Anda di halaman 1dari 24

Bagian Obstetri dan Ginekologi Referat Ginekologi

Fakultas Kedokteran Agustus 2018


Universitas Pattimura

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Sherly L. Kerjapy

(2017-84-049)

Pembimbing:

dr. Erwin Rahakbauw, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Pemeriksaan Ginekologi”.
Referat ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam rangka mengikuti
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura di RSUD dr. M. Haulussy Ambon periode 23 Juli – 29
September 2018 dan juga sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir
di bagian ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pebimbing dr. Erwin
Rahakbauw, Sp. OG, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis sehingga referat ini dapat diselesaikan.
Kritik dan saran terhadap referat ini diharapkan dapat memberikan masukan
untuk perbaikan dikemudian hari. Semoga referat ini dapat bermanfaat dalam
menambah pengetahuan di bidang Kedokteran terutama dalam bidang Ilmu
Kebidanan dan Kandungan serta bagi para pembacanya.

Ambon, Agustus 2018

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sikap penderita wanita yang datang pada tenaga medis agak berbeda dengan
sikap penderita pria, lebih-lebih apabila ia datang untuk keluhan ginekologik.seorang
wanita yang mengajukan hal-hal yang sehubungan dengan alat kelaminnya,
cenderung menunjukkan gejala-gejala kecemasan, kegelisahan, rasa takut, dan rasa
malu.1
Seorang wanita yang mengalami keluhan sehubungan dengan alat
reproduksinya akan merasa cemas, gelisah dan malu untuk mengungkapkan kepada
tenaga medis. Dalam menghadapi pasien yang demikian, sikap seorang tenaga medis
sebaiknya sabar, pengertian dan menimbulkan kepercayaan. Untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa malu penderita, sebaiknya anamnesis diambil tanpa hadirnya
orang lain.1,2
Dalam anamnesis penderita perlu diberi kesempatan untuk mengutarakan
keluhan-keluhan secara spontan, baru kemudian ditanyakan gejala-gejala tertentu
yang menuju kearah kemungkinan diagnosis. Simptomatologi penyakit ginekologik
sebagian besar berkisar pada gejala: 1) perdarahan, 2) rasa nyeri, dan 3)
pembengkakan.1,2,3
Pemeriksaan ginekologik pada seorang perempuan memerlukan perhatian
khusus dari dokter pemeriksa. seorang perempuan yang mengajukan hal-hal yang
berhubungan dengan alat kelaminnya, cenderung menunjukkan gejala-gejala
kecemasan, kegelisahan, rasa takut, dan rasa malu, sehingga saat menghadapi seorang
penderita ginekologik, terutama pada pemeriksaan pertama kali, yang sangat
diperlukan adalah pengertian (simpati), kesabaran, dan sikap yang menimbulkan
kepercayaan.2

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANAMNESIS
Pada anamnesis seorang wanita ditanyakan; sudah menikah atau belum,
paritas, siklus haid, penyakit yang pernah diderita, terutama kelainan ginekologik
serta pengobatannya dan operasi yang dialami.1
1. Riwayat Penyakit Umum
Tanyakan kepada pasien apakah pernah menderita penyakit berat, seperti
penyakit tuberculosis, penyakit jantung, riwayat penyakit ginjal, penyakit darah,
diabetes mellitus, dan penyakit jiwa. Riwayat operasi non-ginekologik perlu juga
diperhatikan, misalnya strumektomi, mammektomi, appendektomi.1,2
2. Riwayat Obstetrik
Perlu ditanyakan mengenai riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan
keadaan anaknya. Infeksi nifas dan kuretase dapat menjadi sumber infeksi
panggul menahun dan kemandulan. Dalam hal infertilitas perlu diketahui apakah
itu disengaja akibat penggunaaan cara-cara kontrasepsi dan cara apa yang
digunakan, ataukah perempuan tisak menjadi hamil secara alamiah. Jika pernah
mengalami keguguran, apakah disengaja atau spontan. Perlu juga ditanyakan
banyaknya perdarahan dan apakah telah dilakukan kuretase.1,2
3. Riwayat Ginekologik
Riwayat penyakit/kelainan ginekologik serta pengobatannya dan riwayat
operasi atau hasil-hasil pemeriksaan yang didapatkan.1,2,3
4. Riwayat Haid
Perlu diketahui menarke, siklus teratur atau tidak, lama haid, banyaknya darah
waktu haid, disertai nyeri atau tidak dan menopause. 1,2,3
5. Keluhan Sekarang
Keluhan yang dialami pasien sekarang penting untuk mengarahkan kearah
penegakan diagnosis. Biasanya pasien akan datang dengan keluhan perdarahan,

2
nyeri, siklus haid tidak teratur, dll. Selain itu perlu untuk melakukan pemeriksaan
lebih lanjut. 1,2,3
6. Perdarahan
Perdarahan yang sifatnya tidak normal sering dijumpai. Perlu ditanyakan
apakah perdarahan ini ada hubungan dengan siklus haid atau tidak, apakah berupa
menoragi, “spoeting” hipermenorea, polimenorea, hipomenora, oligomenorea
ataukah metroragia. 1,2
Perdarahan yang didahului oleh haid yang terlambat biasanya disebabkan oleh
abortus, kehamilan mola, atau kehamilan ektopik. Namun perlu memperhatikan
penyebab lain seperti polip, erosi portio, dan karsinoma serviks. 1,2,3
Perdarahan sewaktu atau setelah koitus dapat merupakan gejala dini dari
karsinoma serviks uteri, walaupun itu dapat disebabkan pula oleh erosi portio,
polip serviks atau vulnus traumatikum postkoitum (hymen robek disertai
perdarahan dari arteri kecil saat koitus pertama, atau pada permukaan forniks
posterior. 1,2,3
Perdarahan dalam menopause perlu mendapatkan perhatian khusus, karena
memiliki arti klinis yang penting terhadap kecurigaan tumor ganas genital.
Metroragia merupakan gejala yang penting dari ca serviks dan ca korpus uteri.
Tumor ganas ovarium jarang disertai perdarahan, kecuali kadang-kadang pada
tumor sel granulose dan sel teka. 1,2,3
7. Fluor Albus (Leukorea)
Sifat dan banyaknya leukorea memberikan petunjuk ke arah etiologinya.
Secara fisiologis keluarnya getah yang berlebihan dari vulva (biasanya lendir)
dapat dijumpai waktu ovulasi, menjelang dan setelah haid, rangsangan seksual
dan dalam kehamilan. Namun jika pengeluarannya berlebihan disertai nyeri dan
gatal dapat berupa suatu keadaan patologis 1,2,3
Fluor albus akibat trikomoniasis dan kandidiasis hampir selalu disertai rasa
gatal seperti akibat DM. Namun pada vaginitis senilis, disertai rasa nyeri.1,2,3

3
8. Rasa Nyeri
Rasa nyeri biasanya dirasakan pada bagian perut, panggul, pinggang,, atau
alat kelamin luar. Gejala dismenorea dapat berupa pertanda terjadinya
endometriosis. Jika nyeri dirasakan pada perut dapat disebabkan oleh kelainan
letak uterus, neoplasma, dan terutama peradangan yang mendadak maupun yang
menahun. Perlu ditanyakan lamanya, secara terus-menerus atau berkala, rasa
nyerinya (seperti ditusuk-tusuk, seperti mules, dan ngilu), hebatnya dan
lokalisasinya. 1,2,3
9. Miksi
Keluhan pada saluran kemih sering menyertai kelainan ginekologik. oleh
karena itu perlu ditanyakan rasa nyeri waktu berkemih, seringnya berkemih,
retensio urin, berkemih tidak lancar, atau tidak tertahan. 1,2,3
10. Defekasi

B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dalam ginekologi terdiri dari pemeriksaan umum,
pemeriksaan payudara, dan perut. Posisi pasien pada pemeriksaan ginekologi terdiri
dari posisi litotomi, posisi miring, atau letak sims. 1,2,3,4,5

1. PEMERIKSAAN UMUM
Menilai kondisi fisik pasien secara keseluruhan termasuk bentuk tubuh,
pertumbuhan rambut terutama didaerah pubis, betis, dan kumis yang mengarah pada
kelainan endokrin. Perlu juga dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien,
pemeriksaan kelenjar ketiak, jantung, paru-paru dan perut. Jika perlu, pemeriksaan
dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb, leukosit, LED, dan
pemeriksaan urin. 3,4

4
2. PEMERIKSAAN PAYUDARA
Pemeriksaan payudara penting pada perempuan terutama dalam hubungan
dengan diagnostic, kelainan endokrin, kehamilan, dan karsinoma mammae. Yang
perlu diperhatikan adalah perkembangan payudara (besar kecilnya) dihubungkan
dengan umur dan keluhan penderita (amenore, kehamilan, laktasi, menopause),
selanjutnya bentuknya, konsistensi, dll. 3,4,5
a. Pemeriksaan dimulai dengan persetujuan pasien terlebih dahulu (inform consent)\
b. Mintalah pasien untuk membuka/melepas pakaian dalam
c. Pasien diminta untuk berbaring terlentang, satu tangan diangkat dan diletakkan di
belakang kepala. Hal ini bertujuan untuk meregangkan dinding dada.
d. Lakukan inspeksi pada dinding dada, dan menilai :
 Kedua payudara simetris / tidak
 Lecet / ulkus pada payudara dan putting
 Keluar cairan dari puttng, nilai warnanya
 Retraksi putting / tidak
 Benjolan / massa pada payudara
 Dimpling
 Peau d’ orange
 Pelebaran vena
e. Lakukan palpasi pada payudara dengan menggunakan ujung jari. Palpasi dapat
dimulai dari atas ke bawah, atau secara sirkular. Hal yang dinilai yaitu :
 Tumor : jumlah, lokasi, ukuran, konsistensi, permukaan, infiltrasi ke kulit /
tidak, melekat ke otot / tidak, nyeri tekan.
 Kelenjar limfe, pembesaran kelenjar limfe sekitar (pada ketiak), nyeri tekan.

5
3. PEMERIKSAAN PERUT
a. Inpeksi abdomen
Hal yang dinilai pada pemeriksaan inspeksi abdomen adalah: pembesaran
dinding abdomen (tumor, kehamilan, asites), pergerakan dengan pernapasan, kondisi
kulit (mengkilap, keriput, pigmentasi gambaran sendi, striae, jaringan parut operasi).
1,2,3

b. Palpasi Abdomen1,2,3
 Sebelum dilakukan palpasi, pasien diminta untuk mengosongkan kandung
kemih dan rectum terlebih dahulu.
 Pemeriksaan dilakukan dengan seluruh telapak tangan dan jari-jari dimulai
dari atas, kemudian lakukan palpasi dengan tekanan ringan untuk menilai
apakah dinding perut lemas / tegang karena rangsangan nyeri.
 Lakukan palpasi lebih dalam bersamaan dengan irama pernapasan.
 Nilai apakah terdapat defans muscular, nyeri tekan, nyeri tekan lepas, teraba
tumor, konsistensi benjolan, dll.
c. Perkusi Abdomen1,2,3
Bila dijumpai adanya pembesaran perut, dengan perkusi dapat ditentukan
apakah pembesaran perut tersebut disebabkan oleh tumor (mioma uteri atau kista
ovarium) atau oleh cairan bebas dalam perut. Tumor yang disertai cairarn bebas
menunjuk kearah keganasan. 1,2,3
d. Auskultasi Abdomen
Penilaian auskultasi penting pada tumor perut yang besar untuk
menyingkirkan kemungkinan kehamilan (mendengarkan denyut jantung janin.
Penilaian bising usus dalam diagnostik peritonitis atau ileus. 1

6
4. PEMERIKSAAN GINEKOLOGIK
a. Posisi Pasien1,2,3,4,5
1) Posisi Litotomi
Posisi ini paling sering digunakan terutama di Indonesia. Untuk itu
diperlukan meja ginekologik dengan penyangga bagi kedua tungkai.
Pasien berbaring diatasnya sambil lipat lututnyadiletakkan pada
penyangga dan tungkainya dalam fleksi santai, sehingga pasien berbaring
dalam posisi mengangkang.
Pemeriksa berdiri atau duduk didepan vulva. Pemeriksaan inspekulo
dilakukan sambil duduk, sedang pemeriksaan bimanual sebaiknya dengan
berdiri.
2) Posisi Miring
Pasien berbaring di pinggir tempat tidur dengan posisi miring
mengarah ke kiri. Kedua paha dan lutut ditekuk dan kedua tungkai sejajar.
3) Posisi Sims
Posisi ini hampir sama dengan letak miring hanya tungkai kiri hampir
lurus, tungkai kanan ditekuk kea rah perut dan lutut diletakkan pada tempat
tidur, sehingga panggul membentuk sudut miring dengan alas; lengan kiri
dibelakang badan dan bahu sejajar dengan alas. Dengan demikian pasien
berbaring setengah tengkurap.
Dalam keadaan tertentu posisi sims memiliki keunggulan, yaitu
dengan penggunaan speculum: sinus dan cocor bebek; pemeriksaan inspekulo
dapat dilakukan lebih mudah dan lebih teliti, terutama pemeriksaan dinding
vagina depan untuk mencari fistula vesikovaginalis yang kecil.
b. Alat-alat Perlengkapan Pemeriksaan Ginekologik1,2,3
1) Sarung tangan
2) Speculum Sims dan speculum cocor bebek
3) Cunam kapas (korentang) untuk membersihkan vagina dan porsio uteri

7
4) Kateter Nelaton atau kateter logam
5) Kapas sublimat atau kapas lisol
6) Kaca benda untuk pemeriksaan gonore dan sitology vagina
7) Spatel ayre dan etil alcohol 95% untuk sitology vagina
8) Kapas lidi untuk pemeriksaan gonore, trikomoniasis, dan kandidiasis
9) Botol kecil berisi larutan garam fisiologik untuk pemeriksaan sediaan
segar pada persangkaan trikomoniasis dan kandidiasis, betadine
10) Cunam porsio atau tenakulum: kogeltang
11) Sonde uterus
12) Cunam biopsy
13) Mikrokuret
14) Gunting

8
Gambar 1. Posisi—posisi pada pemeriksaan ginekologi. A. Posisi miring, B. Posisi
Sims, C. Pemasangan speculum pada posisi miring, D. Posisi litotomi.1
5. PEMERIKSAAN ORGAN GENITALIA EKSTERNA1-5
a. Inspeksi
Dalam letak litotomi alat kelamin tampak jelas. Dengan inspeksi perlu
diperhatikan bentuk, warna, pembengkakan, dan sebagainya dari genitalia eksterna,
perineum, anus, dan sekitarnya, dan apakah ada darah atau fluor albus. Apakah
hymen masih utuh dan klitoris normal?. Pertumbuhan rambut pubis perlu
diperhatikan. 1,2,3

9
Terutama dicari apakah ada peradangan, iritasi kulit, eksema dan tumor;
apakah orifisium uretra eksternum merah dan ada nanah, apakah ada karunkula, atau
polip. Nanah tampak lebih jelas apabila dinding belakang uretra diurut dari dalam
keluar dengan jari. Apakah ada benda menonjol dari introitus vagina (prolapses uteri,
mioma yang sedang dilahirkan, polypus servisis yang panjang); adakah sistokel dan
rektokel; apakah glandula bartholini membengkak dan meradang; apakah hymen
masih utuh; apakah introitus vagina sempit atau lebar; dan apakah ada parut
diperineum; kondiloma akuminata atau kondiloma lata?. 1,2,3
Pada perdarahan pervaginam dan fluor albus perlu pula diperhatikan
banyaknya, warnanya, kental atau encernya, dan baunya. Dalam menghadapi
prolapsus uteri, penderita disuruh batuk atau meneran sambil meniup punggung
tangannya, sehingga kelainan tampak lebih jelas. 1,2,3
b. Perabaan Vulva dan Perineum
Pemeriksaan dapat dimulai dengan perabaan glandula Bartholini dengan jari-
jari dari luar, yang kemudian diteruskan dengan perabaan antara dua jari di dalam
vagina dan ibu jari diluar. Dicari apakah ada bartholinitis, abses atau kista. Dalam
keadaan normal kelenjar bartholin tidak dapat diraba. 4,5
Apabila ada ureitritis gonoreika, maka nanah tampak lebih jelas keluar dari
orifisium uretra eksternum jika dinding belakang uretra diurut dari dalam keluar
dengan jari-jari yang berada dalam vagina. Perlu pula diperhatikan glandula para
uretralis. Selanjutnya, periksa keadaan perineum, bagaimana tebalnya, tegangnya, dan
elastisitasnya. 1,4,5

6. PEMERIKSAAN ORGAN GENITALIA INTERNA


a. Pemeriksaan Dengan Spekulum
Ada kebiasaan setelah inspeksi vulva dan sekitarnya untuk memulai
pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan inspekulo, terutama apabila akan
dilakukan pemeriksaan sitology atau pemeriksaan terhadap gonore, trikomoniasis,
dan kandidiasis, atau ada suatu proses yang mudah berdarah. Ada pula yang memulai

10
dengan pemeriksaan bimanual, yang disusul dengan pemeriksaan dalam speculum.
1,2,3

Terlebih dahulu pasang speculum Sims kedalam vagina bagian belakang.


Mula-mula ujung speculum dimasukkan agak miring kedalam introitus vagina,
didorong sedikit kedalam dan diletakkan melintang dalam vagina; lalu speculum
ditekan kebelakang dan didorong lebih dalam lagi, sehingga ujung speculum
menyentuh puncak vagina di forniks posterior. Setelah speculum pertama dipasang
dan ditekan kebelakang, maka pemasangan speculum sims kedua (depan) yang harus
lebih kecil dari yang pertama, menjadi sangat mudah; ujungnya ditempatkan di
forniks anterior dan ditekan sedikit kedepan. Biasanya portio langsung tampak
dengan jelas.1,2,3
Apabila portio menghadap terlampau kebelakang atau terlampau kedepan,
maka posisi kedua speculum perlu disesuaikan, yaitu ujung speculum belakang
digerakkan lebih kebelakang dan atau yang depan digerakkan lebih kedepan,
sehingga letak portio ditengah antara kedua spekulum.1,2,3
Dengan menggunakan speculum, dinding vagina diperiksa (rugae vaginalis,
karsinoma, fluor albus) dan portio vaginalis servisis uteri (bulat, terbelah melintang,
mudah berdarah, erosi, peradangan, polip, tumor, atau ulkus, terutama pada
karsinoma). 1,2,3
Untuk pemeriksaan dengan speculum, mutlak diperlukan lampu penerang
yang diletakkan dibelakang pemeriksa agak kesamping mengarah ke portio.
Selain itu, dengan speculum dapat pula dilakukan pemeriksaan pelengkap,
seperti usap vagina dan usap serviks untuk pemeriksaan sitology, getah kanalis
serviks untuk pemeriksaan gonore, dan getah dari forniks posterior untuk
pemeriksaan trikomoniasis dan kandidiasis.1,2,3
Eksisi percobaan dilakukan juga dalam speculum. Apabila ada polip kecil
bertangkai, ini sekaligus dapat diangkat dengan memutar tangkainya. AKDR (IUD)
yang sudah tidak dikehendaki lagi oleh penderita dapat pula dikeluarkan. 1,2,3

11
b. Pemeriksaan Bimanual
Pemeriksaan genitalia interna dilakukan dengan kedua tangan (bimanual) dua
jari atau satu jari dimasukkan kedalam vagina atau satu jari kedalam rectum, sedang
tangan lain (biasanya empat jari) diletakkan didinding perut. 1,2,3
Untuk memperoleh hasil sebaik-baiknya, penderita berbaring dalam letak
litotomi; diberitahu bahwa padanya akan dilakukan pemeriksaan dalam dan harus
santai, tidak boleh menegangkan perutnya. Pemeriksa memakai sarung tangan dan
berdiri atau duduk didepan vulva. 1,2,3
Sebelum tangan kanan dimasukkan dibersihkan dengan kapas sublimat atau
kapas lisol. Waktu tangan kanan akan dimasukkan kedalam vagina, jari telunjuk dan
jari tengah diluruskan kedepan, ibu jari lurus keatas, dan dua jari yang lainnya dalam
keadaan fleksi. Vulva dibuka dengan dua jari tangan kiri. Mula-mula jari tengah
dimasukkan kedalam introitus vagina, lalu komisura posterior ditekan kebelakang
supaya introitus menjadi lebih lebar. Baru kemudian jari telunjuk dimasukkan juga.
Cara ini dumaksudkan untuk menghindari rasa nyeri, apabila dinding belakang uretra
tertekan terlampau keras oleh kedua jari yang dimasukkan sekaligus. Ini tentu tidak
berlaku bagi multipara dengann introitus yang sudah lebar. 1,2,3

c. Perabaan Vagina dan Dasar Panggul


Hymen yang masih utuh dan kaku (hymen rigidus) merupakan kontraindikasi
dalam pemeriksaan pervagina. Apabila tidak demikian halnya, sebaiknya dua jari
dimasukkan ke dalam vagina. Diperiksa apakah introitus vagina dan vagina sempit
atau luas; apakah dinding vagina licin atau kasar bergaris-garis melintang (rugae
vaginalis); apakah teraba polip, tumor, atau benda asing; apakah teraba lubang
(fistula); apakah ada kelainan bawaan, seperti septum vagina; apakah puncak vagina
teraba kaku oleh jaringan parut atau karsinoma servitis tingkat II dan III. 1,2,3
Pada pemeriksaan vagina tidak boleh dilupakan perabaan kavum douglasi
dengan menempatkan ujung jari di forniks posterior. Penonjolan forniks posterior
dapat disebabkan oleh: 1,2,3

12
1) Terkumpulnya feses/skibala didalam rektosigmoid
2) Korpus uterus dalam rektofleksio
3) Abses dikavum douglasi
4) Hematokel retrouterina pada kehamilan ektopik terganggu
5) Kutub bawah dari tumor ovarium atau mioma uteri dan tumor rektosigmoid
Pada diverticulitis periuretrialis teraba benjolan nyeri dibelakang atau sekitar
uretra. Selanjutnya, diperiksa pula keadaan dasar panggul, terutama muskulus levator
ani; bagaimana tebal, tonus, dan tegangnya. 1,2,3

d. Perabaan Serviks
Perabaan serviks harus dilakukan secara sistematis. Perhatikan secara berturut-turut :
1,2,3

1) Kemana menghadapnya
2) Bentuknya apakah bulat atau terbelah melintang
3) Besar dan konsistensinya
4) Apakah agak turun kebawah
5) Apakah kanalis servikalis dapat dilalui oleh jari, terutama ostium uretri internum

e. Perabaan Korpus Uteri


Pemeriksaan korpus uteri dilakukan bimanual dengan peranan tangan luar
yang sama pentingnya, bahkan dianggap lebih penting daripada tangan yang didalam
vagina. Juga batas kanan dan kiri uterus perlu diraba. Perabaan bimanual korpus uteri
harus dilakukan secara sistematis. Harus diperhatikan secara berturut-turut: 1,2,3
1) Letaknya
2) Bentuknya
3) Besar dan konsistensinya
4) Permukaan; dan
5) Gerakannya

13
Untuk melakukan evaluasi pada uterus, pemeriksaan dilakukan secara
bimanual. Perabaan uterus sulit dilakukan pada kasus:
1) Uterus retroversio fleksio, perabaan uterus agak sulit oleh karena pencekapan
uterus tak dapat berlangsung secara baik.
2) Pasien obese, evaluasi uterus secara palpasi sulit dilakukan.
3) Vesika urinaria yang terlampau penuh.

f. Perabaan Parametrium dan Adneksum


Pemeriksaan adneksa dan parametrium baru dapat dilakukan bila palpasi
uterus sudah dapat dilakukan dengan baik. Dalam keadaan normal, tuba falopii dan
ovarium tak dapat diraba.Tuba falopii dan ovarium hanya dapat diraba dari luar pada
pasien kurus atau pada tumor ovarium / kelainan tuba (hidrosalphynx) yang cukup
besar. 1,2,3
Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah ke
dalam vagina. Jari-jari perlu dimasukkan sedalam-dalamnya, jika perlu perineum
didorong ke dalam, sehingga ujung jari dapat mencapai 2,5 cm lebih dalam. 1,2,3
Selanjutnya ujung jari di tempatkan pada forniks lateral dan didorong kearah
belakang lateral dan atas. Tangan yang berada di luar berada di perut bawah, kanan
atau kiri sesuai dengan letak jari yang berada di dalamvagina. Penempatan jari bagian
luar berada pada spina iliaka anterior posterior di garis medio-lateral. 1,2,3

7. PEMERIKSAAN REKTOABDOMINAL, REKTOVAGINAL DAN


REKTOVAGINOABDOMINAL
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang mengaku masih virgin atau
belum pernah bersetubuh, pada kelainan bawaan, atresia himenalis, atau atresia
vaginalis, pada hymen rigidus, dan pada vaginismus. 1,2,3
Pada pemeriksaan rectal dengan satu jari mula-mula dinilai tonus muskulus
sfingter ani eksternus atau apakah otot masih utuh, misalnya penderita tidak pernah
mengalami rupture perineal tingkat III waktu persalinan yang lampau. Perlu

14
diperhatikan juga apakah terdapat hemoroid, selaput lender rectum, dan adanya
tumor, atau striktura rekti. 1,2,3
Penebalan dinding vaina dan septum rektovaginal, kista dinding vagina dan
infiltrasi karsinoma rekti lebih mudah ditentukan dengan pemeriksaan rektovaginal.
1,2,3

8. PEMERIKSAAAN DALAM NARKOSIS


Pemeriksaan vaginoabdominal dan pemeriksaan in speculum perlu/harus
dilakukan dalam narkosis : 1,2,3
1) Pada anak kecil
2) Pada biarawati
3) Pada virgo dengan introitus vagina yang sempit atau pada hymen rigiditus
4) Pada vaginismus
5) Apabila penegangan perut oleh penderita tidak bisa dihilangkan
6) Apabila pada pemeriksaan biasa, tanpa narkosis tidka diperoleh keterangan yang
cukup jelas (adipositas, tumor besar, cairan bebas, dan sebagainya).
Indikasi pemeriksaan dalam narkosis bagi anak kecil, virgo dan biarawati
ialah perdarahan yang tidak normal, fluor albus, kelainan endokrin, persangkaan
interseksualitas. 1,2,3
Pada anak kecil pemeriksaan vaginal tidak dapat dilakukan tanpa narkosis,
disebabkan oleh ketakutan, ketidaktenangan, dan rasa nyeri. Digunakan speculum
cocor bebek yang sangat kecil, khusus untuk anak-anak. Kadang-kadang pemasukan
jari dan speculum tidak mungkin sama sekali. Dalam hal demikian, hanya dilakukan
pemeriksaan dengan memasukkan kateter gelas atau logam untuk mengenal benda
asing didalam vagina dan unutk pengambilan getah vagina untuk pemeriksaan. Benda
asing yang menyebabkan fluor albus sekaligus dikeluarkan. 1,2,3

15
9. PEMERIKSAAN KHUSUS
a. Pemeriksaan Laboratorium Biasa
Pemeriksaan lab tidak selalu dilakukan, namun apabila dianggap perlu maka
dilakukan pemeriksaan darah dan air seni. Kadar Hb diperiksa pada perempuan yang
tampak pucat mengalmai perdarahan, pada perempuan hamil, dan pada persangkaan
kehamilan ekstrauterin terganggu (KET). Kadar Hb normal untuk perempuan tidak
hamil yaitu 11,5 gr%. Jika terdapat penyakit kronik yang diderita maka kadar Hb
dapat menjadi rendah mencapai 3-4 gr%.1,4,5
Jumlah leukosit dan LED perlu diperiksa pada proses peradangan. Selain itu
juga dapat membedakan apakah suatu proses dalam pelvis itu merupakan suatu proses
peradangan atau neoplasma/retensi, akut atau kronik, yang berguna untuk
menentukan terapi yang tepat. 1,4,5
Pada setiap perempuan hamil (protein-uria) air seni diperiksa dan pada
persangkaan kelainan saluran kemih (sedimen). Pemeriksaan urinary chorionic
gonadotropin (UCG) dilakukan pada persangkaan kehamilan muda, yang belum
dapat dipastikan dengan pemeriksaan ginekologik, dan pada persangkaan mola
hidatidosa atau koriokarsinoma. 1,4,5
Pemeriksaan gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati, dan sebagainya hanya
dilakukan jika terdapat indikasi. 1,4,5

b. Pemeriksaan Getah Vulva dan Vagina


Terutama dilakukan jika keluhan yang dirasakan berupa leukorea, sampel
getah uretra diambil dari OUE dan sampel getah serviks diambil dari ostium uteri
eksternum dengan kapas lidi atau ose untuk pemeriksaan gonokokus. Dengan
pewarnaan biru metilen atau giemsa gonokokus dapat dikenal dibawah mikroskop.
Kadang-kadang tampak pula trikomonas vaginalis, kandida albicans aau
spermatozoa. 1,4,5

16
Tabel 1. Diagnosis Infeksi Kelamin Berdasarkan Kriteria Lab4
Diagnosis Kriteria Laboratorium
Gonore Diplokokus gram negative instraselular pada sediaan apus duh
tubuh uretra/serviks dengan pewarnaan gram
Non gonokokkus Tidak ditemukan diplokokus gram negatif intraselular, namun
sel leukosit PMN 5 pada sediaan apus getah uretra atau 30 bila
berasal dari serviks dengan pewarnaan gram.
Trikomoniasis Ditemukan flagella motil pada sediaan basah (larutan NaCl
fisiologis) yang berasal dari getah vagina.
Kandidiasis Ditemukan pseudohifa / blastospora pada sediaan basah
Vaginalis (larutan KOH 10%) dari sediaan yang berasal dari getah
vagina.

c. Pemeriksaan Sitologi Vagina


Untuk pemeriksaan sitologik, bahan diambil dari dinding vagina atau dari
serviks (endo dan ektoserviks) dengan menggunakan spatel Ayre. Pemeriksaan
sitologi vaginal sekarang banyak dan teratur atau berkala (misalnya ½ - 1 tahun
sekali) dilakukan untuk kepentingan diagnosis dini dari karsinoma servisis uteri dan
karsinoma korporis uteri, pemeriksaan ini disebut Pap’s smear. Selain itu pap’s
smear juga dapat digunakan untuk mengetahui fungsi hormonal karena pengaruh
estrogen dan progesterone menyebabkan perubahan-perubahan khas pada sel selaput
vagina. 1,4,5
Langkah pemeriksaan paps smear : 1
1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan seperti: kapas dan larutan antiseptic,
speculum cocor bebek, penjepit has / korentang, spatula ayre, kapas lidi/cyto
brush, alcohol spray 95% / wadah berisi alcohol.
2) Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih
3) Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir.

17
4) Minta pasien berbaring dalam posisi litotomi dan arahkan lampu sorot ke
bagian yang akan diperiksa.
5) Lakukan inspeksi pada vulva dan vagina.
6) Masukan speculum kedalam vagina, jika ditemukan banyak secret vagina,
bersihkan secara hati-hati agar pengambilan epitel tidak terganggu
7) Pengambilan sampel pertama kali diambil di portio (ektoserviks) dengan
menggunakan spatula ayre yang diputar 360ͦ pada permukaan portio.
8) Oleskan sampel pada gelas objek.
9) Sampel kedua diambil dari endoserviks (kanalis servikalis) dengan
menggunakan kapas lidi /cyo brush dengan memutar 360ͦ sebanyak satu atau
dua putaran.
10) Oleskan sampel pada tempat yang berbeda pada gelas yang sama dengan
sampel pertama, jangan sampai tertumpuk.
11) Fiksasi segera dengan alcohol spray 95% jarak 20-25 cm atau rendam pad
awadah yang mengandung etil alcohol 95% selama 15 menit , kemudian
biarkan mongering kemudian berikan label.
12) Keluarkan speculum secara hati-hati.
13) Bersikan daerah genital kembali
14) Kirim sampel ke hali patologi anatomi untuk diperiksa.
Hasil Penilaian Pap’s smear
a) Kelas I : negatif (tidak ditemukan sel-sel ganas
b) Kelas II : ada sel-sel atipik, tetapi tidak mencurigakan
c) Kelas III : ada sel-sel atipik, dicurigai keganasan
d) Kelas IV : ada kemungkinan tumor ganas
e) Kelas V : jelas tumor ganas.
Semua penderita dnegan kelas III-V perlu dilakukan pemeriksaan ulang.
Biasanya juga dibuat biopsy atau konisasi guna pemeriksaan histologik.1,4,5
Dalam diagnostik hormonal oleh laboratorium dilaporkan pengaruh strogen
dan/atau pengaruh progesterone.1,4,5

18
d. Percobaan Schiller
Apabila permukaan portio dicat/dipulas dengan larutan lugol (grane’s iodine
solutions), maka epitel portio yang normal menjadi berwarna cokelat tua, sedangkan
daerah-daerah yang tidak normal berwarna kurang cokelat dan tampak pucat. 1,4,5
Percobaan schiller hanya dapat dipakai apabila portio seagian besar masih
dalam keadaan normal; jadi pada lesi yang tidak terlampau besar, dan pula basil
positif tidak memberi kepastian akan adanya tumor ganas karena daerah-daerah yang
pucat dapat pula disebabkan karena hal yang lain, misalnya eorio, servisitis, jaringan
parut, leukoplakia, dll. 1,4,5

e. Kolposkopi
Penderita dalam letak litotomi, lalu dipasang speculum dan bersihkan vagina
dengan larutan asam cuka 2% atau dengan larutan nitras argenti 5%. Pada
pemeriksaan ini akan tampak jelas batas antara daerah yang normal dan daerah yang
tidak normal. 1,4,5

f. Biopsi
Biopsi dapat dilakukan pada vulva-vagina atau servik. Pada endometrium akan di
kerok di beberapa tempat, allu dimasukkan ke dalam botol berisi larutan formalin dan
dikirim ke lab PA1,4,5

g. Pemeriksaan Khusus lainnya : 1,4,5


1) Ultrasonografi : dapat dikerjakan transabdominal atau transvaginal
2) Histerosalfingografi : dengan pemberian cairan kontras, keadaan cavum uteri ,
tuba falopii dapat diamati untuk melihat adanya patensi tuba falopii
3) Sonohisterografi : modifikasi pemeriksaan ultrasonografi dengan
memasukkan cairan kedalam cavum uteri sehingga keadaan cavum uteri dapat
dilihat.

19
4) Histeroskopi : digunakan untuk melihat keadaan dalam cavum uteri dan
melakukan tindakan – tindakan pembedahan tertentu.
5) Kuldosintesis : pemeriksaan untuk menentukan adanya cairan dalam cavum
douglassi

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemeriksaan ginekologi adalah pemeriksaan organ reproduksi wanita
termasuk payudara. Dalam menghadapi seorang penderita ginekologik, terutama pada
pemeriksaan pertama kali diperlukan pengertian (simpati), kesabaran dan sikap yang
menimbulkan kepercayaan. Untuk mengurangi/menghilangkan rasa malu penderita,
sebaiknya anamnesis diambil tanpa hadirnya orang lain. Waktu dilakukan
pemeriksaan, dokter hendaknya didampingi oleh seorang wanita tenaga kesehatan.
Gadis muda belia dan anak kecil perlu didampingi oleh ibunya atau keluarga
terdekatnya.
Pemeriksaan ginekologik digunakan untuk mendiagnosis penyakit-penyakit
terkait ginekologik, yangterdiri dari anamnesis, pemeriksaan umum payudara dan
perut, pemeriksaan ginekologik, pemeriksaan organ genitalia eksterna dan interna,
pemeriksaan rektovaginal, rektoabdominal, rektovaginoabdominal, pemeriksaan
dalam narkosis, pemeriksaan khusus.

21
DAFTAR PUSTAKA

2. Suwito Tjondro Hudono. Pemeriksaaan ginekologik dalam Sarwono


Prawirohardjo; Ilmu Kandungan. ed. 3. Jakarta: Yayan Bina Pustaka, 1991. p.
93-191
3. Jonathan SB, Paula J, Adams H. Initial assessment and communication, in
Jonathan SBed. Novak;s Gynecology, Philadelphia. Lippincott Williams, and
Wilkins, 2002: 3-20
4. Sulaiman S. Pemeriksaan Ginekologik dalam Buku Ginkeologi. Bandung: Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran.
5. Kenneth.J . 2009. Panduan Ringkas Obstetri William. ECG :Jakarta
6. Derek L.Jones. 2001. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Hipokrates :
Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai