Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.1.1. Nilai-nilai Dasar ASN
Aparatur Sipil Negara (ASN) menurut UU No. 5 Tahun 2014 adalah
profesi bagi pegawai negeri dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja
yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan
publik yang di buat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, memberikan pelayanan publik yang
profesional dan berkualitas dan mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
Pegawai ASN terdiri dari Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (P3K).1
Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan merupakan pembekalan
komprehensif agar CPNS mempunyai pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan untuk melaksanakan tugas sebagai Aparatur Sipil Negara. Sesuai
dengan Peraturan LAN-RI, Nomor 12 tahun 2018 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan dasar CPNS Golongan III, yang
menggunakan aturan Pola Baru, peserta diklat mengikuti proses pembelajaran
yang mencangkup nilai-nilai dasar profesi PNS yang disingkat dengan istilah
ANEKA, yaitu: Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan
Anti Korupsi.2

1.1.2. Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular


Kecenderungan penyakit menular terus meningkat dan telah
mengancam sejak usia muda. Selama dua dekade terakhir ini, telah terjadi
transisi epidemiologis yang signifikan, penyakit tidak menular telah menjadi
beban utama, meskipun beban penyakit menular masih berat juga. Indonesia
sedang mengalami double burden penyakit, yaitu penyakit tidak menular dan
penyakit menular sekaligus. Penyakit tidak menular utama meliputi jantung,
stroke, hipertensi, diabetes melitus, kanker dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Jumlah kematian akibat PTM terus meningkat dari 41,75% pada tahun
1995 menjadi 59,7% di 2007.

1
2

Berdasarkan suvei RISKESDAS 2007, diketahui proporsi (%)


penyebab kematian di Indonesia yang tertinggi adalah akibat stroke. Penyebab
kematian utama untuk semua umur adalah strok (15,4%), yang disusul oleh TB
(7,5%), Hipertensi (6,8%), Cedera (6,5%) dan penyakit terkait perinatal (6%)
(grafik 2.1). Sementara diantara kematian akibat penyakit tidak menular
didapatkan sekitar sepertiganya disebabkan oleh penyakit stroke dengan total
jumlah kematian 2285.
Hasil RISKESDAS 2013 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi
adalah sebesar 25.8 persen yang menunjukkan angka yang lebih rendah di
bandingkan 2007 (31.7%). Sementara untuk prevalensi diabetes mellitus (hasil
pemeriksaan darah vena) adalah sebesar 6.9 persen (5.6% pada laki-laki dan
7.7% pada perempuan).3
Sedangkan menurut data Dinas Kesehatan Kota Tangerang pada
tahun 2015 disebutkan bahwa penyakit hipertensi meningkat menjadi peringkat
kedua dengan angka kejadian sebanyak 6,1% di Puskesmas se-Kota
Tangerang. Angka kejadian diabetes melitus tipe 2 juga meningkat pada tahun
2015 menjadi urutan ke 8 sebanyak 2,33 %. Hipertensi dan Diabetes melitus
tipe 2 merupakan 2 penyakit terbanyak pada poli rawat jalan rumah sakit se-
Kota Tangerang.4

Tabel 1.1 Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular3


Hasil RISKESDAS tahun 2013 menunjukkan beberapa faktor risiko
penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia adalah faktor risiko perilaku atau gaya hidup seperti merokok, kurang
aktifitas fisik serta kurang konsumsi sayur dan buah. Proporsi populasi dengan
aktifitas fisik kurang adalah sebesar 26.1 persen, yang menunjukkan
3

penurunan dibandingkan tahun 2007. Penurunan ini berkaitan dengan


penggunanaan definisi yang berbeda antara 2007 dan 2013. Sementara terkait
faktor risiko biologis, seperti obesitas sentral menunjukkan angka yang
meningkat dari 18.8 persen di tahun 2007 menjadi 26.6 persen di tahun 2013. 3
Di Amerika Serikat penurunan berat badan 5% pada pasien obesitas
dapat menurunkan insiden penyakit Diabetes Melitus tipe 2 sebesar 50%. Pada
studi wanita di Amerika Serikat, penurunan berat badan 5 – 10 % dapat
memperbaiki kadar gula darah, trigliserida, tekanan darah, profil lemak darah
HDL, serta menurunkan faktor resiko jantung.5 Walaupun obesitas
mendapatkan lebih banyak perhatian dibandingkan overweight, namun
overweight lebih besar prevalensinya dan berdampak terhadap angka kejadian
beberapa penyakit, seperti pada pasien overweight terjadi peningkatan resiko
penyakit coroner dan hipertensi dibanding pasien obesitas; dan dapat
meningkatkan resiko penyakit Diabetes melitus tipe 2 lebih dari 10 kali pada
pasien obesitas.6
Pelaksanaan skrining indeks massa tubuh menjadi tahap awal
pencegahan penyakit tidak menular. Pelaksanaan skrining indeks massa tubuh
di Puskesmas Panunggangan belum terlaksana dengan optimal, dikarenakan
pengukuran tinggi badan belum dilakukan menyeluruh ke semua pasien.
Tindak lanjut penemuan kelainan indeks massa tubuh pada pasien umum juga
belum optimal, sehingga capaian yang diharapkan dalam mencegah penyakit
tidak menular belum terealisasi.

1.2. Tujuan dan Manfaat


1.2.1. Tujuan

Rancangan kegiatan Aktualisasi dibuat sebagai pedoman untuk


mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi ASN, saat pelaksanaan tugas dan
peran sebagai dokter umum ketika off class. Pada diklat prajabatan di unit kerja
Puskesmas Panunggangan Kota Tangerang. Oleh karena itu, diharapkan nilai-
nilai dasar profesi ASN mampu di aktualisasikan dalam kegiatan-kegiatan yang
ada di Puskesmas Panunggangan Kota Tangerang.

1.2.2. Manfaat
4

Terwujudnya ASN yang profesional dalma mengaktualisasikan nilai


dasar di indikasikan dengan:
1. Kemampuan mewujudkan akuntabilitas dalam melaksanakan
tugas jabatannya.
2. Kemampuan mewujudkan nasonalisme dalam melaksanakan
tugas jabatannya.
3. Kemampuan mewujudkan etika publik dalam melaksanakan
tugas jabatannya.
4. Kemampuan mewujudkan komitmen mutu dalam melaksanakan tugas
jabatannya.
5. Kemampuan mewujudkan anti korupsi dalam melaksanakan
tugas jabatannya.

1.3. Nilai-nilai Dasar ANEKA


1.3.1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
intitusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah
seorang ASN adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik
tersebut antara lain :7
1) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sector,
kelompok dan pribadi.
2) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan
mencegah keterlibatan ASN dalam politik praktis.
3) Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
4) Menunjukan sikap dan prilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.
Aspek-aspek akuntabilitas antara lain :7
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi
kewenangan bertanggung jawab memberikan arahan, bimbingan dan
mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Di
5

lain sisi, individu/kelompok/institusi bertanggung jawab untuk


memenuhi semua kewajibannya. Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas,
hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bertanggung jawab
antara kedua pihak.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah prilaku aparat
pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif.
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan
memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap
tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi,
serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang
telah dilakukan.
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban menunjukan tanggung
jawab, dan tanggung jawab menghasilkan konsekuensi.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja
ASN dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Akuntabilitas merupakan prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku
pada setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam
memberikan pertanggung jawaban laporan kegiatan kepada atasannya.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu :7
1) Untuk menyediakan control demokratis (peran demokrasi).
2) Untuk mecegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (Peran
konstitusional).
3) Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

1.3.2. Nasionalisme

Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar


terhadap bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Prinsip
nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila agar
senantiasa menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan
6

keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan;


menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara;
bangga sebagai bangsa dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa
rendah diri, mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban antara
sesama manusia dan bangsa, menumbuhkan sikap saling mencintai
sesama manusia, mengembangkan sikap tenggang rasa. Indikator nilai
nasionalisme diantaranya:8
a. Sila 1 (Nilai Ketuhanan)

Menjamin kebebasan masyarakat dalam memeluk agama dan


kepercayaannya, saling menghormati kepercayaan satu sama lain,
mengembangkan etika sosial dimasyarakat.
b. Sila 2 (Nilai Kemanusiaan)

Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia, saling menghargai


antar sesama, mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,
warna kulit dan sebagainya.
c. Sila 3 (Nilai Persatuan)

Bekerja sama demi persatuan dan kesatuan bangsa, menempatkan


kepentingan publik daripada kepentingan diri sendiri demi persatuan
dan kesatuan bangsa.
d. Sila 4 (Nilai permusyawaratan dalam kehidupan sehari–hari)
Perwujudan dari demokrasi permusyawaratan yakni demokarasi
yang kerakyatan (penghormatan terhadap suara rakyat),
permusyawatan (kekeluargaan), dan hikmat kebijaksanaan.
e. Sila 5 (Nilai keadilan)

Mengembangkan sikap adil terhadap semua tingkat sistem


kemasyarakatan, menyediakan kesetaraan kesempatan dalam
proses fasilitasi akses informasi dan layanan.

1.3.3. Etika Publik

Etika publik merupakan refleksi tentang standar atau norma yang


7

menentukan baik atau buruk, benar atau salah perilaku, tindakan, dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggung jawab pelayanan publik. Indikator etika publik, antara lain sebagai
berikut:9
1) Memegah teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.

1.3.4. Komitmen Mutu

Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang
lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja
pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik
dengan berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh individu
terhadap produk atau jasa berupa ukuran baik atau buruk. Bidang apapun
yang menjadi tanggung jawab pegawai negeri sipil semua mesti
dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada
stakeholder. Indikator komitmen mutu antara lain:10
1) Orientasi mutu, berkomitmen untuk senantiasa melakukan pekerjaan
8

dengan arah dan tujuan untuk kualitas pelayanan.


2) Efisien, adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa pemborosan sumber daya dan hemat waktu.
3) Efektif, adalah berhasil guna, menunjukan tingkat ketercapaian
target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun
mutu hasil kerja.
4) Inovatif, adalah sesuatu yang baru sebagai perwujudan ide
kreatifitas untuk meningkatkan mutu pelayanan.

1.3.5. Anti Korupsi

Anti korupsi adalah kesadaran untuk tidak melakukan korupsi yakni


tidak melakukan perbuatan melawan hukum untuk memperkaya diri sendiri
/ orang lain / korporasi yang dapat merugikan negara. Korupsi sering
dikatakan sebagi kejahatan luar biasa dikarenakan dampaknya yang luar
biasa menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga,
masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Tindak pidana korupsi yang
terdiri dari kerugian keuangan negara, suap-menyuap, pemerasan,
perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan
dalam pengadaan dan gratifikasi. Sama dengan nilai dasar ASN yang lain,
anti korupsi memiliki indikator di antaranya:11
1) Jujur
Jujur merupakan sikap atau sifat seseorang yang menyatakan
sesuatu dengan sesungguhnya dan apa adanya, tidak ditambahi
ataupun dikurangi.
2) Peduli
Peduli merupakan suatu bentuk perhatian dan proaktif terhadap
apa yang dilakukan orang lain.
3) Mandiri
Mandiri merupakan keadaan seseorang yang berdiri sendiri tanpa
bergantung terhadap orang lain.
4) Disiplin

Disiplin merupakan perwujudan sikap mental dan perilaku suatu


bangsa ditinjau dari aspek kepatuhan dan ketaatan terhadap
9

ketentuan peraturan dan hukum yg berlaku di kehidupan


berbangsa dan bernegara.
5) Kerja keras

Kerja keras merupakan kegiatan berusaha semaksimal mungkin


dalam mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.
6) Tanggung jawab

Tanggung jawab merupakan keadaan wajib menanggung segala


sesuatunya.
7) Sederhana

Sederhana merupakan keadaan bersahaja atau tidak berlebih-


lebihan.

8) Berani

Mempunyai keberanian untuk menyatakan kebenaran dan menolak


kebatilan.
9) Adil
Menempatkan sesuatu sesuai dengan kemampuannya atau
kebutuhannya merupakan sebuah pengertian dari adil.

1.4. Kedudukan dan peran PNS dalam NKRI


Indonesia sebagai negara hukum telah menempatkan landasan yuridis
bagi warga negaranya dalam memperoleh pekerjaan yang layak, sebagaimana
tertulis dalam Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi:
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan”.
Isi pasal tersebut, Negara menyadari akan arti penting dan mendasarnya
masalah pekerjaan bagi kelangsungan hidup manusia. Manusia untuk menjaga
kelangsungan hidupnya, maka perlu bekerja untuk menghasilkan sesuatu
imbalan berupa materi, dan salah satu dari pekerjaan itu adalah dengan cara
mengabdi pada Negara dengan menjadi Pegawai Negeri.
Tujuan nasional adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
secara merata dan berkesinambungan materill dan spiritual. Hal tersebut dapat
dicapai salah satunya dengan adanya Pegawai Negeri sebagai Warga Negara,
10

Unsur Aparatur Negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat yang dengan
penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan
Pemerintah.
Pendapat E.Utrecht yang dikutip oleh Muchsan dalam bukunya Hukum
Kepegawaian, bahwa negara merupakan badan hukum yang terdiri dari
persekutuan orang (Gemeenschaap Van Merten) yang ada karena
perkembangan faktor-faktor sosial dan politik dalam sejarah.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa negara sebagai
organisasi kekuasaan merupakan suatu badan yang berstatus hukum sebagai
pendukung hak dan kewajiban (subyek hukum). Negara akan mencapai
tujuannya dengan menggunakan status badan hukum beserta hak dan
kewajibannya tersebut. Hak dan kewajiban yang dilaksanakan oleh aparatur
negara didistribusikan kepada jabatan-jabatan negara. Aparatur yang
melaksanakan hak dan kewajiban negara yang disebut subyek hukum adalah
Pegawai Negeri.
Hubungan antara Pegawai Negeri dengan negara menimbulkan kaidah-
kaidah dalam hukum kepegawaian Kelancaran pelaksanaan pembangunan
dan pemerintahan tergantung pada kesempurnaan dan kemampuan aparatur
Negara, dalam hal ini adalah Pegawai Negeri.
Kedudukan dan peranan pegawai dalam setiap organisasi pemerintahan
sangatlah menentukan, sebab Pegawai Negeri merupakan tulang punggung
pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional. Dalam rangka
memberikan Pelayanan yang profesional, jujur adil dan merata maka
dibutuhkan juga Sumber Daya Manusia Aparatur Pemerintah yang berkualitas
dan mempunyai kesadaran tinggi akan tanggung jawabnya sebagai aparatur
negara, abdi negara, serta abdi masyarakat. Sedangkan Sumber Daya
Manusia dapat dikatakan berkualitas ketika mereka memiliki kemampuan untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan kewenangan yang
diberikan kepadanya.
Peranan Pegawai Negeri sipil yang penting dan strategis tersebut
menjadikan sebuah tanggung jawab besar bagi setiap pribadi pengembannya.
Setiap orang tidak bisa menduduki Posisi sebagai Pegawai Negeri Sipil apabila
tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Muchsan yang
11

mengatakan bahwa terdapat 4 (empat) unsur untuk menyatakan seseorang


menjadi Pegawai Negeri;12
1) Memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan.
2) Diangkat oleh pejabat yang berwenang.
3) Diserahi tugas dalam suatu jabatan negara atau tugas lainnya
yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
4) Digaji berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara menyatakan bahwa : Aparatur Sipil Negara yang
selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan
pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme.12
Dengan terbitnya Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang aparatur
sipil Negara, pegawai negeri sipil diharuskan mempunyai fungsi sebagai: 12
a. pelaksana kebijakan publik;
b. pelayan publik; dan
c. perekat dan pemersatu bangsa.
Berdasarkan pada Pasal 13 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang
aparatur sipil Negara mengatur bahwa jabatan ASN terdiri atas: 12
a. Jabatan Administrasi;
b. Jabatan Fungsional; dan
c. Jabatan Pimpinan Tinggi.
Peran dan kedudukan ASN dalam NKRI bisa dilihat dari kemampuan
mereka memahami manajemen ASN, Pelayanan Publik dan inovasi yang
berkaitan dengan whole of government (WOG).12

Anda mungkin juga menyukai