Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemuda dan Identitas

Pemuda adalah generasi yang dipundaknya dibebani berbagai macam


harapan dan tujuan lainnya, hal ini dikarenakan pemuda sebagai generasi penerus
yang akan meneruskan berbagai macam cita-cita bangsa dan negara, hal ini pula
yang menimbulkan banyaknya permasalahan yang dialami oleh pemuda zaman
sekarang, dan jika tidak dapat diatasi secara profesional, pemuda akan kehilangan
fungsinya sebagai penerus pembangunan.

Pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus


cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan negara, bangsa dan
agama. Selain itu pemuda/mahasiswa mempunyai peran sebagai pendekar intelektual
dan sebagai pendekar sosial bahwa para pemuda selain mempunyai ide -ide atau
gagasan yang perlu dikembangkan pemuda juga berperan sebagai perubah negara
dan bangsa ini. Oleh karena itu, berbagai potensi positif yang dimiliki generasi muda
itu harus dikembangkan dan pembinaannya disesuaikan dengan asas, arah, dan
tujuan yang ada.

Pemuda merupakan sekolompok orang yang mempunyai semangat


dalam tahap pencarian jati diri untuk menjadi generasi penerus bangs a. Sedangkan
identitas atau jati diri merupakan sikap atau sifat yang ada dalam diri seseorang.
Pada saat usia masih muda biasanya orang mulai melakukan pencarian jati diri atau
mengenali identitas dirinya.

Dalam tahap pencarian identitas terkadang pemuda masih


menemukan kendala. Adapun faktor utama yang mempengaruhi terbentuknya jati
diri pemuda adalah pergaulan. Hal itu dapat dibuktikan dengan melihat media masa,
tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa cukup banyak tindak kriminal ya ng yang
diberitakan oleh media masa itu, pelakunya adalah para pemuda. Mulai dari
perkelahian antar pelajar, narokoba, dan tindakan asusila lain. Dari contoh tersebut
dapat dikatakan bahwa moral pemuda zaman sekarang sudah menurun dibanding
pemuda generasi sebelumnya. Pemuda mulai kehilangan jati dirinya karena mereka
cenderung ikut-ikutan ke dalam pergaulan yang bebas yang sedang membumi saat
ini.

Apabila kita melihat penggambaran tentang pemuda seperti diatas,


maka pemuda mempunyai semangat untuk melakukan perubahan yang sangat
berpengaruh dalam meneruskan perjuangan bangsa dan agama. Dalam kehidupan
nyata pemuda memiliki proses sosialisasi terhadap lingkungan sosialnya yang sangat
menentukan untuk perkembangan kemampuan yang dimiliki masing-masing
orang.

Seorang pemuda harus mampu menseleksi perkembangan dan kemungkinan


yang ada, agar para pemuda tidak terjerat dalam kehidupan yang akan
menghancurkan cita-cita dan harapannya masing-masing. Proses sosialisasi generasi
muda adalah suatu proses yang sangat menentukan kemampuan diri pemuda untuk
menyelaraskan diri di tengah-tengah kehidupan masyarakat, melalui proses
kematangan dirinya dan belajar pada berbagai media sosialisasi yang ada di
masyarakat dan mampu menyeleksi berbagai kemungkinan yang ada sehingga
mampu mengendalikan diri dalam hidupnya dan mempunyai motivasi sosial yang
tinggi.

Ada beberapa solusi agar pemuda tidak kehilangan jati dirinya, yaitu peran
orang tua sangat dibutuhkan dalam mendidik anak-anaknya agar bisa menjadi
pemuda yang berguna. Selain itu, pendidikan agama dan akhlak yang mulia juga
harus ditanamkan kepada para pemuda agar tidak mudah terpengaruh ke dalam
tindakan kemaksiatan.

Berikut beberapa kedudukan pemuda dalam pertanggungjawabannya atas tatanan


masyarakat, antara lain:

a. Kemurnian idealismenya
b. Keberanian dan Keterbukaanya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan yang
baru
c. Semangat pengabdiannya
d. Sepontanitas dan dinamikanya
e. Inovasi dan kreativitasnya
f. Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru
g. Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan keperibadiannya yang
mandiri
h. Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelevansikan pendapat, sikap dan
tindakanya dengan kenyataan yang ada.

 Pemuda dan Pengembangan Generasi Muda

Pola dasar pembinaan dan pembangunan generasi muda ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dalam Keputusan Menteri Pendidkan dan Kebudayaan nomor :
0323/U/1978 tanggal 28 oktober 1978. Tujuannya agar semua pihak yang turut serta dan
berkepentingan dalam poenanganannya benar-benar menggunakannya sebagai pedoman
sehingga pelaksanaanya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai sasaran
dan tujuan yang dimaiksud.

Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda disusun berlandaskan:

a. Landasan Idiil : Pancasila


b. Landasan Konstitusional : Undang-undang dasar 1945
c. Landasan Strategi : Garis-garis Besar Haluan Negara
d. Landasan Histories : Sumpah Pemuda dan Proklamasi
e. Landasan Normatif : Tata nilai ditengah masyarakat.

Adapun pola dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda dapat dilihat dari
berbagai aspek sosial, yaitu:

a. Sosial Psikologi
b. Sosial Budaya
c. Sosial Ekonomi
d. Sosial Politik

Sedangkan asas dalam Pengembangan dan Pembinaan Generasi Muda, meliputi:

a. Asas Edukatif
b. Asas Persatuan dan Kesatuan
c. Asas Swakarsa (kemauan)
d. Asas Keselarasan Terpadu
e. Asas Pendayagunaan dan Fungsionalisasi.
Berikut arah dalam Pengembangan dan Pembinaan Generasi Muda dapat ditunjukkan
pada keselarasan dan keutuhan antara ketiga sumbu orientasi hidupnya, yaitu:

a. Orientasi ke atas, yakni kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Orientasi ke dalam, yakni kepada dirinya sendiri.

c. Orientasi ke luar, yakni kepada lingkungan.

Tujuan dari Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda adalah sebagai berikut:

a. Memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa

b. Mewujudkan kader-kader penerus perjuangan bangsa

c. Melahirkan kader-kader pembangunan nasional dengan angkatan kerja berbudi luhur,


dinamis, dan kreatif

d. Mewujudkan warga Negara Indonesia yang memiliki kreatifitas kebudayaan nasional.

Dalam hal ini, Pengembangan dan Pembinaan Generasi Muda menyangkut dua
pengertian pokok, yaitu:

1. Generasi muda sebagai subjek pembinaan dan pengembangan, adalah mereka yang
telah memiliki bekal dan kemampuan serta landasan untuk mandiri dan keterlibatannya
secara fungsional bersama potensi lainnya guna menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi bangsa.

2. Generasi muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan, adalah mereka yang
masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan
kemampuan ke tingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan
secara fungsional.
B. Peranan Pemuda Dalam Masyarakat

Masa depan suatu bangsa terletak ditangan pemuda atau generasi mudanya sebab merekalah
yang akan menggantikan generasi sebelumnya dalam memimpin bangsa. Oleh karena
itu,generasi muda perlu diberi bekal berupa ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan
zaman.

Salah satu cara untuk memperoleh bekal pengetahuan tersebut dapat melalui
pendidikan,baik formal maupun non formal, baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan
tinggi. Meskipun kesempatan mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi belum memadai
bila di banding jumlah pemuda atau penduduk Indonesia. Mereka yang berkesempatan
mendapat duduk di perguruan tinggi berkewajiban untuk menyumbang tenaganya kepada
masyarakat kearah kehidupan yang lebih baik. Mereka hendaknya mampu menemukan cara
atau teknik baru bagi perubahan dan kemajuan masyarakat.

Hal-hal yang menghambat kemajuan haruslah diganti dengan hal yang baru sesuai
dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, dalam mengadakan
perubahan hendaknya memperhatikan situasi dan kondisi mereka berada. Mahasiswa juga
bertugas melancarkan pembangunan di segala bidang, baik fisik maupun nonfisik, seperti
yang tertuang dalam GBHN.

Disamping itu,mahasiswa bertugas sebagai pelopor pembangunan sehingga perlu


dipikirkan kesesuaian macam pembaruan dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.Oleh
karena itu,mahasiswa yang telah dibekali ilmu pengetahuan yang tinggi, hendaknya dapat
memilih mana-mana yang dapat diubah dan yang tak perlu diubah. Di samping itu, perlu
dipikirkan keikutsertaan masyarakat dalam pembaruan tersebut. Dengan demikian, hasilnya
akan seperti yang diharapkan.
 Peranan pemuda di dalam masyarakat dapat kita bedakan atas dua hal yaitu :

a. Peranan pemuda yang di dasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan
tuntunan lingkungan :

 Peranan pemuda sebagai individu-individu yang meneruskan tradisi dan oleh sebab
itu dengan sendirinya berusaha menaati tradisi yang berlaku dalam masyarakat.
 Peranan pemuda sebagai individu-individu yang berusaha menyesuaikan diri, baik
dengan orang-orang atau golongan–golongan yang berusaha mengubah tradisi,dengan
demikian akan terjadi perubahan dalam tradisi dalam masyarakat tersebut.

b. Peranan pemuda yang menolak untukmenyesuaikan diri dengan lingkungan

 Jenis pemuda pembangkit, yaitu pengurai atau pembuka kejelasan dari suatu masalah
sosial. Contoh: Sastrawan Rendra dan Chairil Anwar pada masanya.
 Jenis pemuda nakal, yaitu jenis pemuda yang tidak berniat mengadakan perubahan
pada budaya maupun masyarakat tetapi hanya berusaha memperoleh manfaat dari
masyarakat dengan tindakan menguntungkan bagi diri sendiri.
 Jenis pemuda radikal, yaitu mereka yang berkeinginan besar mengubah masyarakat
dan kebudayaan lewat cara-cara radikal dan revolusioner tanpa memikirkan lebih jauh
bagaimana selanjutnya.

Pemuda merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader masyarakat,
dan kader keluarga. Pemuda selalu diidentikkan dengan perubahan, karena peran pemuda
dalam membangun bangsa ini banyak sekali, diantaranya:

 Peran pemuda dalam menegakkan keadilan.


 Peran pemuda yang menolak kekuasaan.
 Pemuda sebagai generasi penerus.
 Pemuda sebagai generasi pengganti.
 Pemuda sebagai generasi pembaharu.
Peran pemuda dalam masyarakat

- Sebagai agent of change, yaitu mengadakan perubahan dalam masyarakat kearah yang
lebih baik dan bersifat kemanusiaan.

- Sebagai agent of development, yaitu melancarkan pembangunan di segala bidang yang


bersifat fisik maupun non fisik.

- Sebagai agent of modernization, yaitu pemuda bertindak sebagai pelopor pembaruan.

C. Permasalahan-Permasalahan yang Dihadapi oleh Pemuda

Masalah pemuda merupakan masalah yang selalu dialami oleh setiap generasi dalam
hubungannya dengan generasi yang lebih tua. Masalah yang dialami biasanya berhubungan
dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Masalah kepemudaan yang lain adalah belum atau
kurang mandirinya dalam hal ekonomi dan kurang dewasa dari segi psikologi.
Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain:
• Dirasa menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat
termasuk generasi muda.
• Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
• Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia,
baik yang formal maupun non formal. Tingginya jumlah putus sekolah yang diakibatkan oleh
berbagai sebab yang bukan hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan
seluruh bangsa.
• Kurangnya lapangan kerja / kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran
/setengah pengangguran di kalangan generasi muda dan mengakibatkan berkurangnya
produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan
nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem social lainnya.
• Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan
pertumbuhan badan di kalangan generasi muda, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya daya
beli dan kurangnya perhatian tentang gizi dan menu makanan seimbang di kalangan
masyarakat yang berpenghasilan rendah.
• Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat daerah
pedesaan.
• Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga.
• Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkotika.
• Belum adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda.
Dan ada juga masalah lain yaitu:
• Kebutuhan Akan Figur Teladan
Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang berlangsung dari keteladanan
orang tua mereka daripada hanya sekedar nasihat-nasihat bagus yang tinggal hanya kata-kata
indah.
• Sikap Apatis
Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang
bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam
ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.
• Kecemasan dan Kurangnya Harga Diri
Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak kaum muda yang
mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat
minuman keras, obat penenang, seks dan lainnya).
• Ketidakmampuan untuk Terlibat
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat
para remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi
dan dalam kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan
dengan uang.
• Perasaan Tidak Berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya
hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan
masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk pertama-tama berpikir tentang keselamatan
diri kita di tengah2 masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya
menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijasah.
• Pemujaan Akan Pengalaman
Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan minumam keras, obat-obatan
dan seks pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba.

Dalam rangka memecahkan permasalahan generasi muda diatas, diperlukan usaha-usaha


terpadu, terarah, dan berencana dari seluruh potensi nasional dengan melibatkan generasi
muda sebagai subjek pembangunan. Organisasi-organisasi pemuda yang telah berjalan baik
merupakan potensi yang siap untuk dilibatkan dalam kegiatan pembangunan nasional
Berikut beberapa potensi yang terdapat pada Generasi Muda yang perlu
dikembangkan:

1. Idealisme dan Daya Kritis

Secara sosiologis generasi muda itu belum mapan dalam tatanan yang ada, sehingga ia
dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru.
Idealisme dan daya kritis perlu dilengkapi landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.

2. Dinamika dan Kreativitas

Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki potensi


kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan untuk mengadakan perubahan,
pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan yang ada ataupun mengemukakan gagasan
yang baru.

3. Keberanian Mengambil Resiko

Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat


meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu diperlukan jika ingin
memperoleh kemajuan. Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung
resiko. Untuk itu diperlukan kesiapan pengetahuan, perhitungan, dan keterampilan dari
generasi muda sehingga mampu memberi kualitas yang baik untuk berani mengambil resiko.

4. Optimis dan Kegairahan Semangat

Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat.Optimisme dan


kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda merupakan daya pendorong untuk
mencoba lebih maju lagi.

5. Sikap Kemandirian dan Disiplin Murni

Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan
tindakannya. Sikap kemandirian itu perlu dilengkapi dengan kesadaran disiplin murni pada
dirinya agar mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar dan memiliki tenggang rasa.
6. Terdidik

Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah, secara menyeluruh baik


dalam arti kualitatif maupun dalam arti kuantitatif, generasi muda secara relatif lebih
terpelajar karena lebih terbukanya kesempatan belajar dari generasi pendahulunya.

7. Keanekaragaman dalam Persatuan dan Kesatuan

Keanekaragaman masyarakat Indonesia, dapat merupakan potensi dinamis dan kreatif


jika keanekaragaman itu ditempatkan dalam integrasi nasional yang didasarkan atas semangat
dan jiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 serta kesamaan semboyang Bhineka Tunggal Ika.
Sehingga dengan demikian merupakan sumber yang kaya untuk kemajuan bangsa itu sendiri.
Untuk itu, tiap unsur generasi muda dapat didorong untuk menampilkan potensinya yang
terbaik dan diberi peran yang jelas serta bertanggung jawab, dalam menunjang pembangunan
nasional. Pengalaman menunjukkan bahwa tiap satuan primordial/parochial pun ternyata
memiliki cukup potensi yang khas dan positif dan didayagunakan lebih lanjut oleh generasi
mudanya.

8. Patriotisme dan Nasionalisme

Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan, dan turut serta memiliki bangsa dan negara
dikalangan generasi muda perlu digalakkan karena pada gilirannya akan mempertebal
semangat pengabdian dan kesiapan mereka untuk membela dan mempertahankan NKRI dari
segala ancaman. Dengan tekad dan semangat ini, generasi muda perlu dilibatkan dalam setiap
usaha dan pemantapan ketahanan dan pertahanan nasional.

9. Sikap Kesatria

Kemurnian idealisme, keberanian, semangat pengabdian dan pengorbanan serta rasa


tanggung jawab sosial yang tinggi adalah unsur-unsur yang perlu dipupuk dan dikembangkan
dikalangan generasi muda Indonesia sebagai pembela dan penegak kebenaran dan keadilan
bagi masyarakat dan bangsa.
10. Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi

Generasi muda dapat berperan secara berdayaguna, dalam rangka pengembangan ilmu
dan teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan
sebagai Transformator dan Dinamisator terhadap lingkungannya yang lebih terbelakang
dalam ilmu dan pendidilkan serta penerapan teknologi, baik yang maju, maupun yang
sederhana.

a. Upaya Pemecahan Masalah Melalui Perguruan dan Pendidikan


Negara berkembang masih banyak mendapat kesulitan untuk penyelenggaraan
pengembangan tenaga usia muda melalui pendidikan. Sehubung dengan itu negara
yang berkembang merasakan selalu kekurangan tenga terampil dalam mengisi
lowongan-lowongan pekerjaan tertentu yang meminta tenag kerja dengan
keterampilan khusus. Kekurangan tenaga terampil itu terasa manakala negara-negara
sedang berkembang merencanakan dan berambisi untuk mengembangkan dan
memanfaatkan sumber-sumber alam yang mereka miliki.
Pembinaan dan pengembangan potensi angkatan muda pada tingkat perguruan tinggi,
lebih banyak diarahkan dalam program-program studi dalam berbagai ragam
pendidikan formal. Mereka dibina digembleng di laboratorium dan pada kesempatan
praktek lapangan. Kaum muda memang betul-betul merupakan suatu sumber bagi
pengembangan masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pembinaan dan perhatian
khusus harus diberikan bagi kebutuhan dan pengembangan potensi mereka.
Cara mengembangkan potensi generasi muda:
• Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi
kehidupan kelak di masyarakat.
• Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan
kemampuannya.
• Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas
diri yang tepat.
• Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok
ada pada lembaga atau kelompok khussnya dan pada masyarakat umumnya.
b. Upaya Pemecahan Masalah Melalui Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui belajar dan penyesuaian
diri, bagaimana bertindak dan berfikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat. Proses sosialisasi sebenarnya berawal dari
dalam keluarga. Namun sosialisasi ini tidak hanya terjadi pada keluarga, tapi masih ada
lembaga lainnya. Cohan(1983) menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosialisasi yang
terpenting adalah keluarga,sekolah,kelompok sebaya, dan media massa. Dengan demikian
sosialisi dapat berlangsung secara formal ataupun informal. Secara formal, proses sosialisi
lebih teratur karena di dalamnya disajikan seperangkat ilmu pengetahuan secara teratur dan
sistematis serta dilengkapi leh seperangkat norma yang tegas yang harus dipatuhi oleh setiap
individu yang dilalukan secara sadar dan sengaja. Sedangkan informal, terjadi dengan tidak
sengaja melalui interaksi informal.

Ditinjau dari perkembangan individu sejak masa anak sampai dewasa, maka terdapat
beberapa media sosialisasi yaitu:

1. Orang tua atau keluarga

Dalam kehidupan barat hubungan keluarga dan anak seolah-olah secepatnya harus berakhir
dan ditanamkan agar anak bisa cepat berdiri sendiri tidak bergantung pada orang tua dan
kenyataan yang demikian ini tidak terdapat dalam masyarakat Indonesia.

Perbedaan corak pola hubungan antara orang tua dan anak di atas sangat besar pengaruhnya
terhadap proses sosialisasi anak. Selain itu, corak atau suasana kehidupan keluarga juga besar
pengaruhnya terhadap pembentukan sikap anak kelak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
suasana keluarga yang penuh prasangka akan berakibat terbentuknya sikap prasangka
terhadap anak.

2. Teman bermain

Dalam bermain dengan temannya, seorang anak mulai belajar aturan yang belm tentu sesuai
dengann kebiasaan yang berlaku di rumahnya. Dalam hal ini anak dituntut untuk bersikap
toleran, menghargai milik orang lain, memainkan suatu peran, dan sebagainya. Pada saat
seorang anak meningkat menjadi remaja peranan teman sebaya seringkali lebih besar
pengaruhnya dari pda peranan orang tua. Dalam masyarakat sering terjadi seseorang tidak
dapaat mengendalikan anaknya karena akibat ikatan atau solidaritas yang sangat kuat
terhadap teman sebayanya,karena menjadi acuan dalam bertingkah laku.

3. Sekolah

Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan formal pertama bagi seorang anak. Melalui
sekolah seorang anak dituntut berdisiplin mengikuti aturan,menerima hukuman ujian atas
prestasinya dan sebagainya.

4. Media massa

Kemajuan dalam bidang teknologi, khususnya dalam media massa menyebabkan dunia yang
dulu menjadi kecil. Atas dasar kenyataan di atas maka media massa sangat penting
peranannya dalam proses sosialisasi atau paling tidak melalui media massa seseorang
memperoleh pengetahuan.

5. Masyarakat

Masyarakat yang majemuk menimbulkan sulitnya sosialisasi. Hal ini disebabkan karena
dalam ,masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai kelompok etnis dan aturan belum
tentu satu sama lain memiliki norma yang sejalan. Apa yang dibolehkan dalam suatu
kelompok, barangkali merupakan larangan dalam kelompok yang lain.

3. Upaya Pemecahan Masalah Melalui Pendidikan Moral

Betapa pentingnya pendidikan moral bagi anak-anak, dan betapa pula besarnya bahaya
yang terjadi akibat kurangnya moral itu, serta telah kita ketahui pula faktor yang
menimbulkan kemerosotan moral di tanah air kita belakangan ini, maka perlu kiranya kita
mencari jalan yang dapat mengantarkan kita kepada terjaminnya moral anak yang kita
harapkan menjadi warga negara yang cinta akan bangsa dan tanah airnya, dapat menciptakan
dan memelihara ketenteraman dan kebahagiaan masyarakat dan bangsa di kemudian hari.
Pendidikan moral ini dapat diterapkan dalam keluarga, sekolah maupun media sosialisasi.
D. Peranan Pemuda Dalam Mempersiapkan Generasi Penerus Bangsa

 Meningkatkan integritas moral dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
kerangka membangun ketahanan mental dan nilai-nilai budaya bangsa dari ancaman
pengaruh budaya asing (westernisasi) yang semakin menggejala
 Memupuk idealisme, patriotisme, cinta tanah air, persatuan dan kesatuan serta
solidaritas pemuda untuk memperkokoh tetap tegaknya Negara Kesatuan RI
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
 Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui penguasaan IPTEK
memasuki era Globalisasi yang diwarnai dengan tingginya tingkat kompetitip antar
bangsa.
 Membangun motivasi wirausaha (entrepreneurship) pemuda dalam rangka
menumbuhkan kepeloporan dan kemandirian pemuda secara sosial ekonomi.
 Membangun tatanan kehidupan sosial budaya menuju terwujudnya masyarakat
madani, yakni masyarakat yang tertib demokratis, adil, berperadaban, dan sejahtera.
 Meningkatkan segala potensi yang dimiliki para pemuda dalam upaya mempersiapkan
generasi penerus bangsa sesuai dengan harapan.
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial
khususnya bagi para remaja dan pemuda yang berpikir di bekali rasa ingin tahu. Rasa ingin
tahu inilah yang mendoronh kita untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan hal yang
bersifat alamiah, sosial, dan budaya serta manusia berusaha untuk memecahkan masalah yang
di hadapi. Dari dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami masalah menyebabkan
manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
Pengetahuan yang di peroleh remaja dan pemuda mula-mula terbatas pada hasil
pengamatan terhadap gejala alam, masyarakat, dan budaya, kemudian semakin bertambah
dengan pengetahuan yang di peroleh dari hasil pemikirannya.
Selanjutnya dari peningkatan kemampuan daya pikirnya para remaja dan pemuda,
mereka mampu melakukan segala hal untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari
sesuatu hal baik yang bersifat alamiah, sosial, dan budaya yang keseluruhan itu
membutuhkan mental yang kuat.

2. SARA N

Dengan pembuatan makalah ini tidak menutut masih banyak terdapat kekurangan dan
kekhilafan. Oleh karena itu kepada para pembaca dan para pakar, penulis mengharapkan
kritik dan saran konstruktif demi kesempurnaan makalah ini dan sebagai pembelajaran
pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Mawardi, Drs. Hidayati Nur, Ir. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu budaya
Dasar, CV. Pustaka Setia, Bandung: 2009
Wahyu Ramdani, Ilmu Sosial Dasar, CV. Pustaka Setia, Bandung: 2007

[1] Toenggoel P.Siagian,”Pendekatan Pokok Dalam Mempertimbangkan Remaja Masa


Kini” dalam Prisma, (Nomor 9 tahun XIV 1985). Hlm. 19
[2] Anas Urbaningrum, Menuju masyarakat madani pilar dan Agenda perubahan. (jakatra:
Yarsif Watampone. 1997). Hlm.6
[3] Drs. Mawardi- Ir. Nur Hidayati “ Remaja dan Pemuda dalam Permasalahan Generasi
Nasional”( Tahun 2009). Hlm. 236
Ahmadi, Abu, dkk. 1988. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bina Aksara

Daradjat, Zakiah. 1977. Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.

Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Anak Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Fahmi, Musthafa . 1977. Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah, dan


Masyarakat. Jakarta: Bulan Bintang.

Feisal, Amir Jusuf. 1995. Rieorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press

Indrakusuma, Amir Daien. 1973 . Pengantar Ilmu Pendidikan . Surabaya: Usaha Nasional.

Kama A. Hakam, Ridwan Efendi, Elly M. Setiadi. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media

Noor, Arifin. 1997. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Cv. Pustaka Setia

Nur Hidayati, Mawardi. 2002. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, dan Ilmu Budaya
Dasar. Bandung: Cv. Pustaka setia

Anda mungkin juga menyukai