PEMBAHASAN
Ada beberapa solusi agar pemuda tidak kehilangan jati dirinya, yaitu peran
orang tua sangat dibutuhkan dalam mendidik anak-anaknya agar bisa menjadi
pemuda yang berguna. Selain itu, pendidikan agama dan akhlak yang mulia juga
harus ditanamkan kepada para pemuda agar tidak mudah terpengaruh ke dalam
tindakan kemaksiatan.
a. Kemurnian idealismenya
b. Keberanian dan Keterbukaanya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan yang
baru
c. Semangat pengabdiannya
d. Sepontanitas dan dinamikanya
e. Inovasi dan kreativitasnya
f. Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru
g. Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan keperibadiannya yang
mandiri
h. Masih langkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelevansikan pendapat, sikap dan
tindakanya dengan kenyataan yang ada.
Pola dasar pembinaan dan pembangunan generasi muda ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dalam Keputusan Menteri Pendidkan dan Kebudayaan nomor :
0323/U/1978 tanggal 28 oktober 1978. Tujuannya agar semua pihak yang turut serta dan
berkepentingan dalam poenanganannya benar-benar menggunakannya sebagai pedoman
sehingga pelaksanaanya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai sasaran
dan tujuan yang dimaiksud.
Adapun pola dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda dapat dilihat dari
berbagai aspek sosial, yaitu:
a. Sosial Psikologi
b. Sosial Budaya
c. Sosial Ekonomi
d. Sosial Politik
a. Asas Edukatif
b. Asas Persatuan dan Kesatuan
c. Asas Swakarsa (kemauan)
d. Asas Keselarasan Terpadu
e. Asas Pendayagunaan dan Fungsionalisasi.
Berikut arah dalam Pengembangan dan Pembinaan Generasi Muda dapat ditunjukkan
pada keselarasan dan keutuhan antara ketiga sumbu orientasi hidupnya, yaitu:
Tujuan dari Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda adalah sebagai berikut:
Dalam hal ini, Pengembangan dan Pembinaan Generasi Muda menyangkut dua
pengertian pokok, yaitu:
1. Generasi muda sebagai subjek pembinaan dan pengembangan, adalah mereka yang
telah memiliki bekal dan kemampuan serta landasan untuk mandiri dan keterlibatannya
secara fungsional bersama potensi lainnya guna menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi bangsa.
2. Generasi muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan, adalah mereka yang
masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan
kemampuan ke tingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan
secara fungsional.
B. Peranan Pemuda Dalam Masyarakat
Masa depan suatu bangsa terletak ditangan pemuda atau generasi mudanya sebab merekalah
yang akan menggantikan generasi sebelumnya dalam memimpin bangsa. Oleh karena
itu,generasi muda perlu diberi bekal berupa ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan
zaman.
Salah satu cara untuk memperoleh bekal pengetahuan tersebut dapat melalui
pendidikan,baik formal maupun non formal, baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan
tinggi. Meskipun kesempatan mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi belum memadai
bila di banding jumlah pemuda atau penduduk Indonesia. Mereka yang berkesempatan
mendapat duduk di perguruan tinggi berkewajiban untuk menyumbang tenaganya kepada
masyarakat kearah kehidupan yang lebih baik. Mereka hendaknya mampu menemukan cara
atau teknik baru bagi perubahan dan kemajuan masyarakat.
Hal-hal yang menghambat kemajuan haruslah diganti dengan hal yang baru sesuai
dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, dalam mengadakan
perubahan hendaknya memperhatikan situasi dan kondisi mereka berada. Mahasiswa juga
bertugas melancarkan pembangunan di segala bidang, baik fisik maupun nonfisik, seperti
yang tertuang dalam GBHN.
a. Peranan pemuda yang di dasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan diri dengan
tuntunan lingkungan :
Peranan pemuda sebagai individu-individu yang meneruskan tradisi dan oleh sebab
itu dengan sendirinya berusaha menaati tradisi yang berlaku dalam masyarakat.
Peranan pemuda sebagai individu-individu yang berusaha menyesuaikan diri, baik
dengan orang-orang atau golongan–golongan yang berusaha mengubah tradisi,dengan
demikian akan terjadi perubahan dalam tradisi dalam masyarakat tersebut.
Jenis pemuda pembangkit, yaitu pengurai atau pembuka kejelasan dari suatu masalah
sosial. Contoh: Sastrawan Rendra dan Chairil Anwar pada masanya.
Jenis pemuda nakal, yaitu jenis pemuda yang tidak berniat mengadakan perubahan
pada budaya maupun masyarakat tetapi hanya berusaha memperoleh manfaat dari
masyarakat dengan tindakan menguntungkan bagi diri sendiri.
Jenis pemuda radikal, yaitu mereka yang berkeinginan besar mengubah masyarakat
dan kebudayaan lewat cara-cara radikal dan revolusioner tanpa memikirkan lebih jauh
bagaimana selanjutnya.
Pemuda merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader masyarakat,
dan kader keluarga. Pemuda selalu diidentikkan dengan perubahan, karena peran pemuda
dalam membangun bangsa ini banyak sekali, diantaranya:
- Sebagai agent of change, yaitu mengadakan perubahan dalam masyarakat kearah yang
lebih baik dan bersifat kemanusiaan.
Masalah pemuda merupakan masalah yang selalu dialami oleh setiap generasi dalam
hubungannya dengan generasi yang lebih tua. Masalah yang dialami biasanya berhubungan
dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Masalah kepemudaan yang lain adalah belum atau
kurang mandirinya dalam hal ekonomi dan kurang dewasa dari segi psikologi.
Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain:
• Dirasa menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat
termasuk generasi muda.
• Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
• Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia,
baik yang formal maupun non formal. Tingginya jumlah putus sekolah yang diakibatkan oleh
berbagai sebab yang bukan hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan
seluruh bangsa.
• Kurangnya lapangan kerja / kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran
/setengah pengangguran di kalangan generasi muda dan mengakibatkan berkurangnya
produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan
nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem social lainnya.
• Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan
pertumbuhan badan di kalangan generasi muda, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya daya
beli dan kurangnya perhatian tentang gizi dan menu makanan seimbang di kalangan
masyarakat yang berpenghasilan rendah.
• Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat daerah
pedesaan.
• Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga.
• Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalahgunaan narkotika.
• Belum adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda.
Dan ada juga masalah lain yaitu:
• Kebutuhan Akan Figur Teladan
Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang berlangsung dari keteladanan
orang tua mereka daripada hanya sekedar nasihat-nasihat bagus yang tinggal hanya kata-kata
indah.
• Sikap Apatis
Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang
bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam
ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.
• Kecemasan dan Kurangnya Harga Diri
Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak kaum muda yang
mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat
minuman keras, obat penenang, seks dan lainnya).
• Ketidakmampuan untuk Terlibat
Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat
para remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi
dan dalam kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan
dengan uang.
• Perasaan Tidak Berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya
hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan
masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk pertama-tama berpikir tentang keselamatan
diri kita di tengah2 masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya
menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijasah.
• Pemujaan Akan Pengalaman
Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan minumam keras, obat-obatan
dan seks pada mulanya berawal dari hanya mencoba-coba.
Secara sosiologis generasi muda itu belum mapan dalam tatanan yang ada, sehingga ia
dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru.
Idealisme dan daya kritis perlu dilengkapi landasan rasa tanggung jawab yang seimbang.
Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan
tindakannya. Sikap kemandirian itu perlu dilengkapi dengan kesadaran disiplin murni pada
dirinya agar mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar dan memiliki tenggang rasa.
6. Terdidik
Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan, dan turut serta memiliki bangsa dan negara
dikalangan generasi muda perlu digalakkan karena pada gilirannya akan mempertebal
semangat pengabdian dan kesiapan mereka untuk membela dan mempertahankan NKRI dari
segala ancaman. Dengan tekad dan semangat ini, generasi muda perlu dilibatkan dalam setiap
usaha dan pemantapan ketahanan dan pertahanan nasional.
9. Sikap Kesatria
Generasi muda dapat berperan secara berdayaguna, dalam rangka pengembangan ilmu
dan teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan
sebagai Transformator dan Dinamisator terhadap lingkungannya yang lebih terbelakang
dalam ilmu dan pendidilkan serta penerapan teknologi, baik yang maju, maupun yang
sederhana.
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui belajar dan penyesuaian
diri, bagaimana bertindak dan berfikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat. Proses sosialisasi sebenarnya berawal dari
dalam keluarga. Namun sosialisasi ini tidak hanya terjadi pada keluarga, tapi masih ada
lembaga lainnya. Cohan(1983) menyatakan bahwa lembaga-lembaga sosialisasi yang
terpenting adalah keluarga,sekolah,kelompok sebaya, dan media massa. Dengan demikian
sosialisi dapat berlangsung secara formal ataupun informal. Secara formal, proses sosialisi
lebih teratur karena di dalamnya disajikan seperangkat ilmu pengetahuan secara teratur dan
sistematis serta dilengkapi leh seperangkat norma yang tegas yang harus dipatuhi oleh setiap
individu yang dilalukan secara sadar dan sengaja. Sedangkan informal, terjadi dengan tidak
sengaja melalui interaksi informal.
Ditinjau dari perkembangan individu sejak masa anak sampai dewasa, maka terdapat
beberapa media sosialisasi yaitu:
Dalam kehidupan barat hubungan keluarga dan anak seolah-olah secepatnya harus berakhir
dan ditanamkan agar anak bisa cepat berdiri sendiri tidak bergantung pada orang tua dan
kenyataan yang demikian ini tidak terdapat dalam masyarakat Indonesia.
Perbedaan corak pola hubungan antara orang tua dan anak di atas sangat besar pengaruhnya
terhadap proses sosialisasi anak. Selain itu, corak atau suasana kehidupan keluarga juga besar
pengaruhnya terhadap pembentukan sikap anak kelak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
suasana keluarga yang penuh prasangka akan berakibat terbentuknya sikap prasangka
terhadap anak.
2. Teman bermain
Dalam bermain dengan temannya, seorang anak mulai belajar aturan yang belm tentu sesuai
dengann kebiasaan yang berlaku di rumahnya. Dalam hal ini anak dituntut untuk bersikap
toleran, menghargai milik orang lain, memainkan suatu peran, dan sebagainya. Pada saat
seorang anak meningkat menjadi remaja peranan teman sebaya seringkali lebih besar
pengaruhnya dari pda peranan orang tua. Dalam masyarakat sering terjadi seseorang tidak
dapaat mengendalikan anaknya karena akibat ikatan atau solidaritas yang sangat kuat
terhadap teman sebayanya,karena menjadi acuan dalam bertingkah laku.
3. Sekolah
Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan formal pertama bagi seorang anak. Melalui
sekolah seorang anak dituntut berdisiplin mengikuti aturan,menerima hukuman ujian atas
prestasinya dan sebagainya.
4. Media massa
Kemajuan dalam bidang teknologi, khususnya dalam media massa menyebabkan dunia yang
dulu menjadi kecil. Atas dasar kenyataan di atas maka media massa sangat penting
peranannya dalam proses sosialisasi atau paling tidak melalui media massa seseorang
memperoleh pengetahuan.
5. Masyarakat
Masyarakat yang majemuk menimbulkan sulitnya sosialisasi. Hal ini disebabkan karena
dalam ,masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai kelompok etnis dan aturan belum
tentu satu sama lain memiliki norma yang sejalan. Apa yang dibolehkan dalam suatu
kelompok, barangkali merupakan larangan dalam kelompok yang lain.
Betapa pentingnya pendidikan moral bagi anak-anak, dan betapa pula besarnya bahaya
yang terjadi akibat kurangnya moral itu, serta telah kita ketahui pula faktor yang
menimbulkan kemerosotan moral di tanah air kita belakangan ini, maka perlu kiranya kita
mencari jalan yang dapat mengantarkan kita kepada terjaminnya moral anak yang kita
harapkan menjadi warga negara yang cinta akan bangsa dan tanah airnya, dapat menciptakan
dan memelihara ketenteraman dan kebahagiaan masyarakat dan bangsa di kemudian hari.
Pendidikan moral ini dapat diterapkan dalam keluarga, sekolah maupun media sosialisasi.
D. Peranan Pemuda Dalam Mempersiapkan Generasi Penerus Bangsa
Meningkatkan integritas moral dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
kerangka membangun ketahanan mental dan nilai-nilai budaya bangsa dari ancaman
pengaruh budaya asing (westernisasi) yang semakin menggejala
Memupuk idealisme, patriotisme, cinta tanah air, persatuan dan kesatuan serta
solidaritas pemuda untuk memperkokoh tetap tegaknya Negara Kesatuan RI
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui penguasaan IPTEK
memasuki era Globalisasi yang diwarnai dengan tingginya tingkat kompetitip antar
bangsa.
Membangun motivasi wirausaha (entrepreneurship) pemuda dalam rangka
menumbuhkan kepeloporan dan kemandirian pemuda secara sosial ekonomi.
Membangun tatanan kehidupan sosial budaya menuju terwujudnya masyarakat
madani, yakni masyarakat yang tertib demokratis, adil, berperadaban, dan sejahtera.
Meningkatkan segala potensi yang dimiliki para pemuda dalam upaya mempersiapkan
generasi penerus bangsa sesuai dengan harapan.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial
khususnya bagi para remaja dan pemuda yang berpikir di bekali rasa ingin tahu. Rasa ingin
tahu inilah yang mendoronh kita untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan hal yang
bersifat alamiah, sosial, dan budaya serta manusia berusaha untuk memecahkan masalah yang
di hadapi. Dari dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami masalah menyebabkan
manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.
Pengetahuan yang di peroleh remaja dan pemuda mula-mula terbatas pada hasil
pengamatan terhadap gejala alam, masyarakat, dan budaya, kemudian semakin bertambah
dengan pengetahuan yang di peroleh dari hasil pemikirannya.
Selanjutnya dari peningkatan kemampuan daya pikirnya para remaja dan pemuda,
mereka mampu melakukan segala hal untuk membuktikan dan mencari kebenaran dari
sesuatu hal baik yang bersifat alamiah, sosial, dan budaya yang keseluruhan itu
membutuhkan mental yang kuat.
2. SARA N
Dengan pembuatan makalah ini tidak menutut masih banyak terdapat kekurangan dan
kekhilafan. Oleh karena itu kepada para pembaca dan para pakar, penulis mengharapkan
kritik dan saran konstruktif demi kesempurnaan makalah ini dan sebagai pembelajaran
pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mawardi, Drs. Hidayati Nur, Ir. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu budaya
Dasar, CV. Pustaka Setia, Bandung: 2009
Wahyu Ramdani, Ilmu Sosial Dasar, CV. Pustaka Setia, Bandung: 2007
Daradjat, Zakiah. 1977. Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.
Feisal, Amir Jusuf. 1995. Rieorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press
Indrakusuma, Amir Daien. 1973 . Pengantar Ilmu Pendidikan . Surabaya: Usaha Nasional.
Kama A. Hakam, Ridwan Efendi, Elly M. Setiadi. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media
Noor, Arifin. 1997. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Cv. Pustaka Setia
Nur Hidayati, Mawardi. 2002. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, dan Ilmu Budaya
Dasar. Bandung: Cv. Pustaka setia