Anda di halaman 1dari 6

II

TATALAKSANA BREEDING SAPI POTONG

DI PT.KARIYANA GITA UTAMA

JEFFRY ADI NABABAN

(200110150248)

2.1 Abstrak

Kata Kunci :
2.2 Latar belakang

Usaha pembibitan sapi potong belum banyak yang dilakukan oleh pengusaha di

Indonesia. Tingkat kemampuan peternak dalam memproduksi ternak masih sangatlah terbatas

karena pada usaha sapi potong membutuhkan pengeluaran yang cukup besar bila diukur oleh

kemampuan peternak dalam menyediakan modal. Waktu mendapatkan hasil usaha cukup lama,

membutuhkan waktu untuk memelihara yang relatif panjang. Untuk menyiasati hal tersebut

peternak melakukan usaha penggemukan sapi potong. Usaha penggemukan juga memerlukan

modal yang cukup besar, tetapi waktu mendapatkan hasil usaha relative lebih cepat antara 4-8

bulan.

Hal ini berdampak pada kondisi peternakan di indonesia khusus peternakan sapi potong

yang kebanyakan hanya melakukan program penggemukan(Fattening) dengan bakalan


pemeliharaan diimport dari Australia. Pemerintah tidak tinggal diam untuk menyikapi hal ini

dan mengeluarkan Undang Undang Peternakan dan Kesehatan hewan. Untuk memenuhi syarat

dari UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2014 pasal 13,14,15

tentang penyediaan program breeding dalam suatu perusahaan peternakan, PT. KARIYANA

GITA UTAMA melaksanakan program breeding sebanyak 20% dari total populasi

pemeliharaan sapi potong.

Kegiatan Praktek kerja lapangan (PKL) bertujuan untuk melibatkan diri secara langsung

dalam mempelajari tata laksana yang diterapkan PT.KARIYANA GITA UTAMA dalam

pelaksanaan Breeding sapi potong. Manfaat yang dapat diperoleh yaitu untuk menambah
ketrampilan kerja tentang manajemen breeding ternak sapi potong dan dapat dijadikan sebagai
sarana bertukar informasi, pengetahuan, dan pengalaman dari mahasiswa dengan peternak

sehingga dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

2.3 Maksud dan Tujuan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari studi pendalaman tentang

pembibitan sapi potong ini adalah:

1) Mengetahui manajemen pembibitan sapi potong PT.Kariyana Gita Utama (KGU),

2) Mengetahui manajemen reproduksi di PT. KGU,

3) Mengetahui tatalaksana pemeliharaan induk bunting,

4) Mengetahui tatalaksana pemeliharaan pedet sapih,

5) Mengetahui tatalaksana pemeliharaan pedet lepas sapih.

2.4 Metode Pengamatan

Metode pengamatan yang dilakukan pada Praktek Kerja Lapangan di PT. Kariyana Gita

Utama adalah sebagai berikut :

1. Berpartisipasi lansung di lapangan dalam suatu praktek kerja (training by doing), seperti

mengikuti kegitan pemeliharaan sapi bunting dan terjun langsung dalam proses kelahiran

sapi di PT. Kariyan Gita Utama.

2. Pengamatan lapangan (direct observation) yang dilakukan setiap hari kerja diseluruh

area farm khususnya di kandang Fattening yakni divisi Breeding

3. Metode diskusi dan wawancara mendalam (indepth interview) dengan Kepala bagian,

supervisor dan karyawan bagian Fattening di PT.Kariyana Gita Utama

4. Pengumpulan dan pengamatan data (collecting data) yang diperoleh sehingga dapat

mendukung dalam pengambilan kesimpulan.

2.5 Hasil dan Pembahasan

2.5.1 Manajemen Pembibitan Sapi Potong

PT.Kariyana Gita Utama merupakan perusahaan feedloat dengan memiliki populasi

sekitar 5000 ekor sapi yang bakalannya diimport dari Australia. Dalam memenuhi program

pemerintah yakni pembuatan kandang breeding dan populasi breeding minimal 20%, maka PT.

KGU membuat kandang breeding. Bakalan yang baru datang dari Australia, PT KGU memiliki
program PKB (pemeriksaan kebuntingan) sebulan setelah kedatangan sapi. Setelah
melakuakan PKB, sapi bunting dipisah dan dimasukkan dalam satu paddock dan sapi yang

tidak bunting digabung dengan koloni penggemukan.

Tujuan diadakan PKB selain mendeteksi sapi bunting, merupakan pencegah penjualan

sekaligus penyembelihan sapi bunting. Instruksi bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri

Pertanian RI Nomer : 05/ins/um/3/1979, tentang Pencegahan dan Larangan Pemotongan

Ternak Sapi/Kerbau Betina Bunting atau Sapi/Kerbau Betina Bibit, disertai Surat Keputusan

Direktur Jendral Peternakan No.509/Kps/DPJ/Deptan/81 tentang Penetapan Penggunaan

Formulir Laporan Pemotongan Hewan Bertanduk Betina yang dengan tegas memuat larangan

pemotongan ternak sapi/kerbau bunting/sapi/kerbau betina bibit kecuali dengan pertimbangan

tertentu seperti umur sapi yang lebih dari 8 tahun, karena dianggap sudah tidak produktif lagi

(Direktorat Jendral Peternakan, 1987).

Sebagai rangkaian program untuk menciptakan suatu sistem produksi peternakan sapi

potong yang berkelanjutan dapat dimulai dari program induk anak (cow-calf program),

program pembesaran (stoker program) sampai pada program penggemukan (fattening

program).

a) Program induk anak (cow-calf program)

Pada kandang breeding, sistem ini pemeliharaan induk dengan anak dilakukan secara

bersamaan (cow calf operation), setelah anaknya disapih, induk dimasukkan dalam

paddock perkawinan, dan anak dikelompokkan berdasarkan berat badan dan umur sesuai

dengan jenis kelamin dan rumpun.

PT. Kariyana Gita Utama sendiri dalam hal pemeliharaan induk sekaligus anak yang

baru lahir, di tempatkan di satu kandang secara intensif. Induk sapi yang baru melahirkan

biasanya diamati dan dimonitoring selama pedet sudah terbiasa dengan lingkungan.

Setelah 1bulan sampe 1,5 bulan induk sapi maupun pedet digabungkan dalam satu kandang

dengan sapi yang sama dan dinamakan dengan kandang pra lepas sapi. Selama 3-4 bulan

pedet digabungkan dengan induk, pedet dipisahkan kedalam satu paddock (lepas sapih).

b) Program pembesaran (stoker program)


Stroker program di PT.KGU dilakukan sama halnya dengan penggemukan. Namun

dalam hal pemberian pakan memiliki perbedaan pada komposisi dan jenis pakan yang

diberikan. Induk sapi yang setelah pisah dari pedet, dilakukan penggemukan selama 1

bulan dan langsung dijual. Maka induk sapi dari melahirkan sampai dijual kira-kira waktu

yang dibutuhkan 5-6 bulan.

c) Program penggemukan (fattening program).

Program penggemukan diPT.KGU pada dasarnya pemeliharaan berlangsung selama 3

bulan dengan fase starter, grower, dan finisher. Fase starter dimulai dengan kedatangan

sapi dari Australia sampai kurang lebih 3 minggu. Fase grower dari umur 1 bulan- 2,5

bulan. Dan fase finisher 2,5 bulan sampai dipasarkan. Namun untuk pedet lepas

sapih,digemukkan selama bobot badan memenuhi penjualan pasar, kemudian untuk induk

sapi yang sudah pisah dengan pedet lepas sapih dilakukan penggemukan selama kurang

lebih 1 bulan sampai terlaksananya penjualan.

2.5.2 Manajemen Reproduksi

Dalam pengembangan Program breeding, ternak sapi potong di peternakan ini biasanya

melakukan Inseminasi Buatan (IB),namun tidak menutupi terjadinya kawin alami. Ketika

kedatangan sapi dan dilakukan nya PKB, maka hal tersebut terbukti terjadinya kawin alami.

PT.KGU dalam hal memanajemen reproduksi tidaklah hal yang utama, sebab pada prinsip

peternakan ini hanyalah fokus terhadap penggemukan yang jangka pemeliharaanya 3 bulan.

2.5.3 Tatalaksana Pemeliharaan Induk Bunting

2.5.4 Tatalaksana Pemeliharaan Pedet Sapih

2.5.5 Tatalaksana Pemeliharaan Pedet Lepas Sapih


2.6 Kesimpulan dan Saran

2.6.1 Kesimpulan

2.6.2 Saran
2.7 Daftar Pustaka

Sapi Brahman Cross mempunyai sifat keibuan (mothering ability) yang rendah, terutama yang dara,
sehingga induk yang bunting tua perlu disendirikan dan apabila tidak mau menyusui perlu dilakukan
pemerahan dan diberikan ke anaknya dengan bantuan “dot” . Karena rendahnya sifat keibuan ini
yang menyebabkan kematian anak pra sapih menjadi tinggi.

Anda mungkin juga menyukai