Anda di halaman 1dari 20

Bella Nursholihah's Blog

Friday, October 31, 2014

SISTEM IMUN HEMATOLOGI (MAKALAH DHF)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengue yang disebarkan virus disebarkan oleh nyamuk Aedes (Stegomyia). Selama dua dekade
terakhir, frekuensi kasus dan epidemi penyakit demam dengue (dengue fever, DF), demam berdarah
(dengue hemorragic fever, DHF), dan sindrom syok dengue (dengue syok syndrom, DSS) menunjukkan
peningkatan yang dramatis di seluruh dunia. The World Health Report 1996, menyatakan
bahwa”kemunculan kembali penyakit infeksisus merupakan suatu peringatan bahwa kemajuan yang
telah diraih sampai sejauh ini terhadap keamanan dunia dalam hal kesehatan dan kemakmuran sia-sia
belaka”. Laporan tersebut lebih jauh menyebutkan bahwa” penyakit infeksius tersebut berkisar dari
penyakit yang terjadi di daerah tropis (seperti malaria dan DHF yang sering terjadi di negara
berkembang) hingga penyakit yang ditemukan di seluruh dunia (seperti hepatitis dan penyakit menular
seksual [PMS], termasuk HIV/AIDS) dan penyakit yang disebarkan melalui makanan yang mempengaruhi
sejumlah besar penduduk dunia baik di negara miskin maupun kaya.

Pada Mei 1993, pertemuan kesehatan dunia yang ke-46 mengajukan suatu resolusi tentang
pengendalian dan pencegahan dengue yang menekankan bahwa pengokohan pencegahan dan
pengendalian DF, DHF, DSS baik di tingkat lokal maupun nasional harus menjadi salah satu prioritas dari
Negara Anggota WHO tempat endemiknya penyakit. Resolusi tersebut juga meminta: (1) strategi yang
dikembangkan untuk mengatasi penyebaran dan peningkatan insiden dengue harus dapat dilakukan
oleh negara terkait, (2) peningkatan penyuluhan kesehatan masyarakat, (3) mengencarkan promosi
kesehatan, (4) memperkuat riset, (5) memperluas surveilens dengue, (6) pemberian panduadalam hal
pengendalian vektor, dan (7) mobilisasi sumber daya eksternal untuk pencegahan penyakit harus
menjadi prioritas.
Untuk menanggapi resolusi WHA dalam pencegahan dan pengendalian dengue, strategi global
untuk operasionalitas kegiatan pengendalian vektor dikembangkan berdasarkan komponen utama
seperti, tindakan pengendalian nyamuk yang selektif terpadu dengan partisipasi masyarakat dan kerja
sama antarsektor, persiapan kedaruratan, dll. Salah satu penopang utama dalam strategi global adalah
peningkatan surveilans yang aktif dan didasarkan pada pemeriksaaan laboratorium yang akurat
terhadap DF/DHF dan vektornya. Agar berjalan lancar, setiap negara endemik harus memasukkan
penyakit DHF menjadi salah satu jenis penyakit yang harus dilaporkan.

Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika
termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di
atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti bidan dan pak mantri. Seringkali
salah dalam penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai penyakit lain
seperti flu dan tipes (typhoid).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan DHF?

2. Apa yang menyebabkan terjadinya penyakit DHF?

3. Jelaskan patofisiologi dari DHF?

4. Sebutkan manifestasi dari penyakit DHF tersebut?

5. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien dengan DHF?

6. Apa saja penatalaksanaan medik dan keperawatan yang dilakukan pada klien DHF?

7. Sebutkan komplikasi dari penyakit DHF?

8. Jelaskan bagaimana proses keperawatan pada klien dengan DHF?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan DHF

2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab dari DHF

3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala DHF

4. Mahasiswa mampu menjelaskan proses keperawatan pada penyakit DHF


BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

DHF atau dikenal dengan istilah demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh
Arbovirus ( arthro podborn virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes Albopictus dan
Aedes Aegepty ). Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ). DHF /
DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke
dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina. (Suriadi : 2001). Demam
dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri
otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama terinfeksi virus ( Arif Mansjur : 2001).

Menurut beberapa ahli pengertian DHF sebagai berikut:

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan beberapa nyamuk lain yang
menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick
manson,2001).Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus
yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996).

B. KLASIFIKASI

Who, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, uji tourniquet positif,
trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

2. Derajat II

Sama dengan derajat i, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis,
hematemesis, melena, perdarahan gusi.

3. Derajat III

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi
sempit (  120 mmhg ), tekanan darah menurun,
(120/80  120/100  120/110  90/70  80/70  80/0 0/0 )

4. Derajat IV

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur, (denyut jantung 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin,
berkeringat dan kulit tampak biru.

C. ETIOLOGI

Penyebab utama adalah Arbovirus ( Arthropodborn Virus ) melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes
Albopictus dan Aedes Aegepty ). Yang vektor utamanya adalah Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :

kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.

1. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.

2. Penyedaiaan air bersih yang langka.

Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena antar rumah jaraknya
berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak terbang Aedes Aegypti 40-100 m. Aedes
Aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa
orang secara bergantian dalam waktu singkat, (Noer, 1999).

D. PATOFISIOLOGI
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty. Pertama-tama yang
terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan
dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali).Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody
dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine zat anafilaktosin dan serotonin serta aktivitas system kalikreain yang berakibat
ekstravasasi cairan intravaskuler, dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke
ruang ekstra seluler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Peningkatan permeabilitas kapiler terjadi.

Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi
hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan)
plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.Terjadinya
trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan
fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan
pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.

Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran


plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya
untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan
yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang
buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Sebab lain
kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan
trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan
terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya
oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah
terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.Gangguan
hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan
koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh,
seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal.

E. MANIFESTASI KLINIS

Bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa inkubasi 13-15 hari, tetapi rata-rata 5-8 hari.
Penderita biasanya mengalami demam akut (suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil.
Dengan adanya gejala-gejala klinis yang dapat menimbulkan terjadinya DHF seperti adanya gejala
pendarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom) dan pendarahan lain (epitaksis, hematemesis,
hematuri, dan melena) tingkat keparahan yang ditemui dari hasil pemeriksaan darah lengkap. Selain
demam dan pendarahan yang merupakan ciri khas dhf, gambaran klinis lain yang tidak khas yang biasa
dijumpai pada penderita dhf adalah :

1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.

2. Keluhan pada pencernaan : mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia)diare, konstipasi.

3. Keluhan pada sistem tubuh lain :

1. Nyeri atau sakit kepala.

2. Nyeri pada otot, tulang, dan sendi (break bone fever)

3. Nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati

4. Pegal-pegal pada seluruh tubuh

5. Kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka

6. Pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan foto fobia. Otot-otot sekitar mata sakit apabila disentuh dan
pergerakan bola mata terasa pegal.

7. Trombosit < 500.000 / mm3

F. KOMPLIKASI

1. DHF mengakibatkan pendarahan pada semua organ tubuh, seperti pendarahan ginjal, otak, jantung,
paru paru, limpa dan hati. Sehingga tubuh kehabisan darah dan cairan serta menyebabkan kematian.\

2. Ensepalopati.
3. Gangguan kesadaran yang disertai kejang.

4. Disorientasi, prognosa buruk.

5. Perdarahan luas.

6. Shock atau renjatan.

7. Efusi pleura

8. Penurunan kesadaran.

9. Komplikasi terberat yang sering muncul yaitu syok, relatif lebih banyak dijumpai pada anak-anak dan
seringkali tidak tertangani dan berakhir dengan kematian penderita

F. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

1. Trombositopeni (  100.000/mm3)

2. Hb dan PCV meningkat (  20% )

3. Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )

4. Isolasi virus

5. Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder

6. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah
menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.

Pemeriksaan penunjang

- Darah

1. Trombositopenia ( N : 150.000-400.000/ui )

2. Hemokonsentrasi ( N pria : 40-48 Nol % )

3. Mas pembekuan normal ( 10-15 )

4. Masa pendarahan memanjang ( N = 1-3 )


5. Kimia darah : – Hiponatremia.

6. Hipoproteinemia

7. Hipokalemia

8. SGOT, SGPT meningkat ( N < 12 u / i )

9. Ureum meningkat.

10. Urine minurial ringan

11. Sumsum tulang

12. Awal hiposelular kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi. Hari ke-10
biasanya kembali normal.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. DHF Tanpa Renjatan

1) Beri minum banyak ( 1 ½ – 2 liter / hari )

2) Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres

3) Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak <1th dosis 50 mg im dan untuk anak
>1th 75 mg im. Jika 15 menit kejang belum teratasi ,beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb bb ( anak
<1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg bb.

4) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat

2. DHF Dengan Renjatan

1) Pasang infuse(RL, NaCl Faali) yang biasa digunakan

2) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (20– 30 ml/ kg BB )

3) Tranfusi jika Hb dan Ht turun

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam


2. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam

3. Observasi intik output

4. Diet makan lunak

5. 5. Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht,
Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, berikompres.

6. Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala
seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.

7. Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2 pengawasan tanda – tanda vital tiap
15 menit, pasang cateter, obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.

I. ASUHAN KEPERAWATAN

Dalam asuhan keperawatan digunakan pendekatan proses keperawatan sebagai cara untuk
mengatasi masalah klien. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian keperawatan,
identifikasi, analisa masalah (diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi).

1. Pengkajian Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting
dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun
metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik,
laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi.

a. Identitas

DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa (
Effendy, 1995 )

b. Keluhan Utama

Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.

c. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu
menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
d. Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

e. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit
DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

f. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat
air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

g. Riwayat Tumbuh Kembang

h. Pengkajian Per Sistem:

- Sistem Pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi
sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

- Sistem Persyarafan

Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS

- Sistem Cardiovaskuler

Pada grade IV dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat
terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari,
pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

- Sistem Pencernaan

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran
hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat
hematemesis, melena.

- Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing
berwarna merah.
- Sistem Integumen.

Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi
pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

2. KASUS PEMICU

Seorang klien dirawat diruang perawatan umum di RS Pemerintah. Klien dirawat dengan keluhan
demam, mimisan, tidak nafsu makan. Seorang perawat melakukan anamnesa, didapatkan hasil sebagai
berikut : keluarga klien mengatakan sakit sejak main kerumah saudara yang banyak nyamuk, terdapat
ptekie di badan,nadi cepat dan lemah, trombosit dan hematokrit abnormal. Klien mendapatkan terapi
Antipiretik, antibiotik dan Infus RL. Keluarga klien bertanya bagaimana anaknya bisa terkena penyakit
ini. Diagnosa medis klien DHF stadium IV, perawat dan dokter serta para medis lainnya yang terkait
melakukan perawatan secara integrasi untuk menghindari / mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut.

A. Data Fokus :

Data Subjektif Data Objektif

- Klien dirawat dengan keluhan demam - Terlihat ptekie dibadan

- Klien mengatakan mimisan - Nadi cepat dan lemah

- Klien mengatakan tidak nafsu makan - Trombosit dan hematokrit abnormal

- Keluarga klien mengatakan sakit sejak main


kerumah saudara yang banyak nyamuk
Data tambahan :
- Keluarga klien bertanya bagaimana anaknya bisa
- Feses berwarna hitam
terkena penyakit ini
- Kllien terlihat lemas dan lemah

- Kulit dan mucosa mulut kering


Data tambahan :
- Nafas cepat 30 x /menit
- Klien mengatakan sakit kepala
- TD : 90/100
- Klien mengeluh mual dan muntah
- S : 39°C
- Klien mengatakan gusi berdarah saat gosok gigi
- BB : 20 kg
- Klien mengatakan kulitnya merah
- Porsi makan klien tidak habis
- Klien mengatakan haus terus - keluarga klien terlihat bingung

- Klien mengeluh lemah, diare demam, BB menurun-

B. Analisa Data :

No. Data Fokus Masalah Keperawatan Etiologi

1. DS : Perdarahan Trombositopenia

- Klien dirawat dengan keluhan


demam

- Klien mengatakan mimisan

- Klien mengatakan gusi berdarah saat


gosok gigi

- Klien mengatakan haus terus

- Keluarga klien mengatakan sakit


sejak main kerumah saudara yang
banyak nyamuk

DO :

- Terlihat ptekie dibadan

- Nadi cepat dan lemah

- Trombosit dan hematokrit abnormal

- Feses berwarna hitam

- Kulit dan mucosa mulut kering


2. DS : Hipertermia Infeksi virus dengue

- Klien dirawat dengan keluhan


demam

- Klien mengatakan kulitnya merah

DO :

- Nafas cepat 30 x /menit

- TD : 90/100

- S : 39°C

3. DS : Gangguan pemenuhan nutrisi Anoreksia

- Klien mengeluh lemah, diare demam,


BB menurun

- Klien mengatakan tidak nafsu makan

- Klien mengeluh mual dan muntah

DO :

- Kllien terlihat lemas dan lemah

- BB : 20 kg

- Porsi makan klien tidak habis

4. DS : Kurang pengetahuan Kurang informasi

1. Keluarga klien bertanya bagaimana


anaknya bisa terkena penyakit ini
DO :

2. Keluarga klien terlihat bingung

C. Diagnosa Keperawatan :

No. Dx Tgl ditemukan Tgl teratasi

1. Gangguan keseimangan volume cairan b.d


Kebocoran plasma

2. Hipertermia b.d Peningkatan laju


metabolisme

3. Gangguan pemenuhan nutrisi b.d anoreksia

4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya


informasi

D. Intervensi :

No. No. Tujuan dan KH Intervensi Rasional


Dx

1. 1. Setelah dilakukan tindakan MANDIRI 1. Untuk mengatur


keperawatan selama 1 x 24 keseimbangan cairan
1. Pantau cairan mengumpulkan
jam Gangguan keseimangan
dan menganalisis data pasien 2. Untuk meminimalisir
volume cairan dapat
perdarahan yang keluar dari
teratasi di tandai dengan : 2. Manajeman cairan
hidung
meningkatkan keseimbangan
1. Ptekie hilang
cairan dan mencegah
2. Tidak adanya mimisan komplikasi akibat kadar cairan
3. untuk pasien yang
yang abnormal atau yang tidak
3. Trombosit dan hematokrit mengalami gangguan
di harapkan
normal (150.000- 450.000 volume intra vaskular yang
3. Ubah posisi pasien
ml/mm₃ trendelenburg , atau tinggikaan berat
tungkai pasien
4. Feses tidak terdapat bercak
darah 4. Meningkatkan keadekuatan
perfusi jaringan
5. Kulit dan mucosa mulut
lemban

KOLABORASI KOLABORASI

1. Pemberian infus RL melalui IV 1. untuk pemenuhan cairan


dalam tubuh sacara
maksimal

2.

2. 2. Setelah dilakukan tindakan


1. Pantau TTV
keperawatan selama 3 x 24 jam
2. Kaji ketepatan jenis pakaian
masalah hypertermi dapat
yang digunakan dengan
teratasi ditandai dengan suhu
lingkungan
normal 36oC
3. Pantau suhu minimal setiap 2
TD 115/80
jam sesuai dengan kebutuhan
Klien sudah tidak kejang
4. Pantau warna kulit
RR 25 x/ menit
5. Anjurkan klien untuk
mengompres

1.
3. 3. Setelah dilakukan tindakan Mandiri: 1. Untuk menentukan
keperawatan selama 3 x 24 jam kebutuhan protein pasien
1. Pemberian makanan dan cairan
masalah gangguan pemenuhan yang mengalamio ketidak
untuk mendukung proses
nutrisi di tandai dengan : adekuatan asupan protein
metabolik pasien
 BB naik menjadi 27kg
2. Beri makanan sedikit tapi sering
 Klien dapat menghabiskan
3. Pantau kandungan nutrisi dan
porsi makannya
kalori pada catatan asupan

4. Berikan informasi yang tepat


tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya
Kolaborasi:

1. Diskusikan dengan ahli gizi

4. 4. Setelah dilakukan tindakan Mandiri Mandiri


keperawatan selama 1x24 jam
1. Memberikan pendidikan
1. Agar keluarga tahu cara
masalah kekurangan
kesehatan kepada keluarga penularan DBD, dan
pengetahuan teratasi.
pencegahannya

E. Implementasi dan Evaluasi :

No. Implementasi Evaluasi Paraf


Dx

1. memantau cairan mengumpulkan dan S : klien mengatakan sudah tidak


menganalisis data pasien mimisan

1. Manajeman cairan meningkatkan O : ptekie hilang


keseimbangan cairan dan mencegah
A : masalah pasien teratasi sebagian
komplikasi akibat kadar cairan yang
abnormal atau yang tidak di harapkan P :tindakan keperawatan dilanjutkan

2. Ubah posisi pasien trendelenburg , atau


tinggikaan tungkai pasien

3. Meningkatkan keadekuatan perfusi jaringan

2.1. Memantau TTV S : pasien mengatakan masih demam

2. Mengkaji ketepatan jenis pakaian yang O :suhu tubuh pasien turun 380 C
digunakan dengan lingkungan
A :masalah keperawatan teratasi
3. Memantau suhu minimal setiap 2 jam sesuai sebagian
dengan kebutuhan
P :tindakan keperawatan dilanjutkan
4. Memantau warna kulit
3.1. Memberian makanan dan cairan untuk S : klien mengatakan sudah tidak lemah
mendukung proses metabolik pasien dan tidak nafsu makan

2. Memberi makanan sedikit tapi sering O : porsi makanan klien habis

3. Memantau kandungan nutrisi dan kalori A : masalah keperawatan sudah teratasi


pada catatan asupan
P :tindakan keperawatan hentikan
4. Memberikan informasi yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya

4 Memberikan pendidikan kesehatan kepada S : keluarga klien sudah memahami


keluarga tentang penyakit demam berdarah
(DHF)

O : keluarga pasien tidak bertanya dan


kebingungan lagi

A : masalah keperawatan sudah teratasi

P : tindakan keperawatan di hentikan


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

DHF / DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus
dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang betina. (Suriadi :
2001).Demam dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama terinfeksi virus ( Arif
Mansjur : 2001).Penderita biasanya mengalami demam akut (suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai
menggigil. Dengan adanya gejala-gejala klinis yang dapat menimbulkan terjadinya dhf seperti adanya
gejala pendarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom) dan pendarahan lain (epitaksis, hematemesis,
hematuri, dan melena) tingkat keparahan yang ditemui dari hasil pemeriksaan darah lengkap.

Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau
mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5
sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).Pencegahan dilakukan dengan
menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan
malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di
daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD
melalui metode pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah :

- Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat.


perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.

- Pemeliharaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri (Bt.H-14).
- Pengasapan/fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).

- Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas
bunga, kolam, dan lain-lain.

B. Saran

Semoga Makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi Mahasiswa/i
Kesehatan, sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian
dan kreatifitas Mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi untuk menunjang proses
pembelajaran selanjutnya .

Anda mungkin juga menyukai