Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL M4 KB1

MEMAHAMI PERBEDAAN KARAKTERI PESERTA DIDIK


SISWA BERMASALAH BUTUH PENDAMPINGAN BUKAN PENGHAKIMAN
Nama :Fitri Kurniawati,S.Pd.
No. Peserta : 20534980190001
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yag terpenting dalam kehidupan kita.ini berarti bahwa setiap manusia
berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara
umum memiliki arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri dari tiap individu untuk
dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Pendidikan pertama yang didapat seorang anak adalah dari keluarga yang ada dirumah, terutama
orang tua. Kepribadian dan sikap atau tingkah laku mulanya terbentuk dalam pendidikan nonformal
vang berasal dari orang tua. Seorang anak yang disayangi akan menyayagi keluarganya, sehingga
anak akan merasa dibutuhkan oleh keluarganya. Sebab merasa keluarga sebagai sumber kekuatan
yang membangunnya. Dengan demikian akan timbul suatu situasi yang saling membantu dan
menghargai.sehingga sangat mendukung perkembangan seorang anak.

Sekolah adalah tempat pendidikan kedua bagi anak. Sekolah merupakan tempat terjadinya
proses belajar mengajar. Di sana tempat siswa – siswa memperoleh ilmu pengetahuan. Belajar akan
lebih berhasil bila bahan dikemas sedemikian rupa sehingga menarik perhatian siswa. Karena itu
bahan harus dipilih yang sesuai dengan minat siswa. Suasana kelas juga sangat berpengaruh
terhadap motivasi belajar siswa, selain itu tujuan pembelajaran yang jelas juga akan memudahkan
siswa dalam memahami setiap materi pelajaran. Sehingga dengan demikian siswa tidak akan
pernah merasa bosan dan termotivasi untuk mengikuti setiap proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya mengajar dalam satu kelas dengan karakteristik
siswa yang mempunyai kemampuan yang homogen/sama. Banyak siswa yang mempunyai latar
belakang dan motivasi belajar yang berbeda – beda, karena kondisi yang melatarbelakanginya pun
tidak sama. Ada banyak hal yang harus menjadi pertimbangan guru dalam mengajar yang dapat
melibatkan siswa secara aktif dan dapat menemukan konsepnya sendiri.

Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak yang berlangsung dari usia enam tahun
hingga kira-kira usia sebelas atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah
mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang diantarnya
perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian
dan perkembangan fisik anak.

Berbagai macam karakter dan kepribadian siswa juga ditemukan di MI Nurul Huda 2 kota
Mojokerto, dalam satu kelas yang terdiri dari 40 siswa ada seorang siswa yang memang kondisinya
sangat memprihatinkan dalam artian kepribadian dan tingkah laku yang dia miliki sangat buruk.
Siswa tersebut memiliki karakteristik dalam menyelesaikan masalah harus degan kekerasan baik itu
dengan temannya, ataupun terkadang dengan gurunya sekalipun. Hal ini tentunya memberikan
kecemasan untuk orang tua siswa yang lain dan tentunya bagi siswa yang lain. Mereka tentu tidak
nyaman dalam mengkuti proses pembelajaran di kelas.

Bagi siswa yang memiliki tingkah laku buruk itupun pasti juga mendapat imbas, dia akan dijauhi
oleh teman-temannya, sehingga interaksi sosialnya akan jauh menurun dan bisa jadi akan berakibat
bagi tingkah lakunya yang mungkin akan semakin buruk.

[AUTHOR NAME] 1
Setelah pihak sekolah melakukan penelusuran secara mendalam, siswa tersebut menjadi seperti
itu karena faktor keluarga, dimana cara orang tua mendidik siswa tersebut, sering menggunakan
kekerasan, sehingga secara otomatis perilaku orang tua akan terbawa oleh anak ketika berada di
sekolah. Disinilah seorang guru yang harus berperan dalam meminimalisir terjadiya kesenjangan
antara siswa yang memiliki karakteristik berbeda dengan teman-temannya.

B. KAJIAN TEORI

Karakter adalah watak, sifat, akhlak atau kepribadian yang membedakan seorang individu dengan
individu lainnya. Atau karakter dapat di katakan juga sebagai keadaan yang sebenarnya dari dalam diri
seorang individu, yang membedakan antara dirinya dengan individu lain. Begitu pula halnya antara
satu murid dengan murid lainnya dalam suatu kelompok belajar. Karakter seorang murid tidak dibawa
sejak lahir. Karakter tumbuh dan berkembang melalui proses belajar di lingkungan keluarga, lembaga
sekolah dan lingkungan sosial dimana murid itu berada.

Setiap karakter individual murid itu unik, masing-masing memiliki kemampuan dan tingkatan yang
berbeda. Ada beberapa hal yang bisa diperhatikan untuk mengetahui perbedaan individual seorang
murid dalam hal pembelajaran. Nana Sudjana ( 2007:116 ) mengemukakan bahwasanya terdapat 6
perbedaan karakter individual yang ada pada setiap peserta didik atau murid, yaitu : perkembangan
intelektual, kemampuan berbahasa, latar belakang pengalaman, gaya belajar, bakat dan minat, dan
kepribadian.

Menurut Erikson perkembangan psikososial pada usia enam sampai pubertas, anak memasuk dunia
pengetahuan dan dunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada tahap ini anak mulai masuk sekolah,
mulai dihadapkan dengan teknologi masyarakat, disamping itu proses belajar mereka tidak hanya
terjadi di sekolah.

Sedang menurut Thornburg (1984) anak sekolah dasar merupakan indiviu yang sedang
berkembang, barangkali tidak perlu diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang
berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam
menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat.

Menurut Piaget ada lima aktor yang menunjang perkembangan intelektual yaitu : kedewasaan
(maturation), pengalaman fisik (physical experience), pengalaman logika matematika (logical
mathematical experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses keseimbangan
(equilibrium) atau proses pengaturan sendiri (sel-regulation).

Menurut Undang – undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa
guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Namun pada kenyataannya
diketahui bahwa kebanyakan guru masih meletakkan fungsinya sebagai pengajar dan belum
menjadi pendidik professional. Salah satu ciri pendidik professional adalah mendidik siswa dengan
sabar dan bijak ketika menghadapi siswa – siswa bermasalah.

Selain menyampaikan ilmu pengetahuan, guru berkewajiban untuk membentuk pribadi siswa
menjadi manusia – manusia yang berwatak baik. Mengajar tidak sekedar transfer pengetahuan,
tetapi lebih dari itu untuk membentuk pribadi yang berkarakter baik, santun, dan mampu berdiri
sendiri. Sehingga sekolah atau pendidik juga berkewajiban untuk mencari solusi/jalan keluar jika
terjadi permasalahan pada siswa.

Siswa bermasalah adalah siswa yang perilakunya atau tindakannya tidak diharapkan oleh guru,
orang tua, atau masyarakat dan tindakan tersebut cenderung merugikan diri sendiri dan orang lain
(Yonohadi 2012). Siswa bermasalah sering dikonotasikan suatu bentuk perilaku siswa yang
[AUTHOR NAME] 2
menyimpang dari aturan sekolah. Siswa bermasalah ini juga sering diartikan sebagai siswa yang
nakal. Siswa bermasalah yang dimaksud disini tidak hanya dibatasi oleh pemahaman siswa yang
nakal saja, tetapi banyak macamnya, ada yang memiliki masalah kesulitan belajar, , masalah
kesulitan berkomunikasi, krisis kepercayaan diri, Setiap siswa memiliki karakteristik pribadi atau
perilaku yang berbeda dengan siswa lain. Masalah – masalah tersebut bisa bermuara dari keluarga,
lingkungan, maupun dari diri siswa sendiri.

Akibat siswa bermasalah kebanyakan akan mengalami ketinggalan dalam beberapa pelajaran,
ketinggalan dalam kegiatan – kegiatan penilaian yang di adakan oleh guru mata pelajaran, meskipun
teorinya guru harus tetap membantu siswa dalam mengejar ketinggalannya, tetapi dalam praktiknya
tidak semudah itu. Selain ketinggalan dalam pelajaran, hilangnya rasa disiplin, siswa kadang juga
merasa tersisih dari teman – temannya, apalagi bila masalah siswa tersebut sudah parah sehingga
muncul anggapan dari teman dia itu siswa yang nakal yang akhirnya dikucilkan dari teman –
temannya.

Dalam menghadapi siswa bermasalah peran pendidik sebagai pendamping sangatlah penting
sebagai sarana untuk mencari solusi setiap permasalahan siswa. Melalui pendekatan personal
harapannya siswa terbuka dengan permasalahannya, sehingga pendamping memahami dan
mendapatkan gambaran bagaimana harus menghadapi siswa tersebut. Menghentikan sekaligus
kebiasaan/perilaku siswa yang tidak baik tidak bisa dilakukan seketika itu juga. Tetapi paling tidak
ada usaha untuk meminimalisir perilaku siswa yang bermasalah.

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam menangani dan mengurangi adanya siswa
bermasalah anatara lain :
1. Mendampingi dan memotivasi siswa dalam menemukan akar permasalahan, memberi
alternative pemecahan sekaligus mendampingi sampai pada implikasinya.
2. Menerapkan disiplin secara tegas,konsisten, dan tidak tebang pilih.
3. Guru berkreasi dan berinovasi
4. Kerjasama dengan pihak luar

Setelah memahami perbedaan individual peserta didik, seorang guru melalui pertimbangan -
pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami perbedaan individual peserta didik diharapkan guru akan dapat lebih tepat
dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.
Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku
individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami perbedaan individual peserta didik diharapkan guru dapat menentukan
strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan
karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan
yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat
membimbing para siswanya. Dengan memahami perbedaan individual peserta didik, tentunya
diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses
hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa,
seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya
memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya
[AUTHOR NAME] 3
perbuatan belajar. Tanpa pemahaman mengenai perbedaan individual peserta didik yang
memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai
fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan
memahami perbedaan individual peserta didik memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim
sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman
dan menyenangkan.
6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru terhadap perbedaan individual peserta didik memungkinkan untuk
terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang
menyenangkan di hadapan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru terhadap perbedaan individual peserta didik dapat mambantu guru dalam
mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian,
pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian
http://yuliningsihcool.blogspot.co.id/2013/11/psikologi-pendidikan-dan-manfaat-bagi.html

C. Kesimpulan
Perbedaan karakteristik peserta didik akan selalu ada di dalam kelas yang heterogen.
Fenomena seperti ini perlu adanya perhatian khusush dari kita selaku seorang guru yang harus lebih
memahami berbagai macam siswa. Untuk menjadi seorang guru professional yang bukan hanya
mengajar, mendidik, dan melatih dan membimbing dalam kelas akan tetapi juga harus berperan
sebagai pembentuk kepribadian siswa menjadi lebih baik serta dapat menggali bahkan
mengembangkan minat dan bakat siswa.
Solusi pemecahannya siswa yang memiliki perbedaan karakter semisal memiliki tingkah laku
buruk tidak harus dihukum atau diberi sangsi. Siswa bermasalah memerlukan pendampingan
untuk memecahkan dan mencari solusi permasalahannya. Dan yang terlebih penting
pendampingan siswa bermasalah tidak hanya menjadi tanggungjawab guru BK, tetapi semua
komponen yang ada di sekolah mulai dari kepala sekolah dan stapnya, guru mata pelajaran, guru
BK, wali kelas mempunyai tanggungjawab yang sama. Upaya pendampingan siswa bermasalah
ini akan lebih efektif lagi jika didukung oleh kerjasama pihak keluarga dan peran serta
masyarakat.
Seorang guru/pendidik hendaknya di dalam mengajar tidak hanya fokus pada materi
pengetahuan saja. Seorang guru juga sebagai pendidik harus sering berkreasi dan berinovasi
mengemas materi pelajaran, sehingga murid tidak merasa bosan dan selalu bersemangat dalam
mengikuti setiap pembelajaran. Di samping itu guru sebagai pendidik juga dituntut untuk
mempunyai rasa peduli dan peka terhadap sikap dan karakter anak didiknya. seorang guru juga
sebagai pendidik diharapkan mempunyai sikap yang tegas, konsisten dan patut diteladani.

[AUTHOR NAME] 4

Anda mungkin juga menyukai