MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam Dosen
Pengampu : Dr. Andewi Suhartini, M. Ag
Oleh :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin yang dibawa oleh Nabi
Muhammada saw. Mengandung misi dakwah yang harus disebarkan kepada
seluruh manusia. Hal ini terbukti dengan adanya peradaban dan sejarah yang
cemerlang pada masa lalu. Kita dapat melihat perjuangan Nabi Muhammad saw
dan para shahabatnya dalam melakukan ekspansi aau perluasan wilayah yang
begitu hebat dalam penyebaran agama Islam, sehingga perdaban Islam pada masa
lalu sangat maju dan pesat.
Diantara wilayah yang pernah ditaklukan dan diislamisasikan adalah
kawasan Asia Selatan. Negara-negara di Asia Selatan salah satunya adalah India.
Islam diperkenalkan di wilayah ini dalam bentuk peradaban yang telah
berkembang yang diwarnai dengan budaya pertanian, perdagangan, dan keagamaan
yang terorganisasi secara mapan. Islam bukan kekuatan pertama yang dapat
menguasai kawasan ini, melainkan dengan masuk dan berkuasanya Islam pada
wilayah tersebut selama tiga abad, ternyata Islam mampu memberikan kontribusi
bagi kebudayaan setempat. Kaena wilayah ini terdiri atas berbagai macam ras,
keturunuan dan golongan, mengakibatkankan wilayah ini mudah dikuasai oleh
kekuatan dari luar.
Wilayah Asia Selatan memiliki karakteristik dan ciri tersendiri terutama
dalam hubungan antar Negara. Jika di Asia Tenggara telah tercipta sebuah
mekanisme diplomasi melalui ASEAN, sejauh ini di Asia Selatan belum ada bentuk
yang jelas dan pasti. Hal ini dikarenakan konflik antar Negara yang besar
penduduknya masih berlangung dengan Pakistan dan Sri Lanka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kondisi sosial keagamaan di India saat awal Islam masuk ?
2. Bagaimana sejarah pembentukan pemerintahan muslim di India ?
3
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi sosial keagamaan di India saat awal Islam masuk
2. Untuk mengetahui sejarah pembentukan pemerintahan muslim di India.
3. Untuk mengetahui sejarah Pendidikan Islam di India
4. Untuk mengetahui Pendidikan Islam di India
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Mingga Modern, IAIN Sunan Kalijaga, 2003.
215
5
Muhammad Guri dan ia menjadi sultan sejak tahun 1206 M. sejak itu, berdirilah
Kesultanan Delhi (India). Kesultanna Delhi terdiri atas Dinasti Mamluk di Delhi (1206-
1290 M), Dinasti Khalji (1290-1320 M), Dinasti Tughkuq (1320-1414 M), Dinasti
Sayyed (1414-1451 M) dan Dinasti Lodi (1451-1526 M).
Selain itu, Islam datang ke India sebelum invasi Muslim . pengaruh Islam pertama
kali pada awal abad ke-7 dengan munculnya pedagang Arab. mereka yang datang ke
Asia selatan mengunjungi daerah di Malabar, yang merupakan daerah yang
menghubungkan anatar mereka dengan pelabuhan di Asia Tenggara.
Gambaran umum masyarakat India saat Islam memasuki wilayah ini, seperti
dijelaskan al-Biruni dikutip dalam perkembangan peradaban di kawasan Dunia Islam,
menunjukan dustu indikasi yang sangat menyulitkan bagi proses islamisasi. Untuk
melihat hal itu, ada lima hal yang menjadi titik perhatiannya sekaligus yang menjadi
ciri khas masyarakaat India saat itu, yakni bahasa, agama, tradisi, kebencian terhadap
orang asing, fanatisme dan keangkuhan budaya yang dijelaskan sebagai berikut.
1. Orang-orang india memiliki bahasa yang jauh berbeda dengan bahasa yang umunya
dimiliki kaum muslimin saat itu, yaitu Arab dan Persia. Mereka memiliki bahasa
Sansekerta, yang terbentuk oleh pengalaman sejarah yang sangat panjang dan
memiliki berbagai nuansa psikologis dan filosofis yang sangat dalam dan rumit.
Mereka sering menamai suatu benda sama dengan nama yang berbeda. Orang-
orang hindu sangat membanggakan kebiasan dan kebesaran ini. Bahasa mereka
juga terbagi pada berbagai bahasa kelompok kasta, dan yang tetap terpelihara
hanyalah di sekitar kelompok terdidik dan terlatih. Bagi orang-orang Arab dan
Persia sulit membedakan kata-kata yang diucapkan mereka sehingga pernyataan-
pernyataannya hamper tidak mungkin untuk dinyatakan dalam tulisan.
2. Mereka berbeda secara mutlak dalam tradisi keagamaan yang sangat kuat.
Sekalipun di antara mereka sendiri ada perselisihan dalam persoalan pokok
ketuhanan, namun hanya sebatas berperang melalui kata-kata saja. Mereka tidak
pernah berkorban harta atau jiwa dalam pertentangan agama. Namun sebaliknya
semua kefanatikan agama diarahkan untuk melawan orang-orang asing yang
mereka anggap najis. Mereka dilarang untuk berhubungan dengannya, baik dalam
perkawinan, duduk bersama atau minum dan sebagainya.bagi mereka yang terkena
6
orang asing sama najisnya, sekalipun tersentuh air dan api yang dipakai orang
asing-yang saat itu adalah bangsa Arab dan Persia. Bahkan bagi orang asing hendak
memeluk agama mereka (Hindu) harus dicurigai. Yang jelas orang-orang hindu di
India sulit diajak hidup bersama karena pandangan dan tradisi agamanya yang
sangat arogan.
3. Di kalangan mereka ada sikap yang sangat radikal yang selalu diarahkan pada setiap
generasinya seperti menakut-nakuti anak mereka pada setiap pendatang.
4. dengan mengatakan pada anak-anak bahwa cara adat istiadat kehidupan pendatang
adalah keturunan setan.
5. Begitupun orang Buddha juga menaruh kebencian yang dalam pada setiap orang
yang datang dari Negara-negara sebelah barat. Karena pengalaman dulu, agama
Buddha terusir dari Balkh, Khurasan, Irak dan Persia; dan pengikut-pengikutnya
meninggalkan tempat itu saat Zarasuthra mendominasi Negara-negara belahan
Barat.
6. Kesombongan orang-orang hindu disebabkan adanya anggapan dari mereka bahwa
hanya dirinya yang terbaik. Mereka percaya tidak ada Negara seperti milik mereka.
Tidak ada bangsa seperti mereka. Kesombongan itu telah sedemikian rupa sehingga
apabila ada penduduk berkata, “Ada pakar di Khurasan atau Persia”, segera tokoh-
tokoh mereka bilang, “orang-orang yang berkata begitu adalah bodoh dan penipu.
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Kerajaan
Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak benua India. Awal kekuasaan Islam di
wilayah India terjadi pada masa Khalifah al-Walid, dari Dinasti Bani Umayyah.
7
Penaklukkan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan
Muhammad ibn Qasim.2
Dinasti Changtai (1227-1369 M) yang didirikan oleh putra Jengis Khan, Changtai,
merupakan cikal bakal Kerajaan Mughal di India. Mughal merupakan kerajaan Islam di
anak benua India, dengan Delhi sebagai ibukotanya, berdiri antara tahun 1526-1858 M.
Dinasti Mughal di India didirikan oleh seorang penziarah dari Asia tengah bernama
Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lenk dari etnis
Mongol, keturunan Jengis Khan yang telah masuk Islam dan pernah berkuasa di Asia
Tengah pada abad ke 15. Kerajaan ini berdiri pada saat di Asia kecil berdiri tegak sebuah
kerajaan Turki Usmani dan di Persia kerajaan Safawi. Ketiganya pada saat yang sama
menjadi sebuah negara-negara adikuasa di dunia. Mereka juga menguasai perekonomian,
politik serta militer dan mengembangkan kebudayaan.3Ayahnya bernama Umar Mirza,
penguasa Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghanadari orang tuanya dari orang tuanya
ketika ia masih berusia 11 tahun. Setelah naik tahta ia mencanangkan obsesinya untuk
menguasai seluruh Asia Tengah, sebagaimana Timur Lenk tempo dulu. Namun, ambisinya
itu terhalang oleh kekuatan Uzbekiztan, dan mengalami kekalahan. Namun berkat bantuan
Ismail I (1500-1524 M), raja Safawi, Babur dapat menguasai Samarkand tahun 1494 M.
Pada tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibukota Afganistan.
Dari sini ia memperluas kekuasaannya ke sebelah Timur (India). Saat itu, Ibrahim Lodi,
penguasa India, di landa krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Daulah
Khan, Gubernur Lahore dan Alam Khan, paman Ibrahim sendiri melakukan
pembangkangan pada tahun 1524 terhadap pemerintahan Ibrahim Lodi, dan meminta
bantuan Babur untuk merebut Delhi. Tiga kekuatan itu bersatu untuk menyerang kekuatan
Ibrahim, tetapi gagal memperoleh kemenangan. Mereka melihat bahwa Babur tidak
sungguh-sungguh membantu mereka.4
2
Syed Mahmudunnasir, Islam: Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung, Rosdakarya, 2005, h. 163
3
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Volume 3, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993,
h. 239
4
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam…, h. 239
8
Ketidakseriusan Babur menimbulkan kecurigaan di mata Daulah Khan dan Alam Khan,
sehingga keduanya berbalik menyerang Babur. Kesempatan itu tidak disia-siakan Babur,
ia berusaha keras untuk mengalahkan gabungan dua kekuatan tersebut. Daulah Khan dan
Alam Khan dapat dikalahkan, Lahore dikuasainya pada tahun 1525 M. Dari Lahore ia terus
bergerak ke selatan hingga mencapai Panipat. Di sinilah ia berjumpa dengan pasukan
Ibrahim maka terjadilah pertempuran yang dahsyat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya
terbunuh dalam pertempuran itu.5 Babur memperoleh kemenangan yang amat dramastis
dalam pertempuran Panipat I (1526 M) itu, karena hanya dengan didukung 26.000 personel
angkatan perang, ia dapat melumpuhkan kekuatan Ibrahim yang di dukung oleh 100.000
personel dan 1.000 pasukan gajah. Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan
menegakkan pemerintahannya di sana.
5
P. M. Holt, Ann K.S. Lambton and Bernard Lewis, The Cambridge History of Islam, London: Cambridge
University Press, 1970, h. 22
9
Pemberontakan ini dapat dipadamkan. Bahadur Syah melarikan diri dan Gujarat dapat
dikuasai. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher Khan di Kanauj. Dalam
pertempuran ini Hamayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa melarikan diri ke Kandahar
dan selanjutnya ke Persia. Di Persia ia menyusun kembali tentaranya. Kemudian dari sini
ia menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan raja Persia, Tahmasp. Humayun dapat
mengalahkan Sher Khan Shah setelah hampir 15 tahun berkelana meninggalkan Delhi. Ia
kembali ke India dan menduduki tahta kerajaan Mughal pada tahun 1555 M. Setahun
setelah itu (1556 M) ia meninggal Dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaanya, Din
Panah.6 Sepeninggalnya kerajaan Mughal diperintah oleh anaknya yang bernama Akbar.
6
Syed Mahmudunnasir, Islam: Konsepsi…, h. 265-266
7
Syed Mahmudunnasir, Islam: Konsepsi…, h. 265-266
10
Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang
sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.8
Hal itu membuat kerajaan Mughal menjadi sebuah kerajaan besar. Wilayah Kabul
dijadikan sebagai gerbang ke arah Turkistan dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah
Persia. Akbar berhasil menerapkan bentuk politik sulakhul (toleransi universal), yaitu
politik yang mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama kedudukannya, tidak
dapat dibedakan oleh etnis atau agama. Keberhasilan yang dicapai Akbar dapat
dipertahankan oleh penerusnya yang bernama Jehangir, Syah Jehan dan Aurangzeb yang
mana mereka memang terhitung raja-raja yang besar dan kuat. Segala macam
pemberontakan dapat dipadamkan, sehingga rakyat merasa aman dan damai.
Pada masa Syah Jehan banyak pendatang Portugis yang bermukim di Hugli
Bengala, menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepada mereka dengan jalan
menarik pajak dan menyebarkan agama Kristen. Kemudian Syah Jehan meninggal pada
tahun 1658 M dan terjadinya perebutan tahta kerajaan di kalangan istana. Mughal terpecah
menjadi beberapa bagian. Shuja menobatkan dirinya sebagai Raja di Bengala. Murad
menobatkan dirinya sebagai Raja di Ahmadabad. Shuja bergerak memasuki pemerintahan
di Delhi. Namun pasukan Aurangzeb berhasil mengalahkannya pada tahun 1658 M.
kemudian Aurangzeb memerangi pasukan Murad dan dimenangkan oleh Aurangzeb. Oleh
karena itu, Aurangzeb secara resmi dinobatkan menjadi Raja Mughal. Langkah pertama
yang dilakukan oleh Aurangzeb menghapuskan pajak, menurunkan bahan pangan dan
memberantas korupsi, kemudian ia membentuk peradilan yang berlaku di India yang
dinamakan fatwa alamgiri sampai akhirnya meninggal pada tahun 1707 M. Selama satu
setengah abad, India di bawah Dinasti Mughal menjadi salah satu negara adikuasa. Ia
menguasai perekonomian Dunia dengan jaringan pemasaran barang-barangnya yang
mencapai Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Cina. Selain itu, India juga memiliki
pertahanan militer yang tangguh yang sukar ditaklukkan dan kebudayaan yang tinggi.
8
M. Mujib, The Indian Muslim, London: George Alen,1967, h. 254-255
11
Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi, bidang seni dan budaya juga
berkembang. Karya seni terbesar yang dicapai kerajaan Mughal adalah karya sastra
gubahan penyair istana, berbahasa Persia dan India. Penyair India yang terkenal adalah
Malik Muhammad Jayazi, dengan karyanya berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris
yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia. Pada masa Aurangzeb, muncul seorang
sejarawan bernama Abu Fadl dengan karyanya Akhbar Nama dan Aini Akhbari, yang
memaparkan sejarah kerajaan Mughal berdasarkan figure pemimpinnya. Karya seni yang
dapat dinikmati sampai sekarang dan merupakan karya seni terbesar yang dicapai oleh
kerajaan Mughal adalah karya-karya arsitektur yang indah dan mengagumkan. Pada masa
Akbar di bangun istana Fatpur Sikri di Sikri, Villa dan masjid-masjid yang indah. Pada
masa Syah Jehan dibangun masjid berlapiskan mutiara dan Taj Mahal di Agra, masjid Raya
Delhi dan istana indah di Lahore.
9
M. Mujib, The Indian…, h. 256
12
Ahmad Syah (1748-1754 M.) Alamghir II (1754-1759 M.), Syah Alam (1761-1806 M.)
dan Akbar II (1806-1837 M.)
Pada masa Akbar II, diberikan kesempatan pada koloni dagang Inggris (BEIC),
untuk menggunakan tanah-tanah yang merdeka dengan jaminan para sultan mendapat dana
utnuk menghidupi kegiatan istana. Ketika organisasi dagang ini mengalami berbagai
kerugian, pihak Inggris mengambil pajak langsung kepada seluruh rakyat India atas
jaminan sultan. Akhirnya terjadi pemberontakan di berbagai wilayah. Pengganti Akbar II
adalah Bahadur Syah II (1837-1858 M) tidak menerima kebijakan ayahnya dan ia
mengorganisasi rakyat untuk koloni Inggris, akan tetapi karena bantuan raja-raja hindu,
Inggris dapat mematahkan perlawanan mereka yang berakhir dengan ditawan dan
diasingkannya Bahadur Syah II pada tahun 1858. 10
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan Mughal mundur pada setengah abad
terakhir dan membawa kehancurannya, yakni :
1. terjadinya stagnasi dalam membina kekuatan sehingga kehadiran Inggris tidak bisa
terkontrol;
2. kemerosotan moral di kalangan istana sehingga menimbulkan berbagai
kecemburuan di kalangan pada politisi dan rakyat bawahan;
3. ide-ide Aurangzeb menjadi boomerang bagi sultan-sultan yang lemah yakni
menimbulkan kembali fanatisme non-muslim, terutama Hindu;
4. semua sultan pada periode ini mengalami krisi kepemimpinan.
Pada masa kerajaan Islam Mughal, pendidikan memperoleh perhatian yang cukup
besar. Untuk keperluan ini pihak kerajaan mendorong untuk menjadikan masjid selain
sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat belajar agama bagi masyarakat. Di masjid
memang telah tersedia ulama yang akan memberikan pengajaran berbagai cabang ilmu
agama. Bahkan, di masjid juga telah disediakan ruangan khusus bagi para pelajar yang
10
Badri Yatim, 159-162
13
ingin tinggal di masjid selama mengikuti pendidikan. Karena itu, hampir setiap masjid
merupakan pengembang ilmu-ilmu agama tertentu dengan guru-guru spesialis. Dalam
perkembangannya, masjid raya telah berkembang menjadi sebuah universitas. Seorang
ilmuwan muslim, Sidi Gazalba bahkan mengatakan bahwa di masa Kerajaan Mughal
pendidikan didorong dengan hadiah uang untuk masjid. Semua masjid selalu mempunyai
sekolah rendah.
Ini berarti perhatian sejumlah penguasa Mughal terhadap pembinaan agama dengan
membangun sejumlah masjid misalnya amat bermanfaat bagi pengembangan pendidikan
Islam dan ajaran Islam di kalangan masyarakat. Sementara itu, untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan bagi orang-orang kaya, pihak kerajaan juga telah menyediakan
madrasah-madrasah khusus. Pendidikan atau sekolah khusus ini juga disediakan bagi
orang Hindu yang disebut Pat Shala. Namun demikian, di samping sekolah khusus bagi
kelompok agama tertentu pihak kerajaan juga menyediakan sekolah tempat anak-anak
muslim dan Hindu belajar bersama.
Selain masjid, juga terdapat khanqah (pesantren) yang dipimpin ulama atau wali,
yang secara umum ada di daerah-daerah pedalaman. Khanqah pada era ini merupakan
pusat studi Islam yang dinilai baik.
2. Kurikulum
Di masjid diajarkan disiapkan pengajar dari berbagai spesialisasi, dan di khanqah
diajarkan berbagai ilmu pengetahuan seperti matematika, mantik/logika, filsafat, tafsir
Qur’an, hadits, fiqih, sejarah, dan geografi. Bahasa Persia pada masa itu merupakan bahasa
pengantar dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran agama Islam. Pendidikan yang
diselenggarakan ini diikuti oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Karena itu
sejumlah kaum wanita dari keluarga terdidik, misalnya Gulbadan Begum, Maham Anga,
Nur Jahan, Mumtaz Mahal, Jahan Ara Begum, dan Zaibun Nisa yang kemudian menjadi
penulis terampil.11
Selain itu, pihak kerajaan juga menyediakan perpustakaan yang bisa dimanfaatkan
oleh siapa saja. Akbar dikenal sebagai raja yang gemar membaca dan mengoleksi buku.
11
Taufik Abdullah, et.al, (Ed), Ensiklopedi Tematis…, h. 297-298.
14
Pada era ini juga banyak buku-buku terjemahan yang diterbitkan. Diantaranya buku
terjemahan kisah Mahabaratha dan Ramayana yang dibuat oleh Badayuni ke dalam bahasa
Persia. Raja lainnya, Jahangir dikenal sebagai raja pelindung para ilmuwan. Ia juga menulis
biografinya sendiri dengan judul Tuzk-i-Jahangiri.12
Di masa Syah Jahan didirikan perguruan tinggi di Delhi. Aurangzeb mendirikan
pusat pendidikan di Lucknow. Tiap masjid mempunyai lembaga tingkat dasar yang
dipimpin oleh seorang guru. Sejak berdiri banyak ilmuan yang belajar di India. Sedangkan
Aurangzeb dikenal banyak orang sebagai lelaki yang saleh, adil, keras dan energetik yang
menjadi teladan kerajaan Islam. Hidupnya ditandai kesederhanaan dan tenaga yang tak
terbatas. Dialah yang paling terpelajar di antara semua penguasa Mughal.
Berbagai kegiatan tulis menulis dalam masalah agama, sejarah, maupun syair, ikut
melengkapi koleksi perpustakaan kerajaan sekaligus penyebaran ilmu pengetahuan.
Karena itu tidak sedikit dijumpai perpustakaan yang ada di berbagai wilayah kerajaan
Mughal. Pada tahun 1641 misalnya, terdapat sebuah perpustakaan di Agra yang memiliki
koleksi 20.000 buku. Karena itu, semangat dan perkembangan agama Islam yang telah
berkembang di kalangan kerajaan maupun masyarakat pada umumnya sebetulnya
bersamaan dengan tumbuhnya lembaga-lembaga keagamaan, pendidikan, dan ilmu
pengetahuan.13
Dalam penggalan sejarah Dinasti Mughal, tampil dua penguasa paling
berpengaruh: Akbar Khan dan Aurangzeb. Meskipun keduanya memerintah dalam dekade
yang berbeda, tetapi kebijakan Akbar Khan dan Aurangzeb, khususnya berkaitan dengan
pengembangan Islam di India, memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Akbar
mengembangkan pola Islam sinkretis. Sebaliknya, Aurangzeb mengembangkan pola Islam
puritan.
Dalam perspektif politik, langkah Akbar ini dianggap sah, bahkan cerdas. Sebab,
substansi politik adalah tercapainya tujuan, meskipun pada saat bersamaan terdapat aspek-
aspek tertentu yang terabaikan. Orang boleh melakukan apa saja dalam konteks politik.
Akbar telah memposisikan Islam tidak lebih dari sekedar simbol formal tanpa makna.
12
Taufik Abdullah, et.al, (Ed), Ensiklopedi Tematis…, h. 298.
13
Taufik Abdullah, et.al, (Ed), Ensiklopedi Tematis…, h. 298-299.
15
Karena itu, dia dengan mudah meleburkan dan mencampuradukkan Islam dengan berbagai
kepercayaan lain. Dalam situasi ini, Islam kehilangan identitasnya. Ketinggian dan
keluhuran ajaran Islam juga tereduksi sedemikian rupa. Hal ini menyebabkan ketegangan
dengan para penganut Ahlusunah wal jamaah.
Lain dengan Akbar Khan, lain pula dengan Aurangzeb. Wajah Islam di India pada
masa Aurangzeb tampak lebih dominan. Dia berusaha mengangkat kembali citra Islam
yang tampak “redup” beberapa dasawarsa sebelumnya. Ia giat mengembalikan kemurnian
Islam. Usaha ini patut dihargai. Sebab, dari sini terlihat kecintaan seorang Aurangzeb
terhadap Islam. Namun, perlu diingat, Islam adalah agama yang mensponsori perdamaian,
tanpa paksaan, dan tidak mentolelir berbagai tindak kekerasan terhadap pemeluk agama
lain. Memurnikan ajaran Islam dengan merusak tempat ibadah agama lain, bukanlah pesan
Islam.
Kebijakan Aurangzeb untuk menghancurkan kuil-kuil Hindu, meletakkan arca di
jalan-jalan agar selalu diinjak tampaknya menjadi sebuah kekeliruan. Hal ini menyebabkan
terjadinya pemberontakan hebat dari kalangan Hindu. Pada 1739 M. Mughal dikalahkan
oleh pasukan dari Persia dipimpin oleh Nadir Shah. Pada 1756 M. pasukan Ahmad Shah
merampok Delhi lagi. Kerajaan Britania yang masuk ke India pada 1600 M. dan mulai
melakukan penaklukkan terhadap kerajaan Mughal pada 1757 M. serta membubarkannya
tahun 1858 M. setelah mengalahkan pesaingnya, Perancis.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan Islam di masa kerajaan Islam Mughal
memang tidak segemilang masa Islam klasik sebelumnya. Hal ini didasari oleh beberapa
alasan; 1) metode berpikir dalam bidang teologi di masa ini adalah metode berpikir
tradisional setelah metode berpikir rasional Mu’tazilah padam. 2) Kebebasan berpikir ala
pemikiran filsafat Yunani menurun setelah al-Ghazali melontarkan kritik terhadap filsafat
dan di sisi yang lain ajaran tasawuf yang mengesampingkan kehidupan dunia berkembang
pesat. 3) Sarana-sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran, seperti
perpustakaan dan karya ilmiah asing banyak yang hancur di masa Islam klasik, sehingga
di masa Mughal seperti ada rantai pengetahuan yang terputus.
Sumbangan peradaban Islam kepada kebudayaan bangsa India teramat penting.
Dalam bangunan sosial budaya masyarakat India yang berbeda-beda, banyak ciri yang
maju, seperti penghormatan kepada wanita dan hak-hak mereka. Tidak salah kalau
16
dinyatakan bahwa setelah fajar Islam, bangsa India berhutang budi kepada Islam dan kaum
muslimin.
14
Syed Mahmudunnasir, Islam: Konsepsi…, h. 265-266
17
masuk pekerja pada serikat India Timur kemudian ia bekerja pula sebagai hakim. Tetapi di
tahun 1846 ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studi.
Dimasa “Pemberontakan 1857” ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya
kekerasan dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak
Inggris menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas jasanya,
tetapi hadiah yang dianugerahkan Inggris kepadanya ia tolak. Gelar Sir kemudian
kemudian di berikan kepadanya dapat ia terima. Hubungan dengan pihak Inggris menjadi
baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan umat Islam India.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India,
dapat diwujudkan hanya dengan bekerjasama dengan Inggris. Inggris telah merupakan
penguasa yang terkuat di India, dan menentang kekuasaan itu tidak akan membawa
kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya
akan jauh ketinggalandari masyarakat Hindhu India.
Disamping itu dasar ketinggian dan kekuatan Barat, termasuk di dalamnya Inggis,
ialah ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. Untuk dapat maju, umat Islam harus pula
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh umat
Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan itu bukanlah
bekerjasama dengan Hindhu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan
memperkuat hubungan baik dengan Inggris.
Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam “Pemberontakan 1857”, umat
tidak memainkan peranan utama. Untuk itu ia keluarkan pamflet yang mengandung
penjelasan tentang hal-hal yang membawa pada pecahnya “Pemberontakan 1857”. Di
antara sebab-sebab yang ia sebut adalah sebagai berikut:
1) Intervensi Inggris dalam soal keagamaan, seperti pendidikan agama Kristen yang
diberikan kepada yatim piatu di panti-panti yang diasuh oleh orang Inggris,
pembentukan sekolah-sekolah misi Kristen dan penghapusan pendidikan agama di
perguruan-perguruan tinggi.
2) Tidak turut sertanya orang-orang India, baik Islam maupun Hindu, dalam lembaga-
lembaga perwakilan rakyat, hal yang membawa kepada:
a) Rakyat India tidak mengetahui tujuan dan niat Inggris, mereka anggap Inggris
datang untuk mengubah agama mereka menjadi Kristen.
18
yang kurang percaya kepada kekuatan akal, kurang percaya kepada kebebasan manusia dan
keurang percaya pada adanya hukum alam, harus diubah terlebih dahulu.
Perubahan sikap mental itu ia usahakan melalui tulisan-tulisan dalam bentuk buku
dan artikel dalam majalah Tahzib al-Akhlaq. Usaha melalui pendidikan juga ia tidak
lupakan, bahkan pada akhirnya ke dalam lapangan inilah ia curahkan perhatian dan
pusatkan usahanya. Jalan yang efektif untuk merubah sikap mental memanglah pendidikan.
Di tahun 1861 ia dirikan sekolah Inggris di Muradabad. Di tahun 1876 ia minta
berhenti sebagai pegawai pemerintahan Inggris dan sampai akhir hayatnya di tahun 1898,
ia mementingkan pendidikan umat Islam India. Di tahun 1878, ia mendirikan Sekolah
Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) di Aligarh yang merupakan karyanya
yang besejarah dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan umat Islam India.
b. Dasar dan Tujuan Sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) di India
Menurut penulis I.H. Qureshi, sekolah Sekolah itu mempunyai peranan penting
dalam kebangkitan umat Islam India, dan sekiranya tidak karena sekolah itu, umat india di
pakistan sekarang akan lebih jauh ketimggalan dari umat-umat lain.15
Sebelumnya di tahun 1869/70 Sayyid Ahmad Khan telah berkunjung ke Inggris,
antara lain untuk mempelajari sistem pendidikan Barat. Sekembalinya dari kunjungan itu
ia membentuk panitia peningkatan pendidikan umat Islam. Salah tujuan panitia ialah
menyelidiki sebabnua umat Islam India sedikit sekali memasuki sekolah-sekolah
pemerintah. Disamping itu di bentuk lagi panitia dana pembentukan perguruan tinggi
Islam. Di tahun 1886 ia bentuk Muhammadan Educational Conference dalam usaha
mewujudkan pendidikan nasional dan seragam untuk umat Islam India. Progam dari
lembaga ini adalah menyebarluaskan pendidikan Barat dikalangan umat Islam, menyelidi
pendidikan agama yang diberikan di sekolah-sekolah Inggris yang didirikan oleh golongan
Islam dan menunjang pendidikan agama yang diberikan oleh sekolah-sekolah swasta.
Perhatian Sayyid Ahmad Khan terhadap umat Islam memang besar, tetapi
pengaruhnya tidak terbatas dalam pendidikan saja. Melalui buku karangannya dan
tulisannya di Tahzib al-Akhlaq ide-ide pembaharuan yang dicetuskannya menarik
perhatian golongan terpelajar Islam India. Penafsiran-penafsiran baru yang diberikannya
15
Hamka, Sejarah Umat Islam 1, Jakarta: Bulan Bintang, 1981, Cetakan VI, h. 163
20
terhadap ajaran-ajaran Islam lebih dapat diterima golongan pelajar ini dari pada tafsiran-
tafsiran lama.
c. Kurikulum Sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) di India
MAOC dibentuk sesuai dengan model sekolah di Inggris dan bahasa yang dipakai
di dalamnya ialah bahasa Inggris. Sedang guru dan stafnya banyak terdiri atas orang
Inggris. Ilmu pengetahuan modern merupakan sebagian besar dari mata pelajaran yang
diberikan. Pendidikan agama tidak di abaikan. Dalam hubungan ini baik disebut bahwa di
sekolah-sekolah inggris yang diasuh pemerintah, agama tidak di ajarkan. Di MAOC
pendidikan agama Islam dan ketaatan siswa menjalankan ajaran agama diperhatikan dan
di pentingkan. Sekolah itu terbuka bukan hanya bagi orang Islam, tetapi juga bagi orang
Hindu, Parisi, dan Kristen.16
Viqar al-Mulk sebagai seorang ulama, keras pendirian dan pegangan terhadap
agama. Hidup keagamaan di MAOC ia perkuat. Pelaksanaan ibadat, terutama salat dan
puasa, ia perketat pengawasannya. Lulus dalam ujian agama menjadi syarat untuk dapat
naik tingkat. Hal-hal tersebut di atas membuat MAOC menjadi lebih populer dikalangan
ulama India.
16
Hamka, Sejarah Umat …, h. 164
21
17
Taufik Abdullah, et.al, (Ed), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jilid 2, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
2002, h. 297.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Gambaran umum masyarakat India saat Islam memasuki wilayah ini, seperti
dijelaskan al-Biruni dikutip dalam perkembangan peradaban di kawasan Dunia
Islam, menunjukan dustu indikasi yang sangat menyulitkan bagi proses islamisasi.
Untuk melihat hal itu, ada lima hal yang menjadi titik perhatiannya sekaligus yang
menjadi ciri khas masyarakaat India saat itu, yakni bahasa, agama, tradisi,
kebencian terhadap orang asing, fanatisme dan keangkuhan budaya
2. Dinasti Changtai (1227-1369 M) yang didirikan oleh putra Jengis Khan, Changtai,
merupakan cikal bakal Kerajaan Mughal di India. Mughal merupakan kerajaan
Islam di anak benua India, dengan Delhi sebagai ibukotanya, berdiri antara tahun
1526-1858 M. Dinasti Mughal di India didirikan oleh seorang penziarah dari Asia
tengah bernama Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 M), Dinasti ini berada
pada masa kejayaan ketika dipimpin pemerintahan dan tiga raja penggantinya, yaitu
jehangir, Syah Jehan, Aurangzeb. Dan setelah empat raja tadi dinasti Mughal
mengalami masa kemunduruan.
3. Pendidikan islam di India pada masa dinasti Mughal bermula dari masjid, kemudian
pesantren. Di masjid diajarkan disiapkan pengajar dari berbagai spesialisasi, dan di
khanqah diajarkan berbagai ilmu pengetahuan seperti matematika, mantik/logika,
filsafat, tafsir Qur’an, hadits, fiqih, sejarah, dan geografi.
4. Pada masa pembaharuan pendidikan islam di india, terbentuknya madrasah dar al-
ulum, Sekolah Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC), dan Universitas
Muslim Aligarh. Kurikulum di madrash dar al-ulum pendidikan selama enam tahun
mengikuti silabus, ujian formal. Sedangangkan Sekolah Muhammedan Anglo
Oriental College (MAOC)materi pelajaran yang diberikan ilmu modern tanpa
meninggalkan pendidikan agama. Sedangkan di Universitas Muslim Aligarh
mengikuti mengikuti ilmu umum seperti ilmu alam, humaniora dan filsafat.
23
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, et.al, ed. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2002.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam Volume 3. Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1993.
Hamka. Sejarah Umat Islam 1. Jakarta: Bulan Bintang, 1981.
Holt, P. M., Ann K.S. Lambton and Bernard Lewis. The Cambridge History of Islam.
London : Cambridge University Press, 1970.
Ikram, S.M.. Muslim Civilization in India. New York : Columbia University Press, 1965.
Mahmudunnasir, Syed. Islam: Konsepsi dan Sejarahnya . Bandung : Rosdakarya, 2005.
Mujib, M. The Indian Muslim. London: George Alen, 1967.
Soebardi dan Harsojo. Pengantar Sejarah dan Ajaran Islam. Bandung : Binacipta, 1986.
Sulasma, Suparman. Sejarah Islam di Asia dan Eropa. Bandung: CV. Pustaka Setia,2013.
Thohir, Ajid. Sejarah Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta : Raja Grafindo,
2004.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000.