SILABUS
1. Matriks
a. Pengertian matriks
b. Jenis-jenis matriks
c. Operasi matriks
2. Determinan
a. Pengertian determinan
b. Perhitungan determinan melalui metode Sarrus Laplace dan Chios.
3. Penyelesaian Persamaan Linier
a. Metode Gauss-Jourdan
b. Metode Cramer
4. Invers Matriks
a. Pengertian invers matriks
b. Penentuan invers matriks dengan metode Adjoint, metode Counter (Gauss-Jourdan)
c. Rank suatu matriks
5. Analisa Input-Output
a. Pengertian matriks transaksi, matriks teknologi dan matriks Leontief
b. Menghitung final demand
c. Menghitung total output
d. Pengertian Backward Linkage (BL) dan Forward Linkage (FL)
e. Menghitung Backward Linkage (BL) dan Forward Linkage (FL)
6. Linier Programming
a. Pengertian Linier Programming
b. Metode grafis
c. Metode Simpleks : maksimalisasi fungsi obyektif
d. Analisis sensitivitas
e. Teori dualitas
7. Fungsi Multivariabel :
a. Ekstrim fungsi multivariabel perhitungan differensial parsial
b. Differensial parsial tingkat dua
c. Harga
8. Fungsi Lagrange
a. Harga ekstrim dengan kendala persamaan
b. Lagrange Multiplier
9. Aplikasi Fungsi Lagrange
a. Fungsi Biaya
b. Fungsi Produksi
c. Fungsi Utilitas
MATRIKS
Matematika II. EP. 2
Matriks adalah deretan bilangan, parameter atau variabel yang disusun segi empat, dengan
dibatasi tanda kurung besar (akolade) yang masing-masing mempunyai tempat yang ditata
secara cermat dalam matriks. Bilangan-bilangan (parameter atau variabel) disebut sebagai
elemen matriks. Bilangan pada deretan horizontal disebut baris dan bilangan pada deretan
vertikal disebut kolom. Banyaknya baris (m) dan kolom (n) menentukan dimensi matrik (mxn),
yang dibaca m kali n. Bilangan baris selalu mendahului bilangan kolom.
9. Matriks Invers
Suatu matriks akan mempunyai matriks invers jika matriks tersebut merupakan matriks
bujur sangkar dan determinannya ≠ 0.
10. Matriks Simetris
Adalah suatu matriks yang memenuhi : A = A’.
1 5 7
Contoh : 𝐴 = [5 2 4]
7 4 2
11. Matriks Silang
Adalah suatu matriks yang memenuhi : -A = A’.
0 −5 3
Contoh : 𝐴 = [ 5 0 −6]
−3 −6 0
12. Matriks Minor.
Adalah setiap unsur dari matriks bujur sangkar A.
OPERASI MATRIKS
Penjumlahan dan Pengurangan
Penjumlahan (dan pengurangan) dua matriks A + B (atau A – B) mengharuskan matriks-
matriks berdimensi sama. Setiap elemen matriks yang satu kemudian ditambahkan ke
(dikurangkan dari) elemen yang bersesuaian dari matriks yang lain. Jadi a11 dalam A akan
ditambahkan ke (dikurangkan dari) b11 dalam B; a12 ke b12, dan seterusnya.
Perkalian Skalar
Dalam aljabar matriks, bilangan sederhana, seperti : 12, -3, 0,5, disebut skalar. Perkalian
matriks dengan bilangan atau skalar, meliputi perkalian setiap elemen dari matriks tersebut
dengan bilangan itu. Prosesnya disebut perkalian skalar (scalar multiplication), karena
menaikkan atau menurunkan matriks tersebut menurut besarnya skalar.
6 9
Soal : Jika diketahui skalar k = 8, dan 𝐴 = [2 7] , hitunglah perkalian skalar k A.
8 4
Perkalian Vektor
Perkalian vektor baris (A) dengan vektor kolom (B) mensyaratkan masing-masing vektor
mempunyai jumlah elemen yang persis sama. Kemudian hasilkali didapatkan dengan
mengalikan elemen-elemen individual dari vektor baris dengan elemen-elemen yang
bersesuaian dalam vektor kolom dan menjumlahkan hasilnya.
AB = (a11 x b11) + (a12 x b12) + (a13 x b31), dan seterusnya.
Jadi hasil perkalian baris-kolom akan merupakan suatu bilangan tunggal atau skalar. Perkalian
vektor baris dan kolom adalah penting sekali, karena dipakai sebagai dasar untuk perkalian
semua matriks.
Matematika II. EP. 4
12
Soal : Hitunglah AB, jika diketahui : 𝐴 = [4 7 1
2 9] dan 𝐷 = [ 5 ]
6
Perkalian
Perkalian dua matriks berdimensi (m x n)1 dan (m x n)2, mensyaratkan bahwa kedua matriks
tersebut bersesuaian yaitu bahwa n1 = m2, atau jumlah kolom pada 1 (matriks 1), matriks awal
(lead matrix) sama dengan jumlah baris pada 2 (matriks ke 2), matriks akhir (lag matrix).
Setiap vektor baris pada matriks awal kemudian dikalikan dengan setiap vektor kolom dari
matriks akhir. Hasil kali baris – kolom kemudian dipakai secara elemen dalam formasi matriks
hasil kali sedemikian rupa, sehingga setiap elemen cij dari matriks hasil kali C adalah suatu
skalar yang berasal dari perkalian baris ke i dari matriks awal dan kolom ke j dari matriks akhir.
Hasil kali tersebut disebut hasil kali dalam (inner product).
Perkalian matriks, dengan beberapa perkecualian, adalah tidak komutatif (yaitu AB BA).
Tapi, perkalian skalar adalah komutatif (yaitu kA = Ak). Jika terdapat tiga atau lebih matriks
yang bersesuaian, yaitu X(a x b), Y(c x d), Z( e x f), dimana b = c dan d = e, hukum asosiatif akan
berlaku selama matriks-matriks tersebut dikalikan dalam urutan persesuaian (conformability).
Jadi (XY)Z = X(YZ). Tunduk pada syarat yang sama ini, perkalian matriks juga distributif
:
A ( B + C ) = AB + AC.
Soal :
1. Buktikan bahwa penjumlahan dan pengurangan matriks adalah komutatif, yaitu A +
4 11 3 7
B = B + A, dari : 𝐴 = [ ] ; 𝐵= [ ]
17 6 6 2
2. Buktikan bahwa perkalian matriks tidak komutatif, yaitu AB BA, dari :
6 12
3 6 7
𝐴=[ ] ; 𝐵 = [ 5 10]
12 9 11
13 2
3. Buktikan bahwa perkalian matriks adalah asosiatif, yaitu (AB)C = A(BC), dari :
7 5 2
4 9 10
𝐴 = [1 3] ; 𝐵 = [ ] ; 𝐶 = [6]
2 6 5
8 6 7
Matematika II. EP. 5
Matriks Identitas I, adalah suatu matriks bujur sangkar yang mempunyai 1 untuk setiap elemen
diagonal utama dari kiri ke kanan dan nol di setiap tempat yang lain. Apabila subskript
digunakan, seperti pada In, maka n menunjukkan dimensi matriks (m x n ).
Matriks identitas serupa dengan bilangan 1 dalam aljabar karena perkalian suatu matriks
dengan matriks identitas tidak membawa perubahan terhadap matriks asal (yaitu AI=IA=A).
Perkalian suatu matriks identitas dengan dirinya sendiri membuat matriks identitas tidak
berubah, I x I = (I)2 = I.
Setiap matriks, dimana A = A’, adalah matriks simetris. Matriks simetris untuk A x A = A,
adalah matriks idempoten. Matriks identitas adalah matriks idempoten.
Matriks null, terdiri dari semuanya nol dan dapat berdimensi sembarang; tidak perlu
bujursangkar. Penjumlahan atau pengurangan matriks null tidak membawa perubahan terhadap
matriks asalnya, perkalian dengan matriks null menghasilkan suatu matriks null.
Buktikan bahwa :
1. Perkalian dengan suatu matriks identitas tidak menimbulkan tambahan terhadap matriks
asalnya, yaitu AI = A.
2. Perkalian dengan suatu matriks null menghasilkan matriks null, yaitu BN = N
3. Penjumlahan atau pengurangan suatu matriks null tidak mengakibatkan matriks asalnya
berubah, yaitu B + N = B.
DETERMINAN
Bagian dari matriks yang banyak digunakan adalah determinan, karena bisa digunakan untuk
pemecahan sistem persamaan linear.
Determinan |A| dari suatu matriks (2x2) disebut determinan orde kedua (second order
determinant), dan diperoleh dengan mengambil hasilkali dari kedua elemen pada diagonal
utama dikurangi dengan hasilkali dari kedua elemen diluar diagonal utama. Jadi, dengan
𝑎11 𝑎12
mengetahui suatu matriks umum (2 x 2), 𝐴 = [𝑎 ], determinannya adalah:
21 𝑎22
|A| = a11 a22 – a21 a12.
Determinan merupakan suatu bilangan tunggal (skalar) dan hanya dijumpai dalam matriks
bujursangkar. Jika determinan dari suatu matriks adalah bukan nol, maka matriks tersebut
adalah nonsingular (yaitu secara linier tidak tergantung). Matriks singular dimana |A| = 0,
adalah suatu matriks dimana paling sedikit satu baris atau kolom merupakan kelipatan dari satu
baris atau kolom lainnya.
6 4 4 6
Soal : Jika diketahui : 𝐴 = [ ] dan 𝐵 = [ ], tentukan determinannya, mana yang
7 9 6 9
singular dan yang non singular.
Matematika II. EP. 6
7 10 14
Soal : Diketahui 𝐴 = [9 2 6 ], hitung determinan, |A|, dan tentukan apakah singular atau
1 3 7
tidak.
Metode Sarrus
Merupakan metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung nilai determinan dari matriks
orde ketiga, dengan cara merubah dimensi matrik menjadi 3x5, dimana kolom ke 4 = kolom 1
dan kolom ke 5 = kolom ke 2. Nilai determinannya adalah merupakan penjumlahan dari hasil
kali unsur-unsur diagonal kiri atas ke kanan bawah, dikurangi dengan penjumlahan dari hasil
kali unsur – unsur diagonal kiri bawah ke kanan atas.
7 10 14 7 10 14 7 10
Contoh : 𝐴 = [9 2 6 ]; Maka |𝐴| = |9 2 6 |9 2
1 3 7 1 3 7 1 3
|𝐴| = (7.2.7 + 10.6.1 + 14.9.3) − (14.2.1 + 7.6.3 + 10.9.7)
= - 248
Dimana |M11| adalah minor dari a11 ; |M12| adalah minor dari a12 ; |M13| adalah minor dari a13.
Jadi determinannya dapat ditulis :
|A| = a11 |M11| + a12 (-1) |M12| + a13 |M13|
Suatu minor yang disertai dengan tanda yang telah ditetapkan disebut kofaktor, |Cij|, kaidah
untuk tanda kofaktor adalah :
|Cij| = (-1)i+j |Mij|
Ekspansi Laplace
Merupakan suatu metode untuk menghitung determinan dengan memakai kofaktor. Metode
yang demikian akan menyederhanakan masalah dengan memungkinkan penetapan determinan
orde yang lebih tinggi berkenaan dengan determinan orde yang lebih rendah. Ekspansi Laplace
dari suatu determinan orde ketiga dapat dinyatakan sebagai :
|A| = a11 |C11| + a12 |C12| + a13 |C13|
Dimana |Cij| adalah suatu kofaktor yang didasarkan pada determinan orde kedua.
Ekspansi Laplace juga memungkinkan perhitungan determinan sepanjang baris atau kolom
sembarang. Pemilihan baris atau kolom yang nol-nya lebih banyak dari baris atau kolom yang
lain, akan menyederhanakan perhitungan determinan dengan menghilangkan unsur-unsur.
12 7 0
Ditentukan : 𝐴 = [ 5 8 3]. Determinan dicari dengan ekspansi Laplace sepanjang kolom
6 7 0
ketiga, sbb: |A| = a13 |C13| + a23 |C23| + a33 |C33|, karena a13 dan a33 = 0,
|A| = a23 |C23| ............................(1)
Dengan menghapus baris 2 dan kolom 3, untuk mencari |C23|,
12 7
C23 12 3
6 7
= (-1) [ 12 (7) – 6 (7)] = - 42
Kemudian disubstitusikan dalam (1), dimana a23 = 3, |A| = 3 (- 42) = - 126.
Soal : Hitunglah determinan dari matriks berikut :
2 4 0 3
5 1 2 4
𝐴 = [3 2 1 4]
1 0 5 1
Jawab :
Untuk mencari determinan dapat dihitung dengan terlebih dahulu merubah elemen baris atau
kolom agar mempunyai banyak 0, yaitu :
- Semua elemen baris kedua dikurangi dua kali elemen baris ke tiga (R2 – 2R3).
- Semua elemen baris keempat dikurangi lima kali elemen baris ketiga (R4 – 5R3).
Sehingga akan diperoleh matriks yang baru :
Matematika II. EP. 8
2 4 0 3
−1 −3 0 −4
𝐴=[ 3 2 1 4 ]
−14 −10 0 −19
Pada matriks yang baru, ternyata pada kolom ketiga mempunyai elemen 0 paling banyak,
sehingga kita dapat melakukan perhitungan determinan dilakukan pada kolom tersebut :
2 4 3
|𝐴| = 1 | −1 −3 −4 |
−14 −10 −19
= 1 × 86
= 86
Metode Chi’os
Perhitungan mencari determinan dilakukan dengan cara:
1. Dihitung melalui elemen baris pertama.
2. Disusun determinan 2×2 sebanyak (n-1)2, dengan syarat semua elemen baris pertama
determinan 2×2 ini harus mengandung elemen baris pertama yang sama dimulai dengan
elemen a11.
3. Harga determinan ini dibagi dengan (a11)n-2, dimana n adalah banyaknya baris / kolom
matriks.
Contoh : hitung matriks berikut dengan metode Chi’os.
2 4 0 3
5 1 2 4
𝐴 = [3 2 1 4]
1 0 5 1
2 4 2 0 2 3
| | | | | |
5 1 5 2 5 4
1 |2 4 2 0 2 3|
|𝐴| = (4−2) | | | | | |
2 |3 2 3 1 3 4|
2 4 2 0 2 3
| | | | | |
1 0 1 5 1 1
1 −18 4 −7
= | −8 2 −1|
4
−4 10 −1
−18 4 −18 7
1 1 | | | |
= ∙ | −8 2 −8 −1 |
4 −183−2 |−18 4 | |
−18 7
|
−4 10 −4 −1
1 −4 −38
= | |
−72 −164 −10
1
= ∙ −6192 = 86
−72
Matematika II. EP. 9
2 3 1
Carilah matriks kofaktor C dan matriks adjoint A, jika diketahui : 𝐴 = [4 1 2]
5 3 4
Jawab :
1 2 4 2 4 1
| | −| | | |
3 4 5 4 5 3
3 1 2 1 2 3
𝐴 = −| | | | −| |
3 4 5 4 5 3
3 1 2 1 2 3
[ |1 | −| | | |
2 4 2 4 1 ]
−2 −6 7
𝐴 = [−9 3 9 ]
5 0 −10
−2 −9 5
𝐴𝑑𝑗. 𝐴 = 𝐶 ′ = [−6 3 0 ]
7 9 −10
4 X1 + 5 X2 + 7 X3 = 42 4 5 7 42
2 X1 + 3 X2 + 8 X3 = 40 adalah : 𝐴|𝐵 = [2 3 8|40]
6 X1 + 4 X2 + X3 = 18 6 4 1 18
Matematika II. EP. 11
Untuk mengubah matriks koefisien dalam suatu matriks identitas, bergeraklah sepanjang
sumbu utama. Pertama, dapatkan 1 pada posisi a11 dari matriks koefisien, kemudian gunakan
operasi baris untuk mendapatkan nol disetiap tempat yang lain pada kolom pertama.
Berikutnya dapatkan 1 pada posisi a22 dan gunakan operasi baris untuk mendapatkan nol
disetiap tempat yang lain pada kolom tersebut. Teruskan memperoleh 1 sepanjang diagonal
utama dan kemudian selesaikan kolomnya sampai matriks identitas tersebut sempurna.
Soal : Tentukan nilai X1 dan X2 dengan metode Eliminasi Gauss dalam sistem persamaan
berikut :
2 X1 + 12 X2 = 40
8 X1 + 4 X2 = 28
Langkah-langkah:
1. Nyatakan persamaan tersebut dalam bentuk matriks :
6 5 𝑋 49
A × = B ; menjadi : [ ] × [ 1] = [ ]
3 4 𝑋2 32
2. Cari determinan dari A.
A 6 4 3 5
=9
3. Untuk mencari X1, ganti kolom 1 koefisien dari X1 dengan vektor dari konstanta B,
sehingga membentuk matriks baru A1 dan cari determinannya.
49 5
A1
32 4
A1 49 4 32 5
= 36
Matematika II. EP. 12
4 1 −5
Carilah Inverse Matriks untuk : 𝐴 = [−2 3 1]
3 −1 4
Jawab :
1. Cek bahwa matriks tersebut merupakan suatu matriks bujursangkar.
2. Hitung determinan, untuk memastikan |𝐴| ≠ 0, karena hanya matriks non singular yang
dapat mempunyai balikan.
|𝐴| = (4.3.4 + 1.1.3 + −5. −2. −1) − (3.3. −5 + −1.1.4 + 4. −2.1)
= 98 ≠ 0.
3. Carilah matriks kofaktor dari A, kemudian transpose-kan matriks kofaktor tersebut untuk
mendapatkan matriks adjoint.
Matematika II. EP. 13
3 1 −2 1 −2 3
| | −| | | |
−1 4 3 4 3 −1
1 −5 4 −5 4 1
𝐶 = −| | | | −| |
−1 4 3 4 3 −1
1 −5 4 −5 4 1
[ |3 1 | −| | | |
−2 1 −2 3 ]
13 11 −7
=[1 31 7 ]
16 6 14
13 1 16
𝐴𝑑𝑗 𝐴 = 𝐶′ = [ 11 31 6 ]
−7 7 14
1
4. Kalikan matriks adjoint tersebut dengan |𝐴|, untuk mendapatkan A-1.
13 1 16
98 98 98
1 13 1 16 11 31 6
𝐴−1 = [ 11 31 6 ] =
98 98 98 98
−7 7 14
−7 7 14
[ 98 98 98]
5. Untuk mengecek jawaban, kalikan A.A-1 atau A-1.A. Kedua hasilkali akan mendapatkan I.
Soal : Gunakan persamaan matriks dan balikan untuk menyelesaikan X1, X2 dan X3 dari :
4 X1 + X2 - 5 X3 = 8
-2 X1 + 3 X2 + X3 = 12
3 X1 - X2 + 4 X3 = 5
Karena soal ini sama seperti contoh sebelumnya, sehingga nilai A-1 telah diperoleh, maka :
X = A-1B
13 1 16
98 98 98
11 31 6 8
𝑋= [12]
98 98 98 5
−7 7 14
[ 98 98 98]
104 12 80 196
+ 98 +
98 98 98 2
88 372 30 490
= + + = = [5]
98 98 98 98
−56 84 70 98 1
[ 98 + 98 + [ 98 ]
98]
Metode Gauss Jordan juga dapat dipakai untuk membalikkan (menginversikan) suatu matriks.
Tetapkan suatu matriks perbesaran (augmented) dengan matriks identitas disebelah kanan.
Kemudian tetapkan operasi-operasi baris sampai matriks koefisien disebelah kiri direduksi
menjadi suatu matriks identitas. Pada batas itu, matriks di sebelah kanan adalah matriks
balikan.
Soal : Gunakan metode eliminasi Gauss untuk mencari balikan dari :
Jawab :
1. Buat matriks perbesaran, dengan matriks identitas di sebelah kanan :
4 1 5 1 0 0
A 2 3 1 0 1 0
3 1 4 0 0 1
2. Mereduksi matriks koefisien disebelah kiri menjadi matriks identitas dengan metode
Gauss :
a. Baris pertama dikalikan dengan ¼. (R1 × ¼)
1 1
4 54 1
4 0 0
1 0
sehingga : A 2 3 1 0
3 1 4 0 0 1
b. Baris ke dua ditambah dengan 2 kali baris pertama (R2 + 2R1) ;
dan baris ketiga dikurangi dengan 3 kali baris pertama (R3 – 3R1)
1 1 4 5 4 1 4 0 0
3 2 1 2 1 0
sehingga : A 0
7
2
1 1 4 5 4 1 4 0 0
0
sehingga : A 0 1 3 7 17 2
7
0 0 7 1 2 1 2 1
e. Baris ketiga dikalikan dengan 1/7 (R 3 × 17)
1 0 8 7 314 114 0
0
sehingga : A 0 1 7
3 1 2
7 7
f. Baris pertama ditambah dengan 8/7 kali baris ketiga (R1 + 87R1 );
Dan baris kedua ditambah dengan 3/7 kali baris ketiga (R 2 + 37R 3 )
1 0 0 13 98 1
98
8
49
3
sehingga : A 0 1 0
11 31
98 98 49
0 0 1 114 1
14
1
7
13 98 1
98
8
49
1 11 3
Jadi : A 98
31
98 49
114 1
14
1
7
b. Hitung dengan operasi perkalian matriks jumlah bahan baku yang diperlukan di tiap
pabrik Surabaya dan Sidoarjo.
c. Hitung jumlah biaya, jumlah penjualan dan laba yang dicapai dengan operasi matriks
di Surabaya dan Sidoarjo.
Jawab :
a. Matriks – matriks dalam persoalan ini :
1 2 1
Matriks komposisi bahan baku dari barang A, B dan C : 𝑄 = [3 2 2]
2 1 2
100 80
Matriks produk dari barang A, B dan C di Surabaya dan Sidoarjo : 𝑅 = [200 120]
250 200
Matriks harga bahan baku K, L dan M tiap unit : 𝑆 = [500 800 1000]
Matriks harga jual barang A, B dan C tiap unit : 𝑇 = [3000 5000 7000]
c. Perhitungan Laba :
Dihitung dulu jumlah biaya produk di Surabaya dan di Sidoarjo :
750 520
𝐷 = 𝑆 × 𝑈 = [500 800 1000] × [1200 880] = [2.235.000 1.644.000]
900 680
Tujuan dari analisis I-O adalah untuk menentukan berapa banyak tingkat output (keluaran) dari
setiap industri yang harus diproduksi dalam suatu perekonomian, agar dapat memenuhi total
permintaan terhadap produk secara pasti.
Jadi, analisis I-O adalah analisis tentang tingkat output dari setiap industry yang diperlukan
oleh industri lain dan termasuk industrinya sendiri sebagai input antara dan sebagian diperlukan
oleh industri lain dan termasuk industrinya sendiri sebagai input antara, dan sebagian
diperlukan oleh sektor rumah tangga, pemerintah, investor atau eksportir sebagai produk akhir.
Dalam melakukan studi input output, diperlukan pembuatan 3 macam matriks utama, yaitu :
1. Matriks transaksi
2. Matriks koefisien teknis
3. Matriks koefisien saling ketergantungan / Matriks koefisien total
Untuk memperoleh tingkat keseimbangan output X guna memenuhi permintaan antara dan
permintaan akhir dalam suatu perekonomian, maka diperlukan langkah-langkah :
1. Buat matrik transisi
2. Buat matriks koefisien teknis atau input (aij)
3. Hitung matriks teknologi / matriks Leontief (I - A)
4. Carilah matriks koefisien saling ketergantungan, yaitu inverse dari matriks teknologi
(I-A)-1, jika ada.
5. Kalikan inverse dari matriks teknologi (I-A)-1 dengan vektor permintaan akhir D, agar
dapat diperoleh nilai output X.
Contoh : Diketahui matriks transaksi perekonomian Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2000 yang
disederhanakan (dalam jutaan rupiah).
2. Dari matriks koefisien teknis atau input tersebut dapat ditulis dalam bentuk matriks
baru A sebagai berikut :
0,1468 0,2331 0,1417
𝐴 = [0,0897 0,2664 0,2077]
0,2568 0,1302 0,1684
Matematika II. EP. 18
Jadi :
X1 1,3273 0,4830 1,7127 9.420
X 0,2911 1,5322 0,4323 6.566
2
X3 0,4555 0,3893 1,3772 5.742
25.508,867
15.284,854
14.754,836
Jadi, agar dapat memenuhi tingkat permintaan dari sektor pertanian (X1), sektor industri
(X2) serta sektor jasa dan lainnya (X3), harus menghasilkan berturut-turut senilai : Rp.
25.508.867 juta; Rp. 15.284,854 juta; dan Rp. 14.754,836 juta.