Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 102-109

PERAN KELEMBAGAAN LOKAL ADAT DALAM


PEMBANGUNAN DESA

Wedy Nasrul
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
Jalan Pasir Kandang No. 4 Padang
E-mail: wedy72nasrul@gmail.com

Diterima 30 April 2012 / Disetujui 14 Maret 2013

Abstract: The role of public and institute in development of countryside is not only limited to
beneficial owner, but actively involved direct in development programs. Condition of local
institute of custom here and now will affect to the role in development of countryside. Purpose
of fundamental of this research description the role of local institute of custom in development
of countryside. This research applies qualitative method with case study in Nagari Sungai Pua
Kecamatan Sungai Puar Kabupaten Agam. Data collecting is done qualitatively, that is direct
observation or observation, in-depth interview and documentation. Research finding indicates
that as result of governmental intervenes to government of nagari from time to time indirectly
makes the role of local institute of custom on the wane in development of countryside. The
role of local institute of custom in development of nagari still there is in each development step
countryside, where a real role dominance is at planning stage and coordination.
Keywords: local institute of custom, development of countryside, government of nagari,
conservation

Abstrak: Peran masyarakat dan lembaga di dalam pembangunan pedesaan tidak hanya
terbatas pada pemilik manfaat, tapi secara aktif juga terlibat langsung dalam program
pembangunan. Kondisi lembaga adat lokal sekarang akan mempengaruhi perannya dalam
pembangunan pedesaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus di
Nagari Sungai Pua, Kecamatan Sungai Puar, Kabupaten Agam. Pengumpulan data dilaku-
kan secara kualitatif, yaitu pengamatan langsung atau observasi, wawancara mendalam dan
dokumentasi. Temuan penelitian menunjukkan, akibat campur tangan pemerintah terhadap
pemerintah nagari dari waktu ke waktu secara tidak langsung membuat peran lembaga lokal
adat semakin berkurang dalam pembangunan pedesaan. Peran lembaga lokal adat dalam
pembangunan nagari masih ada di setiap langkah pengembangan pedesaan, di mana dominasi
peran nyatanya adalah tahap perencanaan dan koordinasi.
Kata kunci: lembaga lokal adat, pembangunan desa, pemerintah nagari, konservasi

PENDAHULUAN pembangunan pedesaan adalah dalam rangka


mendorong pertumbuhan ekonomi yang
selaras dengan pelestarian lingkungan hidup
Pembangunan perdesaan merupakan bagian
dan konservasi sumber daya alam dengan
yang penting dari pembangunan nasional,
memperhatikan kepentingan antarkawasan dan
mengingat kawasan perdesaan yang masih
kepentingan umum dalam kawasan perdesaan,
dominan (82 persen wilayah Indonesia adalah
dan kepentingan umum dalam kawasan
perdesaan) dan sekitar 50 persen penduduk
perdesaan secara partisipatif, produktif dan
Indonesia masih tinggal di kawasan perdesaan.
berkelanjutan dengan berbasis pemberdayaan
Pada tahun 2008 terdapat 67.245 desa dan
masyarakat (Permen Dalam Negeri 51/2007).
hanya 7.893 kelurahan (BPS, 2008). Arti penting
Dalam pembangunan desa/nagari, hal perkembangan Pembangunan Nagari.
yang perlu diketahui, dipahami dan diperhati- Dengan diberlakukannya Peraturan Dae-
kan adalah berbagai kekhususan yang ada rah Provinsi Sumatera Barat 2/2007 tentang
dalam masyarakat pedesaan. Tanpa memperha- Pemerintahan Nagari sebagai sinkronisasi
tikan adanya kekhususan tersebut mungkin penyelenggaraan pemerintahan di daearah ber-
program pembangunan yang dilaksanakan dasarkan Undang-undang 32/2004 tentang
tidak akan berjalan seperti yang diharapkan. Pemerintahan Daerah dimana dalam upaya
Kekhususan pedesaan yang dimaksud antara melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan
lain adalah bahwa masyarakat desa relatif yang baik dan efektif di daerah, dimana
sangat kuat keterikatannya pada nilai-nilai partisipasi masyarakat dapat dikembangkan
lama seperti budaya/adat istiadat maupun lebih luas, tidak terbatas sebagai pelaksana dan
agama. Nilai-nilai lama atau biasa disebut penerima manfaat dari program pengembang-
dengan budaya tradisional itu sendiri menurut an masyarakat, tetapi secara aktif dapat terlibat
Dove (1985) sangat dan selalu terkait dengan langsung dalam proses pelaksanaan program-
proses perubahan ekonomi, sosial dan politik program pembangunan yang akan dilakukan.
dari masyarakat pada tempat di mana budaya Untuk terealisasinya hal tersebut diperlukan
tradisional tersebut melekat. peran aktif dari berbagai kelembagaan yang
Lembaga/organisasi lokal merupakan sa- ada di nagari, terutama yang dapat mewadahi
lah satu elemen penting dalam pembangunan aspirasi masyarakat serta melakukan evaluasi
desa. Tanpa adanya institusi/kelembagaan lo- dan kontrol atas pelaksanaan berbagai kebijak-
kal, ditambah dengan birokrasi serta partisipan, an yang ditetapkan pemerintahan nagari.
infrastruktur tidak akan dapat dibangun atau
dipertahankan. Jasa pelayanan masyarakat
METODE PENELITIAN
tidak dapat dilakukan sementara itu teknologi
yang sesuai tidak akan dapat ditempatkan
secara maksimal dan pemerintah tidak akan Penelitian ini menggunakan metode penelitian
dapat memelihara atau mempertahankan arus kualitatif. Metode penelitian kualitatif diguna-
informasi yang dibutuhkan masyarakat. De- kan untuk meneliti pada tempat yang alamiah,
ngan demikian kelembagaan lokal merupakan dan penelitian tidak membuat perlakuan,
faktor dominan, terutama dalam menggerakkan dalam mengumpulkan data bersifat emic, yaitu
partisipasi. Sesungguhnya aktivitas partisipasi berdasarkan pandangan dari sumber data,
masyarakat itu dapat didorong atau dirangsang bukan pandangan peneliti (Sugiyono, 2008).
oleh prakarsa pemerintah atau karena prakarsa Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, analisis
sendiri (Esman dan Uphoff, 1988). data yang dilakukan tidak untuk menerima
Di Provinsi Sumatera Barat semasa sistem atau menolak hipotesis (jika ada) melainkan
pemerintahan desa kelembagaan lokal khusus- berupa deskripsi atas gejala-gejala yang
nya kelembagaan lokal adat secara normatif diamati, yang tidak selalu harus berbentuk
pernah diberikan wewenang sebagai penye- angka-angka atau koefisien antarvariabel
lenggara musyawarah pembangunan desa. (Wirartha, 2006).
Melalui Instruksi Gubernur Sumatera Barat
12/1991 tentang Pelaksanaan Musyawarah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembangunan Nagari (sebutan lain dari desa di
Sumatera Barat) diselenggarakan oleh Kerapat-
an Adat Nagari (KAN) dan diikuti oleh seluruh Peran KAN dalam Pembangunan Nagari
aparat Pemerintahan Desa/Kelurahan, anggota Sungai Pua.
KAN, dan masyarakat nagari bersangkutan. Peran adalah segala sesuatu yang dilakukan
Musbang Nagari dimaksudkan sebagai wadah oleh seseorang atau kelompok berdasarkan
untuk merumuskan rencana pembangunan pe- kedudukan dan fungsinya secara normatif di
desaan yang sesuai dengan aspirasi Anak Nagari dalam masyarakat (Soekanto, 1987; Thoha,
serta sebagai wadah untuk mengevaluasi 1993; Suhardono;1994). Dalam kegiatan pemba-

Peran Kelembagaan Lokal Adat (Wedy Nasrul) 103


ngunan Nagari Sungai Pua yang terlibat dan dalam menggalang partisipasi anak kamanakan/
berperan dalam pembangunan tidak saja peme- masyarakat di nagari untuk mau terlibat dalam
rintah nagari, akan tetapi seluruh lembaga- pembangunan nagari. Akan tetapi tidak selu-
lembaga lokal dan masyarakat dinagari. ruh Niniak Mamak yang ada di nagari berperan
Terdapat 2 (dua) bentuk peran lembaga aktif dalam pembangunan Nagari Sungai Pua.
KAN dalam pembangunan Nagari Sungai Pua. Para Niniak Mamak yang masih tinggi tingkat
Pertama adalah peran yang langsung dilakukan ketokohan dan pengaruhnyalah yang sangat
oleh lembaga KAN sesuai fungsinya sebagai berperan dalam pembangunan nagari.
mitra dari pemerintah dalam pembangunan Peran langsung dilakukan oleh lembaga
nagari. Sehingga peran KAN hanya membe- KAN dalam pembangunan lebih banyak terda-
rikan masukan dan saran dalam proses pemba- pat pada tahap perencanaan dan koordinasi,
ngunan nagari, bukan sebagai pengambil terutama untuk pembuatan produk hukum,
kebijakan atau penyelengara dalam pemba- peningkatan pembangunan infrastruktur dan
ngunan Nagari Sungai Pua. Seperti halnya prasarana umum. Kegiatan ini biasanya akan
Musyawarah Pembangunan Nagari Sugai Pua melibatkan banyak unsur lembaga dan masya-
di selenggarakan oleh Lembaga Pemberdayaan rakat, sehingga perlu diselaraskan kepentingan-
Masyarakat Nagari (LPMN) sedangkan draf kepentingan dan masalah yang mungkin
rencana pembangunan disusun oleh Pemerin- terjadi. KAN sebagai lembaga adat tertinggi
tahan Nagari bersama LPMN. Seterusnya akan dapat menengahi permasalahan dan men-
Rencana Pembangunan Jangka Pendek dan selaraskan kepentingan yang mungkin terjadi
Menengah di rumuskan kebijakannya oleh dalam tahap perencanaan serta yang telah
Walinagari bersama Badan Musyawarah terjadi pada tahap koordinasi.
Nagari (BAMUS). Saran dan masukan yang Peran tidak langsung KAN melalui Niniak
diberikan KAN dalam pembangunan nagari Mamak lebih banyak terdapat pada tahap pelak-
dilakukan dalam rapat-rapat yang membahas sanaan dan pengawasan. Pada tahap pelaksa-
tentang pembangunan nagari. Kebijakan yang naan Niniak Mamak akan mengajak anak
dapat diambilkan oleh KAN dalam pemba- kamanakan untuk berpartisipasi dalam pelaksa-
ngunan nagari ketika program program naan pembangunan. Pada tahap pengawasan
pembangunan tersebut berkaitan dengan Niniak Mamak akan mengawasi jalannya kegiat-
masalah adat seperti tanah ulayat, sako, dan an dan keterlibatan anak kamanakan yang terli-
pusako atau program-program pembangunan bat sehingga kegiatan pembangunan berjalan
yang dilakukan bertentangan dengan norma- sesuai dengan yang direncanakan.
norma adat yang berlaku di Nagari Sungai Pua. Peran KAN dan Niniak Mamak secara
Dalam hal ini biasanya Walinagari atau bersamaan juga terdapat dalam tahapan pem-
pelaksana pembangunan akan mengkoor- bangunan, seperti dalam perencanan, pelaksa-
dinasikannya terlebih dahulu kepada KAN atau naan dan koordinasi seperti dalam kegiatan
Ketua KAN. penanggulangan masalah kemiskinan, adat dan
Peran kedua KAN dalam pembangunan kegiatan menjalin kerjasama dengan perantau.
nagari adalah peran tidak langsung yang KAN bersama Niniak Mamak yang ada di nagari
dilakukan oleh KAN melalui Niniak Mamak/ dan dirantau akan sama-sama terlibat dalam
Penghulu yang merupakan anggota dari KAN setiap tahapan kegiatan ini.
itu sendiri. Peran Niniak Mamak dalam pemba- (1) Perencanaan Pembanguan. Dalam pe-
ngunan Nagari Sungai Pua tak lepas dari laksanaan Musrenbang Nagari, semua unsur di
ketokohan dan penghargaan dari Niniak Mamak nagari Sungai Pua diundang untuk terlibat
yang secara adat (informal) adalah pemimpin dalam merusmuskan perencanaan pembangun-
di nagari. Atau terdapatnya perwakilan KAN an nagari. Dalam perencanaan pembangunan
atau unsur KAN dalam beberapa lembaga yang Nagari Sungai Pua, KAN diundang sebagai
terlibat langsung dalam pembangunan nagari lembaga tinggi adat nagari dan juga sebagai
seperti BAMUS dan LPMN. Peran yang sangat Niniak Mamak (badan tampatan di Jorong). KAN
penting dilakukan oleh Niniak Mamak adalah atau Niniak Mamak memberikan masukan

104 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013: 102-109
terhadap usulan-usulan pembangunan yang di atas menggambarkan kekuasaan Niniak
diajukan oleh peserta rapat, bahwa kegiatan Mamak terhadap kenamakan tidak dapat diban-
yang diusulkan terkadang akan bersinggungan tahkan, apapun keputusan yang digariskan
dengan norma, adat istiadat yang berlaku di oleh Niniak Mamak maka anak kemanakan
Nagari Sungai Pua. Selain itu, untuk setiap harus dilaksanakan tidak boleh membantah
kegiatan yang direncanakan berkaitan dengan apalagi melanggar.
tanah ulayat maka KAN juga akan memberikan Peran Niniak Mamak yang besar dalam
solusi-solusi sehingga pembangunan tetap mengajak anak kamanakan untuk terlibat dalam
dapat dilaksanakan. Ungkapan pai tampek pembangunan nagari, dimanfaatkan Walinagari
batanyo (bertanya sebelum mengerjakan) sering untuk mengerahkan anak kamanakan untuk
dilakukan unsur pemerintahan dan pelaksana terlibat dan berpartisipasi dalam pembangunan
pembangunan kepada KAN dan Niniak Mamak nagari. Jika Niniak Mamak tidak dilibatkan maka
pada tahap perencanaan pembangunan tingkat anak kamanakan juga tidak akan mau menger-
nagari ini. jakan dan melaksanakannya. Laporan pemba-
(2) Pelaksanaan Pembangunan. Pada ngunan Nagari Sungai Pua tahun 2007 dari
tahap pelaksanaan pembangunan di Nagari total 6,4 milyar rupiah biaya pembangunan di
Sungai Pua, baik itu pelaksanaan pembangunan Nagari Sungai Pua 33,88% atau sekitar 2,1
di bidang infrastruktur, ekonomi, maupun milyar rupiah adalah sumbangan dari masya-
pelaksanaan pembangunan sumber daya ma- rakat. Pada tahun 2008 meningkat menjadi
nusia, secara tidak langsung KAN yang diwa- 57,88 % dengan jumlah dana 5,1 milyar rupiah,
kili oleh Niniak Mamak memiliki peran dalam lebih banyak dari dana yang diberikan oleh
pelaksanaan pembangunan di nagari Sungai pemerintah sebesar 3,7 milyar rupiah (42,6%).
Pua. (3) Koordinasi. KAN adalah mitra dari
Lembaga KAN tidak terlibat secara fisik pemerintahan nagari dalam pembangunan
karena KAN adalah lembaga perwakilan per- Nagari Sungai Pua, sehingga KAN cukup
musyawaratan dan mufakat adat tertinggi. berperan dalam tahap koordinasi pembangun-
Seterusnya Niniak Mamak secara kepemimpinan an di Nagari Sungai Pua. Koordinasi dalam
adat KAN diibaratkan ”kayu gadang”, ureknyo pelaksanaan pembangunan dapat dilakukan
tampek baselo, dahannyo tampek balinduang, oleh lembaga pelaksana pembangunan sendiri,
batangnyo tampek basanda (kayu besar, akarnya seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
tempat bersila, dahannya tempat berlindung, Nagari (LPMN) maupun pemerintahan nagari
batangnya tempat bersandar) artinya Niniak atau Walinagari. Koordinasi yang dilakukan
Mamak sebagai anggota KAN adalah pemimpin hampir pada setiap kegiatan pembangunan
dalam kaumnya, pimpinan dalam nagari yang yang dilakukan di Nagari Sungai Pua. Pem-
mengayomi anak kemenakan yang dibawah bangunan Nagari Sungai Pua melibatkan
perintahnya (Samin et al 1996). seluruh masyarakat nagari. Masyarakat yang
Niniak Mamak dalam pelaksanaan pemba- masyarakat yang tinggal di nagari, di sekitar
ngunan terutama dalam pembangunan infra- nagari dan di rantau. Agar pembangunan
struktur di Nagari Sungai Pua berperan dalam nagari berjalan sesuai dengan tujuan yang telah
mengajak dan memerintahkan anak kamanakan/ ditetapkan serta memenuhi kepentingan selu-
masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan ruh warga masyarakat, peran KAN sangat
nagari. Dalam kewenangan terhadap masya- dibutuhkan dalam mengkoordinasikan proses,
rakat, pemerintahan nagari punya masyarakat tujuan dan manfaat tiap-tiap program pemba-
sedangkan masyarakat adalah kemanakan dari ngunan yang dilaksanakan. Koordinasi juga
Mamak/Niniak Mamak. Pengaruh Niniak Mamak diperlukan agar pembangunan yang dilakukan
terhadap kemenakan sangat kuat di Nagari tidak berbenturan dengan norma-norma adat
Sungai Pua, terdapat istilah disuruah pai ditagah dan agama yang berlaku di Nagari Sungai Pua.
baranti (jika diperintah harus dikerjakan jika Hubungan kerja antara lembaga (KAN,
dilarang harus berhenti atau ditinggalkan) atau BAMUS dan Pemeritahan Nagari) serta banyak-
kamanakan saparintah mamak. Kedua ungkapan nya lembaga yang terlibat dalam pembangunan

Peran Kelembagaan Lokal Adat (Wedy Nasrul) 105


nagari juga perlu dikoordinasikan. KAN adalah ditunjuk dalam kegiatan evaluasi, seperti
lembaga yang dipercayai dalam penyelaraskan pemerintah kecamatan. KAN berperan dalam
kepentingan-kepentingan antarlembaga terse- tahapan evaluasi hanya pada kegiatan-kegiatan
but, sehingga konflik-konflik kepentingan da- pembangunan yang berkaitan langsung dengan
pat dihindarkan. KAN, seperti masalah adat dan pusako. Eva-
(4) Pengawasan. Dalam tahapan peng- luasi dilakukan KAN melalui Niniak Mamak
awasan pembangunan, peran KAN secara tidak terhadap program yang terkait langsung
langsung dilakukan oleh Niniak Mamak. Karena dengan masyarakat khususnya masyarakat
Niniak Mamak lebih dekat dengan objek-objek miskin, karena Niniak Mamak adalah bagian
atau kegiatan pembangunan. Pengawasan lebih dari masyarakat itu sendiri. Evaluasi juga
banyak dilakukan dalam pembangunan yang dilakukan untuk meminimalkan dampak
bersifat fisik dan pembangunan masyarakat. negatif dari program yang dilaksanakan, baik
Pengawasan yang dilakukan adalah terhadap terhadap masyarakat maupun lingkungan,
akuntabilitas dan transparansi kegiatan pemba- maka Niniak Mamak akan menyampaikannya
ngunan, sehingga tidak terjadi penyimpangan- kepada pemerintahan nagari. Pemerintahan
penyimpangan baik terhadap tujuan pemba- nagari atau pelaksana pembangunan (anak
ngunan maupun akibat pembangunan, seperti kamanakan) biasanya akan memperbaiki sesuai
terhadap agama dan adat istiadat. saran Niniak Mamak tersebut karena karena di
Pengawasan yang dilakukan KAN dan Nagari Sungai Pua anak kamanakan sangat
Niniak Mamak terhadap pembangunan nagari menghargai Niniak Mamaknya. Seperti dalam
Sungai Pua juga dilakukan terhadap permasa- pembangunan pariwisata, ketika akan berdam-
lahan yang terjadi dalam proses pembangunan pak terhadap lingkungan dan moral remaja
nagari. Seperti terjadi silang sengketa antara maka dibuat aturan yang khusus untuk ini.
anak kamanakan dengan pemerintahan nagari
atau pihak ketiga sebagai pelaksanaan peker- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran
jaan pembangunan. KAN dan Niniak Mamak Kerapatan Adat Nagari (KAN) dalam
akan memanggil kaum atau anak kamanakan Pembangunan Nagari Sungai Pua
yang bermasalah, sampai dicarikan solusi dan
Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua baha-
jalan yang terbaik untuk permasalahan terse-
gian yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
but. Fatwa adat Minangkabau menyebutkan
Faktor Internal. Faktor internal ini terda-
anak dipangku kemenakan dibimbiang (anak
pat beberapa poin yang mempengaruhi peran
dipangku kemenakan dibimbing) dimana
KAN dalam pembangunan Nagari Sungai Pua,
Niniak Mamak punya kewajiban memberikan
diantaranya adalah;
pengarahan dan penyelesaian yang bijaksana, 1) Tingkat kesadaran pengurus KAN/
agar yang kusut menjadi selesai, yang keruh Niniak Mamak dalam melaksanakan tugas dan
menjadi jernih. (Rivai Abu (1983) dalam Samin tanggung jawab. Lembaga KAN nagari Sungai
et al 1996). Ungkapan lain yang juga sering Pua telah membentuk susunan kepengurusan
diberikan kepada KAN terhadap perannya Kerapatan Adat Nagari satu kali tiga tahun,
dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dimana susunan kepengurusan KAN diambil
dalam pembangunan yaitu dijadikannya KAN berdasarkan hasil rapat anggota KAN nagari
atau Niniak Mamak sebagai pai tampek batanyo, Sungai Pua. Susunan kepengurusan KAN ter-
pulang tampek babarito dimana jika terjadi diri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelak- beberapa Pengurus serta serta badan tapatan
sanaan pembangunan KAN merupakan tempat KAN yang terdapat di Jorong-Jorong. Ketika
mengadukan persoalan yang timbul, agar susunan kepengurusan telah terbentuk, ada
diperoleh jalan penyelesaiannya. beberapa dari Niniak Mamak yang terlibat
(5) Evaluasi. KAN tidak begitu terlibat dalam kepengurusan tidak bisa melaksanakan
dalam proses evaluasi pembangunan di Nagari tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal.
Sungai Pua. Evaluasi lebih banyak dilakukan Hal ini dikarenakan Niniak Mamak tersebut
oleh lembaga-lembaga terkait yang telah pergi merantau keluar daerah Sungai Pua

106 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013: 102-109
karena sesuatu hal. Kejadian seperti ini, dapat anak kamanakan dari Niniak Mamak. Hubungan
mempengaruhi peran KAN dalam menjalankan baik pemerintahan nagari dengan KAN secara
fungsinya. Meskipun nantinya kasus seperti ini adat (antara mamak dan kemenakan) maupun
dapat ditanggulangi oleh pengurus inti KAN secara kelembagaan nagari menjadi faktor yang
seperti ketua KAN, akan tetapi tidak secara saling mempengaruhi dan menentukan dalam
maksimal dapat dilakukan. pembangunan nagari Sungai Pua. Pemerintah-
2) Kualitas dan Pengelolaan SDM. Keang- an Nagari terlebih dahulu melakukan pembica-
gotaan KAN yang terdiri dari Niniak Mamak raan kepada KAN jika terdapat permasalahan
menjadi contoh dan panutan dalam masyarakat dalam kegiatan pembangunan, sehingga dalam
nagari. Anak kemenakan amat segan kepada pertemuan formal tidak terjadi perdebatan
Niniak Mamaknya, bahkan ia akan lebih patuh antara Pemerintahan Nagari dengan KAN,
kepada Niniak Mamak dari pada perangkat bahkan KAN akan ikut serta menyelesai-
pemerintah di nagari. Ini bukan berarti rendah- kannya.
nya kharismatik pemerintah nagari dibanding 2) Citra KAN di Nagari Sungai Pua. KAN
kharismatik seorang Niniak Mamak. Niniak bersama Niniak Mamak sebagai pimpinan
Mamak adalah ibarat kayu baringin di tangah koto, informal di nagari menjalankan tugas dan
batangnyo tampek basanda, daunnyo tampek fungsinya di dalam garis alur dan patut. Niniak
balinduang, ureknyo tampek baselo, kok pai tampek Mamak yang keluar dari garis alur dan patut
batanyo, kok pulang tampek babarito (Niniak akan menerima hukuman berbentuk tidak di
Mamak diibaratkan kayu baringin ditangah bawa sehilir-semudik, masuk tak genap, keluar tak
koto, batangnya tempat bersandar, daunnya ganjil (tidak diajak). Bagi Niniak Mamak hukum-
tempat berlindung, uratnya tempat bersila/ an tersebut amatlah ditakuti, bahkan lebih di
duduk, kalau pergi tempat bertanya, kalau takuti dari hukum buang.
pulang tempat membawa berita). Untuk menja- 3) Hubungan antara lembaga yang terda-
di Niniak Mamak harus mempunyai bekal ilmu pat di Nagari Sungai Pua. Hubungan antar
dan pengalaman yang amat banyak dalam lembaga yang terdapat dinagari Sungai Pua
bidangnya. Terkait dengan pembangunan juga mempengaruhi peran KAN dalam
nagari KAN juga harus memahami dan pembangunan Nagari Sungai Pua. Di nagari
mengerti tentang proses dan tahapan dalam Sungai Pua terdapat beberapa kelembagaan
pembangunan Nagari. Apalagi dengan semakin yang mempunyai tugas dan fungsi masing-
maju dan berkembangnya teknologi saat ini, masing. Lembaga-lembaga tersebut ada yang
pengaruh budaya luar yang positif maupun dibentuk secara adat seperti urang tigo jinih atau
negatif sangat cepat masuk ke nagari. Sehingga tungku tigo sajarangan. Lembaga-lembaga adat
kebutuhan dan keinginan masyarakat juga akan ini mempunyai kewenangan dan deskripsi
sangat mudah berubah. kerja yang jelas seperti diungkapkan pepatah
Faktor Ekternal. Di dalam faktor eksternal berikut: ‘penghulu taguah di adat, alim ulama
ini terdapat beberapa poin yang mempengaruhi taguah di agamo, cadiak pandai taguah dek buek
peran KAN dalam pembangunan Nagari (penghulu setia pada adat, alim ulama setia
Sungai Pua, di antaranya adalah ; pada agama, cerdik pandai setia pada aturan/
1) Hubungan Pemerintahan Nagari dengan perundangan).
KAN. Fungsi KAN dalam pembangunan nagari Selain faktor-faktor yang telah dijelaskan
adalah sebagai mitra pemerintahan nagari di atas, ada beberapa faktor yang dapat mem-
(Perda Kabupaten Agam 12/2007). Hubungan pengaruhi peran KAN dalam pembangunan
baik pemerintahan nagari dengan KAN akan Nagari Sungai Pua berdasarkan informasi yang
memudahkan proses koordinasi kedua lembaga didapatkan dari informan penelitian. Faktor-
dalam pelaksanaan pembangunan. KAN seba- faktor ini termasuk kedalam faktor eksternal
gai lembaga adat adalah lembaga informal yang mempengaruhi peraan KAN dalam
tertinggi di nagari. Pemerintah nagari mempu- pembangunan Nagari Sungai Pua, dintaranya
nyai kewenangan terhadap masyarakat, akan adalah; a) Masih terperliharanya adat istiadat
tetapi masyarakat termasuk Walinagari adalah dengan baik di Nagari Sungai Pua, yang

Peran Kelembagaan Lokal Adat (Wedy Nasrul) 107


menempatkan KAN/Niniak Mamak sebagai di atas, ada beberapa faktor yang dapat mem-
pemimpin informal di nagari; b) Konsep pengaruhi peran KAN dalam pembangunan
pembangunan di nagari Sungai Pua adalah nagari Sungai Pua. a) Masih terperliharanya
pembangunan partisipatif, pemerintahan nagari adat istiadat dengan baik di Nagari Sungai Pua,
membutuhkan peran Niniak Mamak yang yang menempatkan KAN/Niniak Mamak seba-
terdapat di nagari Sungai Pua untuk mengalang gai pemimpin informal di nagari; b) Konsep
partisipasi masyarakat untuk terlibat secara pembangunan yang ada di nagari Sungai Pua
penuh dalam pembangunan nagari; c) Adanya lebih mengutamakan sawadaya adalah pemba-
hubungan kekeluargaan dan rasa persaudaraan ngunan partisipatif dan sangat membutuhkan
diantara para pemimpin lembaga yang ada di peran ninik-mamak yang terdapat di nagari
Nagari Sungai Pua, sehingga menimbulkan Sungai Pua; c) Adanya hubungan kekeluargaan
rasa saling menghargai dan keinginan untuk dan rasa persaudaraan diantara para pemimpin
sama-sama berperan dalam setiap kegiatan dan lembaga yang ada di Nagari Sungai Pua
pembangunan nagari. Rekomendasi. 1. Agar eksistensi peran
KAN dalam pembangunan nagari perobahan
zaman terutama dalam era globalisasi, diperlu-
SIMPULAN
kan dukungan pemerintah daerah dan nagari
untuk menempatkan kelembagaan KAN secara
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaku- normatif formal yang lebih berfungsi dalam
kan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sistem pemerintahan dan pembangunan nagari.
sebagai berikut; 2. Kapasistas KAN yang masih rendah akibat
1. Peran KAN dalam pembangunan Nagari. latar belakang pendidikan sebagian dari Niniak
Terdapat 2 (dua) bentuk peran KAN dalam Mamak seharusnya mendapat perhatian dari
pembangunan Nagari Sungai Pua; a) Peran pemerintah daerah maupun pemerintahan
yang langsung dilakukan oleh lembaga KAN nagari. Karena meminta merupakan hal yang
sesuai fungsinya dalam pembangunan nagari. tabu bagi Niniak Mamak yang notabene adalah
Sebagai lembaga adat KAN berperan dalam pemimpin atau anggota dalam lembaga KAN.
memberikan saran dan masukan dalam rapat- Meningkatnya kapasistas KAN dan Niniak
rapat pembangunan nagari. Kebijakan yang Mamak akan lebih meningkatkan peran KAN
dilakukan KAN jika terdapat permasalahan dalam pembangunan Nagari.
yang berkaitan dengan adat dalam pemba- 3. Nilai-nilai budaya yang mengatur perilaku
ngunan Nagari Sungai Pua; b) Peran tidak masyarakat Nagari Sungai Pua yang membawa
langsung yang dilakukan oleh KAN melalui KAN melalui Niniak Mamak sangat berperan
Niniak Mamak/Penghulu yang merupakan dalam pembangunan Nagari Sungai Pua,
pemimpin secara adat di nagari. sebaiknya dijadikan sebagai elemen normatif
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran formal di nagari. Sehingga nilai-nilai budaya ini
Kerapatan Adat Nagari (KAN) dalam Pemba- lebih melembaga, dipamami, diturunkan dan
ngunan Nagari Sungai Pua ditaati dari generasi-kegenerasi, karena ada
a) Faktor Internal, faktor internal yang mem- kekhawatiran akan terjadi perobahan dan
pengaruhi perankan KAN dalam pembangunan pergeseran nilai-nilai budaya tersebut dimasa
Nagari Sungai Pua adalah; (1) Tingkat kesadar- yang akan datang.
an petugas dalam melaksanakan tugas dan 4. Peran KAN dalam pembangunan Nagari
tanggung jawab; (2) Kualitas dan Pengelolaan Sungai Pua tidak begitu merata pada setiap
SDM. tahapan program-program pembangunan yang
b) Faktor Eksternal, faktor eksternal yang di ada dinagari. Agar lebih sempurnya peran
mempengaruhi peran KAN dalam pembangun- KAN perlunya diberi informasi dan pengeta-
an Nagari Sungai Pua adalah hubungan peme- huan yang lebih kepada Niniak Mamak sebagai
rintahan nagari dengan KAN, citra KAN di anggota KAN tentang tahapan dan teknis detail
Nagari Sungai Pua dan hubungan antara program-program pembangunan di Nagari
lembaga yang terdapat di Nagari Sungai Pua. Sungai Pua.
Selain faktor-faktor yang telah dijelaskan

108 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013: 102-109
DAFTAR PUSTAKA Sitorus, M. F. Agusta, I. 2006. Metodologi Kajian
Komunitas, Departemen Komunikasi dan
Ardi, N. 2004. Pemerintahan Nagari dan Kelem- Pengembangan Masyarakat, Bogor:
bagaan Adat Minang Kabau. Minang Kabau Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Seko-
yang Gelisah. Bandung: CV. Lubuk Agung. lah Pascasarjana IPB.

Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Sri Zul Chairiyah. 2008. Nagari Minangkabau dan
Surabaya: Airlangga. Desa di Sumatera Barat. KP3SB.

Dove, M. R. 1985. Peranan Kebudayaan Tradi- Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif
sional Indonesia dalam Modernisasi. Jakarta: Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Yayasan Obor Indonesia. Suhardono, Edy. 1986. Teory Peran (Konsep,
Esman, M. J. and Uphoff, N. T. 1988. Local Derivasi dan Implikasinya). Jakarta: Grame-
Organizations: Intermediaries in Rural dia Pustaka Utama.
Development. Itacha and London: Cornell Sumardjo dan Saharudin. 2006. Tajuk Modul EP-
University Press. 523: Metode-metodePartisipatif dalam Pe-
L. Dt. Indomo Marajo. 2000. Pengetahuan Adat ngembangan Masyarakat. Departemen Ko-
Minang Kabau. LKAAM Sumbar. munikasi dan Pengembangan Masya-
rakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB dan
Putra, R. 2008. Peranan Tungku Tigo Sajarang-
Sekolah Pascasarjana IPB.
an dalam Pembangunana Masyarakat
Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar.
Nagari. Studi Kasus: Nagari Pilubang
Kabupaten Padang Pariaman. Thesis Jakarta: Rajawali Press.
Program Magister Studi Pembangunan. Syarifudin, D. 2008. Strategi Pengembangan
ITB Desa Tertinggal Wilayah Darat dan Wila-
Salim, A. 2006. Teori & Paradigma Penelitian yah Pesisir dalam Perspektif Peningkatan
Sosial. Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara Indeks Pembangunan Manusia: Wilayah
Wacana. Studi Kabupaten Ciamis. Tesis S.2 Pasca
Sarjana ITB. Bandang.
Sasmojo, S. 2004. Sains, Teknologi, Masyarakat
dan Pembangunan. Program Pascasarjana Thoha, M. 1993. Kepemimpinan dalam Manaje-
Studi Pembangunan ITB, Bandung. men. Jakarta: Rajawali Press.

Siagian, S.P. 1994. Manajemen Modern; Bunga Wirartha, I. 2006. Metodologi Penelitian Sosial
Rampai. Jakarta: CV. Masangung. Ekonomi. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Silalahi. 2003. Metodologi Penelitian dan Studi


Kasus. Sidoarjo: Citramedia.

Peran Kelembagaan Lokal Adat (Wedy Nasrul) 109

Anda mungkin juga menyukai