakit sehingga dapat memberi
perawatan di rumah yang
adekuat, dan menjaga
keutuhan keluarga.
4. Anjurkan orang tua untuk 4. Meminta bantuan orang lain
meminta bantuan dari anggota dalam perawatan bayi dan
keluarga yang lain atau dari pemberian makan dapat
teman saat memberi makan memberi orang tua
dan perawatan bayi. kesempatan beristirahat, serta
berfokus pada kebutuhan
mereka sendiri.
5. Rujuk orang tua ke kelompok 5. Kelompok pendukung
pendukung yang tepat serta memberi kesempatan pada
pusat kraniofasial, jika ada. orang tua untuk berbagi
perasaan dan pengalaman
dengan orang lain, yang juga
memiliki situasi sama, dapat
mengurangi kecemasan dan
meningkatkan ketrampilan
koping serta ketrampilan
penyelesaian masalah. Pusat
kraniofasial memiliki
pengalam dalam memberi
perawatan bagi anak-anak
dengan celah palatum atau
celah bibir.
d. Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan pembedahan
1) Hasil yang diharapkan: orang tua mengalami penurunan rasa cemas
yang ditandai oleh mengekspresikan pemahaman tentang kebutuhan
pembedahan dan berpartisipasi dalam perawatan pra dan pascabedah
anak atau bayi.
Intevensi Rasional
1. Kaji pemahaman orang tua 1. Pengkajian ini merupakan
tentang kelainan anak dan dasar untuk penyuluhan.
kebutuhan pembedahan.
2. Jelaskan kepada orang tua 2. Penjelasan yang demikian
prosedur pembedahan, mempersiapkan orang tua
termasuk prosedur tentang prosedur perioperasi
pembedahan itu sendiri, lama dan hasil yang diharapkan
pembedahan, serta sehingga dapat mengurangi
penampilan anak yang kecemasan.
diharapkan saat pascaoperasi.
3. Demonstrasikan kepada orang 3. Mendemostrasikan teknik
tua teknik pemberian makan pemberian makan dan
yang benar, untuk dipraktekan menggunakan restrain lengan
setelah pembedahan membantu orang tua mengenal
(meletakkan slang pada perawatan pascaoperasi
mukosa bukal dan sehingga dapat mengurangi
mengalirkan cairan sedikit rasa cemas.
demi sedikit melalui spuit);
minta mereka untuk
mempraktikan teknik tersebut.
Juga demonstrasikan
penggunaan restrain yang
benar pada lengan sehingga
mencegah bayi atau anak
menyentuh dan mengaggu
insisi.
Pasca bedah
a. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
mengeluarkan sekresi sekunder dari palato skisis, efek anestesi.
1) Tujuan : Jalan nafas efektif
2) Kriteria Evaluasi :
a) Anak bebas dari aspirasi
b) Pernafasan teratur
c) Bunyi nafas Vesikuler
3) Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji status pernapasan bayi 1. Tanda distres ini dapat
atau anak setiap 4 jam mengindikasikan
untuk mendeteksi suara pneumonia, yang
napas yang abnormal, membutuhkan terapi
sianosis, retraksi, antibiotik.
mendengkur, atau
pernapasan cuping hidung.
2. Atur ulang posisi bayi atau 2. Pengaturan-kembali
anak setiap 2 jam. Setelah posisi dapat
pembedahan celah bibir, meningkatkan drainase
bayi atau anak dapat sekresi paru.
diletakkan dengan baik di
ayunan bayi atau dalam
posisi terlentang atau
miring dengan kepala
ditinggikan; setelah
pembedahan celah palatum,
ia dapat di tempatkan pada
posisi tengkurap.
3. Tempatkan bayi atau anak 3. Udara yang sejuk dan
dalam tenda lembap, sesuai yang dilempbapkan
program. Pertahankan bayi membantu mencairkan
diselimuti dan ganti sprei sekresi sehingga dapat
dengan teratur. membantu bayi atau anak
bernapas dengan lebih
mudah. Menutupi tubuh
dengan selimut dapat
mencegah anak dari
menggigil.
4. Pertahankan bayi atau anak 4. Posisi tegak mengurangi
dalam posisis tegak dalam risiko tersedak dan
pemberian makan. aspirasi.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Labioplatoskis adalah penyakit dengan kelainan bibir. Untuk itu perawat
harus memberi himbauan kepada klien agar selalu memperhatikan bayinya.
Bagi ibu yang sedang hamil harus mengerti apa saja yang harus dilakukan
seperti banyak mengkonsumsi asam folat , vitamin c dan Zn agar dapat
membuat janin menjadi lebih sehat dan juga apa apa yang tidak boleh seperti
mengkonsumsi Jamu saat sedang hamil karena dapat berbahaya bagi janin.
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi dan Rita. (2001). Asuhan Keperawatan Anak. Edisi 1. Jakarta : CV.
Agung Seto.