Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN PENGELOLAAN SAMPAH

INFEKSI DAN NON INFEKSIUS

RSI AT-TIN HUSADA

2016

Rumah Sakit Islam At-Tin Husada

Jln. Raya Ngawi-Solo Km. 04

Watualang, Ngawi

0352. 747888 Fax : 0351. 744666


BAB I
DEFINISI

Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan, sedangkan limbah medis atau
limbah klinis mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan,
fasilitas penelitian, dan laboratorium.
Limbah bahan berbahaya dan beracun, adalah sisa suatu usaha atau kegiatan
yang mengandung bahan berbahaya atau karena sifat atau konsentrasinya atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan atau
merusakkan lingkungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Limbah infeksius, adalah limbah yang diduga mengandung patogen (bakteri,
virus, parasit, dan jamur) dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada
penjamu yang rentan.
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari limbah infeksius adalah :


1. Kultur dan stok agen infeksius dari aktifitas laboratorium
2. Limbah hasil operasi atau otopsi dari pasien yang menderita penyakit menular
3. Limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bagian isolasi
4. Alat atau materi lain yang tersentuh orang sakit dengan penyakit menular
BAB III
TATA LAKSANA

Dampak negatif dari sebuah sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit
dapat menjadi sumber masalah bagi lingkungan. Kondisi ini terutama jika limbah yang
dihasilkan sebagai akibat aktifitas pelayanan kesehatan tidak dikelola dengan baik.
Sebagaimana diungkapkan Said (1999), rumah sakit dalam menjalankan fungsi
operasionalnya menghasilkan limbah, baik itu limbah domestik, limbah padat, limbah
cair dan limbah gas serta limbah radioaktif.
Cara terbaik untuk mengurangi risiko terjadinya penularan adalah dengan
menjaga agar sampah medis tersebut tetap tertutup dengan rapat. Ada beberapa
prinsip dasar dan prosedur yang dapat membantu pencapaian tujuan pengurangan
dari pemakaian.
Prinsip-prinsip dan prosedur tersebut adalah :
1. Sampah dikemas dengan baik.
2. Menjaga agar sampah tetap dalam kemasan dan tertutup rapat serta
menghindarkan hal-hal yang dapat merobek atau memecahkan kontainer limbah.
3. Menghindari kontak fisik dengan limbah.
4. Menggunakan alat pelindung perorangan ( sarung tangan, masker, dsb )
5. Usahakan agar sedikit mungkin memegang limbah.
6. Membatasi jumlah orang yang berpotensi untuk tercemar.

A. PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS


Pemusnahan limbah medis haruslah dengan menggunakan cara
pembakaran, perlu dijaga keutuhan kemasannya pada waktu sampah tersebut
ditangani. Banyak sistem pembakaran atau insenerasi yang menggunakan
peralatan mekanik. Namun, usahakan untuk melakukan pengolahan limbah medis
yang sesuai dengan peraturan berlaku dan pengolahan ramah lingkungan.
B. KARAKTERISTIK LIMBAH RUMAH SAKIT
Bentuk limbah medis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya antara lain adalah Limbah infeksius, dimana limbah
infeksius berasal dari :
1. Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular (perawatan intensif)
2. Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
C. PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT
1. Limbah padat
Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu
dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah
medis dikategorikan menjadi 5 golongan sebabagi berikut :
a. Golongan A :
1) Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar
bedah.
2) Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.
3) Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),
bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan swab dan dreesing.
b. Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk
dalam golongan A.
c. Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.
Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis perlu dilakukan pemisahan
penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah pendahuluan.
a. Pemisahan
Golongan A dan E
Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang terkontaminasi dari
ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam bak penampungan limbah
medis yang mudah dijangkau bak sampah yang dilengkapi dengan pelapis
pada tempat produksi sampah. Kantong plastik tersebut hendaknya diambil
paling sedikit satu hari sekali atau bila sudah mencapai tiga perempat
penuh. Kemudian diikat kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di
bak sampah klinis.
b. Penampungan
Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan
kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa
ke incinerator sampah tersebut hendaknya :
1) Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
2) Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang
disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong
berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah.
3) Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak
rembes, dan disediakan sarana pencuci.
4) Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang,
dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.
5) Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin)
6) Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (jadi
bisa digolongkan dalam sampan klinis), dapat ditampung bersama
sampah lain sambil menunggu pengangkutan.
c. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan
eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke
tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site).
2. Limbah Cair
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahan-
bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan
Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:
a. Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)
Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah lahan,
karena kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas.Sistem ini
terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana yakni :
1) Pump Swap (pompa air kotor).
2) Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.
3) Bak KlorinasiControl room (ruang kontrol)
4) Inlet
5) Incinerator antara 2 kolam stabilisasi
6) Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.
b. Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)
Kolam oksidasi dibuat bulat atau elips, dan air limbah dialirkan secara
berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari
udara (aerasi). Kemudian air limbah dialirkan ke bak sedimentasi untuk
mengendapkan benda padat dan lumpur. Selanjutnya air yang sudah jernih
masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan umum atau
sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan
pada Sludge drying bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem kolam
oksidasi ini terdiri dari :
1) Pump Swap (pompa air kotor)
2) Oxidation Ditch (pompa air kotor)
3) Sedimentation Tank (bak pengendapan)
4) Chlorination Tank (bak klorinasi)
5) Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak).
6) Control Room (ruang kontrol)
c. Anaerobic Filter Treatment System
Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui
filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah
mengalami pretreatment dengan septic tank (inchaff tank). Proses anaerobic
filter treatment biasanya akan menghasilkan effluent yang mengandung zat-
zat asam organik dan senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih
banyak untuk proses oksidasinya.
Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen antara lain
sebagai berikut :
1) Pump Swap (pompa air kotor)
2) Septic Tank (inhaff tank)
3) Anaerobic filter.
4) Stabilization tank (bak stabilisasi)
5) Chlorination tank (bak klorinasi)
6) Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)
7) Control room (ruang kontrol)
Mencegah limbah RS memasuki lingkungan dimaksudkan untuk mengurangi
keterpajanan (exposure) masyarakat. Tindakan ini bisa mencegah bahaya dan
risiko infeksi pengguna limbah. Tindakan pencegahan lain yang mudah, jangan
mencampur limbah secara bersama. Untuk itu tiap RS harus berhati-hati dalam
membuang limbah medis.
Pengelolaan limbah RS ini mengacu Peraturan Menkes No 986/Menkes/Per/XI/
1992 dan Keputusan Dirjen P2M PLP No HK.00.06.6.44,tentang petunjuk teknis
Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit. Intinya penyelamatan anak harus di
nomorsatukan, kontaminasi agen harus dicegah, limbah yang dibuang harus
tak berbahaya, tak infeksius, dan merupakan limbah yang tidak dapat
digunakan kembali.
Rumah sakit sebagai bagian lingkungan yang menyatu dengan masyarakat
harus menerapkan prinsip ini demi menjamin keamanan limbah medis yang
dihasilkan dan tak melahirkan masalah baru bagi kesehatan di Indonesia.
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Lampiran surat jalan pengangkutan limbah

Anda mungkin juga menyukai