Anda di halaman 1dari 7

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Peta


Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang dibuat dengan skala tertentu
dan digambarkan dalam bidang datar. Peta adalah pengecilan permukaan bumi
atau benda angkasa yang digambar pada bidang datar dengan menggunakan
ukuran, symbol, dan generalisasi penyederhanaan (Juhadi dan Dewi, L.S 2001).
Menurut ICA (International Cartographic Association) peta adalah suatu
representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, yang
dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi
atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar
dan diperkecil/diskalakan. Oleh karena variasinya sangat kompleks untuk
menyajikan aspek keruangan, tidak mudah mendefinisikan peta, sehingga dapat
mencakup semua pengertian secara jelas untuk semua konteks. Di bidang
kartografi (ilmu peta) secara konvensional/tradisi kata peta memerlukan beberapa
keterbatasan yang penting, yaitu :
 Hubungan yang jelas secara matematikal antara obyek-obyek yang
ditunjukkan, misalnya jarak, arah, luas. Saling berhubungan dalam
penyajiannya dinyatakan dengan skala.
 Peta pada umumnya dibuat pada suatu bidang datar, karena pada
medium yang datar ini peta mudah digambar dan dibawa. Globe kadang-
kadang juga dapat disebut peta, walaupun medium ini berupa bidang
lengkung dan ini suatu pengecualian, namun model ini tidak praktis karena
tidak mudah dibawah kemana-mana.
 Suatu peta hanya dapat menunjukkan beberapa fenomena
geografis yang dipilih, pada umumnya.

14
3.2 Proses Pemetaan
Pemetaan merupakan proses atau cara pembuatan peta (KBBI, 1989). Dalam
ilmu kartografi, peta sangatlah diperlukan. Tanpa adanya peta, Kartografi tidak
akan ada pula karena kartografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
perpetaan. Berbagai jenis peta telah muncul sesuai dengan maksud, tujuan, serta
manfaat pembuatan peta tersebut. Namun, bagaimanakah sebuah peta itu dibuat?
Dalam proses pembuatan peta harus mengikuti pedoman dan prosedur
tertentu agar dapat dihasilkan peta yang baik, benar, serta memiliki unsur seni dan
keindahan. Secara umum proses pembuatan peta meliputi beberapa tahapan dari
pencarian dan pengumpulan data hingga sebuah peta dapat digunakan. Proses
pemetaan tersebut harus dilakukan dengan urut dan runtut, karena jika tidak
dilakukan secara urut dan runtut, tidak akan diperoleh peta yang baik dan benar.
Lalu apa dan bagaimana proses atau tahap-tahap pemetaaan itu?
1. Tahap pencarian dan pengumpulan data
Ada beberapa cara dalam mencari dan mengumpulkan data, yaitu:
a. Secara langsung
Cara pencarian data secara langsung dapat melalui metode konvensional
yaitu meninjau secara langsung kelapangan dimana daerah tersebut akan
dijadikan objek dari peta yang dibuat. Cara ini disebut dengan teristris.
Dengan cara ini dilakukan pengukuran medan menggunakan theodolit, GPS,
dan alat lain yang diperlukan serta pengamatan informasi ataupun wawancara
dengan penduduk setempat secara langsung sehingga didapat data yang
nantinya akan diolah. Dapat pula dilakukan secara fotogrameti, yaitu dengan
metode foto udara yang dilakukan dengan memotret kenampakan alam dari
atas dengan bantuan pesawat dengan jalur khusus menurut bidang objek atau
dapat pula menggunakan citra dari satelit.
b. Secara tak langsung
Melalui cara ini tentu saja kita tidak perlu meninjau langsung kelapangan
melainkan kita hanya mencari data dari peta atau data-data yang sudah ada
sebelumnya. Cukup mencari peta administrasi terkait, kemudian dapat

15
diperoleh data. Data yang diperoleh dari pencarian data secara tak langsung
ini disebut dengan data sekunder, sedangkan peta yang digunakan sebagai
dasar pembuatan peta lain disebut sebagai peta dasar.
2. Tahap pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan merupakan data spasial yang tersebar dalam
keruangan. Langkah selanjutnya yaitu pemberian simbol atau simbolisasi
terhadap data-data yang ada. Dalam tahap pengolahan data akan mudah dengan
menggunakan sistem digital komputing karena data yang masuk akan langsung
diolah dengan software atau aplikasi tertentu sehingga data tersebut akan
langsung jadi dan siap untuk disajikan.
3. Tahap penyajian dan penggambaran data
Tahap ini merupakan tahap pembuatan peta dari data yang telah diolah dan
dilukiskan pada media. Dalam tahap ini dapat digunakan cara manual dengan
menggunakan alat-alat yang fungsional, namun cara ini sangat membutuhkan
perhitungan dan ketelitian yang tinggi agar didapat hasil yang baik. Akan lebih
baik jika digunakan teknik digital melalui komputer, penggambaran peta dapat
digunakan aplikasi-aplikasi pembuatan peta yang mendukung. Setelah peta
tergambar pada komputer, kemudian data yang telah disimbolisasi dalam bentuk
digital dimasukkan dalam peta yang telah di gambar pada komputer, pemberian
informasi tepi, yang kemudian dilakukan proses printing atau pencetakan peta.
4. Tahap penggunaan data
Tahap ini sangatlah penting dalam pembuatan sebuah peta, karena dalam
tahap ini menentukan baik atau tidaknya sebuah peta, berhasil atau tidaknya
pembuatan sebuah peta. Dalam tahap ini pembuat peta diuji apakah petanya
dapat dimengerti oleh pengguna atau malah susah dalam dimaknai. Peta yang
baik tentunya peta yang dapat dengan mudah dimengerti dan dicerna maksud
peta oleh pengguna. Selain itu, pengguna dapat memberikan respon misalnya
tanggapan, kritik, dan saran agar peta tersebut dapat disempurnakan sehingga
terjadi timbal balik antara pembuat peta dengan pengguna peta.

16
Dalam buku “Desain dan Komposisi Peta Tematik” karangan Juhadi dan
Dewi Liesnoor, disebutkan bahwa tahapan pembuatan peta secara sistematis
yang dianjurkan adalah:
 Menentukan daerah dan tema peta yang akan dibuat
 Mencari dan mengumpulkan data
 Menentukan data yang akan digunakan
 Mendesain simbol data dan simbol peta
 Membuat peta dasar
 Mendesain komposisi peta (lay out peta), unsur peta dan kertas
 Lettering dan pemberian simbol
 Reviewing
 Editing
 Pencetakan peta
 Finishing
3.2.1 Fungsi Peta
Fungsi peta dalam suatu kegiatan penelitian diantaranya yaitu.
a. Alat Bantu sebelum melakukan survei untuk mendapatkan gambaran
tentang daerah / wilayah yang akan diteliti.
b. Sebagai alat yang digunakan selama penelitian, misalnya memasukkkan
data yang ditemukan di lapangan.
c. Sebagai alat untuk melaporkan hasil penelitian (Sinaga, 1995).
3.2.2 Klasifikasi Peta
Menurut Bos E.S. (1977) dalam Sinaga dasar pengklasifikasian peta
bergantung pada 3 macam pengklasifikasiannya yaitu sebagai berikut.
1. Skala
a. 1 : 10.000 = Skala sangat besar.
b. < 1 : 100.000 – 10.000 = Skala besar (Large scale).
c. 1 : 100.000 – 1 : 1.000.000 = Skala sedang (medium scale).
d. > 1 : 1.000.000 = Skala kecil (small scale).
2. Tujuan Klasifikasi Peta
Klasifikasi peta berdasarkan tujuannya yaitu untuk pendidikan, ilmu
pengetahuan, informasi umum, turis, navigasi, aplikasi teknik, dan
perencanaan.
3. Isi (Content)

17
Menurut isinya peta dibagi menjadi 3 macam yaitu sebagai berikut:
a. Peta Tematik
Peta Tematik adalah peta yang memperlihatkan informasi atau data
kwalitatif dan kwantitatif dari suatu tema dan maksud tertentu.
b. Peta Navigasi
Peta Navigasi adalah peta yang dibuat khusus untuk membantu para
navigasi laut dan penerbangan.
c. Peta Topografi
Peta topografi adalah peta yang memperlihatkan gambaran tentang
keadaan topografi dari muka bumi, yaitu gambaran tentang unsur-unsur
buatan manusia dan unsur alami. Peta Topografi sering digunakan sebagai
peta dasar pada peta tematik tetapi tidak semua peta topografi bisa
digunakan.

3.3 Menentukan Keprospek Suatu Daerah


Dalam menentukan prospek atau tidaknya suatu daerah yang dilakukan
eksplorasi, harus diperhatikan dan mengikuti beberapa tahapan pengerjaan atau
kegiatan sesuai prosedur yang telah ditentukan perusahaan. Adapun tahapan yang
dilakukan dalam kegiatan eksplorasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Geologi Daerah Penelitian
Kajian mengenai keadaan geologi daerah penelitian atau daerah yang
dilakukan kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan untuk mengetahui formasi
batuan awal pembentuk endapan mineral bauksit di dearah penelitian atau
eksplorasi. Selain itu, pada geologi daerah penelitian akan dibahas mengenai
proses pembentukan endapan bauksit dari batuan yang mengandung unsur-unsur
tertentu yang nantinya unsur-unsur tersebut berada didalam endapan bauksut.
Pada tahapan ini susatu daerah dikategorikan sebagai daerah prospek jika batuan
awal pembentuk endapan mineral bauksit pada daerah tersebut berasal dari batuan
granit atau granodiorit.
2. Analisa Topografi Terhadap Proses Laterisasi Bijih Bauksit
Topografi suatu daerah penelitian atau eksplorasi mempengaruhi proses
latirisasi bijih bauksit pada daerah tersebut. Peranan topografi dalam proses
pelapukan yang mendukung terbentuknya endapan bijih bauksit, dimana topografi
mengontrol atau mengendalikan jumlah pasokan air yang akan meluncur pada

18
permukaan dan yang terserap kedalam tanah. Penyebaran endapan bijih bauksit
pada suatu daerah berdasarkan bentuk topografi yang ada pada daerah tersebut.
Penyebaran bijih bauksit berada pada daerah yang mempunyai kemiringan landai.
Untuk menentukan penyebaran bijih bauksit pada penelitian atau eksplorasi ini
melalui indikasi permukaan. Dengan adanya indikasi ini diperkirakan ada endapan
bijih bauksit di bawah permukaan, oleh karena itu dilakukan suatu sumur uji
untuk menentukan ketebalan maupun penyebaran di bawah permukaan. Jika
ketebalan rata-rata bijih bauksit (Ore) lebih besar dari ketebalan rata-rata OB,
maka daerah tersebut dikategorikan sebagai daerah prospek, akan tetapi jika
sebaliknya, maka daerah tersebut tidak dikategorikan sebagai daerah yang
prospek.
3. Analisa Kadar Rata-Rata Kandungan Bijih Bauksit
Analisa kadar rata-rata kandungan bijih bauksit suatu daerah eksplorasi ini
sangat berguna untuk perencanaan penambangan. Analisa ini merupakan hasil dari
analisa laboratorium distribusi presentase kandungan Al₂O₃, kandungan SiO₂,
kandungan Fe₂O₃ dan besar kecilnya konkresi pada daerah penelitian atau
eksplorasi. Kriteria kadar yang sudah ditetapkan oleh perusahaan PT. West Borneo
Sentosa untuk CF (Concretion Faktor) >47%, kadar rata-rata Al₂O₃ >45%, kadar
rata-rata SiO₂ <10% dan kadar rata-rata Fe₂O₃ <20%.
4. Spasi Test Pit
Penggunaan spasi test pit dilakukan untuk meningkatkan keyakinan atau
kepercayaan mengenai keberadaan mineral bijih bauksit dan untuk mengetahui
penyebaran endapan bijih bauksit dilokasi penelitian atau eksplorasi. Perolehan
data dilakukan melalui pendekatan dari data kegiatan lapangan yaitu dengan
melakuakan kegiatan eksplorasi dengan test pit atau mengamati langsung lubang-
lubang test pit serta dari studi literatur. Endapan bijih bauksit dihitung pada titik-
titik yang telah ditentukan dengan melihat keadaan lubang test pit yang telah ada,
sedangkan pengamatan lubang test pit pada kegiatan eksplorsi dilakukan dengan
metode griding dengan jarak antar titik test pit adalah 400 meter dan penentuan
sebaran test pit dengan mempertimbangkan sebaran geologi dan kemungkinan
pengendapannya.
Penggunaan grid 400 x 400 meter dilakukan dengan mengetahui persebaran
bijih bauksit secara luas dalam satu blok. Jika endapan bijih bauksit pada suatu

19
blok dengan menggunakan grid 400 x 400 meter diperoleh CF <47%, kadar rata-
rata Al₂O₃ <45%, kadar rata-rata SiO₂ >10%, dan kadar rata-rata Fe₂O₃ >20%,
maka daerah tersebut tidak dikategorikan sebagai daerah prospek, sedangkan jika
endapan bijih bauksit dengan menggunakan grid pertama 400 x 400 meter
diperoleh CF >47%, kadar rata-rata Al₂O₃ >45%, kadar rata-rata SiO₂ <10% dan
kadar rata-rata Fe₂O₃ <20%, maka akan dilanjutkan dengan grid 200 x 200 meter.
Jika dengan menggunakan grid 200 x 200 meter masih diperoleh kadar rata-
rata yang sama seperti yang disebutkan di atas, maka daerah tersebut
dikategorikan sebagai daerah prospek dan direkomendasikan untuk dilanjutkan
ketahapan berikutnya. Penggunaan spasi grid 200 x 200 meter ini untuk
memberikan tingkat kepercayaan terhadap keberadaan endapan bijih bauksit
didaerah tersebut.

3.4 GPS (Global Positioning System)


GPS (Global Positioning System) merupakan sebuah alat atau sistem yang
dapat digunakan untuk menginformasikan lokasi atau keberadaan pengunanya
(secara global) di permukaan bumi yang berbasiskan satelit. Data dikirim dari
satelit berupa sinyal radio dengan data digital. Dimanapun posisi saat ini, maka
GPS bisa membantu menunjukan arah, selama masih terlihat langit. Layanan GPS
ini tersedia gratis, bahkan tidak perlu mengeluarkan biaya apapun kecuali
membeli GPS recierver-nya. Awalnya GPS hanya digunakan hanya untuk
kepentingan militer, tapi pada tahun 1980-an dapat digunakan untuk kepentingan
sipil. GPS dapat digunakan dimanapun juga dalam 24 jam. Posisi unit GPS akan
ditentukan berdasarkan titik-titik koordinat derajat lintang dan bujur.
Menurut (Winardi, 2006) adalah sistem untuk menentukan letak di
permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan (synchronization) sinyal satelit.
Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke
Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk
menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu.

20

Anda mungkin juga menyukai