Tension type headache (TTH) merupakan jenis sakit kepala yang
dipicu oleh kondisi stres dan paling sering terjadi serta dapat menyerang segala usia di seluruh penjuru dunia. Diantara banyaknya jenis sakit kepala, Menurut International Headache Society (IHS) seseorang di karakteristikan mengalami TTH apabila terdapat gangguan pada otot perikranial (yaitu: otot- otot masseter, temporal, frontal, sternocleidomastoid, trapezius, suboccipital, processus coronoid dan mastoid) dipalpasi (Blanda, 2017).
Prevalensi terjadinya TTH dapat bervariasi tergantung karena usia,
gender, wilayah geografis, pekerjaan dan tingkat pendidikan seseorang. Sekitar 40% penderita TTH memiliki riwayat keluarga dengan TTH, 25% penderita TTH juga menderita migren. Prevalensi seumur hidup pada perempuan mencapai 88%, sedangkan pada laki-laki hanya 69% (Anurogo, 2014).
Menurut data penelitian Waldie et al (2015) di New zealand pasien
dengan TTH dua kali lipat lebih tinggi pada wanita dibanding laki-laki, sedangkan dari tingkat pendidikan, seseorang dengan pendidikan tinggi (terpelajar) lebih sering mengalami TTH dibandingkan yang tingkat pendidikannya rendah, sedangkan dilihat dari pekerjaan, seseorang yang bekerja dan tidak bekerja hasilnya samar-samar. Dari segi usia, pasien yang mengalami TTH dapat dimulai pada usia 20 tahun dan memuncak pada usia 30-39 tahun. Sekitar 34,5 % anak pada usia 7-13 tahun dapat mengalami TTH dan sekitar 9% dari anak-anak tersebut dapat mengalami TTH ketika dewasa (Waldie wt al.,2015).
Melihat tingginya angka kejadian TTH dan merupakan kasus yang
selalu ada pada klinik maka dari itu makalah ini dibuat sebagai laporan kasus 2
hasil field study di Rumah Sakit Daerah Kepanjen untuk memenuhi tugas akhir blok elektif neurosensory.