Anda di halaman 1dari 22

LAB.

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN

POWER SUPPLY PASCAL

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
2019
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN

No. Percobaan : 02/Praktek Pemeliharaan dan Perawatan/2019

Judul Percobaan : Power Supply Pascal

Nama Praktikan : Monika Laurensia Cristy Simorangkir

Nama Patner : 1. Elisabeth br.Karo

2. Winda Dwi Syafitri

3. Punantaras Raja Tarigan

4. Hansen Lumbangaol

5. Yudi Syahputra Siburian

Kelas/Kelompok : EK-6C / 03

Tanggal Percobaan : 20 Juni 2019

Tanggal Penyerahan : 23 Juli 2019

Nama Instruksi : Ahmad Hidayat

Nilai :

Keterangan :
DAFTAR ISI

A. Tujuan Percobaan ………………………………………………

B. Alat dan Bahan ………………………………………………….

C. Dasar Teori ……………………………………………………..

D. Langkah Percobaan …………………………………………….

E. Hasil Percobaan …………………………………………………

F. Analisa …………………………………………………………..

G. Kesimpulan ……………………………………………………..
POWER SUPPLY PASCAL

A. Tujuan Percobaan

1. Membuat blok diagram sistem,


2. Menjelaskan fungsi masing-masing komponen solid state pada rangkaian,
3. Mengelompokkan komponen solid state pada rangkaian,
4. Menjelaskan cara kerja sistem keseluruhan
5. Dapat mengetahui dan memperbaiki kerusakan yang terdapat di power supply

B. Alat dan Bahan


1. Modul Catu Daya (1 Buah)
2. Multimeter Digital (2 Buah)
3. Solder (1 Buah)
4. Timah (Secukupnya)
5. Penyedot Timah (1 Buah)
6. Tang (1 Buah)
7. Obeng (1 Buah)
8. Kabel Penghubung (Secukupnya)

C. Dasar Teori
a. Blok 1 : Trafo CT
Trafo atau Transformator adalah alat yang dibuat dari gulungan kawat yaitu gulungan primer
dan gulungan sekunder yang fungsinya adalah untuk menaikkan ataupun menurunkan tegangan.
Trafo sendiri dirangkaian kali ini berfungsi untuk menurunkan tegangan. Setiap Trafo memiliki
hambatan keluaran RO, yang akan menyebabkan turunnya tegangan sekunder dari trafo jika
dipasang beban antara CT dan V. Sehingga menurut hukum Ohm bahwa :

V=I.R

Dimana :

V = Tegangan (Volt)
I = Arus (Amper)
R = Tahanan (Ohm)
Dalam arti kata yang sederhana, transformator adalah suatu alat pengubah arus atau
tegangan yang terdiri dari dua buah lilitan atau lebih, yang dikopelkan secara
iinduktif.Transformator merupakan alat statis yang digunakan untuk mentransfer energi dari
suatu rangkaian ac ke rangkaian yang lainnya. Transfer energi tersebut kemungkinan menaikkan
atau menurunkan tegangan, namun frekuensinya akan sama pada kedua rangkaian.

- 25√2 V
CT
25√2V

Gambar 1. Trafo CT

b. Blok 2 : Rectifier
Dioda adalah salah satu komponen elektronika yang dapat melewatkan arus pada satu arah
saja. Pada dasarnya dioda yang lazim digunakan terdiri dari semikonduktor jenis-P yang
disambung dengan semikonduktor jenis-N yang terbuat dari bahan silicon dan germanium.Secara
skematis dioda sambungan P-N digambarkan seperti dibawah ini :

Anoda Katoda

Menurut bahan buatannya dioda dapat dibagi 2 jenis dioda yaitu :

1 Dioda silicon, yaitu mempunyai tegangan kerja sebesar 0,6 V


2 Dioda germanium, yaitu mempunyai tegangan kerja sebesar 0,3 V
Karena kebanyakan alat elektronika memerlukan tegangan DC, maka tegangan AC dari
saluran luar harus diserahkan terlebih dahulu menjadi tegangan DC. Oleh karena itu dibuatlah
dioda penyearah yang memperbolehkan arus mengalir dalam satu arah saja, sehingga berfungsi
sebagai penyearah gelombang AC ke DC. Untuk memperoleh tegangan penyearah yang cukup
konstan pada suatu harga, kita dapat membuat penyearah tegangan dengan menggunakan dioda.
Gambar 2. Dioda Rectifier

c. Blok 3 : Filter

Filter berfungsi sebagai perata arus yang dari rectifier. Rangkaian filter digunakan untuk
mendapatkan faktor ripple yang kecil. Pada rangkaian digunakan filter kapasitor dimana filter
kapasitor digunakan untuk beban yang kecil. Ketika dioda konduksi muatan kapasitor diisi
hingga mencapai maksimum, maka dioda akan off. Saat dioda off, kapasitor akan membuang
muatannya melalui beban sampai tegangan pada lilitan sekunder lebih besar dari tegangan
kapasitor.

Gambar 3. Filter

d. Blok 4 : Voltage Regulator


Pada perangkat elektronika catu daya merupakan suatu hal yang sangat penting dan catu
daya yang stabil sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil kerja sistem yang digunakan.Output
dari transformator yang disearahkan dengan penyearah jembatan merupakan tegangan DC, tetapi
tegangan DC hasil penyearah masih berubah-ubah sesuai variasi beban. Setelah variasi itu
diratakan dengan filter melalui kapasitor dengan kapasitas besar maka keluaran dari kapasitor
tersebut distabilkan dengan menggunakan IC regulator. Maka voltage regulator berfungsi
sebagai pengatur tegangan agar tetap dan stabil.

IC regulator yang biasa digunakan adalah IC regulator yang menggunakan tipe 78XX. IC ini
tersedia dengan tegangan keluaran 5-24 Volt dengan arus keluaran yang bervariasi dari 100 mA-
1A. Untuk IC 7805 batas tegangan masukan yang tersedia adalah 7.5-20 Volt denagn tegangan
keluaran 5 Volt dan arus keluaran 1A.

IC Regulator mempuunyai tiga terminal yaitu input, output dan ground.Kapasitor pada
output berfungsi untuk mempebaiki respon transien dan menjaga impedansi teap rendah pada
frekuensi tinggi. Regulator 7805 mempuyai rangkaian on-chip untuk mencegah kerusakan akibat
pemanasan yang berlebihan atau arus beban terlalu besar. Chip ini hanya memutuskan arus dan
tidak terbakar. Sebagai tambahan rangkaian on-chip mencegah pengopersian diluar kerja
transistor yang aman dengan menurunkan arus output yang tersedia untuk diferensial tegangan
input yang besar.

7805
D1 – D4
+ Out

GND

Gambar 4. Voltage Regulator

e. Blok 5 : Variable Voltage Divider


Potensiometer dirancang untuk memberikan suatu perubahan resistansi yang banyak
selangkah demi selangkah dengan merubah tapnya. Dan sering pula dirancang untuk
memberikan suatu perubahan yang kontiniu. Potensiometer dibuat dengan berbagai macam
bentuk untuk pemakaian industri, perdagangan dan militer.Potensiometer yang sering disebut
dengan POT merupakan suatu variabelresistor yang mempunyai 3 terminal. Besarnya resistansi
maksimum dipasang pada kedua terminal tegangan sumber. Dengan lengan variabelnya
digunakan unutuk mendapatkan pembagian tegangan antara ujung terminal bawah dan terminal
tegangannya ataupun terminal atas dan terminal tegangan.
Vin Vin

1
1
R1

2 Vout
2
R2

3 3

Gambar 5. Simbol Potensiometer dan Potensiometer

Pada power supply pascal ini variable voltage divider membuat perubahan yang
dibutuhkan atau pembagian terhadap tegangan dilakukan untuk sistem berikutnya. Perubahan
yang terjadi yaitu perubahan secara linier.

f. Blok 6 : Non-Inverting Amplifier


Pada penguat non inverting penguatan yang terjadi adalah sebagai penguatan tegangan
dimana :

Vout
Av 
Vin
Pada penguat non inverting ini tidak terjadi perbedaan phasa antara sinyal input dan sinyal
output. Nilai R3 sama dengan R1 // R2 (R1 paralel R2) dan mempunyai fungsi yang sama
dengan R3 pada rangkaian invrting amplifier yakni mengurangi perbedaanarus bias antara
inverting input (-) dan non inverting input (+) sehingga semakin tambah kestabilannya.

Rf

Rin +
Vin +
Vout
_
_

Gambar 6. Penguat Non - Inverting


Sebuah penguat non inverting cenderung bekerja sebagai penguat tegangan yang sempurna
yang memiliki impedansi masukan tak berhingga, impedansi keluaran nol, dan bati tegangan
yang konstan.

g. Blok 7 : Fixed Voltage Regulator

1𝐾2
VTP6 = ( ) VTP5
8𝐾2+1𝐾2

= 0,12 VTP5

h. Blok 8 : Voltage Follower


Jika Vout dari op-amp dihubung langsung ke pin input (-), sementara Vi diberikan ke input
(+) maka rangkaian ini akan menjadi pengikut tegangan (voltage follower). Nama lain dari
rangkaian ini adalah penyangga atau buffer. Adapun rangkaian penguat voltage follower ini,
penguatan yang terjadi bukanlah penguatan terhadap tegangan tetapi penguatan yang terjadi
adalah penguatan arus. Pada gambar rangkaian penguatan di bawah ini

Eout = Ein yang berarti bahwa tegangan yang keluar sama dengan tegangan yang masuk.
Nilai Zin pada rangkaian ini besar, sedangkan Zout kecil.

Vin Vout

AC

Gambar 8. Voltage Follower


i. Blok 9 : Inverting Amplifier
Pada penguat inverting ini, besar penguatan yang terjadi adalah :

𝑅2
Av = -
𝑅1

Tanda negatif disini menandakan terjadi pembalikan fasa sejauh 180 antara sinyal input dan
siyal output. Gambar di bawah ini memperlihatkan penguat inverting yang berarti tegangan
masukan menjalankan masukan dengan pembalikan dari op-amp melalui tahanan seri R1.
Resistor R3 berfungsi untuk mengurangi perbedaan arus bias antara inverting input (-) dan non
inverting input (+), sehingga kestabilan akan bertambah.

Rf

Rin +
_
Vin
Vout
+
_

Gambar 9. Inverting Amplifier

j. Blok 10A : Buffer


Buffer berfungsi sebagai penguat penyangga, dimana prinsip dasarnya adalah penguat arus
tanpa terjadi penguat tegangan. Yang menghasilkan tegangan output sama dengan tegangan
inputnya.
T1 T2 Vout
ON OFF 10
OFF ON 0

VOUT = 0 – 21,45 ↔ VTP5 = 4,29 VTP4


Max = 4,29 . 5 = 21,45
Min = 4,29 . 0 = 0
k. Blok 11A,11B : Limitting Current
Merupakan Blok sistem yang berfungsi untuk memberikan proteksi terhadap sistem dan
beban. Sistem proteksi ini terjadi apabila Arus yang melewati output melibihi kesanggupan
sistem atau terjadi beban lebih atau bahkan Short Circuit. Pada blok Limitting Current ini
terdapat sebuah Resistor Wirewound dengan daya yang besar untuk menahan besar arus yang
cukup besar. Dengan kata lain blok sistem ini berfungsi sebagai sekering elektronik sebagai
pengaman sistem dan beban atau pembatas arus.
Pada blok sistem ini juga terdapat sebuah subsistem yang berfungsi sebagai saklar
elektronik. Saklar elektronik ini terdiri dari sebuah transistor dan 2 buah resistor yang berfungsi
sebagai pembagi tegangan untuk menghasilkan VbeQ (Vbe = 0.7V). Maka jika terjadi Arus
lebih, Tegangan dan arus yang tertahan di resistor akan memberikan tegangan ke Pembagi
tegangan sehingga Transistor on dan tidak akan mengalir ke komparator sebagai bentuk Proteksi
terhadap rangkaian.

POSITIVE CURRENT LIMITTING


X1
Blok Sistem RSC OUTPUT
Current Amplifier

R3
Darlington 1.2k Ω

Q1
B C547A

R4
10k Ω

Ke Input Komparator

NEGATIVE CURRENT LIMITTING

Ke Input Komparator

R1
10k Ω

Q10
B C557A P

X2 R2
1.2k Ω
Blok Sistem R S C1
Current Amplifier
1Ω OUTPUT
Darlington
Gambar 10. Rangkaian Blok sistem Limitting Current, Positif dan Negatif.
l. Blok 12 : Komparator
Komparator adalah sebuah rangkaian dengan dua tegangan masukan (yang non inverting
dan inverting) dan satu tegangan keluaran. Komparator digunakan untuk membandingkan suatu
tegangan dengan tegangan lain untuk melihat mana yang lebih besar. Apabila tegangan masukan
non inverting lebih besar dari tegangan inverting maka komparator menghasilkan tegangan
keluaran yang tinggi. Bila tegangan masukan yang non inverting lebih kecil dari tegangan
inverting maka tegangan keluarannya rendah.

Vout

Vcc + V sat

V1
V error Vout V error
V2 0

-Vcc - V sat

(a) (b)

Gambar 11. Komparator dan Pulsa Outputnya

Rangkaian ini bergfungsi untuk membadingkan antara tegangan hasil penguatan blok
Non Inverting Amplifier terhadap tegangan Umpan Balik dari Vout. Hasil pembandingan ini
akan mempengaruhi tegangan output dari Op-Amp yang digunakan dalam sistem Comparator ini
untuk selanjutnya mengendalikan Penguat Arus. Salah satu input dari comparator ini adalah
umpan balik (Feed Back). Umpan Balik ini berfungsi sebagai tegangan refrensi dari output untuk
mengontrol tegangan output agar tidak terjadi output error.

D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan yang diperlukan
2. Mengecek keseluruhan sistem terdapat atau tidaknya kerusakan
3. Mengelompokkan dan memberi tanda disetiap blok diagram sistem di power
supply, sesuai dengan lembar kerja yang telah dikerjakan .
4. Menghubungkan Power Supply ke AC line
5. Mengecek nilai VTP1, Menghubungkan kutub positif (+) multimeter1 ke kaki positif (+)
kapasitor, dan kutub negatif (-) ke ground. Mencatat hasil pengukuran
6. Mengecek nilai VTP2, Menghubungkan kutub positif (+) multimeter1 ke kaki
negatif (-) kapasitor, dan kutub negatif (-) ke ground. Mencatat hasil pengukuran
7. Mengecek nilai VTP3, Menghubungkan kutub positif (+) multimeter1 ke kaki 3
(Output) IC 7805, dan kutub negatif (-) ke ground. Mencatat hasil pengukuran
8. Mengecek nilai VTP4, Menghubungkan kutub positif (+) multimeter1 ke kaki 1
potensiometer (Potensiometer kearah posisi 0) dan kutub negatif (-) ke ground
9. Menghubungkan kutub positif (+) multimeter2 ke kaki 3 IC LM324 dan kutub
negatif (-) ke ground. Mencatat hasil pengukuran
10. Mengecek nilai VTP4, Menghubungkan kutub positif (+) multimeter1 ke kaki 1
potensiometer (Potensiometer kearah posisi 0,5) dan kutub negatif (-) ke ground
11. Menghubungkan kutub positif (+) multimeter2 ke kaki 3 IC LM324 dan kutub
negatif (-) ke ground. Mencatat hasil pengukuran
12. Melanjutkan langkah 11 kembali, dengan mengubah-ubah posisi potensiometer di 1, 1.5, 2,
2.5, 3, 3.5, 4, 4.5, 5), dan langkah 12 disetiap pengukuran. Mencatat hasil pengukuran
13. Mengecek nilai VTP5, Menghubungkan kutub positif (+) multimeter1 ke kaki potensiometer
(Potensiometer kearah posisi 0) dan kutub negatif (-) ke ground
14. Menghubungkan kutub positif (+) multimeter2 ke kaki 1 IC LM324 dan kutub
negatif (-) ke ground. Mencatat hasil pengukuran
15. Mengecek nilai VTP5, Menghubungkan kutub positif (+) multimeter1 ke kaki 1
potensiometer (Potensiometer kearah posisi 0,5) dan kutub negatif (-) ke ground
16. Menghubungkan kutub positif (+) multimeter2 ke kaki 1 IC LM324 dan kutub
negatif (-) ke ground. Mencatat hasil pengukuran
17. Melanjutkan langkah 16 kembali, dengan mengubah-ubah posisi potensiometer di
1, 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5, 4, 4.5, 5), dan langkah 17 disetiap pengukuran. Mencatat hasil
pengukuran
18. Mengecek nilai VTP6, Menghubungkan kutub positif (+) multimeter1 ke kaki 1
potensiometer (Potensiometer kearah posisi 0) dan kutub negatif (-) ke ground
19. Menghubungkan kutub positif (+) multimeter2 ke kaki 10 IC LM324 dan kutub
negatif (-) ke ground. Mencatat hasil pengukuran
20. Mengecek nilai VTP6, Menghubungkan kutub positif (+) multimeter1 ke kaki 1
potensiometer (Potensiometer kearah posisi 0,5) dan kutub negatif (-) ke ground
21. Menghubungkan kutub positif (+) multimeter2 ke kaki 10 IC LM324 dan kutub
negatif (-) ke ground. Mencatat hasil pengukuran
22. Melanjutkan langkah 20 kembali, dengan mengubah-ubah posisi potensiometer di
1.5, 2, 2.5, 3, 3.5, 4, 4.5, 5), dan langkah 20 disetiap pengukuran. Mencatat hasil
pengukuran
23. Mengecek nilai VTP7, Menghubungkan kutub positif (+) multimeter1 ke kaki 1
potensiometer (Potensiometer kearah posisi 0) dan kutub negatif (-) ke ground
24. Menghubungkan kutub positif (+) multimeter2 ke kaki 8 IC LM324 dan kutub
negatif (-) ke ground. Mencatat hasil pengukuran
25. Mengecek nilai VTP7, Menghubungkan kutub positif (+) multimeter1 ke kaki 1
potensiometer (Potensiometer kearah posisi 0,5) dan kutub negatif (-) ke ground
26. Menghubungkan kutub positif (+) multimeter2 ke kaki 8 IC LM324 dan kutub
negatif (-) ke ground. Mencatat hasil pengukuran
27. Melanjutkan langkah 25 kembali, dengan mengubah-ubah posisi potensiometer di
1, 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5, 4, 4.5, 5), dan langkah 20 disetiap pengukuran. Mencatat hasil
pengukuran
28. Mengecek nilai VTP8, Menghubungkan kutub positif (+) multimeter1 ke kaki 1
potensiometer (Potensiometer kearah posisi 0) dan kutub negatif (-) ke ground
29. Menghubungkan kutub positif (+) multimeter2 ke kaki 7 IC LM324 dan kutub
negatif (-) ke ground. Mencatat hasil pengukuran
30. Mengecek nilai VTP8, Menghubungkan kutub positif (+) multimeter1 ke kaki 1
potensiometer (Potensiometer kearah posisi 0,5) dan kutub negatif (-) ke ground
31. Menghubungkan kutub positif (+) multimeter2 ke kaki 7 IC LM324 dan kutub
negatif (-) ke ground. Mencatat hasil pengukuran.
32. Melanjutkan langkah 30 kembali, dengan mengubah-ubah posisi potensiometer di
1, 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5, 4, 4.5, 5), dan langkah 20 disetiap pengukuran. Mencatat hasil
pengukuran.
E. Hasil Percobaan
VTP1 28,2 V
VTP2 -28,1 V
VTP3 4,9 V
VTP4 0V 0,5 V 1V 1,5 V 2V 2,5 V 3V 3,5 V 4V 4,5 V 5V
VTP5 0V 2,3 V 4,1 V 6,5 V 8,5 V 10,4 V 13,2 V 15,6 V 17,1 V 19,2 V 21,4 V
VTP6 0V 0,3 V 0,6 V 0,8 V 1,1 V 1,3 V 1,5 V 1,8 V 2,2 V 2,4 V 2,7 V
VTP7 0V 0,3 V 0,6 V 0,8 V 1,1 V 1,3 V 1,5 V 1,8 V 2,2 V 2,4 V 2,7 V
VTP8 0V -2 V -9,3 V -6,3 V -8,6 V -10,7 V -12,7 V -19,9 V -17 V -19,1 V -20,8 V

F. Analisa
Disetiap blok memiliki titik pengukuran atau TP (tes point), sehingga kita akan dapat
mengukur berapa besar tegangan yang dihasilkan pada setiap TP tersebut. Dari TP tersebut kita
juga dapat mengetahui kesalahan atau kerusakan pada setiap masing-masing blok yang ada.

1. VTP 1 dan VTP 2


Pada blok rectifier ini digunakan dioada jembatan yang berfungsi sebagai penyearah
yaitu tegangan AC yang yang bersumber dari trafo menjadi tegangan DC. Dimana trafo yang
digunakan pada percobaan ini adalah jenis trafo CT yang menghasilkan titik pengukuran 0, +,
dan -. Dengan menggunakan dioda jembatan akan dihasilkan tegangan keluaran DC, tetapi
tegangan tersebut masih terdapat sedikit tegangan AC oleh karena itu digunakan kapasitor,
kapasitor ini digunakan sebagai filter. Dengan menggunakan kapasitor ini tegangan output yang
dihasilkan akan lebih rata.
Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa VTP1 = 26V dan VTP2 = -26V. Untuk idealnya
tegangan VTP1 = 20 dan VTP2 = -20 dan harus sama atau sedikit terjadi perbedaan yang tidak
lebih atau sama dengan 1 volt. Dan jika terjadi perbedaan yang melebihi 1 volt dapat dinyatakan
bahwa keadaan yang tidak ideal atau terjadi kesalahan/ kerusakan yang mungkin saja disebabkan
kapasitor yang sudah tidak ideal atau pada bagian dioda jembatannya dan dikarenakan VTP4
tidak mencapai nilai maksimum sebesar 5 V hanya mencapai 4,3 V. Dan setelah dilakukan
pengukuran pada VTP1 dan VTP2 kita akan menuju ke blok Voltage Regulator.
2. VTP 3
Penggunaan voltage regulator adalah salah satu cara untuk mendapatkan tegangan yang
stabil. Pada percobaan ini power supply mnggunakan regulator type 7805. Maksud dari nomor
tipe tersebut yaitu tegangan keluaran yang dihasilkan adalah sebesar 5 volt. Regulator ini
memiliki 3 buah kaki yang sebagai IN, GND dan OUT. Prinsip dari regulator ini berapapun
besar tegangan input yang diberikan padanya maka tegangan yang akan dikeluarkannya tetap
sekitar 5 volt, akan tetapi bila saja diberikan tegangan IN yang lebih kecil dari 5 volt maka
tegangan yang dikeluarkan tidak sebesar 5 V melainkan tegangan yang keluar adalah sebesar
tegangan input tersebut. Setelah dilakukan pengukuran pada blok voltage regulator ini besarnya
tegangan yang keluar pada titik VTP3 = 4,3V yang seharusnya menghasilkan 5V maka
kerusakan yang terjadi adalah pada IC regulator tersebut, Kemudian setelah dilakukan
pengukuran terhadap VTP3, kita akan menuju ke blok
berikutnya yaitu blok Voltage Divider.

3. VTP 4
Voltage divider merupakan pembagi tegangan, dimana pada bagian blok rangkain ini
tegangan yang diperolah bersumber dari tegangan pada VTP-3. Yang digunakan sebagai
pembagi tegangan adalah berupa potensio/Vr-1 yang dapat diatur level atau besar resistansinya ,
sehinggqa dihasilkan tegangan yang bervariasi tetapi batas maksimum adalah 5 volt. Dari
pengukuran yang telah dilakukan , pada blok ini diperoleh bahwa titik VTP4 =4,3 V. Tegangan
yang dihasilkan pada VTP4 akan dijadikan input atau pencatu pada blok berikutnya yaitu blok
Non Inverting amplifier.

4. VTP 5
Dari hasil perhitungan dengan rumus:
AV = + 1 . VTP4
Didapatkan hasil hitungan VTP5 sebesar 18,447 V. Tetapi setelah dilakukan pengukuran
pada VTP5 diperoleh bahwa besarnya VTP5 = 18,4V. Besarnya nilai VTP5 ini masih dianggap
ideal atau mendekati dari teori. Perbeadaan yang terjadi hanyalah sedikit sekali, hal ini
disebabkan karena adanya toleransi dari setiap pengukuran yang dilakukan. Dan bila setelah
dilakukan pengukuran pada VTP5 diperoleh tegangan yang sangat kecil atau tidak ada sama
sekali maka cobalah periksa Vin (VTP4) apakah terdapat tegangan yang masuk atau tidak . Dan
jika setelah dilakukan pengukuran ternyata nilai Vin-nya ada dan sesuai, maka kemungkinan
kerusakan terjadi pada IC Regulator 7805 nya. Setelah pengukuran pada titik VTP5 dilakukan
maka kita akan menuju ke blok berikutnya yaitu blok Voltage Divider.

5. VTP 6
Sama juga halnya dengan blok voltage divider sebelumnya, pada blok voltage
divider ini yang menjadi pembagi tegangan bukan berupa VR tetapi berupa serangkaian resistor
yang disusun secara pararel. Besarnya tegangan pada titik VTP6 dapat menggunakan rumusan
sbb : VTP = Vin; dimana besar vin = VTP5 =18,447V
VTP = = . 18,447 = 2,342 V Setelah dilakukan pengukuran terhadap VTP6 diperoleh bahwa
VTP6 = 2,49V, kemudian setelah pengukuran pada VTP6 kita menuju ke blok Voltage Follower.

6. VTP 7
Tegangan dari VTP6 akan dijadikan pencatu atau input pada blok voltage follower.
Dimana prinsip dari voltage follower ini adalah ia akan mengeluarkan tegangan out sebesar
tegangan input yang diberikan padanya sehingga Vout=Vin. Dan ternyata dari hasil pengukuran
pada titik VTP7 diperoleh bahwa VTP7 = 2.49 V. Dari hasil pengukuran diatas sesuai dengan
teori yang berlaku yaitu VTP7=VTP6. Setelah voltage follower kita akan menuju ke bagian
berikutnya yaitu blok bagian negatif dari rangkaian ini.

7. VTP 8
Penguatan yang terjadi pada bagian negatif ini menggunkan IC LF 353. Rf dari rangkaian
diatas merupakan tahanan umpan balik sedangkan R1 merupakan tahanan input. Perlu diingat
bahwa polaritas Vi akan berlawan dengan polaritas Vout. Pada penguatan inverting berlaku
rumusan sbb :
Vout = -I.Rf dan Vin = I.R1
Av = = sehingga Av = Rf / R1
Setelah mengetahui rumusan diatas dapatlah kita melakukan perhitungan terhadap
penguatan yang terjadi pada blok inverting ini yaitu :
Dik : R6 = 8,2 K; R5 =1,2 K
Rf = (R6 + R7)
R1 = R5
Jawab : Av = = = = -7,83 x
Jadi, VTP8 = Av. VTP7 = -7 ,83 x 2,342 V = -18,337 V
Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa besarnya tegangan pada VTP8 = -19,94 V dan
tenyata dari hasil yang diukur sesuai dengan secara teori. Jika setelah dilakukan pengukuran
terhadap VTP8 dan tidak diperoleh atau tidak terjadi penguatan pada outputnya maka dapat kita
analisa dari input yang mencatu bagian blok inverting ini, apakah ada tegangan yang masuk ke
kaki inputnya atau tidak . Tegangan yang mencatu input dari blok inverting ini adalah bersumber
dari VTP7. Setelah pengukuran terhadap titik VTP8 dilakukan dan terjadi penguatan maka
output dari blok ini yaitu VTP8 akan dijadikan input atau sumber ke blok output dari bagian
negatif.

G. Kesimpulan
1. Perbandingan antara jumlah lilitan primer dengan jumlah lilitan sekunder menentukan
tegangan keluaran dari trafo stepdown.
2. Dengan menggunakan regulator LM 7805 kita dapat mengatur tegangan input untuk suatu
system.
3. Untuk memfilter tegangan keluaran dari rectifier agar stabil pada setiap variasi beban maka
digunakan suatu kapasitor dengan kapasistansi yang sangat besar.
4. Adapun tujuan pemasangan konfigurasi darlington pada rangkaian power supply pascal
tersebut yaitu mendapatkan penguatan arus yang besar dan input impedansi yang besar pula.
5. Pada saat sistem dalam keadaan normal diharapkan tegangan V+ = 20 V dan V- = -20 V.
6. Adapun tujuan pemasangan rangkaian voltage divider dan inverting amplifier pada sistem
tersebut adalah mengubah tegangan keluaran non- inverting amplifier sistem tersebut menjadi
tegangan negatif atau dengan kata lain mengalikan tegangan keluaran non-inverting dengan
suatu nilai yang berharga (-1).

Medan, 23 Juli 2019

Monika Laurenaia Cristy Simorangkir


LAMPIRAN GAMBAR
FLOW CHART

START

INISIALISASI:
1. BUKU MANUAL
2. TOOL SET
3. AC LINE
4. NIAT

Vout = 20√2 YA
CEK BAGIAN KOMPONEN :
Cek𝑉𝑇𝑃1 = 20√2 TIDAK 1.TRAFO
2. DIODA
FINISH 3. KAPASITOR

YA
TIDAK CEK BAGIAN KOMPONEN :
CekTP2= -20√2 1. TRAFO
2. DIODA
3. KAPASITOR

YA
CEK BAGIAN KOMPONEN :
TIDAK 1. DIODA ZENER
Cek𝑉𝑇𝑃3 = 5V
2. IC 7085
3. KAPASITOR

YA

TIDAK CEK BAGIAN KOMPONEN :


Cek𝑉𝑇𝑃4 = 0-5 1. POTENSIOMETER
YA
CEK BAGIAN KOMPONEN :
TIDAK
1. IC LM324
CekVTP5= 0-5 2. RESISTOR

YA

TIDAK CEK BAGIAN KOMPONEN :


Cek𝑉𝑇𝑃4 = 0-5 1. RESISTOR

YA

TIDAK CEK BAGIAN KOMPONEN :


Cek𝑉𝑇𝑃4 = 0-5 1. IC LM324
2. RESISTOR

YA

TIDAK CEK BAGIAN KOMPONEN :


Cek𝑉𝑇𝑃4 = 0-5 1. IC LM324
2. RESISTOR

YA

TIDAK
CEK BAGIAN KOMPONEN :
Cek𝑉𝑇𝑃4 = 0-5
1. IC LM324
2. RESISTOR

Anda mungkin juga menyukai