Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENELITIAN

ANALISA KUALITAS FISIK AIR SUNGAI LEMATANG

DI KABUPATEN LAHAT

Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Pada


Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
PGRI Palembang

Oleh:

1. Novita Sari 2015 312 004

2. Zaidatul Imtinan 2015 312 005

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISA KUALITAS FISIK AIR SUNGAI LEMATANG

DI KABUPATEN LAHAT

Penelitian Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Mata Kuliah Penelitian Pada Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Di susun Oleh :
Nama : 1. Novita Sari (2015 312 004)
2. Zaidatul Imtinan (2015 312 005)
Program Studi : Teknik Kimia
Fakultas : Teknik

Palembang, Juni 2019


Menyetujui,
Ketua Program Studi Teknik Kimia Pembimbing Penelitian

Muhrinsyah Fatimura, ST.MT Rully Masriatini, S.T.MT


NIDN : 0001067502 NIDN : 0001067502

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami haturkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Riset
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Saw. Beserta keluarga dan sahabatnya.
Dalam penyusunan Laporan ini, kami banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, sehingga Penelitian dan Laporan Penelitian ini dapat terselesaikan
dengan baik. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. H. Bukman Lian., M.M., M.Si., selaku Rektor Universitas
PGRI Palembang.
2. Bapak Adiguna S.T., M.Si., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
PGRI Palembang.
3. Bapak Muhrinsyah Fatimura S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas PGRI Palembang.
4. Ibu Rully Masriatini, ST.MT., selaku Dosen Pembimbing Penelitian yang
telah berkenan untuk memberikan bimbingan, membina, memberi saran,
dan mengarahkan kami sehingga laporan penelitian ini dapat diselesaikan.
5. Seluruh saff Dosen Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas PGRI Palembang.
6. Kedua Orangtua Kami tercinta yang telah dengan ikhlas memberikan
dukungan baik secara moral maupun material.
7. Teman-teman seperjuangan di Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
PGRI Palembang.
8. Serta semua pihak yang telah terlibat dan turut membantu dalam
penyusunan Laporan Penelitian ini.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang
berlipat ganda dari Allah SWT. Dengan segala keterbatasan kami menyadari

iii
iv

bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Peneletian ini dan
masih jauh dari kesempurnaan. Kami berharap Penelitian ini dapat bermanfaat
bagi kami penulis khususnya dan pembaca sekalian pada umumnya. Aamiin.

Palembang, Juli 2019

Penulis
v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii

LAMPIRAN GAMBAR................................................................................ ix

BAB I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3

1.4 Batasan Masalah ............................................................................. 4

1.5 Manfaat........................................................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Letak Geografis, Topografi dan Hidrologi ....................................... 6


2.2 Karakter Sifat Fisika Air ................................................................. 9
2.3 Analisis Sifat Fisis Air .................................................................... 9
vi

2.4 Parameter pH .................................................................................. 11


2.5 Parameter DHL ............................................................................... 12
2.6 Parameter TSS ................................................................................ 13
2.7 Parameter Kekeruhan ...................................................................... 13
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 15


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 15
3.3 Metode Pengambilan Sampel .......................................................... 1

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi disekitar titik sampel Air Sungai Lematang ........................ 29


4.2 Analisis Kualitas Air Sungai Lematang Lahat ................................. 30

4.3 Hasil Pengukuran Sampel Air Sungai Lematang Lahar ................... 31

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 37

5.2 Saran............................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Kabupaten Lahat ............ 7

Tabel 2.2 Sifat-sifat fisika Air Minum .......................................................... 10

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Lematang Lahat ...................... 30

\
viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Peta Daerah Aliran Sungai di wilayah kabupaten Lahat .............. 8

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian ..................................................... 28

Gambar 4.1 Hasil Pengukuran Paramater pH ................................................. 31

Gambar 4.2 Hasil Pengukuran Parameter DHL .............................................. 32

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Paremeter TSS ............................................... 33

Gambar 4.4 Hasil Pengukuran Paremeter Turbidity ....................................... 36


ix

LAMPIRAN GAMBAR

Halaman

Gambar 1. UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan

(DLH) Kabupaten Lahat ........................................................... 40

Gambar 2. pH meter dan Larutan buffer ....................................................... 40

Gambar 3. Konduktimeter alat pengukur Daya Hantar Listrik

(DHL) ........................................................................................ 41

Gambar 4. Alat Pengukur TSS (Total Solid Tersuspended) .......................... 41

Gambar 5. Turbiditimeter alat pengukur Turnidity ....................................... 42

Gambar 6. Oven untuk memanaskan ppada analisa TSS .............................. 42

Gambar 7. Hasil Pengukuran di Titik 03Sungai Lematang Hilir ................... 43

Gambar 8. Timbangan Analitik digunakan untuk menimbang ...................... 43

Gambar 9. Lemari Pendingin tempat penyimpanan Sampel.......................... 44

Gambar 10. Lemari Tempat penyimpanan Bahan kimia ................................. 44

Gambar 11. Pengambilan sampel di Lapangan ............................................... 45

Gambar 12. Pengujian sampel di Lapangan Parameter pH ............................. 45

Gambar 13. Hasil Pembacaan sampel ............................................................ 46

Gambar 14. Blanko sampel dari lapangan ...................................................... 46

Gambar 15. Pengujian sampel di Laboratorium (DHL) .................................. 47

Gambar 16. Pengujian sampel di laboratorium (DHL) ................................. 47


x

Gambar 17. Ruangan Timbangan Analitik (Pengujian TSS) ........................... 48

Gambar 18. Pengujian sampel di Laboratorium (Turbidity)............................ 48


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah suatu sumber daya yang harus dilestarikan keberadaannya dan dijaga terkait

kualitas maupun kuantitasnya. Perbedaan potensi sumber daya air akan berpengaruh pada

perbedaan kualitas dan kuantitas air sungai di tiap-tiap daerah, sehingga permasalahan yang

muncul terkait sumber daya air juga berbeda dalam pengelolaan dan perencanaan (Sudarmadji,

dkk., 2013).

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan dibumi. merupakan komponen

penting dalam lingkungan hidup yang akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen

lainnya. Sungai merupakan sumber air permukaan yang memberikan manfaat kepada kehidupan

manusia. Dari mata air sebagai awal mengalirnya air, melintasi bagian-bagian hulu sungai

hingga ke bagian hilir yang terjadi secara dinamis. Kedinamisan tersebut tergantung dari musim,

karakteristik alur sungai, dan pola hidup manusia disekitarnya. Kondisi ini menyebabkan baik

kuantitas maupun kualitasnya akan mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan

perkembangan lingkungan sungai dan kehidupan manusia. Lingkungan perairan seperti daerah

aliran sungai merupakan salah satu lingkungan yang paling sering terkena dampak pencemaran

karena hampir semua limbah dibuang melalui sungai. (Irwan, 2017)

Penurunan kualitas air dapat di indikasikan dengan adanya peningkatan kadar parameter

fisika terukur. Misalnya pada peningkatan kadar parameter warna, berubahnya warna air

menjadi kecoklatan hingga hitam dapat mengindikasikan adanya kandungan bahan kimia seperti

logam besi, mangan dan sianida yang berasal dari pembuangan limbah pabrik. Air yang

1
2

memiliki bau yang tidak enak, mengindikasikan salah satunya adanya pencemaran oleh bakteri

coli tinja (E.coli) yang dapat menyebabkan penyakit tipus. Jika air telah tercemar dengan logam

berat dan bakteri E.coli, maka secara otomatis air tersebut akan memiliki rasa (Handayani,

2018).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor492/MENKES/PER/I

V/2018 tentang persyaratan kualitas air minum, yang disebut sebagai air minum adalah air yang

memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung diminum. Penurunan kualitas air akan

menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari

sumberdaya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumberdaya alam (Aryana,

2018).

Aktivitas penduduk di sekitar sungai menjadi penyebab penurunan kualitas air sungai

akibat tercemar berbagai limbah. Pencemaran yang terjadi pada sungai dapat mengganggu

keseimbangan ekosistem dan penurunan jumlah biota air (Wardhana, 2011).

Berdasarkan hasil observasi, Kabupaten Lahat merupakan salah satu daerah pegunungan

dengan sumber mata air yang melimpah. Salah satu sumber mata air di Kabupaten Lahat adalah

sungai Air Lematang yang terletak di Kabupaten Lahat. Air Lematang ini digunakan oleh warga

sekitar untuk berbagai keperluan termasuk untuk keperluan air minum. Mengingat pentingnya

kualitas air bagi kesehatan masyarakat maka penelitian mengenai studi kasus kualitas Air

Lematang di Kabupaten Lahat perlu dilakukan.

Sementara itu, dalam upaya penyediaan air minum yang sesuai dengan standar baku, perlu

diberikan suatu cara pemecahan permasalahan air. Cara yang di berikan berupa upaya

penetralan air dari parameter-parameter fisika yang melebihi kadar maksimum sesuai dengan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2018 tentang

persyaratan kualitas air minum.


3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah

a. Bagaimana sifat fisis Air Lematang di Kabupaten Lahat ?

b. Bagaimana upaya yang diberikan untuk menetralkan parameter-parameter fisis

yang melebihi kadar maksimum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2018 ?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Mengetahui sifat-sifat fisis Air Lematang di Kabupaten Lahat.

b. Mengetahui cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan air sebagai upaya

penetralan air dari parameter-parameter fisika yang melebihi kadar maksimum

sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/MENKES/PER/IV/2018 tentang persyaratan kualitas air minum.

1.4 Batasan Masalah

Pembatasan masalah dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup penelitian. Pembatasan

masalah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini difokuskan pada Sungai Lematang Kabupaten Lahat.

b. Penelitian ini hanya sebatas menganalisa kualitas air Sungai Lematang

Kabupaten Lahat dengan Parameter yang di uji meliputi pH, Temperatur, DHL,

TSS, Warna, Bau dan Turbidity,

c. Analisa yang di ambil meliputi tiga titik yaitu:

 Desa Pulau Pinang atau Sungai Lematang Hulu (Titik 01)

 Pinggiran Benteng atau Sungai Lematang Tengah (Titik 02)


4

 Merapi Barat atau Sungai Lematang Hilir (Titik 03)

d. Parameter-Parameter Yang di uji meliputi pH, Temperatur, DHL, TSS, Warna, Bau

dan Turbidity,

e. Pengukuran parameter fisika air dilakukan secara insitu dan ex situ. Pengukuran

secara in situ meliputi pengukuran pada parameter suhu dan pH air, sedangkan

pengukuran secara ex situ meliputi pengukuran pada parameter bau, turbidity, rasa,

warna, TSS (Total suspensid Solid), dan daya hantar listrik (DHL).

1.5 Manfaat

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai suatu langkah awal dalam

menganalisis kualitas air di daerahnya. Diharapkan secara mandiri masyarakat akan menentukan

langkah terbaik untuk menjaga sumber airnya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarkat

dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Letak Geografis, Topografi dan Hidrologi Kabupaten Lahat

2.1.1 Geografis

Kabupaten lahat merupakan jalur transportasi Nasional Lintas Tengah Sumatera

(Trans Jakarta-Lampung-Baturaja-Muara Enim-Lahat-Tebing Tinggi-Lubuk Linggau-


0
Bengkulu dan Padang). Secara geografis Kabupaten Lahat terletak pada 3,25 –
0 0 0
4,15 Lintang Selatan dan 102,37 –103,45 Bujur Timur. Adapun batas-batas wlayah

KabupatenLahat sebagai berikut :

Sebelah Barat : Kabupaten Empat Lawang;

Sebelah Utara : Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat;

Sebelah Timur : Kabupaten Muara Enim;

Sebelah Selatan : Kota Pagar Alam dan Kabupaten Bengkulu Selatan.

2.1.2 Kondisi Fisik

a. Topografi

Kondisi topografi wilayah Kabupaten Lahat tergolong dataran tinggi, yang termasuk

pada alur Bukit Barisan dengan puncaknya yang tertinggi yaitu Bukit Selero dengan

ketinggian lebih kurang 954 meter dpl. Daerah dataran tinggi meliputi daerah-daerah

kecamatan Kota Agung, Tanjung Sakti Pumi, Tanjung Sakti Pumu, jarai dan sebagian

kecamatan Merapi Barat dan Merapi Timur. Daerah dataran rendah meliputi daerah

kecamatan Lahat, dan Kikim Tengah serta beberapa kecamatan lainnya. Wilayah

5
6

kabupaten Lahat memiliki ketinggian tanah bervariasi dari 25 meter hingga >1.000 meter

lebih.

b. Hidrologi

Kondisi hidrologi atau sumber air di Kabupaten Lahat berasal dari air permukaan

tanah dan air tanah. Air Permukaan tanah adalah sumber air yang berada di atas

permukaan tanah yang memenuhi persyaratan layak untuk dikonsumsi. Adapun jenis air

permukaan tanah di kabupaten lahat adalah sungai, danau dan tadah hujan. Kabupaten

Lahat mempunyai sungai besar dan sungai kecil (anak Sungai). Terdapat 5 (lima) sungai

besar dengan anak sungainya masing-masing, sungai tersebut antara lain :

Tabel 2.1: Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten/Kota

No Nama DAS Luas (Ha)

1 DAS Musi Sub Das Lematang 135,293.00

2 DAS Musi Sub Das Kikim 268,335,55

3 DAS Musi Sub Das Musi Hulu 19,556,29

4 DAS Musi Sub Das Semangus 30,145,50

5 DAS Manna 48,879,67

Sumber: Data Dasar DAS Lahat (2012)


7

Gambar 2.1: Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Lahat

Sumber:google
8

2.2 Karakteristik Sifat Fisika Air

Air merupakan sumberdaya alam yang berlimpah di muka bumi, menutupi sekitar

71% dari permukaan bumi. Menurut waktu dan tempat air dapat berubah kedalam tiga

bentuk/sifat yakni air sebagai bahan padat, air sebagai cairan, dan air sebagai uap seperti

gas. Berikut ini sifat-sifat fisik air antara lain:

 Titik beku 0˚C

 Massa jenis es (0˚C) 0,92 gr/cm3

 Massa jenis air (0˚C) 1,00gr/cm3

 Panas lebur 80 kal/gr

 Titik didih 100OC

 Panas penguapan 540 kal/gr

 Temperatur kritis 347˚C

 Tekanan kritis 217 Atm

 Konduktivitas listrik spesifik (25˚C)1x10-17/ohm-cm

 Konstanta dielektri(25˚C)78 ( Gabriel, 2001 )

2.3 Analisis Sifas Fisis Air

Air bersih secara fisika tidak memiliki warna, tidak berasa, dan tidak berbau pada

kondisi standar yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur

273°K (0°C). Kualitas air menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nom

or 492/MENKES/PER/IV/2018 tentang persyaratan kualitas air minum, terdiri dari tiga

elemen dasar yaitu:


9

a. Akses dan kuantitas Air Bersih, terdiri dari kecukupan kebutuhan air untuk

kebutuhan hidup sehari-hari dan kelancaran suplai air untuk kebutuhan hidup sehari-

hari dari PDAM.

b. Kualitas Air Bersih, terdiri dari bau, warna, turbidity dan rasa.

c. Sarana atau fasilitas Penyediaan Air Bersih, terdiri dari kualitas pemasangan pipa

tersier (dari jaringan ke rumah) dan meteran air.

Adapun sifat fisis air yang memenuhi syarat sebagai air minum dapat dilihat pada Tabel

2.2.

Tabel 2.2 Sifat-sifat fisika air minum (Kep. MENKES RI

Nomor492/MENKES/PER/IV/2018)

No Parameter Satuan Kadar maksimal yang Diperbolehkan

1 Turbidity NTU 30

2 Warna - -

3 TSS %RPD 5%

4 Suhu °C Suhu Udara 25 °C

5 DHL µS/cm 20-1500

6 pH - 6,5-8,5
10

2.4 Parameter pH

pH merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam perairan.

Secara umum nilai pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan

suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi

perairan bersifatasam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa. Adanya

karbonat, bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasaan air. Sementara itu, adanya

asam pada mineral bebas dan asam karbonat akan menaikkan keasaman suatu perairan.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, Nilai pH dapat mempengaruhi spesiasi senyawa

kimia dan toksisitas dari unsur-unsur renik yang terdapat di perairan, sebagai contoh H 2S

yang bersifat toksik banyak ditemui di perairan tercemar dan perairan dengan nilai pH

rendah.

Dalam penelitian ini instrumen pengukuran pH menggunakan pH meter. dimana

pH meter adalah suatu piranti pengukur voltase yang dirancang untuk digunakan dengan

sel-sel beresistansi tinggi. Pengukuran pH sangat dipengaruhi oleh temperatur larutan.

Oleh karena itu diperlukan sensor temperatur (thermoprobe) pada rangkaian pH meter.

Pembacaan temperatur tersebut menjadi input perhitungan pH yang dilakukan oleh

microprocessor.
11

2.5 Parameter DHL

Daya Hantar Listrik (DHL) adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk

meneruskan aliran listrik, oleh karena itu semakin banyak garam-garam (mineral) terlarut

yang dapat terionisasi semakin tinggi pula nilai DHL nya. Besarnya nilai daya hantar

listrik digunakan sebagai indikator tingkat kesuburan perairan. (Irawan, 2013).

Tingginya daya hantar listrik menandakan banyaknya jenis bahan organik dan

mineral yang masuk sebagai limbah ke perairan. Pada kondisi normal, Nilai DHL limbah

industri dapat mencapai 10.000 μmhos/cm. (Irawan,2013).

Sementara itu, alat yang digunakan dalam pengukuran daya hantar listrik adalah

konduktimeter. Pengukuran DHL dilakukan menggunakan konduktimeter dengan satuan

µmhos/cm. Prinsip kerja alat ini adalah perhitungan banyaknya ion yang terlarut dalam

larutan sampel berbanding lurus dengan daya hantar listrik. Pengukuran DHL berguna

untuk

 Menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi dari air destilasi.

 Memperkirakan efek total dari konsentrasi ion.

 Mengevaluasi pengolahan yang cocok dengan kondisi mineral air.

 Memperkirakan jumlah zat padat terlarut dalam air.

 Menentukan air layak dikonsumsi atau tidak.


12

2.6 Parameter TSS

Uji TSS (Total suspended Solid) mer upakan suatu cara untuk menguji

kadar total padatan terlarut dalam suatu air. Zat Padat Tersuspensi dapat bersifat organis

dan inorganis. Jumlah padatan tersuspensi dapat dihitung menggunakan Gravimetri,

padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air sehingga akan

mempengaruhi regenerasi oksigen serta fotosintesis (Misnani, 2018).

Material tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas badan air

karena dapat menyebabkan menurunkan kejernihan air dan dapat mempengaruhi

kemampuan ikan untuk melihat dan menangkap makanan serta menghalangi sinar

matahari masuk ke dalam air. Kandungan TSS dalam badan air sering menunjukan

konsentrasi yang lebih tinggi pada bakteri, nutrien, pestisida, logam didalam air

(Margareth, 2009).

2.7 Parameter Turbidity

Turbidity adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk

mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (Nephlometere Turbidity Units).

(Romain,2014).

Turbidity perairan umumnya disebabkan oleh adanya partikel-partikel suspensi

seperti tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik terlarut, bakteri, plankton dan organisme

lainnya. Turbidity menyebabkan cahaya matahari tidak dapat masuk kedalam air sehingga

proses fotosintesis terganggu yang menybabkan adanya gangguan pada vegetasi lain

dalam air. Sebagai ukuran turbidity air dipakai skala yang dinyatakan dalam SiO 2 perliter

(Siti Khanafiyah, Upik Nurbaiti, & Sukiswo Supeni Edi, 2014).Pada peneltian ini

digunakan alat turbidimeter dengan satuan NTU.NTU adalah satuan standar untuk

mengukur turbidity.
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian pada Sungai Lematang Kabupaten Lahat ini akan

dijelaskan melalui bagan di bawah ini:

Data pembanding yang digunakan sebagai acuan penilaian kualiatas air

adalah data yang diperoleh dari hasil pengujian sampel di UPTD Laboratorium

Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lahat dan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2018

tentang persyaratan kualitas air minum yang digunakan untuk mengidentifikasi

kualitas air pada sampel.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Pengambilan sampel Air tepatnya berada diSungai Lematang karena

Sungai Lematang Lahat merupakan sumber air yang sangat potensial yang

dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan bagi warga Kabupaten Lahat.

Pengambilan sampel air dilakukan pada tiga titik Sungai Lematang yaitu.

 Titik 01 Desa Pulau Pinang atau Sungai Lematang Hulu

 Titik 02 di Benteng atau Sungai Lematang Tengah

 Titik 03 Merapi Barat atau Sungai Lematang Hilir

13
14

Pengambilan sampel air dilakukan pada bulan Januari dan Februari 2019

Adapun perinciannya adalah sebagai berikut :

1. Pada tanggal 31 januari 2019 Observasi Lapangan untuk mengetahui titik

sungai hulu yaitu Desa Pulau Pinang tepatnya di jembatan pulau pinang

dimana tempat tersebut airnya lebih bersih dan jernih.

2. Pada tanggal 01 Febuari 2019 Observasi Lapangan untuk mengetahui titik

sungai tengah yaitu di Benteng tepatnya dibawa jembtan Benteng dimana

tempat tersebut sudah ada galian C misalnya pasir dan keramik.

3. Pada tanggal 02 Februari 2019 Observasi Lapangan untuk mengetahui titik

sungai Hilir yaitu di Merapi Barat dimana tempat tersebut sudah ada galian C

dan juga perusahaan tambang.

4. Pada tanggal 14 s.d 15 Februari 2019 dilakukan pengambilan sampel

sekaligus Analisa laboratorium untuk Titik Hulu dan Tengah.

5. Pada tanggal 18 s.d Februari 2019 dilakukan pengambilan sampel sekaligus

Analisa Laboratorium untuk titik Hilir.

3.3 Metode Pengambilan Sampel Air

Metode yang dipergunakan dalam pengambilan sampel air dengan menggunakan

alat berupa gayung danbotol sampel yang terbuat dari kaca kemudian disimpan dalam

cooling box kemudian dilakukan pengujian parameter (pH,DHL, TSS, turbidity).


15

3.3.1 Pengukuran pH

3.3.1.1 Acuan Normatif

ASTM D1293 - 95, Standard Test Methods for pH of Water.SNI 06-

6989.11-2004

3.3.1.2 Prinsip

Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktifitas ion hydrogen

secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH meter.

3.3.1.3 Bahan

 Larutan Penyangga (buffer)

 Larutan penyangga 4, 7 dan 10 yang siap pakai dan tersedia

dipasaran, atau dapat juga dibuat dengan cara sebagai berikut:

b. Larutan penyangga pH 4,004 (25oC)

Timbang 10,12 g kalium hydrogen ptalat, KHC8H4O4 larutkan

dalam 1000 mL air suling.

c. Larutan penyangga pH 6,863 (25oC)

Timbang 3,387 g kalium dihidrogen fosfat, KH2PO4, dan 3,533 g

dinatrium hydrogen fosfat, Na2HPO4, larutkan dalam 1000 mL air

suling.

d. Larutan penyangga pH 10,014 (25oC)

Timbang 2,092 g natrium hydrogen karbonat, NaHCO3 dan 2,6640

g natrium karbonat Na2CO3 larutkan dalam 1000 mL air suling.


16

3.3.1.4 Peralatan

Alat yang digunakan untuk mengukur pH adalah pH meter

a. pH meter dengan perlengkapannya

b. Pengaduk gelas atau magnetik

c. Gelas piala 250 mL

d. Kertas tissue

e. Timbangan analitik

f. Termometer

3.3.1.5 Persiapan pengujian

a. Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga

instruksi kerja alat setiap akan melakukan opengukuran.

b. Untuk contoh uji yang memiliki suhu tinggi, kondisikan contoh uji

sampai suhu kamar.

3.3.1.6 Prosedur

a. Keringkan dengan kertas tissue selanjutnya bilas elektrodendengan

air suling

b. Bilas elektrode dengan contoh uji

c. Celupkan elektrode kedalam contoh uji sampai pH meter

menunjukkan pembacaan yang tetap

d. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH

meter.

3.3.2 Pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL)

3.3.2.1 Acuan Normatif


17

SNI 06-6989.1-2004

3.3.2.2 Prinsip

Daya Hantar Listrik (DHL) diukur dengan elektroda konduktimeter

dengan menggunakan larutan kalium klorida, KCl sebagai larutan baku

pada suhu 25oC.

3.3.2.3 Bahan

a. Air suling dengan DHL <1μmhos/cm

b. Larutan baku kalium klorida, KCl 0,01 M.

Larutkan 0,7456 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah

dikeringkan pada suhu 110 oC selama 2 jam dengan air suling dan

encerkan sampai volume 1000 mL. Larutan ini pada suhu 25 oC

mempunyai daya hantar listrik 1413 μmhos/cm.

c. Larutan baku kalium klorida, KCl 0,1 M.

Larutkan 7,4560 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah

dikeringkan pada suhu 110oC selama 2 jam dengan air suling dan

encerkan sampai volume 1000 mL. Larutan ini pada suhu 25 oC

mempunyai daya hantar listrik 12900μmhos/cm.

d. Larutan baku kalium klorida, KCl 0,5 M.

Larutkan 37,2800 g kalium klorida, KCl anhidrat yang sudah

dikeringkan pada suhu 110oC selama 2 jam dengan air suling dan

encerkan sampai volume 1000 mL. Larutan ini pada suhu 25 oC

mempunyai daya hantar listrik 58460μmhos/cm.

3.3.2.4 Peralatan
18

a. Timbangan Analitik

b. Labu ukur 1000 mL.

c. Gelas Piala 100 mL.

d. Konduktimeter

e. Termometer

3.3.2.5 Kalibrasi Alat

Alat yang dipergunakan adalah konduktivitimeter

a. Cuci elektroda dengan larutan KCl 0,01 M sebanyak 3 kali.

b. Atur suhu Larutan KCl 0,01 M pada 25 oC.

c. Celupkan elektroda kedalam larutan KCl 0,01 M.

d. Tekan tombol kalibrasi.

e. Atur sampai menunjuk angka 1413 μmhos/cm (sesuai dengan

instruksi alat).

3.3.2.6 Prosedur

a. Bilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali.

b. Celupkan elektroda kedalam contoh uji sampai konduktimeter

menunjukkan pembacaan yang tetap.

c. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan

konduktimeter dan catat juga suhu contoh uji.

3.3.3 Pengukuran TSS

Alat yang digunakan untuk pengukuran padatan tersuspensi total (TSS)

ialah secara Gravimetri

3.3.3.1 Acuan Normatif


19

SNI 06-6989.3-2004

3.3.3.2 Prinsip

Contoh uji yang homogen disaring dengan kertas saring yang telah

ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai

mencapai berat konstan pada suhu 103oC sampai dengan 105 oC.

Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika

padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama

penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau

mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS,

dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.

3.3.3.3 Bahan

a. Kertas saring (glass-fiber filter) dengan beberapa jenis

 Whatman Grade 934 AH, dengan ukuran pori (Particle

Retention) 1,5μm (Standar for TSS in water analysis).

 Gelman type A/E, dengan ukuran pori (Particle Retention) 1,0

μm (Standar fiter for TSS/TDS testing in sanitary water

analysis procedures).

 E-D Scientific Specialities grade 161 (VWR brand grade 161)

with ukuran pori (Particle Retention) 1,1 μm (Recommended

for use in TSS/TDS testing in water and wastwater).

b. Air suling

3.3.3.4 Peralatan

 Desikator yang berisi silika gel


20

 Oven, untuk pengoperasian pada suhu 103oC sampai dengan

105 oC

 Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg

 Pengaduk magnetik

 Pipet volum

 Gelas ukur

 Cawan aluminium

 Cawan porselen/cawan Gooch

 Penjepit

 Kaca arloji

 Pompa vacum

3.3.3.5 Persiapan dan pengawetan contoh uji

 Persiapan contoh uji

Gunakan wadah gelas atau botol plastik polietilen atau yang

setara

 Pengawetan contoh

Awetkan contoh uji pada suhu 4 oC, untuk meminimalkan

dekomposisi mikrobiologikal terhadap padatan. Contoh uji

sebaiknya disimpan tidak lebih dari 24 jam.

 Pengurangan gangguan

a. Pisahkan partikel besar yang mengapung.

b. Residu yang berlebihan dalam saringan dapat mengering

membentuk kerak dan menjebak air, untuk itu batasi


21

contoh uji agar tidak menghasilkan residu lebih dari 200

mg.

c. Untuk contoh uji yang mengandung padatan terlarut

tinggi, bilas residu yang menempel dalam kertas saring

untuk memastikan zat yang terlarut telah benar-benar

dihilangkan.

d. Hindari melakukan penyaringan yang lebih lama, sebab

untuk mencegah penyumbatan oleh zat koloid yang

terperangkap pada saringan.

3.3.3.6 Persiapan pengujian

 Persiapkan kertas saring atau cawan Gooch

a. Letakkan kertas saring pada peralatan filtrasi. Pasang

vacum dan wadah pencuci dengan air suling berlebih 20

mL. Lanjutkan penyedotan untok menghilangkan semua

sisa air, matikan vacu, dan hentikan pencucian

b. Pindahkan kertas saring dari peralatan filtrasi ke wadah

timbang aluminium. Jika digunakan cawan Gooch dapat

langsung dikeringkan.

c. Keringkan dalam oven pada suhu 103oC sampai dengan

105oC selama 1 jam, dinginkan dalam desikator kemudian

timbang.
22

d. Ulangi langkah pada c sampai diperoleh berat konstan

atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap

penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.

3.3.3.7 Prosedur

a. Lakukan penyaringan dengan peralatan vacum. Basahi saringan

dengan sedikit air suling.

b. Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh

contoh uji yang lebih homogen.

c. Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh uji

diaduk dengan pengaduk magnetik

d. Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 X 10 mL air suling,

biarkan kering sempurna, dan lanjutkan penyaringan dengan

vakum selama 3 menit agar diperoleh penyaringan sempurna.

Contoh uji dengan padatan terlarut yang tinggi memerlukan

pencucian tambahan.

e. Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring

dan pindahkan ke wadah timbang aluminium sebagai

penyangga. Jika digunakan cawan Gooch pindahkan cawan dari

rangkaian alatnya.

f. Keringkan dalam oven setidaknya selama 1 jam pada suhu

103oC sampai dngan 105 oC, dinginkan dalam desikator untuk

menyeimbangkan suhu dan timbang.


23

g. Ulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator, dan

lakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau

sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap

penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0,5 mg.

3.3.3.8 Perhitungan

(𝐴 − 𝐵)𝑋 1000
𝑚𝑔 𝑇𝑆𝑆 𝑝𝑒𝑟 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑢𝑗𝑖, 𝑚𝐿

Dengan pengertian:

A :Berat kertas saring + residu kering, mg

B :Berat kerta saring, mg

3.3.3.9 Pengendalian mutu

a. Lakukan analisis blanko untuk kontrol kontaminasi

b. Lakukan analiss duplo untuk kontrol ketelitian analis. Perbedaan

persen relatif (Relative Percent Different atau RPD) terhadap

dua penentuan (replikasi) adalah dibawah 5%, dengan

menggunakan persamaan berikut:

(𝑋1 − 𝑋2)
𝑅𝑃𝐷 = 𝑋 100%
(𝑋1 + 𝑋2)/2

Dengan pengertian:

X1 :Kandungan padatan tersuspensi pada penentuan pertama

X2 :Kandungan padatan tersuspensi pada penentuan kedua

Bila nilai RPD lebih besar 5%, penentuan ini harus diulang

3.3.4 Pengukuran Turbidity

3.3.4.1 Prinsip Normatif


24

SNI 06-6989.25-2005

3.3.4.2 Prinsip

Intensitas cahaya contoh uji yang diserap dan dibiaskan, dibandingkan

terhadap intensitas cahaya suspensi baku.

3.3.4.3 Bahan

a. Air suling yang mempunyai daya hantar listrik kurang dari 2μm/cm

b. Larutan I

Larutkan 1,00 g hidrazin sulfat ((NH2)2.H2SO4) dengan air suling

dan encerkan menjadi 100 mL dalam labu ukur.

c. Larutan II

Larutkan 10,00 g heksa metilen tetramine ((CH2)6.N4) dengan air

suling dan encerkan menjadi 100 mL dalam labu ukur.

d. Suspensi induk turbidity 4000NTU(Nephlometer Turbidity Units)

Campurkan 5,0 mL larutan I dan 5,0 mL larutan II kedalam labu

ukur 100 mL. Diamkan selama 24 jam pada suhu 25oC

e. Suspensi baku turbidity 40 NTU

3.3.4.4 Peralatan

 Nefelometer

 Gelas piala

 Botol semprot

 Pipet Volume 5 mL dan 10 mL

 Neraca Analitik

 Labu ukur 100 mL dan 1000 mL


25

3.3.4.5 Kalibrasi alat dan Prosedur Pengujian

a. Hidupksn alat turbidity

b. Tekan tombol kalibrasi, alat meminta nilai kalibrasi 20 NTU

c. Masukkan suspensi baku turbidity 20 NTU ke dalam tabung pada

alat, pasang tutupnya

d. Tekan read, dan akan muncul nilai kalibrasi ± 20 NTU

e. Kemudian alat meminta kalibrasi 100 NTU

f. Ulangi poin C sampai E untuk suspensi baku turbidity 100 NTU

dan seterusnya suspensi baku turbidity 800 NTU

g. Kemudian tekan store untuk disimpan hasilnya

h. Setelah kalibrasi diminta untuk verifikasi kalibrasi dengan turbidity

10 NTU

i. Setelah itu baru dimasukkan sampel uji dan tekan enter

j. Setelah itu muncullah nilai yang menyatakan nilai turbidity sampel


26

Secara skematis tahapan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1

Persiapan
Penelitian

Pelaksanaan
Penelitian

Pengambilan Sampel

Air

Pengukuran
Kualitas Air

Air
Hasil dan
Pembahasann

Simpulan dan
Saran

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian


27

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi di sekitar Titik sampel Air Sungai Lematang

a. Titik Sampel 1
Letak sungai hulu berada di Desa Pulau Pinang tepatnya di jembatan pulau
pinang. Lokasi sungai dengan pemukiman cukup jauh dan jarang. Air sungai hulu
lebih bersih karena disekitar sungai belum terdapat perusahaan yang beroperasi di
Desa Pulau Pinang tersebut.
b. Titik Sampel
Letak Sungai tengah berada di Benteng tepatnya dibawa jembatan Benteng
dimana tempat tersebut Sudah sudah ada galian C misalnya pasir dan keramik dan
sungai tengah berada dikawasan pemukian pendudukan, sedangkan dipinggir sungai
merupakan lokasi wisata yang cukup strategis dalam membuang limbah khususnya
limbah cair. Dampak langsungnya adalah muncul bau tidak sedap serta perubahan
warna air.
c. Titik Sampel 3
Sedangkan Sungai Hilir berada di Merapi Barat dimana tempat tersebut sangat
jauh dari kawasan pemukiman penduduk namun sudah ada galian C dan juga
Perusahaan Tambang. Diindikasikan perusahaan tambang yang berada di daerah
Sungai Hilir turut menyumbang pencemaran khususnya ketika musim penghujan
tiba.

4.2 Analisis Kualitas Air Sungai Lematang Lahat

Jumlah parameter yang di uji, yaitu temperatur air,warna, bau, pH, DHL, TSS, dan

Turbidity. Sebagian besar dari parameterhasil uji laboratorium tergolong baik karena memenuhi
28

standar baku mutu, namun tetap ada yang masih melebihi standar bahkan ada parameter yang

cukup jauh melebihi standar maksimumnya

Tabel 4.1 Hasil Analisis kualitas Air Sungai Lematang Lahat

Hasil pengamatan Rata-Rata Standar

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Maksimum Maksimum


Paramet
(PERMENKES
er Satuan Kualitas
RI Nomor492/
Fisika
MENKES/PER

/IV/2018)

- Tak Tak Tak Tak Berbau Tidak Berbau Memenuhi


Bau
Berbau Berbau BerBau

Turbidity NTU 19.2 25.25 27.08 23,84 30 Memenuhi

Rasa - Tidak Tidak Berasa - - -

Berasa Berasa

Warna Jernih Keruh Keruh - - -

Suhu °C 25 28 28 27 25 °C Memenuhi

DHL µS/cm 224,5 235,5 118.85 193 20-1500 Memenuhi

TSS %RPD 15.4 26.98 39.15 27,18 5% Memenuhi

Ph - 8.61 8.7 6.52 7.93 6,5-8,5 Memenuhi

4.3 Hasil Pengukuran Sampel Air Sungai Lematang Lahat

Berdasarkan Hasil Pengukuran Air Sungai Lematang Lahat. Temperatur Air di lapangan

dari titik sampel 1 yang nlai Temperatur nya 25 ˚C ke titik ke 2 Temperaturnya 28˚C dan titik

ke 3 nya Konstan yaitu 28˚C Perubahan Temperatur air ini lebih dipengaruhi oleh musim,

aliran dan juga kedalaman air.


29

a. Parameter pH

10
9
8
7
6 Pengulangan 1
pH

5 Pengulangan 2
4 Rerata
3
2
1
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Gambar 4.1 Hasil Pengukuran Parameter pH (Sumber: Laboratorium, 2019).

Berdasarkan Gambar 4.1. di dapatkan hasil analisa pH di lapangan yaitu:

a. titik 01 : Pengulangan pertama : 8,61

: Pengulangan Kedua : 8,6

b. titik 02 : Pengulangan pertama : 8,67

: Pengulangan Kedua : 8,65

c. titik 03 : Pengulangan pertama : 6,51

: Pengulangn Kedua : 6,52

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/MENKES/PER/IV/2018 Standar Maksimum Parameter pH adalah 6,8-8,5, sedangkan dari

data di atas nilai pH cenderung fluktuatif karena disebabkan oleh perubahan suhu atau

Temperatur namun masih memenuhi Standar Maksimum, yaitu 7,93.

b. Daya Hantar Listrik


30

Parameter DHL (µS/cm)


250
Daya Hantar Listrik (µS/cm)
200

150 Pengulangan 1
Pengulangan 2
100 Rerata

50

0
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Gambar 4.2 Hasil Pengukuranm Parameter DHL (Sumber: Laboratorium, 2019).

Berdasarkan Gambar 4.2. di dapatkan hasil analisa DHL di lapangan yaitu:

a. titik 01 : Pengulangn pertama : 225

: Pengulangn Kedua : 224

b. titik 02 : Pengulangn pertama : 236

: Pengulangn Kedua : 235

c. titik 03 : Pengulangn pertama : 119.7

: Pengulangn Kedua : 118

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/MENKES/PER/IV/2018 Standar Maksimum Parameter DHL adalah 20-1500

µS/cm. sedangkan dari data di atas nilai DHL cenderung fluktuatif karena disebabkan oleh

banyaknya ion-ion yang terdapat didalam sampel tersebut namun masih memenuhi Standar

Maksimum, yaitu 193 µS/cm.

c. Parameter TSS
31

Parameter TSS (mg/L)


45
40
Total Tersuspended Solid mg/L

35
30
Pengulangan 1
25
Pengulangan 2
20
Rerata
15
10
5
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Total Tersuspended Solid (Sumber: Laboratorium,

2019).

Berdasarkan Gambar 4.3. di dapatkan hasil analisa TSS di lapangan yaitu:

a. titik 01 : Pengulangn pertama : 14,5 g = 14.500 mg

: Pengulangn Kedua : 14,8 g = 14.800 mg

Volume : 1000 mg

Perhitungan TSS

Pengulangan 1 Pengulangan 2

𝐵 − 𝐴 𝑥 1000 𝐵 − 𝐴 𝑥 1000
𝑉 𝑉

14.500 − 121,4 𝑥 1000 14.800 − 111,2 𝑥 1000


= =
1000 1000

= 14.378,6 = 14.688,8

𝑥1 − 𝑥2
% RPD = 𝑋 100
𝑥1 + 𝑥2 /2

14.688,8 − 14.378,6
= 𝑋 100
14.688,8 + 14.378,6 /2
32

= 2.13 %

b. titik 02 : Pengulangn pertama : 26,95 g = 26.900 mg

: Pengulangn Kedua : 27 g = 27.000 mg

Volume : 600 mg

Perhitungan TSS

Pengulangan 1 Pengulangan 2

𝐵 − 𝐴 𝑥 1000 𝐵 − 𝐴 𝑥 1000
𝑉 𝑉

26.950 − 111,6 𝑥 1000 27.000 − 110,2 𝑥 1000


= =
600 1000

= 44.730,67 = 44.816,33

𝑥1 − 𝑥2
% RPD = 𝑋 100
𝑥1 + 𝑥2 /2

44.816,33 − 44.730,67
= 𝑋 100
44.816,33 + 44.730,6 /2

= 0.19 %

c. titik 03 : Pengulangn pertama : 39,3 g = 39.300 mg

: Pengulangn Kedua : 40 g =

40.000 mg

Volume : 350 mg

Perhitungan TSS

Pengulangan 1 Pengulangan 2
33

𝐵 − 𝐴 𝑥 1000 𝐵 − 𝐴 𝑥 1000
𝑉 𝑉

39.300 − 121,6 𝑥 1000 40.000 − 120,5 𝑥 1000


= =
350 350

= 111..938,29 = 113.941,43

𝑥1 − 𝑥2
% RPD = 𝑋 100
𝑥1 + 𝑥2 /2

113.941,43−111.938,29
= 𝑋 100
113.941,43+111.938,29 /2

= 1.78 %

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/MENKES/PER/IV/2018 Standar Parameter DHL (%RPD) adalah Maksimum

5%. sedangkan dari data di atas nilai DHL cenderung fluktuatif karena disebabkan perubahan laju

aliran namun masih memenuhi Standar Maksimum

d. Parameter Turbidity

Parameter Turbidity (NTU)


30

25
Turbidity (NTU)

20
Pengulangan 1
15 Pengulangan 2
Rerata
10

0
Titik 1 Titik2 Sampel
Titik Titik 3

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Turbidity (Sumber: Laboratorium, 2019).

Berdasarkan Gambar 4.3. di dapatkan hasil analisa DHL di lapangan yaitu:

a. titik 01 : Pengulangn pertama : 19,25


34

: Pengulangn Kedua : 19,15

b. titik 02 : Pengulangn pertama : 25,2

: Pengulangn Kedua : 25,3

c. titik 03 : Pengulangn pertama : 25,25

: Pengulangn Kedua : 27

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/MENKES/PER/IV/2018 Standar Maksimum Parameter DHL adalah 30 NTU sedangkan dari

data di atas nilai turbidity cenderung fluktuatif karena di sebabkan oleh benda-benda halus yang

disuspensikan (seperti lumpur) namun masih memenuhi Standar Maksimum, yaitu 23.84 NTU.
35

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisa pengujian sampel Air Sungai Lematang (Sifat fisika)
di titik 01 , 02 dan 03 bahwasanya parameter-parameter yang di uji seperti pH,

DHL, Turbidity, dan TSS. Dari hasil Analisa UPTD Laboratorium Lingkungan

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lahat masih memenuhi standar

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/MENKES/PER/IV/2018

2. Dengan Tidak ada nya parameter yang melebihi kadar maksimum maka tidak

ada upaya yang diberikan untuk menetralkan parameter-parameter yang sesuai

dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/MENKES/PER/IV/2018

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka saran yang disampaikan

adalah:

1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut secara kimia dan biologi dengan

parameter yang lebih lengkap.

2. Selanjutnya khusus untuk analisa dengan parameter Warna sebaiknya tidak di analisa

hanya sebatas visual tetapi menggunakan alat Spectrophometer

agar hasil analisa akurat.


36

DAFTAR PUSTAKA

Aryana, I ketut. Analisis Kualitas Air dan lingkungan fisik pada Perlindungan Mata
Air di Wilayah Kerja Puskesmas Tabanan I Kabupaten Tabanan. Tesis-S2
Ilmu Lingkungan. Program Pascasarjana Universitas Udayana

Aditya, Irawan. 2013. Karakteristik Distribusi Horizontal Parameter Fisika-Kimia


Perairan Permukaan di Pesisir Bagian Timur Balikpapan.

Gabriel, J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta : Penertbit Hiptokrates.

Handayani, 2010. Studi Awal tentang sistem Penyediaan Air Bersih di Desa
Karangduwur Kecamatan Kalikajar Kabupaten Swonosobo, Skripsi S-1.
UNNES

Irwan Muhammad, 2017. Kondisi Fisik Kimia Air Sungai Yang Bermuara di Teluk
Sawaibu Kabupaten Monokwari

Khanafiyah, S., U. Nurbaiti, & S.S Edi, 2014. Fisika Lingkungan. Badan Penerbit
Universitas Diponogoro: Semarang

Margareath, 2009. Analisa Kadar Total Suspended Solid (TSS), Amoniak (NH 3).
Sianida (CN), dan Sulfida (S2-) pada Limbah Cair Bapedalsu. Makalah
FMIPA USU, Medan.

Misnani, 2010. Praktikum Teknik Lingkungan total Padatan Terlarut.

Peraturan Pemerintah Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/IV/20


18 Tentang Pengelolaan Persyaratan Kualitas Air Minum.

Romain, 2014. Alat Pendeteksi Kekeruhan Air Menggunakan Parameter Fisika Berbasis
Mikrokontrolel ATMEGA8535

Sudarmadji, Suyono, dan Darmanto, D. 2013. Mata air: Perspektif Hidrologis dan
lingkungan. Sekolah Pascasarjana UGM, Yogyakarta .
Wardhana, W.A. 2011. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Jakarta. PPMSL
37

--------

https://media.neliti.com/media/publications/132124-ID-none.pdf
Diakses 30 Maret 2019.
--------

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28755/Chapter%20
II.pdf?sequence=4&isAllowed=yDiakses 06 April 2019

--------

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiX0auuhfjgAhUN63MBHVFLCasQFj
AAegQIAxAC&url=http%3A%2F%2Fppsp.nawasis.info%2Fdokumen%2
Fperencanaan%2Fsanitasi%2Fpokja%2Fbp%2Fkab.lahat%2FDraf%2520
BAB%25202.docx&usg=AOvVaw1eqJIH3d7R19paSEH3dovo Diakses
07April 2019

--------

https://lib.unnes.ac.id/25130/Diakses 10April 2019


38
39

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lahat

Gambar 2. pH meter dan Larutan buffer


40

Gambar 3. Konduktimeter alat pengukur Daya Hantar Listrik (DHL)

Gambar 4. Alat Pengkur TSS (Total Solid Tersuspended)


41

Gambar 5. Turbidimeter alat pengukur Turbidity

Gambar 6. Oven untuk memanaskan pada analisa TSS


42

Gambar 7. Desikator untuk menyimpan bahan yang sudah di keringkan

Gambar 8. Timbangan Analitik digunakan untuk menimbang


43

Gambar 9. Lemari Pendingin tempat penyimpanan Sampel


44

Gambar 10. Lemari Tempat penyimpanan Bahan Kimia

Gambar 11. Pengambilan sampel di Lapangan

Gambar 12. Pengujian sampel di Lapangan Parameter pH


45

Gambar 13. Hasil Pembacaan sampel

Gambar 14. Blanko Sampel dari lapangan


46

Gambar 15. Pengujian sampel di laboratorium (DHL) I


47

Gambar 16. Pengujian sampel di Laboratorium (DHL) II


48

Gambar 17. Ruangan Timbangan Analitik (pengujian TSS)

Gambar 18. Pengujian sampel di Laboratorium (Turbidity)

Anda mungkin juga menyukai