Anda di halaman 1dari 6

1.

1 Kesehatan Mental

1.1.1 Pengertian Kesehatan Mental


Kesehatan mental (mental health) adalah suatu kondisi ‘sejahtera’ dimana
individu dapat merealisasikan kemampuannya, dapat melakukan coping terhadap
tekanan hidup normal, bekerja dengan produktif dan memiliki konstribusi dalam
kehidupan komunitas (WHO, 2011).

1.1.2 Faktor Kesehatan Mental


Faktor kesehatan mental seseorang tergantung dari faktor internal dan faktor
eksternal, yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor kesehatan mental yang berasal dari dalam diri
individu yang meliputi : kepribadian, kondisi fisik, perkembangan dan kematangan,
kondisi psikologis, keberagamaan, sikap menghadapi problema hidup dan
keseimbangan dalam berfikir
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor kesehatan mental yang berasal dari luar diri
individu yang terdiri dari : keadaan ekonomi, budaya dan kondisi lingkungan, baik
lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan (Daradjat, Z,
2000).

1.1.3 Mekanisme Tubuh Menghadapi Stresor


Tubuh memiliki mekanisme pertahanan ketika menghadapi stresor, yang
dinamakan mekanisme koping. Mekanisme koping merupakan usaha yang dilakukan
individu untuk menanggulangi stres yang dihadapi. Sehingga ketika seseorang tidak
dapat menyelesaikan masalah secara tuntas maka dinamakan mekanisme koping
maladaptif.

Faktor yang mempengaruhi suatu individu dalam strategi mekanisme koping


diantaranya adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan usia. Secara umum respon
mekanisme koping antara pria dan wanita hampir sama, tetapi wanita lebih lemah
atau lebih sering menggunakan penyaluran emosi dari pada pria. Sedangkan
dalam segi tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang a,semakin
tinggi pula kompleksitas kognitifitasnya, sehingga libih realistis dan aktif dalam
memecahkan masalah. Usia dewasa juga memiliki strategi mekanisme koping yang
lebih baik daripada anak /remaja dan usia tua (Stuart, G.W dan Sundeen, S.j, 2007)
1.2 Gangguan Jiwa
1.2.1 Pengertian Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik,
seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan
dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih fungsi yang
penting dari manusia (DepKes , 1998).

1.2.2 Ciri- Ciri Gangguan Jiwa


Ciri-ciri gangguan jiwa menurut Kanfer dan Goldstein (dalam Suliswati, 2005)
1. Hadirnya perasaan cemas (anxiety) dan perasaan tegang (tension) di dalam diri.
2. Merasa tidak puas (dalam artian negatif) terhadap perilaku diri sendiri.
3. Perhatian yang berlebihan terhadap problem yang dihadapinya.
4. Ketidakmampuan untuk berfungsi secara efektif di dalam menghadapi problem
(mekanisme koping maladaptif)

1.2.3 Klasifikasi Gangguan Jiwa


Klasifikasi gangguan jiwa menurut PPDGJ III yaitu;
1. F0. Gangguan mental organik (demensia, delirium, dsb)
2. F2. Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham
3. F3. Gangguan suasana perasaan (episode manik, bipolar, episode depresi)
4. F4. Gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stress
(anxietas, obsesif kompulsif, stres pasca trauma, dsb)
5. F5. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor
fisik (gangguan makan, disfungsi seksual bukan karena penyakit organik, dsb)
6. F6. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa (gangguan identitas jenis
kelamin)
7. F7. Retardasi mental
8. F8. Gangguan perkembangan psikologis
9. F9. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja
(gangguan tingkah laku) (Maslim, Rusdi. 2013).

1.2.4 Terapi Gangguan Jiwa


Ada beberapa jenis terapi yang digunakan dalam menjalankan pengobatan
atau pengembalian keberfungsian sosial klien. Diantaranya dengan beberapa cara
medis maupun spiritual keagamaan. Farida dalam bukunya menyebutkan 10 jenis-
jenis terapi bagi gangguan jiwa diantaranya; 1) Psikofarmakoterapi, 2) Terapi
somatis, 3) Pengikatan, 4) Isolasi, 5) Fototerapi, 6) Terapi deprivasi tidur, 7) Terapi
keluarga, 8) Terapi rekreasi, 9) Psikodrama, 10) terapi lingkungan.

1) Psikofarmakoterapi adalah terapi gangguan jiwa dengan menggunakan obat-


obatan. Obat yang diberikan adalah jenis psikofarmaka atau psikotropika, yang
memberikan efek terapeutik secara langsung kepada proses mental klien. Terapi ini
bermanfaat untuk memberikan efek tenang pada pasien.(penjelasan ditambah dari
buku lain).
2) Terapi somatis adalah terapi yang ditujukan pada fisik klien gangguan jiwa,
dengan tujuan dapat merubah perilaku maladatif menjadi adaptif. Walaupun
perlakuannya terhadap fisik klien, yang menjadi target adalah perubahan perilakunya.
Adapun caranya dengan diikat, isolasi dan fototerapi. Terapi ini digunakan untuk
memberikan efek jera supaya klien dapat merubah perilakunya menjadi normal.
3) Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual yang menbatasi
aktivitas klien, bertujuan menghindarkan cedera fisik pada diri klien atau orang lain.
Tentunya dengan prosedur yang telah ditentukan oleh terapis yang memang sudah
mengerti prosedurnya. Pengikatan ini dilakukan pada gangguan jiwa yang apabila
dibiarkan perilakunya dapat membahayakan diri.
4) Isolasi adalah terapi dimana klien diberikan ruangan tersendiri untuk
mengendalikan perilaku dan melindungi orang lain disekitarnya dari bahaya potensial
yang mungkin terjadi. Akan tetapi terapi ini tidak cocok untuk klien yang berpotensi
bunuh diri, karena dengan diisolasi bisa saja pasien tersebut malah bunuh diri.
5) Fototerapi adalah cara memaparkan klien pada sinar terang 5-20x lebih terang
dari sinar ruangan, dengan posisi duduk, mata terbuka, pada jarak 1,5 meter di
depannya diletakan lampu setinggi mata. Terapi ini berhasil mengurangi 75% dengan
efek seperti ketegangan pada mata, sakit kepala, cepat terangsang, mual, kelelahan
dan sebagainya.
6) Terapi deprivasi tidur yaitu terapi yang dilakukan dengan cara mengurangi tidur
klien sepanjang 3,5 jam. Cocok untuk yang depresi, karena terapi ini bertujuan untuk
memperbanyak aktifitas klien supaya tidak terlalu berfikir keras tentang masalahnya.
Setelah dikurangi tidurnya selama 3,5 jam, maka klien tersebut akan tertidur dengan
lelap di malam berikutnya. Apabila tidak berhasil, terapi ini dilakukan berulang-ulang
kali.
7) Terapi keluarga, merupakan sistem utama dalam memberi perawatan, baik
dalam keadaan sakit maupun sehat. Keluarga harus tahu bagaimana keadaan anggota
keluarga yang lain. Supaya dapat saling mengontrol dan memberikan masukan.
Adapun tujuan dari terapi keluarga adalah menurunkan konflik dan kecemasan,
meningkatkan kesadaran akan kebutuhan masing-masing angota keluarga,
meningkatkan kemampuan dalam menangani krisis, membantu menangani tekanan
dari luar maupun dalam, dan meningkatkan kesehatan jiwa. Keluarga merupakan
komponen yang penting dalam proses penyembuhan, karena merupakan orang
terdekat klien.
8) Terapi rehabilitasi merupakan terapi yang terdiri atas terapi okupasi (bekerja),
rekreasi, terapi gerak dan terapi musik. Terapi okupasi yaitu suatu ilmu dan seni
untuk mengarahkan partisipasi dari klien, untuk proses pengembangan diri, supaya
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tujuannya adalah untuk
mengembalikan fungsi fisik dan mental, penyesuaian diri klien terhadap aktifitasnya,
meningkatkan toleransi kerja dan menyalurkan minat dan bakat dari klien tersebut.
Terapi rekreasi adalah terapi yang menggunakan kegiatan-kegiatan seperti
pertandingan, tarian, pesta, hiburan dan permaianan sebagai media terapi. Terapi
musik merupakan cara untuk memberikan situasi menyenangkan bagi pasien
gangguan jiwa.
9) Terapi psikodrama mengunakan masalah emosi atau pengalaman klien dalam
suatu drama. Terapi ini memberikan kesempatan kepada klien untuk menyadari
pikiran, perasaan, perilaku yang mempengaruhi orang lain. Terapi bermain peran ini
bertujuan memfokuskan pemikiran klien supaya sadar akan fungsi dan keberadaan
dirinya.
10) Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan dimana lingkungan
menjadi faktornya, dengan cara manipulasi lingkungan yang dapat mendukung
kesembuhan klien. Seperti adanya udara bersih (pure air), air jernih dan sehat (pure
water), pembuangan yang aman dan memadai (efficient drainage), lingkungan yang
bersih (cleanliness), sinar matahari yang memadai (light) (Abdul Nasir dkk,2011).

1.3 Pengaruh Dzikir Terhadap Mental Disorder Berdasarkan Penelitian

1.3.1 Pengaruh Dzikir bagi Kesehatan Mental Santri di Pondok Pesantren Al Hidayah
Karangsuci Purwokerto
Santri yang berada di dalam pondok pesantren sering kali menghadapi stresor
– stresor diantaranya jauh dari keluarga. Banyaknya kegiatan dan juga peraturan
dalam pondok pesantren seringkali membuat para santri tidak dapat beradaptasi
sehingga menimbulkan rasa cemas, takut, gelisah, tidak bisa tidur, tidak enak makan
dan lain sebagainya. Pondok Pesantren Al-Hidayah sejak tahun 1986 mengadakan
kegiatan dzikir berjamaah dengan durasi yang cukup lama. Kegiatan ini terbukti
dapat memberikan ketenangan pada jiwa santri yang mana tercermin dalam
perilakunya yang lebih tenang dalam menghadapi permasalahan dari dalam maupun
luar dirinya (Ikhsan dkk, 2017)

1.3.2 Terapi religi melalui istighfar & Sholawat Badar di Instalasi Rehabilitasi Mental
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
Terapi dilakukan hanya pada rehabilitan yang memiliki tingkat kesembuhan
diatas 50% dikatakan sembuh. Target yang ingin dicapi adalah melatih daya ucap
(verbal) dan daya ingat pasien dan terapi ini penting dilakukan karena akan
membantu rehabilitan saat kembali kemasyarakat . diharapkan setelah mendapat
terapi ini, rehabilitan akan menjadi pribadi yang religius sehingga dapat merubah
stigma masyarakat bahwa mantan pasien gangguan jiwa dapat kembali hidup dan
berkegiatan normal di masyarakat termasuk soal ibadah. Hasil terapi ini sebelum
terapi rehabilitan suka menyendiri, tidak mau diatur, berdiam diri dalam waktu yang
lama, dan berbicara kotor. Setelah terapi pasien lebih disiplin, mudah diatur,
bertanggung jawab dengan barangbarang pribadi, aktif bergerak dan bersosialisasi
dan juga terapi ini menampakkan keberhasilan nyata berdasarkan rehabilitan yang
mampu kembali hidup normal di masyarakat (Massuhartono dan Mulyanti, 2018).

1.3.3 Shalat dan Dzikir untuk Menghilangkan halusinasi Suara: Pengalaman Muslim
Indonesia dengan Penyakit Mental Kronis
Penelitian ini dilakukan pada pasien-pasien Muslim dengan penyakit mental
kronis yaitu mendengar halusinasi suara. Pasien –pasien ini meyakini bahwa suara
yang mereka dengar berasal dari setan, karena mereka muslim, mereka meyakini
bahwa Allah lah yang paling berkuasa dan hanya Allah yang biasa menjaga manusia
dari roh jahat. Setiap kali mereka mendengar suara halusinasi, mereka akan berdzikir
dan shalat kemudian mereka akan merasakan ketenangan dan halusinasi suara itupun
menghilang. Berdasarkan penelitian, tarnyata pada saat mengingat Allah, bahan kimia
(endorfin) keluar secara otomatis dari otak manusia yang memiliki fungsi mirip
dengan morfin sehingga menyebabkan perasaan tenang dan damai (Suryani, 2013).
Abdul Nasir dkk, 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika,
Daradjat, Z, 2000. Penyesuaian Diri dan Peranannya dalam Kesehatan Mental. Jakarta : Bulan
Bintang
Departemen Kesehatan RI, 1998. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan. Jiwa di
Indonesia (PPDGJ). Edisi III. Jakarta: Dirjen Pelayanan Medis RI
Ikhsan Daimul dkk, 2017. “Model Psikoterapi Zikir dalam Meningkatkan Kesehatan
Mental”. Journal of Multidisciplinary Studies. Vol.1 No.2
Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V.
Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya.
Jakarta: PT Nuh Jaya.
Massuhartono dan Mulyanti, 2018 .“Terapi Religi Melalui Dzikir pada Penderita Gangguan
Jiwa”. Journal of Islamic Guidence and Counseling. Vol. 2 No.4
Stuart, G.W dan Sundeen, S.j, 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Terjemahan dari Pocket
Guide to Psyciatric Nursing, oleh Achir Yani S. Hamid. Jakarta : EGC
Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Suryani, 2013. Salat and Dhikr to Dispel Voices: The Experience of Indonesian Muslim with
Chronic Mental Illness. Sumedang: Univeristas Padjajaran
WHO. 2011. Mental health: A state of well being. From
http://www.who.int/features/factfiles/mental_health/en/

Anda mungkin juga menyukai