5 LP Pharingitis PKM
5 LP Pharingitis PKM
FHARINGITIS
I. Konsep Faringitis
1.1 Definisi Faringitis
Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring (Efiaty Arsyad
S,Dr,Sp.THT, 2000). Faringitis (pharyngitis) yaitu suatu penyakit peradangan
yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau
virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Faringitis
adalah radang pada faring yang biasanya disebabkan oleh bakteri dan virus
(Ngastiyah, 2005).
Faringitis Akut yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus
hampir 70% dan streptokakus group A adalah organisme bakteri yang umum
berkenaan dengan faringitis akut yang kemudian disebut sebagai
“streepthroat” (Brunner & Suddarth, 2001)
1.2 Etiologi
Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold,
flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan
faringitis adalah streptokokus grup A (organism bakteri paling umum yang
berkenaan dengan faringitis akut, yang kemudian disebut sebagai “strep
throat”), korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau
Chlamydia pneumoniae.
1.3 Tanda Gejala
1. Manifestasi klinis akut:
a. Membran faring tampak merah
b. Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
c. Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
d. Mungkin terdapat demam, malaise, sakit tenggorokan, dan sulit
menelan makanan
e. Serak, batuk, rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
2. Manifestasi klinis kronis:
a. Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
b. Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan
batuk.
1.4 Patofisiologi
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal.
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka
jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi,
kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi
menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat
pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring
menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu
terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid
dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral,
menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan
Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat
sekresi nasal.
1.6 Komplikasi
Komplikasi infeksi GABHS dapat berupa demam reumatik, dan abses
peritonsiler. Abses peritonsiler terjadi
- Komplikasi umum faringitis terutama tampak pada faringitis karena bakteri
yaitu : sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan pneumonia.
Kekambuhan biasanya terjadi pada pasaien dengan pengobatan yang tidak
tuntas pada pengobatan dengan antibiotik, atau adanya paparan baru.
- Demam rheumatic akut(3-5 minggu setelah infeksi), poststreptococcal
glomerulonephritis, dan toxic shock syndrome, peritonsiler abses,
- Komplikasi infeks mononukleus meliputi: ruptur lien, hepatitis, Guillain
Barré syndrome, encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis, B-cell
lymphoma, dan karsinoma nasofaring (Kazzi,at.al.,2006).
1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat menurunkan durasi gejala, dan
mengurangi risiko penularan penyakit.
Pada faringitis dengan penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:
- Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
- Penicillin; diberikan secara oral
- Eritromisin
- Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G.
Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati
gejala, kecuali pada penyebab virus influenza. Beberapa obat yang dapat
digunakan yaitu:
- Amantadine
- Rimantadine
- Oseltamivir
- Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B
Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat
yang cukup, karena penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain
itu, dibutuhkan juga mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi
alkohol. Gejala biasanya membaik pada keadaan udara yang lembab. Untuk
menghilangkan nyeri pada tenggorokan, dapat digunakan obat kumur yang
mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak
berusia di bawah 18 tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai analgesik
karena berisiko terkena sindrom Reye.
Pemberian suplemen dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau
mencegahnya, yaitu :
- Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan
mencairkan mukus, sehingga dapat mencegah hidung tersumbat
- Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk
- Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun
penggunaan dalam dosis tinggi perlu pengawasan dokter.
1.8 Pathway
Virus Bakteri
PHARINGITIS
Hipertermia Inflamasi
Diagnosa 3: Hipertermia
2.2.7 Definisi
Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal..
2.2.8 Batasan karakteristik
2.2.8.1 Objektif:
Kulit merah
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal
Kejang atau kovulasi
Takikardie
takipnea
2.2.9 Faktor yang berhubungan
Dehidrasi
Penyakit atau trauma
Ketidak mampuan dan penurunan kemampuan berkeringat
Pakaian yang tidak tepat
Peningkatan laju metabolisme
Obat atau anastesi
Terpajan lingkungan panas
Aktivitas yang berlebih
1.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan napas
1.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam
bersihan jalan napas tidak terganggu
Kriteria Hasil : menunjukkan jalan napas yang paten
1.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
1. Posisikan anak untuk memaksimalkan ventilasi dengan posisi
fowler (900) atau semi fowler (300-450).
R: untuk memudahkan jalan napas
2. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
R: mengurangi/mempercepat mengeluarkan sekret
3. Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction.
R: cara untuk mengeluarkan sekret
4. Auskultasi suara napas.
R: mngetahui kepastian adanya suara tambahan atau tidak
5. Berikan bronkodilator bila perlu.
R: memepercepat pengeluaran sekret yang susah.
6. Monitor respirasi dan status O2 (Oksigen)
R: mengetahui tidaknya ada sesak napas
Diagnosa 3: : Hipertermia
2.3.5 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
2.3.5.1Termoregulasi: keseimbangan antara produksi panas, dan
kehilangan panas.
2.3.5.2 tanda-tanda vital: nilai suhu, denyut nadi, frekuensi pernapasan,
dan tekanan darah dalam rentang normal
2.3.6 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
1. Monitor tanda vital : suhu badan
R: sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
2. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari
buah 2,5-3 liter/hari.
R: dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang
memicu timbulnya dehidrasi
3. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R: menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk
mengurangi panas tubuh melalui penguapan
4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R: kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit.
5. Kolaborasi dengan pemberian obat antipiretik
R: menghindari sebelum terjadinya demam tinggi yang akan
mengakibatkan kejang anak / dapat menurunkan panas.
(.....................................) (Marlina,S.Kep.,Ns)
LAPORAN PENDAHULUAN PHARINGITIS
DI PUSKESMAS PEKAUMAN
BANJARMASIN
OLEH :
RAHIMATUN NISA,S.Kep