Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Burger disease atau disebut juga dengan TAO (Tromboangiitis Obliteran)


diperkenalkan oleh Von Winiwarter pada tahun 1879, Winiwarter
mendiskripsikan sebuah bentuk yang aneh dari endarteritis dan endoflebitis
dengan gangren pada amputasi kaki seorang laki-laki 57 tahun. Pada tahun itu,
Leo Buerger lahir di Viena dan baru pada tahun 1908 Buerger merangkum sebuah
observasi klinis dan patofisiologis dan untuk pertama kalinya mendiskripsikan
dengan istilah Tromboangiitis obliterans yang menyebabkan gangren presenile
spontan. Oleh karena itu penyakit ini lebih sering dikenal sebagai Buerger’s
disease dari pada tromboangitis obliterans atau Miniwarter-Buerger disease
(Faizer R, Forbes TL 2006 hal :1-2).

Leo Burger mendeskripsikan penyakit ini menurut evaluasi patologikal


dari ekstremitas yang telah diamputasi dan dipublikasi dalam bukunya pada 1924.
Umumnya burger disease terjadi pada orang dewasa muda 20-45 th. Rasio laki-
laki dan perempuan adalah 3:1 adalah penyakit inflamasi oklusif pada pembuluh
darah arteri dan vena yang sering mengenai bagian ekstremitas. Etiologi dari
Buerger’sdisease masih belum diketahui, namun sebagian besar individu yang
terkena penyakit ini adalah perokok berat. Penyakit ini diidentifikasikan sebagai
respon autoimun terhadap nikotin, sehingga penyalahgunaan tembakau adalah
faktor risiko utama. Buerger’s disease jarang terjadi pada individu keturunan
Eropa Utara dan Amerika Serikat, namun individu asli India, Korea dan Jepang
serta Israel memiliki insidensi penyakit Buerger’s disease yang tertinggi.
Prevalensi penyakit ini pada populasi di Jepang diestimasikan sebanyak 5/100.000
orang pada tahun 1985. Prevalensi penyakit arteri perifer berkisar antara 0.5-5.6%
di Eropa Barat, 45%-63% di India, 16-66% di Korea dan Jepang, dan 80% pada
orang Yahudi di Israel (Faizer R, Forbes TL, 2006, hal :1-2).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Pembuluh Darah

Pembuluh darah terdiri atas 3 jenis : arteri, vena dan kapiler.


1. Arteri
Arteri membawa darah dari jantung dan disebarkan ke berbagai jaringan
tubuh melalui cabang-cabangnya. Arteri yang terkecil, diameternya kurang dari
0,1 mm, dinamakan arteriol. Persatuan cabang-cabang arteri dinamakan
anastomosis. Pada arteri tidak terdapat katup dan arteri anatomik merupakan
pembuluh darah yang cabang-cabang terminalnya tidak mengadakan anastomosis
dengan cabang-cabang arteri yang memperdarahi daerah yang berdekatan. End
arteri fusngsional adalah pembuluh darah yang cabang-cabang terminalnya
mengadakan anastomosis dengan cabang-cabang terminal arteri yang berdekatan,
tetapi besarnya anastomosis tidak cukup untuk mempertahankan jaringan tetap
hidup bila salah satu arteri tersumbat (Ramin M, dkk, 2014, hal : 62).

2. Vena
Vena adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kembali ke jantung,
banyak vena mempunyai kutub. Vena yang terkecil dinamakan venula. Vena yang
lebih kecil atau cabang-cabangnya, bersatu membentuk vena yang lebih besar,
yang seringkali bersatu satu sama lain membentuk pleksus vena. Arteri profunda
tipe sedang sering diikuti oleh dua vena masing-masing pada sisi-sisinya dan
dinamakan venae cominantes (Ramin M, dkk, 2014, hal : 62).

3. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh mikroskopik yang membentuk jalinan yang
menghubungkan arteriol dengan venula. Pada beberapa daerah tubuh, terutama
pada ujung-ujung jari dan ibu jari, terdapat hubungan langsung antara arteri dan
vena tanpa diperantai kapiler. Tempat hubungan seperti ini
dinamakan anastomosis arteriovenosa (Ramin M, dkk, 2014, hal : 62).

2
Histologi Struktur Pembuluh Darah Secara Umum

Tunica intima merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah. Lapisan
ini dibentuk terutama oleh sel endothel.
Tunica media merupakan lapisan yang berada diantara tunika media dan
adventitia, disebut juga lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot
polos dan and jaringan elastic.
Tunica adventitia merupakan Lapisan yang paling luar yang tersusun oleh
jaringan ikat (Ramin M, dkk, 2014, hal : 63).

Histologi pembuluh darah

2.1 Definisi

Penyakit tromboangiitis obliteran atau yang lebih dikenal dengan nama


Buerger’sdisease adalah suatu penyakit inflamasi non-aterosklerotik yang
etiologinya masih belum diketahui, namun erat kaitannya dengan riwayat
pemakaian tembakau atau merokok. Buerger’s disease sering mengenai pembuluh
darah berukuran kecil atau sedang pada distal ekstremitas atas dan bawah (Rivera-
Chavarría IJ, Brenes-Gutiérrez JD, 2016).

3
Tromboangitis Obliterans

Secara umum, penegakan diagnosis suatu penyakit dapat dilakukan dengan


anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis pada
Buerger’s disease akan ditemukan riwayat merokok serta rasa nyeri, klaudikasio
pada kaki atau juga tangan saat beraktivitas dan istirahat. Sebagian besar individu
yang terkena Buerger’s disease merupakan perokok. Buerger’s disease juga dapat
terjadi pada individu yang mengkonsumsi bentuk lain dari tembakau, seperti
tembakau yang dikunyah atau chewingtobacco. Perokok yang setiap harinya
mengkonsumsi satu setengah bungkus rokok atau lebih per harinya sangat
mungkin berkembang menjadi Buerger’s disease. Perokok berat didefinisikan
sebagai individu yang mengkonsumsi lebih dari 20 batang rokok setiap harinya.
Rasa nyeri pada bagian tubuh yang terkena dapat menyebar ke daerah sentral
tubuh (Rivera-Chavarría IJ, Brenes-Gutiérrez JD, 2016).

2.2 Epidemiologi

Buerger’s disease jarang terjadi pada individu keturunan Eropa Utara dan
Amerika Serikat, namun individu asli India, Korea dan Jepang serta Israel
memiliki insidensi penyakit Buerger’s disease yang tertinggi. Prevalensi penyakit
ini pada populasi di Jepang diestimasikan sebanyak 5/100.000 orang pada tahun
1985. Prevalensi penyakit arteri perifer berkisar antara 0.5-5.6% di Eropa Barat,

4
45%-63% di India, 16-66% di Korea dan Jepang, dan 80% pada orang Yahudi di
Israel (Rivera-Chavarría IJ, Brenes-Gutiérrez JD, 2016).

Terapi awal pada Bueger’s disease sangatlah penting, karena penyakit ini
dapat menimbulkan masalah sosial yang akan menurunkan kualitas hidup
pasiennya. Terapi awal juga berguna untuk mencegah amputasi ekstremitas yang
terkena. Resiko amputasi pada tatalaksana Buerger’s disease jangka panjang
adalah 25% per 5 tahun, 38% per 10 tahun dan 46% per 20 tahun. Berdasarkan
beberapa studi, insidensi amputasi mayor pada pasien di Asia yang umumnya
adalah perokok muda adalah 12-31%. Kekambuhan penyakit ini sering terjadi
seiring dengan pengkonsumsian rokok kembali dengan lebih dari 20% pasien di
Amerika utara memerlukan amputasi mayor (Rivera-Chavarría IJ, Brenes-
Gutiérrez JD, 2016).

2.3 Etiologi dan Patogenesis

Secara pasti penyebab burger disease tidak diketahui. Biasanya menyerang


usia dewasa muda (umur 20-40 tahunhn) pada perokok berat. Kasus pada bukan
perokok sangat jarang, oleh karena itu rokok dipertimbangkan sebagai faktor
penyebab. Penyakit ini menyerang arteri-arteri kecil dan menimbulkan sumbatan
dan mikroaneurisma. Burger’s disease/Tromboangitis obliterans merupakan
penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi akut dan trombosis pada arteri,
vena dan nervus pada tangan dan kaki, obstruksi dari pembuluh darah akan
menurunkan perfusi sehingga akan menimbulkan kerusakan jaringan, serta
menimbulkan ulserasi dan gangren pada jari tangan dan kaki hampir 100%
penyakit ini menyerang perokok pada usia dewasa muda. Sebagian besar
penderita yang didiagnosis sebagai penyakit Burger’s disease ternyata menderita
artherosklerosis. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit
arteri oklusi kronik adalah kebiasaan merokok, penderita diabetes, riwayat
keluarga menderita atherosklerosis, tekanan darah tinggi, level kolesterol yang
tinggi, orang yang gemuk dan orang yang tidak aktif secara fisik. Semua kondisi

5
diatas menyokong tidak hanya berkembangnya proses penyakit tapi juga
memperburuk kondisi penyakit (National Organization for Rare Disorders, 2007).

Atherosklerosis adalah salah satu penyebab paling sering penyakit arteri


oklusi bersifat kronik yang menimbulkan gangguan aliran arteri. Atherosklerosis
adalah setiap jenis proses penyakit yang mengakibatkan degenerasi, pengerasan
atau penebalan dinding arteri sehingga menyebabkan penyempitan sampai oklusi
lumen arteri. Penyakit arteri oklusi kronik merupakan penyakit sumbatan kronis
pada arteri yang sering diderita oleh orang tua, insidensi penyakit arteri oklusi
kronik berkisar 10%-15% pada orang dengan usia diatas 70 tahun. Laki-laki dan
perempuan memliki resiko yang sama menderita penyakit arteri oklusi kronik,
namun demikian atherosklerosis pada ekstremitas inferior lebih sering diderita
oleh laki-laki. Arteri ekstremitas inferior lebih sering mengalami oklusi
dibandingkan ekstremitas inferior, hal ini mungkin disesbabkan karena lebih
berlimpahnya sirkulasi kolateral dan rendahnya kejadian atherosklerosis pada
ekstremitas superior (National Organization for Rare Disorders, 2007).

Atherosklerosis adalah suatu penyakit arteri oklusi yang disebabkan oleh


proses degenerasi yang menimbulkan gangguan pada pembuluh darah arteri
perifer, ditandai dengan penyempitan lumen arteri dan pengerasan dari dinding
arteri. Biasanya menyerang pada usia lanjut. Secara anatomis penyakit ini
didefinisikan sebagai penyakit artherial artherosklerotik. Secara fungsional
penyakit arteri oklusi kronik didefinisikan sebagai penyakit penyempitan arteri
yang menyebabkan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dan
kebutuhan jaringan terhadap oksigen sehingga menimbulkan gejala-gejala
klaudikasio intermitten, keterbatasan aktifitas atau kehilangan jaringan (National
Organization for Rare Disorders, 2007).

6
Klasifikasi fontaine dan Rutherford

Bila timbul stenosis arteri, perbedaaan tekanan akan menyebabkan


pelebaran pembuluh darah yang berdekatan disekitar oklusi, yang disebut arteri
kolateral. Sedangkan pengurangan tekanan lebih distal dalam sirkulasi
menyebabkan vasodilatasi lapangan sirkulasi distal yang dinamakan tahanan
vaskuler perifer. Kombinasi tahanan stenosis arteri segmental dan pembuluh darah
kolateral yang berdekatan disebut tahanan segmental. Normalnya tahanan
vaskuler segmental arteri besar adalah rendah dan tahanan vaskuler perifer relatif
tinggi. Aliran darah istirahat yang melalui arteri besar mempunyai komponen
pulsasi yang besar dan suatu komponen aliran darah rata-rata yang rendah dengan
sedikit penurunan tahanan segmental yang menyertai. Dengan olahraga tahanan
perifer menurun dan aliran yang melalui arteri segmental meningkat sebanyak 10-
20 kali lipat dari nilai istirahat, melawan tahanan perifer yang relatif kecil
(National Organization for Rare Disorders, 2007).

Pada penyakit arteri dengan oklusi sedang, tahanan segmental pada arteri
yang terkena meningkat, tetapi aliran darah istirahat mungkin normal akibat
penurunan komponen dalam tahanan vaskuler perifer. Peningkatan tahanan
segmental mengakibatkan pengurangan komponen pulsasi aliran darah melalui

7
daerah yang terkena dan dihubungkan dengan perbedaan tekanan istirahat
abnormal yang melalui segmen. Dengan olahraga, tahanan vaskuler perifer
menurun lebih lanjut tetapi, kemampuannya untuk ini terbatas pada penurunan
rsistensi terkompensasi saat istirahat, sehingga aliran darah pada saat olahraga
lebih rendah dari nomal. Aliran darah pada saat olahraga dibatasi lebih lanjut oleh
semakin menurunnya tekanan yang melalui tahann segmental saat laju aliran
meningkat. Sebagai akibatnya, terjadi iskemia otot (klaudikasio) saat olahraga
(National Organization for Rare Disorders, 2007).

Pada penyakit arteri dengan oklusi perifer lanjut, aliran darah istirahat
dapat berkurang walaupun ada pengurangan maksimum dalam tahanan vaskuler
perifer serta timbul nyeri istirahat iskemik atau nekrosis jaringan. Dengan
olahraga, hanya sedikit atau tidak ada peningkatan aliran darah yang bisa terjadi
akibat vasodilatasi perifer maksimum dan klaudikasio segera terjadi biasanya
dengan pengurangan jelas dalam tekanan yang melintasi tahanan segmental.
Walaupun perkembangan pembuluh darah kolateral menonjol, namun tahanan
sirkuit kolateral selalu lebih besar dari arteri asal yang teroklusi. Akibatnya
walaupun ada sirkulasi kolateral yang luas namun perbedaan tekanan sistolik
istirahat hampir selalu dapat dicatat melintasi segmen arteri ynag terkena penyakit
arteri oklusi. Faktor hemodinamik ini yang menerangkan gejala dan tanda
penyakit arteri oklusi perifer. Karena pengurangan tekanan melalui segmen
vaskuler yang sakit maka nadi lemah dan tidak teraba. Pasien dengan nadi lemah
pada saat istirahat mungkin akan kehilangan nadi pada saat olahraga akibat
penurunan lebih lanjut tekanan arteri distal yang berhubungan dengan peningkatan
aliran darah melintasi tahanan vaskuler segmental. Karena vasodilatasi progresif
arteriola perifer distal terhadap suatu obstruksi arteri, maka efek terapi yang kecil
dapat diharapkan dari vasodilator oral atau simpatektomi lumbal untuk
kebanyakan pasien penyakit arteri oklusi perifer (National Organization for Rare
Disorders, 2007).

8
2.4 Manifestasi Klinis

Gambaran secara umum dari Burger’s Disease adalah terjadinya proses


inflamasi. Keterlibatan arteri berbeda dengan artherosklerosis. Pada burger
disease menyerang arteri lebih perifer. Pada ekstremitas bawah diluar arteri
poplitea, dimulai dari arteri tibialis meluas kedaerah pembuluh darah kaki. Pada
pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya poliferatif dari sel intima dan fibroblast
pada segmen arteri. Tidak dijumpai deposit lemak dan klasifikasi, tidak dijumpai
nekrosis pada dinding arteri. Periode eksaserbasi dari proses akut
dimanifestasikan sebagai flebitis superfisial akut adanya oklusi arteri dan
iskemik. Keadaaan ini diimbangi dengan adanya sirkulasi kolateral sehingga
terjadi remisi terutama pada pasien muda. Berat dan lamanya iskemia pada
ekstremitas ditentukan oleh sering dan lamanya serangan akut dimana serangan
ini dipengaruhi oleh beratnya merokok. Pada stadium akut trombosis terjadi
didalam arteri dan vena yang berukuran kecil sampai sedang dan biasanya
pembuluh yang terkena adalah pembuluh darah pada jari. Didalam trombus
tersebut terdapat agregasi yang padat dari sel-sel leukosit polimorfonuklear.
Keadaan ini menyerupai panvaskulitis tetapi lamina elastika masih utuh. Tidak
seperti artherosklerotik atau periarteritis nodosa pada penyakit burger tidak
dijumpai nekrosis dinding arteri (Arkkila PET, 2006, hal : 3 ).

Pada saat awal terkena penderita akan mengeluhkan rasa nyeri pada daerah
yang terkena, onset diawali dari kaki dan tangan. Pertama-tama inflamasi terjadi
pada arteri dan vena kecil pada permukaan anggota tungkai atau lengan.
Sedangkan pada stadium lanjut terjadi penurunan aliran darah pada daerah yang
terkena. Pulsasi arteri pada tungkai menurun atau tidak dapat terdeteksi.
Pengelompokan fountain tidak dapat digunakan karena nyeri terjadi diwaktu
istirahat, bertambah pada waktu malam atau keadaan dingin dan berkurang
apabila ekstremitas digantung. Pada keadaan lanjut, ketika telah ada tukak atau
gangren, maka nyeri akan sangat hebat dan menetap. Perubahan kulit seperti pada
penyakit sumbatan arteri kronik lainnya kurang nyata. Pada awalnya kulit hanya
tampak memucat ringan pada ujung jari. Pada fase lebih lanjut tampak

9
vasokonstriksi yang ditandai dengan campuran pucat sianosis kemerahan bila
mendapat ransangan dingin. Penderita juga mengeluhkan kebas, perasaan seperti
terbakar. Penurunan atau hilangnya pulsasi di kaki. Perubahan kulit seperti pada
penyakit sumbatan arteri kronik lainnya kurang nyata. Pada awalnya kulit hanya
tampak pucat ringan pada ujung jari. Pada fase lanjut tampak vasokontriksi yang
ditandai dengan campuran pucat sianosis kemerahan bila mendapat ransangan
dingin. Pada penelitian shionaya di India dari 225% pasien, 98% laki-laki dengan
gejala sebagai berikut: Parestesia, sianosis (37%), ulkus (18%) foot claudication
(15%) calf claudication (16%) rest pain (10%), thromboflebitis (3%) (Arkkila
PET, 2006, hal : 3-4 ).

2.5 Diagnosa dan Diagnosa Banding

Diagnosis biasanya ditegakkan dari pemeriksaan klinik. Pasien biasanya


mengeluhkan adanya kebas, perasaan seperti terbakar. Pemeriksaan klinis
kemungkinan terdapat penurunan atau hilangnya pulsasi dikaki (Motukuru V,
dkk, 2008, hal : 55)
Dari pemeriksaan obyektif yang dapat dikerjakan adalah :
1. Duplek scanning, berguna dalam evaluasi awal dari pasien
2. Arteriogram.

Angiogram normal dan Angiogram abnormal

10
Apabila pasien mempunyai multipel lesi dibagian distal, arteriogram
semestinya dikerjakan sebelum terapi intervensi lebih lanjut. Pemeriksaan ini
merupakan gold standart untuk evaluasi penyakit arteri oklusif. Adanya oklusi
multisegmental arteri ekstremitas bagian distal merupakan tanda karakteristik
penyakit burger. Biasanya terdapat perluasan kolateral yang memiliki gambaran
corkscrew atau root like apperance. Kelainan berupa corksrew dapat ditemukan
pada arteri perifer yang kejadiannya disebabkan kemungkinan karena rekanalisasi
sebagian dari pada trombus yang sebelumnya menyumbat arteri. Pemeriksaan ini
merupakan prosedur invasif dan akurat. Dengan pemeriksaaan ini anatomi arteri
serta kelainannya dapat diketahui, pola lesi oklusif atau derajat sumbatannya dapat
diketahui. Prosedur ini tidak digunakan untuk skrining pada pasien yang dicurigai
menderita penyakit arteri (Motukuru V, dkk, 2008, hal : 56)

2.6 Penatalaksanaan

a. Konservatif
1) Hentikan merokok
Khas dari penyakit ini adalah adanya respon yang baik terhadap penghentian
merokok dan progresivitas yang nyata apabila kebiasaan ini diteruskan.
Berhenti merokok adalah sama sekali penting, apabila hanya mengurangi
merokok saja tidaklah efektif, walaupun dengan berhenti merokok sama
sekali tidak menjamin penyakitnya akan berkurang atau sembuh. Beberapa
penelitian diketahui rokok dapat menstimuli proses atherogenesis,
mengganggu fungsi platelet, metabolisme lipid dan fungsi endotel. Selain itu
rokok juga menyebabkan vasokontriksi pembuluh arteriola. Oleh karena itu
penghentian merokok dapat memperbaiki klaudikasio, memperpanjang jarak
jalan, mencegah atau menghambat proses artherogenesis dan juga dapat
memperbaiki patensi graft dan mempertahankan (Faizer R, Forbes TL, 2007,
hal : 11)

11
2) Hemoreologik Agent
Pentoxifyllin merupakan agen hemoreologik yang terbukti mampu
mengurangi gejala klaudikasio dengan menurunkan reaktifitas agregasi
platelet, meningkatkan kemampuan sel darah merah beradaptasi. Jika tidak
ada perbaikan atau hanya ada sedikit perbaikan setelah 6-8 minggu, maka
pentoxifyllin harus dihentikan. Pentoxyfillin tidak efektif untuk nyeri istirahat
iskemik dan ulkus atau gangren iskemik, hal yang perlu diperhatikan juga
dalam perawatan penyakit ini adalah pendidikan kesehatan bagi pasien agar
menjaga kebersihan ekstremitas dan mencegah bahaya trauma maka
penanganan luka secara baik untuk mencegah infeksi mutlak diperlukan.
Hindari pemakaian celana yang ketat, hindari duduk atau berdiri dalam
jangka waktu yang lama, mengusahakan agar tetap memakai alas kaki.
Menjaga kebersihan ekstremitas dan mencegah bahaya trauma agar tidak
terjadi tukak. Apabila pasien terkena trauma maka penangnan luka secara
baik untuk mencegah infeksi mutlak diperlukan. Mengusahakan agar tetap
memakai alas kaki. Secara terperinci perawatan kaki penderita penyakit
burger meliputi (Faizer R, Forbes TL, 2007, hal : 11-12) :
a) Cuci kaki dengan sabun dan keringkan dengan lembut.
b) Apabila kulit terlalu kering olesi minyak nabati.
c) Apabila menggosok arah dari distal ke proksimal.
d) Jika kulit rapuh dan kering, rendam kaki dengan air hangat selama
setengah jam tiap malam kemudian diolesi dengan minyak nabati.
e) Pemakaian sepatu yang lembut dan hak yang rendah.

b. Operatif
1) Sympatectomi
Operasi simpatektomi lumbal atau thorakal bertujuan untuk eliminasi
manifestasi vasospastik dari penyakit dan lebih memudahkan sirkulasi
kolateral dari kulit dan untuk menghilangkan rest pain. Apabila dilakukan
amputasi, simpatektomi akan membantu wound healing. Tindakan ini dapat
menyebabkan vasodilatasi perifer dan memperbaiki sirkulasi kulit pada kaki
pasien dengan nyeri istirahat iskemik dini. Tetapi tindakan ini hanya

12
memuaskan untuk waktu yang terbatas dan mempunyai sedikit peran pada
pasien penyakit oklusi areri lebih lanjut dan tidak memperbaiki klaudikasio
(Faizer R, Forbes TL, 2007, hal : 12)

2) Amputasi
Kadang-kadang amputasi diperlukan apabila sudah terjadi gangren dari
jaringan. Amputasi harus dilakukan pada tingkat lebih distal yang cocok
dengan penyembuhan. Walaupun amputasi jari atu kaki bagian depan
(transmetatarsal) dapat dipertimbangkan dalam sejumlah pasien diabetes
melitus, namun kebanyakan penyakit arteri oklusi arteri lanjut memerlukan
amputasi ekstremitas utama bawah lutut atau diatas lutut. Kebanyakan pasien
penyakit burger tidak memerlukan amputasi apabila pasien mau
menghentikan kebiasaan merokok dan mendapatkan perawatan yang adekuat,
sebab dengan pengobatan konservatif dapat mengurangi serangan akibat
revaskularisasi sistim kolateral (Mayo Clinic Staff, 2016).

13
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 46 tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : 1415xx

3.1 ANAMNESA

Keluhan Utama
Nyeri kali ujung jari waktu malam hari

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RS Datu Beru dengan keluhan nyeri dirasakan sejak
± 1 tahun yang lalu, hilang timbul, luka dan menghitam pada bagian kaki kanan,
nyeri sekali sejak 2 bulan ini, bertambah nyeri ketika malam hari dan suhu dingin.

Riwayat Penyakit Dahulu


DiabetesMelitus (-), hipertensi (-), kolesterol (-), sesak (+)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama.

Riwayat Penggunaan Obat


Sudah berobat kedukun dan juga bidan atau perawat di kampung tetapi
tidak juga sembuh, bidan atau perawat tersebut menyarankan untuk berobat ke
dokter, setelah itu dokter menyarankan untuk berobat ke RS Datu Beru Takengon.

14
Riwayat Kebiasaan
Pasien mengatakan bahwa dirinya memiliki kebiasaan merokok lebih dari
satu bungkus/hari sejak usia remaja sampai sekarang, rokok yang digunakan
adalah rokok yang ada filter contoh : Dunhill atau Sampoerna. Pasien juga jarang
berolahraga.

3.2 PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum
Pasien menahan kesakitan
Vital Sign
a. Kesadaran : Compos mentis
b. TekananDarah : 140/80 mmHg
c. Nadi : 105 x/menit
d. Pernafasan : 24 x/menit
e. Suhu : 37,8°C
f. Skala nyeri :7

Status Generalis
Kepala : Normochepali
Wajah : Tampak mehanan kesakitan
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sclera ikterik (-/-),
pupil isokor (3 mm/ 3mm), refleks cahaya langsung (+/+),
refleks cahaya tidak langsung (+/+).
Telinga : Tanda radang (-/-), pengeluaran sekret (-/-), fungsi
pendengaran dalam batas normal
Hidung : Napas cuping hidung (-/-), rinorrhea (-/-), nyeri tekan sinus (-)
deformitas septum nasi (-)
Mulut : Candidiasis (-), Stomatitis (-), atrofil papil lidah (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-/-)
Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, tidak
teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat
peningkatan JVP R-2cmH2O

15
Thorax anterior dan posterior :
Pemeriksaan kanan kiri
Inspeksi Simetris saat statis dan dinamis, pergerakan dinding
dada normal, penggunaan alat bantu napas (-), barrel
chest (-), jejas (-) spider nevi (-).
Palpasi Nodul (-/-), Stem fremitus kanan melemah Stem
fremitus kiri
Perkusi Redup Sonor
Auskultasi Vesikuler melemah vesikuler(+) wheezing (-)
wheezing (-) Ronkhi(-/-)
Ronkhi(-)

Cor :
Inspeksi Ictus cordis terlihat
Ictus cordis teraba di ICS V linea midklavikula
Palpasi
kiri
Batas-batas jantung :
Atas : ICS II/III linea midklavikula kirikanan :
Perkusi
ICS IV linea parasternalis kanan
kiri : ICS V linea aksilaris anterior kiri
A2>A1, P2>P1, M1>M2 reguler, tidak ada
Auskultasi
bising jantung atau gallop S3

Abdomen :
Simetris, distensi (-) collateral vein (-),
Inspeksi pergerakan dinding perut sama dengan
pernafasan (-),caput medusa (-)
Nyeri (-), soepel (+), hepar dan lien tidak
Palpasi
teraba
Perkusi Timpani (+) asistes (-)
Auskultasi Peristaltik usus (+) dalam batas normal

16
Ekstremitas Inferior
SL : a/r pedis dextra
L : Luka pada kaki kanan + kehitaman, berdarah, kuning dan merah di pinggir
luka, tampak kehitaman dari jari jempol hingga jari kelingking, luka berukuran 10
cm x 4 cm
F : Hangat, Nyeri Tekan (+), pulsasi arteri poplitea menurun dan arteri dorsalis
pedis dextra (-)
M : Nyeri bila digerakkan

17
3.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Parameter Hasil Limit
WBC 15,56.103/uL 5-.103/uL
NEUT 90,7 % 40-75%
LYMPH 26,0 % 20-40%
MONO 3,1 % 2-8%
EO 0,0 % 0-5%
BASO 0,2 % 0-1,5%
RBC 5,13 .106/uL 4- 5.5.106/uL
HGB 14,4 g/dL 12-17 g/dL
HCT 41,1% 36-52%
MCV 80,1 fL 76-96 fL
MCH 28,1 pg 27-32 pg
MCHC 35.0 g/dl 30-35 g/dL
PLT 511.103/uL 150-4503/uL

Pemeriksaan Darah Rutin tanggal 29-10-2018.

18
Jenis Hasil Satuan Nilai
Pemeriksaan Normal
Ureum 14 Mg/dl 10-50
Creatinin Reagen Habis Mg/dl < 1,4
Pemeriksaan Kimia Darah 29-10-2018

Jenis Hasil
Pemeriksaan
Kadar Glukosa 140
Darah Sewaktu
Pemeriksaan Glukosa Darah 29-10-2018

3.4 DIAGNOSA DIFFERENTIAL


PAPO/Buerger diseases/Tromboangiitis Obliteran / Winiwarter
Ulcer Diabetikum

3.5 DIAGNOSA UTAMA


PAPO/Buerger diseases/Tromboangiitis Obliteran / Winiwarter

3.6 TERAPI
1. Hilangkan nyeri
 Sympatektomy
2. Hilangkan jaringan yang hitam
 Amputasi
3. Cari sumbatan :
 Pulsasi arteri poplitea menurun dan arteri dorsalis pedis (-)
 Angiography
 Balon kateter ditempat sumbatan
4. Saran rujuk ke RS Medan karena tidak ada ahli dan alat

3.7 PROGNOSIS
Dubia ad malam

19
BAB IV
KESIMPULAN

Pasien datang ke IGD RS Datu Beru dengan keluhan nyeri kali ujung jari
waktu malam hari, nyeri dirasakan sejak ± 1 tahun yang lalu, hilang timbul, luka
dan menghitam pada bagian kaki kanan, nyeri sekali sejak 2 bulan ini, bertambah
nyeri ketika malam hari dan suhu dingin.. Riwayat penyakit dahulu diabetes
Melitus (-), hipertensi (-), kolesterol (-) sesak (+). Riwayat penyakit keluarga tidak
ada yang mengalami keluhan yang sama. Riwayat penggunaan obat Sudah berobat
kedukun dan juga bidan atau perawat di kampung tetapi tidak juga sembuh, bidan
atau perawat tersebut menyarankan untuk berobat ke dokter, setelah itu dokter
menyarankan untuk berobat ke RS Datu Beru Takengon. Riwayat kebiasaan
pasien mengatakan bahwa dirinya memiliki kebiasaan merokok lebih dari satu
bungkus/hari sejak usia remaja sampai sekarang, rokok yang digunakan adalah
rokok yang ada filter contoh : Dunhill atau Sampoerna. Pasien juga jarang
berolahraga.

Pemeriksaan status generalisata dalam batas normal, status lokalis pada


ektermitas bawah kaki kanan di dapatkan luka pada kaki kanan warna kehitaman,
berdarah, kuning dan tampak merah, bengkak pada luka, suhu raba hangat, nyeri
tekan, pulsasi arteri poplitea menurun dan arteri dorsalis pedis dextra (-), nyeri
bertambah dibergerak atau berjalan. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
adalah kadar glukosa darah sewaktu, darah rutin dan kimia darah. Rencana
pengobatan yaitu : Hilangkan nyeri dengan cara sympatektomy, Hilangkan
jaringan yang hitam dengan cara dilakukan amputasi, Cari sumbatan dan bebaskan
sumbatan dengan cara pemeriksaan Pulsasi arteri poplitea (menurun) dan arteri
dorsalis pedis (-), Angiography, Balon kateter ditempat sumbatan. Saran dokter
rujuk ke RS Medan karena tidak ada ahli dan alat.

20

Anda mungkin juga menyukai