Anda di halaman 1dari 9

TOPIK PENELITIAN

Topik penelitian adalah area umum yang luas (fenomena) dimana peneliti ingin
menemukan jawaban. Tanpa kita sadari, sebenarnya setiap hari kita bersentuhan dengan
penelitian. Pembaca tidak percaya hal ini? Pertanyaan penelitian berawal dari topik
yang dikemukakan peneliti. Topik bersumber dari hal-hal yang menarik secara umum
dan barangkali sering menjadi perhatian bersama sebuah komunitas atau kelompok.
Misalnya, dalam dua tahun terakhir ini perawat sedang hangat membicarakan perawatan
luka. Hal-hal yang diungkap mengenai perawatan luka baik melalui seminar, konferensi
bahkan melalui saluran sosial media menjadi antusiasme tersendiri bagi perawat
profesional. Dalam satu topik penelitian tertentu, ada banyak potensi masalah penelitian
yang dapat digali dan dikembangkan.

Topik penelitian seringkali juga dapat ditemukan setelah mendapat rekomendasi dari
kolega yang sedang dan telah melakukan penelitian. Bagi perawat, tempat kerja mereka
juga merupakan laboratorium yang memiliki banyak sumber informasi yang
memungkinkan dikajinya sebuah topik penelitian. Bukan tidak mungkin topik penelitian
ditemukan didepan mereka (saat kontak pelayanan dengan pasien).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan topik penelitian adalah seperti
berikut:
1. Ketertarikan pada suatu hal,
2. Adanya dukungan organisasi,
3. Isu-isu etik yang sedang berkembang,
4. Relevansi dengan studi yang dipelajari,
5. Sumbangan yang berguna untuk bidang garap si peneliti,
6. Keterbatasan waktu penelitian,
7. Kedalaman dan lingkup penelitian, dan
8. Dukungan sumberdaya.
Berikut beberapa hal yang dapat dijadikan pijakan untuk memandu dalam menetapkan
topik penelitian.
a. Meningkatkan praktik klinik
b. Mengeksplorasi pola kejadian/kasus
c. Memahami fenomena menurut sudut pandang pasien
d. Memantau isu-isu terkini
e. Ambiguitas hasil penelitian
f. Menguji teori
g. Mengeksplorasi variasi dalam variabel terikat
h. Memberikan evaluasi
i. Penelitian berdasarkan pada tindakan keperawatan berkelanjutan
j. Penelitian ulang

MASALAH PENELITIAN
Masalah penelitian (research problem) adalah sesuatu yang mengandung teka-teki
bahkan kadang membingungkan (enigmatic, perplexing), dan merangsang minat
peneliti untuk mencari jawaban. Tujuan utama penelitian adalah untuk menjawab
(menyelesaikan) masalah penelitian.
Terma Contoh
Topik Efek samping kemoterapi
Masalah penelitian Mual dan muntah merupakan gejala umum
pada pasien dengan kemoterapi, dan gejala
tersebut dapat dikurangi dengan intervensi
tertentu. Diperlukan intervensi jenis baru
yang secara efektif mampu mengurangi
gejala mual dan muntah.
Tujuan/maksud penelitian Tujuan penelitian adalah untuk menguji
sebuah intervensi untuk menurunkan efek
samping kemoterapi; atau secara khusus,
ingin membandingkan keefektifan terapi
antiemetik yang dikontrol sendiri oleh
pasien versus terapi yang dikelola perawat
terhadap penurunan efek mual dan
muntah.
Pertanyaan penelitian Manakah yang relatif lebih efektif dalam
menurunkan efek mual muntah pada
pasien kemoterapi – antara terapi
antiemetik yang dikontrol sendiri oleh
pasien versus terapi yang dikelola perawat
– yang terkait dengan (a) jumlah obat-
obatan yang dikonsumsi pasien, dan (b)
bagaimana memantau mual muntah saat
dilakukan kemoterapi.
Hipotesis (1) Pasien yang mendapat terapi
antiemetik yang dikelola sendiri oleh
pasien akan melaporkan gejala mual yang
lebih sedikit dibandingkan pasien dengan
terapi antiemetik yang dikelola oleh
perawat; (2) Pasien yang mendapat terapi
antiemetik yang dikelola sendiri oleh
pasien akan melaporkan gejala muntah
yang lebih sedikit dibandingkan pasien
dengan terapi antiemetik yang dikelola
oleh perawat; (3) Pasien yang mendapat
terapi antiemetik yang dikelola sendiri
oleh pasien minum obat lebih sedikit
dibandingkan pasien dengan terapi
antiemetik yang dikelola oleh perawat.
Tujuan/sasaran penelitian Sasaran penelitian adalah mencakup hal
berikut: (1) mengembangkan dan
menerapkan dua prosedur alternatif dalam
terapi antiemetik untuk mengelola gejala
pasien yang mendapat tindakan
kemoterapi moderat (kendali pasien versus
kendali perawat; (2) untuk menguji tiga
hipotesis penelitian yang dirumuskan yang
berkaitan dengan keefektifan sebuah
prosedur alternatif dalam mengkonsumsi
obat dan pengendalian efek samping; dan
(3) untuk menerapkan temuan yang dapat
direkomendasikan sebagai alternatif baru
dalam prosedur pemberian obat antiemetif.

Banyak pembaca masih sulit untuk memberikan gambaran yang jelas tentang masalah
penelitian. Diantara mereka sering menanyakan hal-hal berikut:
o Samakah antara tujuan dan pernyataan masalah?
o Apakah tujuan penelitian, hipotesis, atau kesimpulan dalam laporan akhir penelitian
harus berisi pernyataan penelitian?

Hernon (1993) menjelaskan setidaknya ada sembilan atribut yang berkaitan dengan
pernyataan masalah penelitian:
1. Jelas dan tepat (pernyataan yang ditulis dengan baik tidak memberikan kesimpulan
yang kabur dan pernyataan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan);
2. Menetapkan apa yang diteliti, usahakan untuk menghindari penggunaan kata dan
terma yang sarat nilai;
3. Menetapkan pertanyaan yang menyeluruh dan faktor-faktor kunci atau variabel;
4. Menetapkan konsep dan terma kunci;
5. Artikulasikan batas-batas atau parameter penelitian;
6. Kemungkinan untuk “generalisasi”;
7. Menyatakan pentingnya, keuntungan, dan alasan (berkaitan dengan jenis penelitian,
hal ini penting untuk menyebutkan pertanyaan “apa” dan untuk menunjukkan bahwa
penelitian bukanlah yang sepele (tak berarti);
8. Tidak perlu menggunakan kosa-kata (jargon) yang tidak penting; dan
9. Nyatakan bahwa penelitian tidak hanya sekedar pengumpulan data deskriptif yang
hanya menggambarkan sebuah potret.

Komponen pernyataan masalah antara lain:


1. Mampu menyalurkan fakta;
2. Menjelaskan orisinalitas penelitian (misalnya dengan menjelaskan sebuah
pengetahuan yang sudah usang atau sudah tidak relevan lagi yang didukung oleh
kajian pustaka – hal itu harus dihindari.
3. Mengindikasikan bahwa masalah focus dan terpusat pada penelitian; dan
4. Penjelasan signifikansi dan keuntungan penelitian yang diperoleh dari usaha
invesitigasi yang sungguh-sungguh terhadap masalah.
Dalam beberapa kepustakaan dijelaskan komponen pernyataan masalah penelitian yang
disampaikan untuk tujuan pembelajaran siswa biasanya ditambahkan poin tentang
alasan (justification) mengenai pentingnya masalah tersebut.

Pentingnya masalah penelitian


Terkadang pembaca dan peneliti pemula sering menanyakan hal demikian. Banyak
pakar kesehatan menyatakan bahwa masalah penelitian menjadi penting disebabkan
oleh hal berikut:
a. Masalah penelitian yang dikemukakan dengan baik dan jelas akan menunjukkan
betapa pentingnya topik penelitian tersebut;
b. Masalah penelitian akan menciptakan (menggugah) minat pembaca untuk
mengetahui lebih jauh; dan
c. Fokus perhatian pembaca terhadap masalah penelitian tersebut menjadikannya
tambahan kepustakaan.
Alasan pentingnya masalah penelitian didasarkan pada:
a. Apa yang telah ditemukan oleh peneliti lain;
b. Pengalaman seseorang atau tempat kerja seseorang; dan
c. Pengalaman bahwa orang lain eksis ditempat kerja mereka.

Pratiknya (2003) menjelaskan tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam


mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian (contoh masalah adalah:
lemahnya kemampuan meneliti para mahasiswa dan dosen dibidang keperawatan).
1. Persiapan.
a. Formulasikan situasi problematik yang dihadapi.
b. Identifikasi kesenjangan yang ada.
c. Pelajari kepustakaan dan sumber lain sehingga semua hal yang mempengaruhi
rendahnya kemampuan meneliti seseorang dapat terkaji.
2. Konfirmasi awal
Menilai apakah rumusan masalah yang disusun telah memenuhi kriteria rumusan
masalah yang adekuat? Apakah cukup berbobot? Apakah orisinil? Apakah berujud
pertanyaan yang jelas, tajam dan akurat? Apakah mempermasalahkan dua variabel
atau lebih? Dari pertimbangan konfirmasi tersebut apabila alternatif jawaban
terhadap permasalahan dirasa kurang memuaskan maka peneliti memandang perlu
merumuskan masalah penelitian ke-dua.
3. Konfirmasi akhir
Mengkonsultasikan hasil rumusan permasalahan penelitian yang disusun kepada:
kolega, senior, pembimbing, atau siapa pun yang dirasa kompeten dibidang ilmu
yang diteliti. Agar ada pemahaman yang lebih komprehensif / mendalam perlu
diserahkan pokok-pokok tinjauan yang melatar-belakangi rumusan masalah
tersebut.
4. Dirumuskan kembali permasalahan penelitian dan latar belakang yang telah
dikonsultasikan pada pihak yang berkompeten (setelah dilakukan perbaikan
seperlunya). Rumusan ini bersifat final maka harus disusun selengkap dan serapi
mungkin termasuk bahasa dan tata tulisnya.

Rumusan masalah
Rumusan atau pernyataan masalah penelitian merupakan ekspresi atas kebimbangan
suatu situasi dimana membutuhkan penelusuran lanjut yang bertujuan memberikan arah
dan pemahaman. Umumnya pernyataan masalah penelitian dideskripsikan secara cukup
jelas untuk memasukkan ide-ide pokok tetapi sebaiknya pada skop yang lebih sempit
untuk memberi arah pada rancangan penelitian. Apakah masalah penelitian berbeda dari
bab-bab lain dalam penelitian? Tentu saja jawabnya: ya. Sebuah masalah penelitian
merupakan isu pembelajaran atau masalah dalam penelitian itu sendiri. Topik penelitian
adalah subyek yang luas yang akan menuju pada jalannya penelitian. Sementara itu
tujuan penelitian adalah maksud atau kecenderungan penelitian tersebut dilakukan.
Pertanyaan penelitian merupakan apa “yang dipikirkan” peneliti untuk dijawab melalui
jalannya penelitian tersebut.

Untuk memulai menulis rumusan masalah, beberapa petunjuk dapat diikuti sebagai
panduan.
1. Mengajukan pertanyaan;
2. Biasanya dimulai dengan kata tanya: bagaimana? apa? dan mengapa?;
3. Khususkan pada variabel bebas, tak bebas, perantara, atau pengendali;
4. Gunakan kata ‘gambaran’, ‘perbandingan’, atau ‘hubungan’; dan
5. Menunjukkan siapa responden dan tempat dimana penelitian dilakukan.
Sebuah contoh pernyataan masalah pada penelitian kuantitatif dapat digambarkan
berikut: “Perempuan dewasa saat ini cenderung meningkat secara persentase pada kasus
human immunodeficiency virus (HIV)…. Sebagian besar wanita terinfeksi virus HIV
berhubungan dengan masa-masa kedekatan dengan anak-anaknya. Diperkirakan 7.000
bayi terinfeksi virus HIV tiap tahunnya…. Semua bayi yang terekspos virus HIV pada
masa prenatal memiliki risiko tinggi pada masa pertumbuhannya kelak…. Kualitas
perawatan dan asuhan ibu terinfeksi HIV terhadap bayi-bayi mereka masih sangat
sedikit diketahui, sebab masih sangat sedikit hasil-hasil penelitian yang melaporkan
masalah pengasuhan pada kelompok tersebut…. Tujuan penelitian ini untuk
menggambarkan perkembangan bayi pada ibu terinfeksi virus HIV dan menjelaskan
lebih lanjut karakteristik bayi, pengasuhan ibu, keluarga, dan kualitas pengasuhan pada
pengaruhnya terhadap perkembangan bayi (Holditch-Davis et al., 2001)”.

Setelah rumusan masalah diuraikan dengan baik dalam suatu pendahuluan atau latar
belakang, maka selanjutnya peneliti menuliskan secara jelas tujuan penelitian dimaksud.
Tujuan penelitian dalam banyak jurnal ilmiah ditulis dalam suatu kalimat deklaratif.
Banyak diantara peneliti menulis pernyataan tujuan dalam satu atau dua kalimat yang
jelas namun singkat. Pada penelitian kuantitatif pernyataan tujuan penelitian
mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti dan kemungkinan hubungan satu
dengan lainnya. Seperti dalam contoh masalah penelitian sebelumnya dijelaskan, format
pernyataan tujuan penelitian dapat ditulis berikut. “Tujuan penelitian ini untuk
menggambarkan perkembangan bayi pada ibu terinfeksi virus HIV dan menjelaskan
lebih lanjut karakteristik bayi, pengasuhan ibu, keluarga, dan kualitas pengasuhan pada
pengaruhnya terhadap perkembangan bayi (Holditch-Davis et al., 2001)”.

Dalam banyak kasus yang dapat ditemukan pada jurnal, suatu formulasi pertanyaan
penelitian umumnya ditulis setelah tujuan penelitian. Pertanyaan penelitian
sebagaimana namanya, ditulis dalam suatu kalimat tanya dan bukan dengan kalimat
deklaratif. Ambil contoh, “Penelitian ini bertujuan mengkaji hubungan antara tingkat
ketergantungan penderita gagal ginjal yang menerima transplantasi dengan waktu
pemulihan. Adakah hubungan antara tingkat ketergantungan penderita gagal ginjal
dengan masa pemulihan penyakitnya?”.
Dalam rancangan kuantitatif beberapa jenis pertanyaan penelitian antara lain:
1. Menggambarkan suatu hasil dari variabel yang diteliti;
2. Membandingkan antara dua atau lebih kelompok yang diteliti; dan
3. Menghubungkan dua atau lebih variabel.
Berikut contoh rumusan masalah penelitian dari beberapa literatur:
1. Adakah hubungan antara frekuensi, intensitas, dan penekanan stress dengan tekanan
darah sistolik pada pasien wanita?
2. Bagaimana pasien anak melakukan atensi lebih fokus menghadapi stres sebelum
pembedahan untuk mempertahankan mekanisme koping?

HIPOTESIS PENELITIAN
Karakteristik hipotesis antara lain:
a) Bahwa hipotesis akan dapat mengungkapkan hubungan antara dua atau lebih
variabel.
b) Bahwa hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan deklaratif yang
jelas dan tak meragukan – dan bukan kalimat pertanyaan.
c) Bahwa hipotesis harus dapat diuji, oleh karenanya harus dinyatakan dalam
pernyataan yang operasional.
Darimana hipotesis dapat dirumuskan? Karena hipotesis merupakan jawaban sementara
yang dapat memberikan petunjuk bagi arah penelitian maka hipotesis tersebut harus
mempunyai landasan yang mapan sebagai dasar, sebagai berikut:
1) Hipotesis merupakan hasil penarikan kesimpulan logis berdasarkan informasi yang
tersedia, baik berupa teori maupun konsep, yang dikenal dengan nama kesimpulan
deduktif.
2) Hipotesis dapat dirumuskan dari pengalaman empirik, yaitu berupa kesimpulan
induktif, meskipun masih bersifat spekulatif.
3) Hipotesis dapat diambil dari asumsi umum tentang sesuatu antara hubungan.
4) Hipotesis dirumuskan setelah proses observasi, komparasi, studi dokumenter, studi
kepustakaan, dan diskusi.

Jenis-jenis hipotesis
Penentuan jenis hipotesis sangat tergantung pada maksud dilakukannya penelitian. Polit
dan Beck (2004), membagi beberapa jenis hipotesis kedalam sub kategori berikut.
Beberapa jenis hipotesis, antara lain: (1) sederhana versus komplek (2) satu arah versus
dua arah (3) nihil versus penelitian. Disamping jenis hipotesis diatas, Azwar (1998)
menyebutkan jenis hipotesis lain, yaitu (4) hubungan versus kausal (5) terarah versus
tidak terarah.
(1) Hipotesis sederhana versus komplek
Hipotesis sederhana menyatakan suatu hubungan (korelasi) antara satu variabel bebas
dan satu variabel tak bebas. Misalnya, variabel A berhubungan dengan variabel B.
Contoh, tingkat kecemasan berhubungan dengan nyeri setelah pembedahan. Dalam
hubungan ini tingkat kecemasan dianggap sebagai penyebab, anteseden, atau
prakondisi. Nyeri paska pembedahan merupakan akibat yang diprediksi atau konsekuen
atas terjadinya kecemasan. Dalam statistik tingkat kekuatan hubungan antar variabel
dapat dijelaskan secara kuantitatif dengan memberi interpretasi terhadap koefisien nilai
r pada analisis korelasi sederhana (simple correlation). Semakin besar koefisien tersebut
memberi indikasi semakin kuatnya hubungan antar variabel.
(2) Hipotesis satu arah versus dua arah
Hipotesis dua arah (nondirectional) berisi semata-mata pernyataan mengenai adanya
perbedaan dan/atau adanya hubungan. Apabila mengenai perbedaan variabel maka
hipotesis ini hanya menyatakan bahwa: variabel 1 berbeda dengan variabel 2. Atau,
apabila mengenai hubungan antar variabel maka hipotesis dinyatakan sebagai: variabel
X berhubungan dengan variabel Y. Hipotesis dua arah tidak akan memberikan “arah”
hubungan antara variabel bebas terhadap variabel tak bebas.
(3) Hipotesis null versus penelitian
Hipotesis nihil atau null (H0) juga disebut hipotesis statistik yang digunakan untuk uji
statistik dan interpretasi hasil uji statistik. Pada praktiknya hipotesis nihil dapat bersifat
sederhana, kompleks, asosiatif, dan atau kausal. Hipotesis nihil menyatakan “tidak ada
hubungan” atau “tidak ada perbedaan” antara variabel bebas dan variabel tak bebas.
Sangat tidak disarakan untuk menuliskan rumusan hipotesis nihil pada proposal
penelitian atau pada laporan / paper ilmiah menunjukkan bahwa peneliti / penulis
kurang paham atau terkesan amatir.
(4) Hipotesis hubungan versus kausal
Hipotesis dengan jenis hubungan asosiatif dirumuskan jika satu variabel berubah maka
variabel lainpun turut berubah. Rumusan untuk variabel tersebut dinyatakan sebagai
berikut: (a) Variabel X berhubungan dengan variabel Y dalam populasi khusus (prediksi
hubungan).
(5) Hipotesis terarah versus tidak terarah
Hipotesis tidak terarah dirumuskan untuk melihat adanya hubungan tanpa
mempredikasikan sifat hubungan. Contoh “persepsi lanjut usia terhadap kemampuan
untuk merawat diri sendiri berhubungan dengan faktor jender, orientasi sosial budaya,
kondisi kesehatan, dan dukungan keluarga”. Atau contoh lain “persepsi lanjut usia
terhadap kemampuan untuk merawat diri sendiri berhubungan dengan persepsi mereka
terhadap dukungan keluarga”. Contoh hipotesis yang pertama lebih kompleks karena
terdiri dari lima variabel, bersifat asosiatif dan tidak terarah. Sedangkan hipotesis kedua,
lebih sederhana karena hanya terdiri dari dua variabel, asosiatif dan tidak terarah. Kedua
hipotesis dinyatakan untuk melihat hubungan yang ada tetapi tidak menunjukkan arah
hubungan. Hipotesis terarah dirumuskan dengan memperhatikan sifat interaksi antara
dua atau lebih variabel. Hipotesis ini disusun dari pernyataan teoritis, temuan penelitian
terdahulu, dan pengalaman klinik. Dengan mengetahui landasan penelitian, peneliti
selanjutnya dapat meramalkan arah hubungan antara variabel yang diteliti.

VARIABEL PENELITIAN
Menurut Babbie (2009), secara umum terdapat enam jenis variabel, yaitu:
1) Variabel tak bebas
2) Variabel bebas
3) Variabel penyelia
Variabel penyelia merujuk pada suatu proses yang abstrak dimana hal itu tidak dapat
diamati secara langsung dalam hubungan antara variabel bebas dan tak bebas. Misalnya,
variabel minat dalam pelatihan untuk mengukur perubahan sikap peserta pelatihan.
4) Variabel moderator
Variabel moderator merupakan variabel akibat dari hubungan antara variabel bebas dan
variabel tak bebas dengan modifikasi terhadap efek variabel penyela. Misalnya,
pendidikan ibu, budaya atau keyakinan ibu.
5) Variabel kontrol
6) Variabel luar
Variabel luar dihubungkan dengan faktor di lingkungan penelitian yang dapat berakibat
pada variabel tak bebas yang tidak dapat dikontrol kehadirannya.

Anda mungkin juga menyukai