Jenis-jenis hipotesis
Penentuan jenis hipotesis sangat tergantung pada maksud dilakukannya penelitian. Polit dan
Beck (2004), membagi beberapa jenis hipotesis kedalam sub kategori berikut. Beberapa jenis
hipotesis, antara lain: (1) sederhana versus komplek (2) satu arah versus dua arah (3) nihil
versus penelitian. Disamping jenis hipotesis diatas, Azwar (1998) menyebutkan jenis
hipotesis lain, yaitu (4) hubungan versus kausal (5) terarah versus tidak terarah.
(1) Hipotesis sederhana versus komplek
Hipotesis sederhana menyatakan suatu hubungan (korelasi) antara satu variabel bebas dan
satu variabel tak bebas. Misalnya, variabel A berhubungan dengan variabel B. Contoh,
tingkat kecemasan berhubungan dengan nyeri setelah pembedahan. Dalam hubungan ini
tingkat kecemasan dianggap sebagai penyebab, anteseden, atau prakondisi. Nyeri paska
pembedahan merupakan akibat yang diprediksi atau konsekuen atas terjadinya kecemasan.
Dalam statistik tingkat kekuatan hubungan antar variabel dapat dijelaskan secara kuantitatif
dengan memberi interpretasi terhadap koefisien nilai r pada analisis korelasi sederhana
(simple correlation). Semakin besar koefisien tersebut memberi indikasi semakin kuatnya
hubungan antar variabel.
(2) Hipotesis satu arah versus dua arah
Hipotesis dua arah (nondirectional) berisi semata-mata pernyataan mengenai adanya
perbedaan dan/atau adanya hubungan. Apabila mengenai perbedaan variabel maka hipotesis
ini hanya menyatakan bahwa: variabel 1 berbeda dengan variabel 2. Atau, apabila mengenai
hubungan antar variabel maka hipotesis dinyatakan sebagai: variabel X berhubungan dengan
variabel Y. Hipotesis dua arah tidak akan memberikan “arah” hubungan antara variabel bebas
terhadap variabel tak bebas.
(3) Hipotesis null versus penelitian
Hipotesis nihil atau null (H0) juga disebut hipotesis statistik yang digunakan untuk uji
statistik dan interpretasi hasil uji statistik. Pada praktiknya hipotesis nihil dapat bersifat
sederhana, kompleks, asosiatif, dan atau kausal. Hipotesis nihil menyatakan “tidak ada
hubungan” atau “tidak ada perbedaan” antara variabel bebas dan variabel tak bebas. Sangat
tidak disarakan untuk menuliskan rumusan hipotesis nihil pada proposal penelitian atau pada
laporan / paper ilmiah menunjukkan bahwa peneliti / penulis kurang paham atau terkesan
amatir.
Hipotesis nihil digunakan karena lebih mudah menyesuaikan teknik statistik tertentu dalam
pengujiannya. Jadi tidak selalu menunjukkan perkiraan atau pengharapan peneliti. Pada
umumnya teknik statistik ditujukan untuk mengukur kemungkinan bahwa perbedaan yang
ditemukan benar-benar lebih besar dari nol. Dengan kata lain, hipotesis nihil menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan yang terjadi, dan metode statistik menguji hipotesis ini dengan
menetapkan probabilitas bahwa seberapa-pun perbedaan yang muncul pada subyek penelitian
adalah sesungguhnya merupakan cerminan dari perbedaan yang terdapat pada populasi
darimana sampel studi tersebut diambil (Hutapea, 1997).
Merujuk pada contoh hipotesis tersebut, jika tidak terdapat perbedaan statistik yang bermakna
dalam terjadinya hematoma pada 60 hingga 72 jam setelah suntikan dilakukan pada tiga
bagian tubuh (perut, paha, lengan) berarti hipotesis nihil didukung.
Hipotesis penelitian adalah hipotesis alternatif (Ha) terhadap nol. Hipotesis penelitian
menyatakan bahwa ada hubungan antara dua atau lebih variabel dan dapat dalam bentuk
sederhana atau kompleks, tidak terarah atau terarah, serta asosiatif atau kausal. Sebagai
contoh “tingkat kecemasan pasien yang baru dirawat akan berkurang dengan adanya SOP
(standar operating prosedur) program orientasi bagi pasien baru”. Hipotesis penelitian ini
bermanfaat untuk memprediksi ada tidaknya atau arah suatu hubungan antar variabel.
Prediksi dalam hipotesis penelitian memerlukan landasan pernyataan teoritis dari temuan
penelitian atau pengalaman klinik terdahulu.
Hipotesis juga dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang dapat ditulis sebagai berikut :
“apakah terdapat perbedaan yang bermakna pada kejadian kanker paru di kalangan orang
yang merokok dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merokok?”. Hipotesis dalam
bentuk pertanyaan ini biasanya disukai oleh peneliti yang belum berpengalaman karena
biasanya berisikan pertanyaan spesifik yang ingin dijawab oleh peneliti. Laporan penelitian
disusun dengan maksud untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut.