Wedy Nasrul
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
Jalan Pasir Kandang No. 4 Padang
E-mail: wedy72nasrul@gmail.com
Abstract: The role of public and institute in development of countryside is not only limited to
beneficial owner, but actively involved direct in development programs. Condition of local
institute of custom here and now will affect to the role in development of countryside. Purpose
of fundamental of this research description the role of local institute of custom in development
of countryside. This research applies qualitative method with case study in Nagari Sungai Pua
Kecamatan Sungai Puar Kabupaten Agam. Data collecting is done qualitatively, that is direct
observation or observation, in-depth interview and documentation. Research finding indicates
that as result of governmental intervenes to government of nagari from time to time indirectly
makes the role of local institute of custom on the wane in development of countryside. The
role of local institute of custom in development of nagari still there is in each development step
countryside, where a real role dominance is at planning stage and coordination.
Keywords: local institute of custom, development of countryside, government of nagari,
conservation
Abstrak: Peran masyarakat dan lembaga di dalam pembangunan pedesaan tidak hanya
terbatas pada pemilik manfaat, tapi secara aktif juga terlibat langsung dalam program
pembangunan. Kondisi lembaga adat lokal sekarang akan mempengaruhi perannya dalam
pembangunan pedesaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus di
Nagari Sungai Pua, Kecamatan Sungai Puar, Kabupaten Agam. Pengumpulan data dilaku-
kan secara kualitatif, yaitu pengamatan langsung atau observasi, wawancara mendalam dan
dokumentasi. Temuan penelitian menunjukkan, akibat campur tangan pemerintah terhadap
pemerintah nagari dari waktu ke waktu secara tidak langsung membuat peran lembaga lokal
adat semakin berkurang dalam pembangunan pedesaan. Peran lembaga lokal adat dalam
pembangunan nagari masih ada di setiap langkah pengembangan pedesaan, di mana dominasi
peran nyatanya adalah tahap perencanaan dan koordinasi.
Kata kunci: lembaga lokal adat, pembangunan desa, pemerintah nagari, konservasi
104 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013: 102-109
terhadap usulan-usulan pembangunan yang di atas menggambarkan kekuasaan Niniak
diajukan oleh peserta rapat, bahwa kegiatan Mamak terhadap kenamakan tidak dapat diban-
yang diusulkan terkadang akan bersinggungan tahkan, apapun keputusan yang digariskan
dengan norma, adat istiadat yang berlaku di oleh Niniak Mamak maka anak kemanakan
Nagari Sungai Pua. Selain itu, untuk setiap harus dilaksanakan tidak boleh membantah
kegiatan yang direncanakan berkaitan dengan apalagi melanggar.
tanah ulayat maka KAN juga akan memberikan Peran Niniak Mamak yang besar dalam
solusi-solusi sehingga pembangunan tetap mengajak anak kamanakan untuk terlibat dalam
dapat dilaksanakan. Ungkapan pai tampek pembangunan nagari, dimanfaatkan Walinagari
batanyo (bertanya sebelum mengerjakan) sering untuk mengerahkan anak kamanakan untuk
dilakukan unsur pemerintahan dan pelaksana terlibat dan berpartisipasi dalam pembangunan
pembangunan kepada KAN dan Niniak Mamak nagari. Jika Niniak Mamak tidak dilibatkan maka
pada tahap perencanaan pembangunan tingkat anak kamanakan juga tidak akan mau menger-
nagari ini. jakan dan melaksanakannya. Laporan pemba-
(2) Pelaksanaan Pembangunan. Pada ngunan Nagari Sungai Pua tahun 2007 dari
tahap pelaksanaan pembangunan di Nagari total 6,4 milyar rupiah biaya pembangunan di
Sungai Pua, baik itu pelaksanaan pembangunan Nagari Sungai Pua 33,88% atau sekitar 2,1
di bidang infrastruktur, ekonomi, maupun milyar rupiah adalah sumbangan dari masya-
pelaksanaan pembangunan sumber daya ma- rakat. Pada tahun 2008 meningkat menjadi
nusia, secara tidak langsung KAN yang diwa- 57,88 % dengan jumlah dana 5,1 milyar rupiah,
kili oleh Niniak Mamak memiliki peran dalam lebih banyak dari dana yang diberikan oleh
pelaksanaan pembangunan di nagari Sungai pemerintah sebesar 3,7 milyar rupiah (42,6%).
Pua. (3) Koordinasi. KAN adalah mitra dari
Lembaga KAN tidak terlibat secara fisik pemerintahan nagari dalam pembangunan
karena KAN adalah lembaga perwakilan per- Nagari Sungai Pua, sehingga KAN cukup
musyawaratan dan mufakat adat tertinggi. berperan dalam tahap koordinasi pembangun-
Seterusnya Niniak Mamak secara kepemimpinan an di Nagari Sungai Pua. Koordinasi dalam
adat KAN diibaratkan ”kayu gadang”, ureknyo pelaksanaan pembangunan dapat dilakukan
tampek baselo, dahannyo tampek balinduang, oleh lembaga pelaksana pembangunan sendiri,
batangnyo tampek basanda (kayu besar, akarnya seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
tempat bersila, dahannya tempat berlindung, Nagari (LPMN) maupun pemerintahan nagari
batangnya tempat bersandar) artinya Niniak atau Walinagari. Koordinasi yang dilakukan
Mamak sebagai anggota KAN adalah pemimpin hampir pada setiap kegiatan pembangunan
dalam kaumnya, pimpinan dalam nagari yang yang dilakukan di Nagari Sungai Pua. Pem-
mengayomi anak kemenakan yang dibawah bangunan Nagari Sungai Pua melibatkan
perintahnya (Samin et al 1996). seluruh masyarakat nagari. Masyarakat yang
Niniak Mamak dalam pelaksanaan pemba- masyarakat yang tinggal di nagari, di sekitar
ngunan terutama dalam pembangunan infra- nagari dan di rantau. Agar pembangunan
struktur di Nagari Sungai Pua berperan dalam nagari berjalan sesuai dengan tujuan yang telah
mengajak dan memerintahkan anak kamanakan/ ditetapkan serta memenuhi kepentingan selu-
masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan ruh warga masyarakat, peran KAN sangat
nagari. Dalam kewenangan terhadap masya- dibutuhkan dalam mengkoordinasikan proses,
rakat, pemerintahan nagari punya masyarakat tujuan dan manfaat tiap-tiap program pemba-
sedangkan masyarakat adalah kemanakan dari ngunan yang dilaksanakan. Koordinasi juga
Mamak/Niniak Mamak. Pengaruh Niniak Mamak diperlukan agar pembangunan yang dilakukan
terhadap kemenakan sangat kuat di Nagari tidak berbenturan dengan norma-norma adat
Sungai Pua, terdapat istilah disuruah pai ditagah dan agama yang berlaku di Nagari Sungai Pua.
baranti (jika diperintah harus dikerjakan jika Hubungan kerja antara lembaga (KAN,
dilarang harus berhenti atau ditinggalkan) atau BAMUS dan Pemeritahan Nagari) serta banyak-
kamanakan saparintah mamak. Kedua ungkapan nya lembaga yang terlibat dalam pembangunan
106 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013: 102-109
karena sesuatu hal. Kejadian seperti ini, dapat anak kamanakan dari Niniak Mamak. Hubungan
mempengaruhi peran KAN dalam menjalankan baik pemerintahan nagari dengan KAN secara
fungsinya. Meskipun nantinya kasus seperti ini adat (antara mamak dan kemenakan) maupun
dapat ditanggulangi oleh pengurus inti KAN secara kelembagaan nagari menjadi faktor yang
seperti ketua KAN, akan tetapi tidak secara saling mempengaruhi dan menentukan dalam
maksimal dapat dilakukan. pembangunan nagari Sungai Pua. Pemerintah-
2) Kualitas dan Pengelolaan SDM. Keang- an Nagari terlebih dahulu melakukan pembica-
gotaan KAN yang terdiri dari Niniak Mamak raan kepada KAN jika terdapat permasalahan
menjadi contoh dan panutan dalam masyarakat dalam kegiatan pembangunan, sehingga dalam
nagari. Anak kemenakan amat segan kepada pertemuan formal tidak terjadi perdebatan
Niniak Mamaknya, bahkan ia akan lebih patuh antara Pemerintahan Nagari dengan KAN,
kepada Niniak Mamak dari pada perangkat bahkan KAN akan ikut serta menyelesai-
pemerintah di nagari. Ini bukan berarti rendah- kannya.
nya kharismatik pemerintah nagari dibanding 2) Citra KAN di Nagari Sungai Pua. KAN
kharismatik seorang Niniak Mamak. Niniak bersama Niniak Mamak sebagai pimpinan
Mamak adalah ibarat kayu baringin di tangah koto, informal di nagari menjalankan tugas dan
batangnyo tampek basanda, daunnyo tampek fungsinya di dalam garis alur dan patut. Niniak
balinduang, ureknyo tampek baselo, kok pai tampek Mamak yang keluar dari garis alur dan patut
batanyo, kok pulang tampek babarito (Niniak akan menerima hukuman berbentuk tidak di
Mamak diibaratkan kayu baringin ditangah bawa sehilir-semudik, masuk tak genap, keluar tak
koto, batangnya tempat bersandar, daunnya ganjil (tidak diajak). Bagi Niniak Mamak hukum-
tempat berlindung, uratnya tempat bersila/ an tersebut amatlah ditakuti, bahkan lebih di
duduk, kalau pergi tempat bertanya, kalau takuti dari hukum buang.
pulang tempat membawa berita). Untuk menja- 3) Hubungan antara lembaga yang terda-
di Niniak Mamak harus mempunyai bekal ilmu pat di Nagari Sungai Pua. Hubungan antar
dan pengalaman yang amat banyak dalam lembaga yang terdapat dinagari Sungai Pua
bidangnya. Terkait dengan pembangunan juga mempengaruhi peran KAN dalam
nagari KAN juga harus memahami dan pembangunan Nagari Sungai Pua. Di nagari
mengerti tentang proses dan tahapan dalam Sungai Pua terdapat beberapa kelembagaan
pembangunan Nagari. Apalagi dengan semakin yang mempunyai tugas dan fungsi masing-
maju dan berkembangnya teknologi saat ini, masing. Lembaga-lembaga tersebut ada yang
pengaruh budaya luar yang positif maupun dibentuk secara adat seperti urang tigo jinih atau
negatif sangat cepat masuk ke nagari. Sehingga tungku tigo sajarangan. Lembaga-lembaga adat
kebutuhan dan keinginan masyarakat juga akan ini mempunyai kewenangan dan deskripsi
sangat mudah berubah. kerja yang jelas seperti diungkapkan pepatah
Faktor Ekternal. Di dalam faktor eksternal berikut: ‘penghulu taguah di adat, alim ulama
ini terdapat beberapa poin yang mempengaruhi taguah di agamo, cadiak pandai taguah dek buek
peran KAN dalam pembangunan Nagari (penghulu setia pada adat, alim ulama setia
Sungai Pua, di antaranya adalah ; pada agama, cerdik pandai setia pada aturan/
1) Hubungan Pemerintahan Nagari dengan perundangan).
KAN. Fungsi KAN dalam pembangunan nagari Selain faktor-faktor yang telah dijelaskan
adalah sebagai mitra pemerintahan nagari di atas, ada beberapa faktor yang dapat mem-
(Perda Kabupaten Agam 12/2007). Hubungan pengaruhi peran KAN dalam pembangunan
baik pemerintahan nagari dengan KAN akan Nagari Sungai Pua berdasarkan informasi yang
memudahkan proses koordinasi kedua lembaga didapatkan dari informan penelitian. Faktor-
dalam pelaksanaan pembangunan. KAN seba- faktor ini termasuk kedalam faktor eksternal
gai lembaga adat adalah lembaga informal yang mempengaruhi peraan KAN dalam
tertinggi di nagari. Pemerintah nagari mempu- pembangunan Nagari Sungai Pua, dintaranya
nyai kewenangan terhadap masyarakat, akan adalah; a) Masih terperliharanya adat istiadat
tetapi masyarakat termasuk Walinagari adalah dengan baik di Nagari Sungai Pua, yang
108 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013: 102-109
DAFTAR PUSTAKA Sitorus, M. F. Agusta, I. 2006. Metodologi Kajian
Komunitas, Departemen Komunikasi dan
Ardi, N. 2004. Pemerintahan Nagari dan Kelem- Pengembangan Masyarakat, Bogor:
bagaan Adat Minang Kabau. Minang Kabau Fakultas Ekologi Manusia IPB dan Seko-
yang Gelisah. Bandung: CV. Lubuk Agung. lah Pascasarjana IPB.
Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Sri Zul Chairiyah. 2008. Nagari Minangkabau dan
Surabaya: Airlangga. Desa di Sumatera Barat. KP3SB.
Dove, M. R. 1985. Peranan Kebudayaan Tradi- Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif
sional Indonesia dalam Modernisasi. Jakarta: Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Yayasan Obor Indonesia. Suhardono, Edy. 1986. Teory Peran (Konsep,
Esman, M. J. and Uphoff, N. T. 1988. Local Derivasi dan Implikasinya). Jakarta: Grame-
Organizations: Intermediaries in Rural dia Pustaka Utama.
Development. Itacha and London: Cornell Sumardjo dan Saharudin. 2006. Tajuk Modul EP-
University Press. 523: Metode-metodePartisipatif dalam Pe-
L. Dt. Indomo Marajo. 2000. Pengetahuan Adat ngembangan Masyarakat. Departemen Ko-
Minang Kabau. LKAAM Sumbar. munikasi dan Pengembangan Masya-
rakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB dan
Putra, R. 2008. Peranan Tungku Tigo Sajarang-
Sekolah Pascasarjana IPB.
an dalam Pembangunana Masyarakat
Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar.
Nagari. Studi Kasus: Nagari Pilubang
Kabupaten Padang Pariaman. Thesis Jakarta: Rajawali Press.
Program Magister Studi Pembangunan. Syarifudin, D. 2008. Strategi Pengembangan
ITB Desa Tertinggal Wilayah Darat dan Wila-
Salim, A. 2006. Teori & Paradigma Penelitian yah Pesisir dalam Perspektif Peningkatan
Sosial. Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara Indeks Pembangunan Manusia: Wilayah
Wacana. Studi Kabupaten Ciamis. Tesis S.2 Pasca
Sarjana ITB. Bandang.
Sasmojo, S. 2004. Sains, Teknologi, Masyarakat
dan Pembangunan. Program Pascasarjana Thoha, M. 1993. Kepemimpinan dalam Manaje-
Studi Pembangunan ITB, Bandung. men. Jakarta: Rajawali Press.
Siagian, S.P. 1994. Manajemen Modern; Bunga Wirartha, I. 2006. Metodologi Penelitian Sosial
Rampai. Jakarta: CV. Masangung. Ekonomi. Yogyakarta: C.V Andi Offset.