Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHOPNEUMONIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT BRONCHOPNEUMONIA


1. Definisi Penyakit
Istilah bronchopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi dalam bronki
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Brunner & Suddarth, 2001).
Bronchopneu monia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang paru- paru yang di sebabkan
oleh bakteri, virus, jamur dan lain- lain.
Bronchopneumonia/ pneumonia lobularis merupakan radang paru yang menyebabkana
bronkhioli terminal. Bronkhioli terminal tersumbat oleh eksudat yang berbentuk bercak- bercak.,
kemudian menjadi bagian yang terkonsulidasi atau membentuk gabungan dan meluas ke
parenkim paru. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas,
demam, infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.

2. Manifestasi Klinik
a. Anoreksia
b. Gelisah
c. Demam
d. Malaise (tidak nyaman)
e. Nafas cepat dan dangkal.
f. Ekspirasi berbunyi
g. Batuk
h. Ronkhi basah
i. Rhinitis alergi

3. Etiologi dan Faktor Disposisi


Broncopneumonia dapat disebabkan oleh:
· Bakteri= streptococcus, straphylococcus, influenmza
· Virus= legionella pneumonia, virus influenza
· Jamur= aspergilus, candida albicons
· Aspirasi makanan, sekresi oropharing/isi lambung ke dalam paru
· Kongesti paru kronik
· Flora normal, hidrokarbon.

4. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (jamur, bakter,
virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin dan
sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya
mikroorganisme akan masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini akan masuk ke saluran
pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan
peradangan, dimana saat terjadi peradangan ini tubuh akan menyesuaikan diri sehingga timbulah
gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin
menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien akan merasa
sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret akan sampai ke alveolus paru dan
mengganggu system pertukaran gas di paru.
Selain menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna saat ia
terbawa oleh darah. Bakteri ini akan membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen
sehingga timbul masalah GI tract.
PATHWAY

5. Klasifikasi
Menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga
klasifikasi pneumonia.
a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
1) Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
2) Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
3) Pneumonia aspirasi.
4) Pneumonia pada penderita immunocompromised.
b. Berdasarkan bakteri penyebab:
1) Pneumonia bakteri/tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada
penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
Pneumonia Atipikal disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia.
2) Pneumonia virus.
3) Pneumonia jamur, sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).
c. Berdasarkan predileksi infeksi:
1) Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar
dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
2) Pneumonia bronkopneumonia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi
pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau
bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3
2) Laju endap darah meningkat 100mm
3) ASTO meningkat pada infeksi streptococcus.
4) GDA menunjukkan hipoksemia tanpa hiperkapnea atau retensi CO2
5) Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albumin urin ringan karena
peningkatan suhu tubuh.

b. Pemeriksaan Radiologi
Fotothorax : Terlihat bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

7. Penatalaksanaan
a. Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.
b. Terapi oksigen (O2)
c. Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian bronkodilator.
d. Istirahat yang cukup
e. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x 500 mg/
hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas Diri
Meliputi nama, TTL, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
pernikahan, suku/bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, tanggal rencana
operasi, nomor medrec, diagnosa medis, alamat.
b. Keluhan utama.
Klien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan
cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan
diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
d. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat
menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya
f. Aktivitas sehari – hari
1. Nutrisi
Klien kemungkinan akan mengalami anoreksia dengan gejala mual
muntah, ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
2. Aktivias/Istirahat
Keletihan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-
hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur
dalam posisi duduk tinggi . Dispnea pada saat istirahat atau respon
terhadap aktifitas atau istirahat
3) Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala
1. Bentuk kepala ; makrosefali atau mikrosefali
2. Tulang tengkorak :
a. Anencefali : tidak ada tulang tengkorak
b. Encefalokel : tidak menutupnya fontanel occipital
c. Fontanel anterior menutup : 18 bulan
d. Fontanel posterior : menutup 2 – 6 bulan
e. Caput succedeneum : berisi serosa , muncul 24 jam pertama dan
hilang dalam 2 hari
f. Cepal hematoma : berisi darah,muncul 24 – 48 jam dan hilang 2 –
3minggu
3. Distribusi rambut dan warna
Jika rambut berwearna / kuning dan gampang tercabut merupakan indikasi
adanya gangguan nutrisi
4. Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau < 49 dan diukur dari bagian frontal
kebagian occipital.
b. Wajah/Muka
1. Simetris kiri kanan
2. Tes nervus 7 ( facialis )
a. Sensoris : Menyentuhkan air dingin atau air hangat daerah maksilla
dan mandibula dan menyebutkan apa yang dirasakan.
b. Motorik : pasien diminta mengerutkan dahi,kemudian menutup
mata kuat-kuat sementara jari-jari pemeriksa menahan kedua
kelopak mata agar tetap terbuka.
3. Tes nervus 5 ( trigeminus )
a. Sensorik : menyentuhkan kapas pada daerah wajah dan apakah ia
merasakan sentuh tersebut
b. Motorik : menganjurkan klien untuk mengunyah dan pemeriksa
meraba otot masenter dan mandibula.
c. Mata
1. simetris kanan kiri
2. Alis tumbuh umur 2-3 bulan
3. Kelopak mata :
a. Oedema
b. Ptosis : celah kelopak matamenyempit karena kelopak mata atas
turun.
c. Enof : kelopak mata mnyempit karena kelopak mata atas dan
bawah tertarik kebelakang.
d. Exoptalmus : pelebaran celah kelopak mata, karena kelopak mata
atas dan bawah tertarik kebelakang.
4.Pemeriksaan nervus II (optikus),test konfrontasi & ketajaman penglihatan.
a.Sebagai objek mempergunakan jari
b.Pemeriksa dan pasaien duduk berhadapan ,mata yang akan
diperiksa berhadapan dengan mata pemeriksa ,yang biasanya
berlawanan, mata kiri dengan mata kanan,pada garis ketinggian
yang sama.
c.Jarak antara keduanya berkisar 60 – 100 cm. Mata yang lain
ditutup,obyek mulai digerakkkan oleh pemeriksa mulai dari
samping telinga ,apabila obyek sudah tidak terlihat oleh pemeriksa
maka secara normal obyek tersebut dapat dillihat oleh pasien.
d.Anak dapat disuruh membaca atau diberikan Snellen Chart.
5.Pemeriksaan nervus III ( Oculomotoris refleks cahaya)
a. Pen light dinyalakan mulai dari samping) atrau, kemudian cahaya
diarahkan pada salah satu pupil yang akan diperiksa, maka akan ada
rekasi miosis.
b. Apakah pupil isokor kiri atau kanan
6.Pemeriksaan Nervus IV ( Troclearis ) pergerakan bola mata
a.Menganjurkan klien untuk melihat ke atas dan ke bawah.
b.Pemeriksaan nervus VI ( Abdusen )
c.Menganjurkan klien untuk melihat ke kanan dan ke kiri.
7. Pemeriksaan nervus V( Trigeminus) Refleks kornea
a.Tutup mata yang satu dengan penutup
b. Minta klien untuk melirik kearah laterosuperior ( mata yang tidak
diperiksa)
c. Sentuhkan pilinan kapas pada kornea, respon refleks berupa
kedipan kedua mata secara cepat.
d.Glaberal refleks: mengetuk dahi diantara kedua mata,hasil positif
bila tiap ketukan mengakibatkan kedua mata klien berkedip.
e.Doll eye refleks : bayi dipalingkan dan mata akan ikut ,tapi hanya
berfookus pada satu titik.
d. Hidung
1. Posisi hidung apakah simetris kiri kanan
2. Jembatan hidung apakah ada atau tidak ada, jika tidak ada diduga down
syndrome.
3. Cuping hidung masih keras pada umur < 40 hari
4. Pasase udara : gunakan kapas dan letakkan di depan hidung, dan apabila
bulu kapas bergerak, berarti bayi bernafas.
5. Gunakan speculum untuk melihat pembuluh darah mukosa, secret, poliup,
atau deviasi septum.
6. Pemeriksaan nervus I ( Olfaktoris)
7. Tutup salah satu lubang hidung klien ,berikan bau bauan , lalu klien
diminta untuk menyebutkan bau apa.Tiap hidung diuji secara terpisah.
e. Mulut
1. Bibir kering atau pecah – pecah
2. Periksa labio schizis
3. Periksa gigi dan gusi apakah ada perdarahan atau pembengkakan
4. Tekan pangkal lidah dengan menggunakan spatel,hasil positif bila ada
refleks muntah ( Gags refleks)
5. Perhatikan ovula apakah simetris kiri dan kanan
6. Pemeriksaan nervus X ( VAGUS )
7. Tekan lidah dengan menggunakan spatel, dan anjurkan klien untuk
memngatakan “ AH “ dan perhatikan ovula apakah terngkat.
8. Pemeriksaan nervus VII ( facialis) sensoris
a. Tetesi bagian 2/3 anterior lidah dengan rasa asin, manis dan pahit,
kemudian menentukan zat apa yang dirasakan dan 1/3 bagian
belakang lidah untuk pemeeriksaan Nervus IX.
b. Pemeriksaan Nervus XI Hipoglosus
c. Menyuruh pasien untuk menjulurkan lidah lurus lurus kemudian
menarik dengan cepat dan disuruh menggerakkan lidah ke kiri dan
ke kanan dan sementara itu pemeriksa melakukan palpasi pada
kedua pipi untuk merasakan kekuatn lidah.
d.Rooting refleks : bayi akan mencari benda yang diletakkan disekitar
mulut dan kemudian akan mengisapnya.
e.Dengan memakai sarung tangan, masukkan jari kelingking kedalam
mulut, raba palatum keras dan lunak apabila ada lubang berarti labio
palato shizis,kemudian taruh jari kelingking diatas lidah , hasil
positif jika ada refleks mengisap (Sucking Refleks)
f. Telinga
1. Simetris kiri dan kanan
2. Daun telinga dilipat, dan lama baru kembali keposisi semula menunjukkan
tulang rawan masih lunak.
3. Cana;lis auditorious ditarik kebawah kemudian kebelakang,untuk melihat
apakah ada serumen atau cairan.
4.Pemeriksaan tes nervus VIII (Acustikus)
5. menggesekkan rambut, atau tes bisik.
6. Mendengarkan garpu tala (Tes Rinne,Weber)
7. Starter refleks :tepuk tangan dekat telinga, mata akan berkedip.
g. Leher
1.Lipatan leher 2-3 kali lipat lebih pendek dari orang dewasa.
2.Periksa arteri karotis
3.Vena Jugularis
4.posisi pasien semifowler 45 dan dimiringkan,tekan daerah nodus
krokoideus maka akan tampak adanya vena.
a. Taruh mistar pada awal dan akhir pembesaran vena tersebut
kemudian tarik garis imajiner untuk menentukan panjangnya.
b. Raba tiroid : daerah tiroid ditekan,dan p[asien disuruh untuk
menelan,apakah ada pembesaran atau tidak.
c.Tonick neck refleks : kedua tangan ditarik, kepala akan
mengimbangi.
d. Neck rigting refleks refleks : posisi terlentang,kemudian tangan
ditarik kebelakang,pertama badan ikut berbalik diikuti dengan
kepala.
e. Pemeriksaan nervus XII (Asesoris)
f. Menganjurkan klien memalingkan kepala, lalu disuruh untuk
menghadap kedepan ,pemeriksa memberi tahanan terhadap
kepala.sambil meraba otot sternokleidomasatodeus.
h. Dada
1. Bentuk dada apakah simetris kiri dan kanan
2. Bentuk dada barrel anterior – posterior dan tranversal hampir sama 1:1 dan
dewasa 1: 2
3. Suara tracheal : pada daerah trachea, intensitas tinggi, ICS 2 1:1
4. suara bronchial : pada percabangan bronchus, pada saat udara masuk
intensitas keraspada ICS 4-5 1:3
5.Suara broncho vesikuler : pada bronchus sebelum alveolus, intensitas
sedang ICS 5.
a. suara vesikuler : pada seluruh bagian lateral paru, intensitas rendah
b.Wheezing terdengar pada saat inspirasi dan rales pada saat ekspirasi
c.Perkusi pada daerah paru suara yang ditimbulkan adalah sonor
6. Apeks jantung pada mid klavikula kiri intercostals 5
7. Batas jantung pada sternal kanan ICS 2 ( bunyi katup aorta), sternal kiri
ICS 2 ( bunyi katup pulmonal), sternal kiri ICS 3-4 ( bunyi katup tricuspid),
sternal kiri mid klavikula ICS 5 ( bunyi katup mitral).
8.Perkusi mpada daerah jantung adalah pekak.
i. Abdomen
1. Tali pusat : Dua arteri satu vena.
2. Observasi adanya pembengkakan atau perdarahan.
3. Observasi vena apakah terbayang atau tidak.
4. Observasi distensi abdomen.
5. Terdengar suara peristaltic usus.
6. Palpasi pada daerah hati, teraba 1 – 2 cm dibawah costa, panjangnya pada
garis media clavikula 6 – 12 cm.
7. Palpasi pada daerah limpa pada kuadran kiri atas
8. Perkusi pada daerah hati suara yang ditimbulkan adakah pekak Perkusi
pada daerah
9. lambung suara yang ditimbulkan adalah timpani
10. Refleks kremaster : gores pada abdomen mulai dari sisi lateral kemedial
terlihat kontraksi.
j. Punggung
1. Susuri tulang belakang , apakah ada spina bivida okulta : ada lekukan pada
lumbo sacral,tanpa herniasi dan distribusi lanugo lebih banyak.
2. Spina bivida sistika : dengan herniasi , meningokel ( berisi meningen
dan CSF) dan mielomeningokel ( meningen + CSF + saraf spinal).
3. Rib hum and Flank: dalam posisi bungkuk jika tulang belakang
rata/simetris( scoliosis postueral) sedangkan jika asimetris atau bahu tinggi
sebelah danvertebra bengkok ( scoliosis structural) skoliometer >40
k. Tangan
1. Jumlah jari – jari polidaktil ( .> dari 5 ) , sindaktil ( jari – jari bersatu)
2. Pada anak kuku dikebawakan, dan tidak patah , kalau patah diduga
kelainan nutrisi.
3. Ujung jari halus
4. Kuku klubbing finger <180 ,bila lebih 180 diduga kelainan system
pernafasan
5. Grasping refleks : meletakkan jari pada tangan bayi, maka refleks akan
menggengam.
6. Palmar refleks : tekan pada telapak tangan ,akan menggengam
l. Lutut
1.Ballotemen patella : tekan mendorong kuat akan menimbulkan bunyi klik
jika ada cairan diantaranya
2. Mengurut kantong supra patella kebawah akan timbul tonjolan pada kedua
sisi tibia jika ada cairan diduga ada atritis.
3. Reflek patella, dan hamstring.
m. Kaki
1. Lipatan kaki apakah 1/3, 2/3, bagian seluruh telapak kaki.
2. Talipes : kaki bengkok kedalam.
3. Clubfoot : otot-otot kaki tidak sama panjang, kaki jatuh kedepan
4. Refleks babinsky
5. Refleks Chaddok
6. Staping Refleks

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru
(perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun, sesak nafas.
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme
sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun, BB
turun, mual dan muntah, turgor kulit tidak elastis.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk

Tujuan dan criteria hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (1x24jam) diharapkan
jalan nafas pasien efektif dengan criteria hasil : jalan nafas paten, tidak ada bunyi nafas
tambahan, tidak sesak, RR normal (35-40x/menit), tidak ada penggunaan otot bantu nafas, tidak
ada pernafasan cuping hidung
INTERVENSI RASIONAL
- Observasi TTV terutama respiratory - Member informasi tentang pola
rate pernafasan pasien, tekanan darah, nadi, suhu
pasien.
- Auskultasi area dada atau paru, catat - Crekcels, ronkhi dan mengi dapat
hasil pemeriksaan terdengar saat inspirasi dan ekspirasi pada
tempat konsolidasi sputum

- Latih pasien batuk efektif dan nafas - Memudahkan bersihan jalan nafas dan
dalam ekspansi maksimum paru

- Lakukan suction sesuai indikasi - Mengeluarkan sputum pada pasien tidak


sadar atau tidak mampu batuk efektif

- Memberi posisi semifowler atau - Meningkatkan ekspansi paru


supinasi dengan elevasi kepala
- Anjurkan pasien minum air hangat - Air hangat dapat memudahkan
Kolaborasi : pengeluaran secret
- Bantu mengawasi efek pengobatan - Memudahkan pengenceran dan
nebulizer dan fisioterapi nafas lainnya. pembuangan secret
- Berikan obat sesuai indikasi, seperti - Proses medikamentosa dan membantu
mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, mengurangi bronkospasme
analgesic
- Berikan O2 lembab sesuai indikasi - Mengurangi distress respirasi

Diagnosa 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan
paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun, sesak nafas.
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan (1x24) diharapkan ventilasi pasien tidak terganggu
dengan KH : GDA dalam rentang normal ( PO2 = 80 – 100 mmHg, PCO2 = 35 – 45 mmHg,
pH = 7,35 – 7,45, SaO2 = 95 – 99 %), tidak ada sianosis, pasien tidak sesak dan rileks.
Intervensi Rasional
- Kaji frekuensi, kedalaman, kemudahan - Memberi informasi tentang pernapasan
bernapas pasien. pasien.

- Observasi warna kulit, membran - Kebiruan menunjukkan sianosis.


mukosa bibir.

- Berikan lingkungan sejuk, nyaman, - Untuk membuat pasien lebih nyaman.


ventilasi cukup.

- Tinggikan kepala, anjurkan napas - Meningkatkan inspirasi dan pengeluaran


dalam dan batuk efektif. sekret.

- Pertahankan istirahat tidur. - Mencegah terlalu letih.

- Kolaborasikan pemberian oksigen dan - Mengevaluasi proses penyakit dan


pemeriksaan lab (GDA) mengurangi distres respirasi.
Diagnosa 3 : Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan suhu pasien
turun atau normal (36,5 – 37,5°C) dengan KH: pasien tidak gelisah, pasien tidak menggigil,
akral teraba hangat, warna kulit tidak ada kemerahan.

Intervensi Rasional

- Kaji suhu tubuh pasien - Data untuk menentukan intervensi

- Pertahankan lingkungan tetap sejuk - Menurunkan suhu tubuh secara radiasi

- Berikan kompres hangat basah pada


ketiak, lipatan paha, kening (untuk sugesti) - Menurunkan suhu tubuh secara konduksi

- Anjurkan pasien untuk banyak minum


- Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan cairan tubuh meningkat, sehingga
diimbangi dengan intake cairan yang banyak
- Anjurkan mengenakan pakaian yang
minimal atau tipis - Pakaian yang tipis mengurangi penguapan
- Berikan antipiretik sesuai indikasi cairan tubuh
- Antipiretik efektif untuk menurunkan
- Berikan antimikroba jika disarankan demam
- Mengobati organisme penyebab
Diagnosa 4 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan
menurun, BB turun, mual dan muntah, turgor kulit tidak elastis.
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien adekuat dengan KH: nafsu makan pasien meningkat, BB pasien ideal, mual
muntal berkurang, turgor kulit elastis, pasien tidak lemas
Intervensi Rasional
- Kaji penyebab mual muntah pasien - Untuk menentukan intervensi
selanjutnya
- Berikan perawatan mulut - Mulut yang bersih meningkatkan nafsu
makan
- Bantu pasien membuang atau - Sputum dapat menyebabkan bau mulut
mengeluarkan sputum sesering mungkin yang nantinya dapat menurunkan nafsu makan

- Anjurkan untuk menyajikan makanan - Membantu meningkatkan nafsu makan


dalam keadaan hangat

- Anjurkan pasien makan sedikit tapi - Meningkatkan intake makanan


sering

- Memenuhi gizi dan nutrisi sesuai


- Kolaborasikan untuk memilih dengan keadaan pasien
makanan yang dapat memenuhi kebutuhan
gizi selama sakit
DAFTAR PUSTAKA

Dongoes. Marlym.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta : EGC.


Smeltzer, Suzanne.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta : EGC
Zul Dahlan .2000.Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta : Balai penerbit FK UL
Rcevers,Chalene. J et all.2000.Keperawatan medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG KALIMAYA ATAS RSUD DR.SLAMET GARUT

OLEH :

AGNINA FRIANDANI FADLLIN


AKX.16.003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA BANDUNG


PROGRAM STUDI DIII-KEPERAWATAN KONSENTRASI ANESTESI
JALAN SOEKARNO HATTA NO.754 BANDUNG

Anda mungkin juga menyukai