1 Kesehatan Mental
1.3.1 Pengaruh Dzikir bagi Kesehatan Mental Santri di Pondok Pesantren Al Hidayah
Karangsuci Purwokerto
Santri yang berada di dalam pondok pesantren sering kali menghadapi stresor
– stresor diantaranya jauh dari keluarga. Banyaknya kegiatan dan juga peraturan
dalam pondok pesantren seringkali membuat para santri tidak dapat beradaptasi
sehingga menimbulkan rasa cemas, takut, gelisah, tidak bisa tidur, tidak enak makan
dan lain sebagainya. Pondok Pesantren Al-Hidayah sejak tahun 1986 mengadakan
kegiatan dzikir berjamaah dengan durasi yang cukup lama. Kegiatan ini terbukti
dapat memberikan ketenangan pada jiwa santri yang mana tercermin dalam
perilakunya yang lebih tenang dalam menghadapi permasalahan dari dalam maupun
luar dirinya (Ikhsan dkk, 2017)
1.3.2 Terapi religi melalui istighfar & Sholawat Badar di Instalasi Rehabilitasi Mental
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
Terapi dilakukan hanya pada rehabilitan yang memiliki tingkat kesembuhan
diatas 50% dikatakan sembuh. Target yang ingin dicapi adalah melatih daya ucap
(verbal) dan daya ingat pasien dan terapi ini penting dilakukan karena akan
membantu rehabilitan saat kembali kemasyarakat . diharapkan setelah mendapat
terapi ini, rehabilitan akan menjadi pribadi yang religius sehingga dapat merubah
stigma masyarakat bahwa mantan pasien gangguan jiwa dapat kembali hidup dan
berkegiatan normal di masyarakat termasuk soal ibadah. Hasil terapi ini sebelum
terapi rehabilitan suka menyendiri, tidak mau diatur, berdiam diri dalam waktu yang
lama, dan berbicara kotor. Setelah terapi pasien lebih disiplin, mudah diatur,
bertanggung jawab dengan barangbarang pribadi, aktif bergerak dan bersosialisasi
dan juga terapi ini menampakkan keberhasilan nyata berdasarkan rehabilitan yang
mampu kembali hidup normal di masyarakat (Massuhartono dan Mulyanti, 2018).
1.3.3 Shalat dan Dzikir untuk Menghilangkan halusinasi Suara: Pengalaman Muslim
Indonesia dengan Penyakit Mental Kronis
Penelitian ini dilakukan pada pasien-pasien Muslim dengan penyakit mental
kronis yaitu mendengar halusinasi suara. Pasien –pasien ini meyakini bahwa suara
yang mereka dengar berasal dari setan, karena mereka muslim, mereka meyakini
bahwa Allah lah yang paling berkuasa dan hanya Allah yang biasa menjaga manusia
dari roh jahat. Setiap kali mereka mendengar suara halusinasi, mereka akan berdzikir
dan shalat kemudian mereka akan merasakan ketenangan dan halusinasi suara itupun
menghilang. Berdasarkan penelitian, tarnyata pada saat mengingat Allah, bahan kimia
(endorfin) keluar secara otomatis dari otak manusia yang memiliki fungsi mirip
dengan morfin sehingga menyebabkan perasaan tenang dan damai (Suryani, 2013).
Abdul Nasir dkk, 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika,
Daradjat, Z, 2000. Penyesuaian Diri dan Peranannya dalam Kesehatan Mental. Jakarta : Bulan
Bintang
Departemen Kesehatan RI, 1998. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan. Jiwa di
Indonesia (PPDGJ). Edisi III. Jakarta: Dirjen Pelayanan Medis RI
Ikhsan Daimul dkk, 2017. “Model Psikoterapi Zikir dalam Meningkatkan Kesehatan
Mental”. Journal of Multidisciplinary Studies. Vol.1 No.2
Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.
Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.
Jakarta: PT Nuh Jaya.
Massuhartono dan Mulyanti, 2018 .“Terapi Religi Melalui Dzikir pada Penderita Gangguan
Jiwa”. Journal of Islamic Guidence and Counseling. Vol. 2 No.4
Stuart, G.W dan Sundeen, S.j, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Terjemahan dari Pocket
Guide to Psyciatric Nursing, oleh Achir Yani S. Hamid. Jakarta : EGC
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Suryani, 2013. Salat and Dhikr to Dispel Voices: The Experience of Indonesian Muslim with
Chronic Mental Illness. Sumedang: Univeristas Padjajaran
WHO. 2011. Mental health: A state of well being. From
http://www.who.int/features/factfiles/mental_health/en/