Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH LEBAR PONDASI DAN KEMIRINGAN LERENG

TERHADAP DAYA DUKUNG TANAH PASIR


PADA PEMODELAN FISIK
Moch. Fachrur Rifqi, Arief Rachmansyah, As’ad Munawir
Jurusan Teknik Sipil – Fak. Teknik Univ. Brawijaya
JL. MT. Haryono 167, Malang 65145, Jatim, Indonesia
Email: fachrurifqi28@gmail.com
ABSTRAK

Dengan semakin terbatasnya lahan, masyarakat mulai memanfaatkan lereng sebagai


alternatif tempat mendirikan bangunan tempat tinggal. Pembangunan di atas lereng
tentunya sangat berbahaya, karena sifat lereng yang kurang stabil dapat menimbulkan
terjadinya kelongsoran sewaktu-waktu. Salah satu bentuk upaya penanggulangannya
adalah dengan mengaplikasikan geogrid sebagai bahan perkuatan lereng. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi dari lebar pondasi dan kemiringan
sudut pada pemodelan fisik lereng tanah pasir yang diperkuat geogrid. Pada penelitian ini
digunakan 2 lapisan geogrid, rasio jarak pondasi dari tepi lereng (s/B) sebesar 2, dan
kepadatan relatif sebesar 74%. Digunakan 3 variasi lebar pondasi yaitu 4cm, 6cm, dan
8cm. Sedangkan untuk kemiringan lereng digunakan 3 variasi juga yaitu 46o, 51o, dan 56o.
Dari percobaan, didapatkan bahwa peningkatan beban ultimit yang paling maksimum
adalah pada pondasi dengan lebar 4 cm dan kemiringan sudut lereng 46o.

Kata kunci: lereng, pasir, geogrid, sudut, lebar, pondasi

PENDAHULUAN perkuatan dan lereng tanah pasir yang


Dengan semakin terbatasnya lahan, menggunakan perkuatan geogrid dengan
masyarakat mulai memanfaatkan lereng variasi kemiringan lereng dan lebar
sebagai alternatif tempat mendirikan pondasi. Kemudian mengetahui
bangunan tempat tinggal. Pembangunan pengaruh variasi kemiringan lereng dan
di atas lereng tentunya sangat berbahaya, lebar pondasi terhadap daya dukung
karena sifat lerng yang kurang stabil pondasi menerus pada lereng tanah pasir
dapat menimbulkan terjadinya yang diperkuat dengan geogrid. Serta
kelongsoran sewaktu-waktu. Kejadian mengetahui kondisi dimana dihasilkan
seperti ini dapat diantisipasi dengan daya dukung yang paling maksimum dari
melakukan upaya-upaya perbaikan pada variabel yang digunakan.
tanah lereng. Salah satu bentuk upaya
tersebut adalah dengan mengaplikasikan KAJIAN PUSTAKA
geogrid sebagai bahan perkuatan lereng. Keruntuhan Pondasi Di Dekat Lereng
Bila pondasi yang terletak pada
TUJUAN lereng dibebani, maka akan terbentuk
Tujuan adanya penelitian ini adalah zona plastis yang asimetris di bawah
untuk mengetahui perbandingan daya pondasi. Zona plastis yang terbentuk di
dukung pada lereng tanah pasir tanpa depan pondasi akan lebih besar

i
dibandingkan dengan zona plastis yang dimana:
berada dibelakangnya. Graham, dkk kemiringan lereng
(1987), memodelkan keruntuhan pondasi cqdan faktor lereng
pada lereng pasir seperti pada Gambar 1. Nc, Nq dan Nγ = faktor daya dukung

Teori Gemperline
Gemperline mengusulkan sebuah
persamaan yang dapat membantu
menentukan faktor daya dukung Nγq yang
digunakan dalam persamaan daya dukung
Meyerhoff, sebagai berikut:

Nγq = fϕ × fB × fD/B × fB/L× fD/B,B/L × fβ,b/B ×


fβ,b/D,D/B × fβ,b/B,B/L

Gambar 1 Skema keruntuhan pondasi dimana:


pada lereng D = kedalaman pondasi (inchi)
(Sumber: Grham dkk, 1987) L = panjang pondasi (inchi)
b = jarak pondasi dari tepi lereng
Teori Meyerhoff
(inchi)
Meyerhoff (1957) dalam Christady
fϕ = 10(0,1159ϕ - 2,386)
(1996) memberikan persamaan daya
fB = 10(0,34 – 0,2 log B)
dukung untuk pondasi memanjang yang
fD/B = 1 + 0,65 (D/B)
terletak pada lereng sebagai berikut:
fB/L = 1 – 0,27 (B/L)
qu  cN cq  0,5BN q
fD/B,B/L = 1 + 0,39 (D/L)
dimana: fβ,b/B = 1 – 0,8 [1 - (1 – tanβ)2]
qu = daya dukung ultimit {2/[2+(b/B)2 tanβ]}
c = kohesi fβ,b/D,D/B = 1 + 0,6 (B/L) [1 - (1 – tanβ)2]
 = berat volume tanah {2/[2 + (b/B)2 tanβ]}
B = lebar pondasi fβ,b/B,B/L = 1 + 0,33 (D/B) tanβ
N cq , N q = faktor-faktor daya dukung {2/[2+(b/B)2 tanβ]}

Teori Hansen-Vesic Bearing Capacity Improvement (BCI)


Persamaan yang dikembangkan Bearing Capacity Improvement
oleh Brinch Hansen (1970) menunjukkan (BCI) adalah rasio perbandingan antara
hasil temuan teoritis maupun daya dukung tanah yang diberi perkuatan
eksperimental baik yang didapatkan dan daya dukung tanah tanpa perkuatan.
maupun kontribusi dari peneliti Secara umum, BCI dapat dirumuskan
sebelumnya seperti Terzaghi. sebagai berikut:

1
qu = c.Nc.c + q.Nq.q + .B.N.
2 Nilai tersebut didapat berdasarkan
 daya dukung pada saat ultimit (BCIu) dan
qtan 
daya dukung pada penurunan yang sama
(BCIs).

ii
Geogrid 4. Uji Geser Langsung (ASTM D-
Geogrid adalah salah satu 3080-82 E)
geosintetik berbentuk jaring dengan jala
terbuka. Dengan bentuknya yang seperti Perlakuan Dan Jumlah Sampel
jala, geogrid mampu mengunci Penelitian ini dilakukan untuk
(interlock) pengisi di sekitarnya mengetahui perbandingan daya dukung
Dalam Perencanaan Geosintetik pondasi menerus pada model lereng
untuk Perkuatan Lereng yang dikeluarkan tanah pasir dengan dan tanpa perkuatan
oleh Departemen Pekerjaan Umum, geogrid, maka dibutuhkan 18 model
disebutkan bahwa ketika tanah dan lereng, terdiri dari 9 model tanpa
geosintetik digabungkan, material perkuatan dan 9 model dengan perkuatan.
komposit (tanah yang diperkuat) tersebut Tabel 1 Variasi kemiringan lereng dan
menghasilkan kekuatan tekan dan tarik lebar pondasi menerus
tinggi sehingga dapat menahan gaya yang Rc = 74% α (Kemiringan
bekerja dan deformasi. Pada tahapan Sv = 3 cm Lereng)
tersebut, geosintetik berlaku sebagai L = 40 cm
n=2 46o 51o 56o
bagian tahanan tarik (gesekan, adhesi,
B = 4 cm √ √ √
saling mengikat (interlocking) atau
pengurungan (confinement)) yang B = 6 cm √ √ √
digabungkan ke tanah/timbunan dan
B = 8 cm √ √ √
menjaga stabilitas massa tanah.

Model pondasi menerus yang


digunakan terbuat dari baja yang di
dalamnya diisi dengan balok kayu.
Pondasi menerus memiliki tinggi 4 cm
dan panjang 98 cm yang dianggap
menerus.
Lebar pondasi yang dipakai
Gambar 2 Mekanisme Perkuatan lereng bervariasi dari 4, 6, hingga 8 cm. Rasio
dengan menggunakan geosintetik
(Sumber: DPU, 2009) jarak perletakan pondasi (d) terhadap
lebarnya (B) adalah 2. Untuk geogrid,
METODE PENELITIAN digunakan geogrid biaxial. Geogrid
Pengujian Sifat Fisik dan Mekanis dipasang secara horizontal sebanyak 2
Tanah lapis dengan jarak antar lapis 3 cm.
Sebagai langkah awal dalam Panjang geogrid yang dipakai (L) adalah
memulai penelitian ini, dilakukan 40 cm.
pengujian sifat fisik dan mekanis tanah,
antara lain:
1. Analisis Saringan (ASTM C-136-46)
2. Berat Jenis Tanah (ASTM D-854-58)
3. Pemadatan Tanah (ASTM D-698-70
Metode B)

iii
Kemudian dilakukan analisa BCI.
Ada 2 macam analisi BCI yang
digunakan, yaitu BCIu dan BCIs.
Perbedaan dari BCIu dan BCIs terletak
pada penentuan bebannya. Pada analisa
BCIu, beban yang digunakan merupakan
beban maksimum ketika lereng longsor.
Pada analisa BCIs, nilai beban diambil
ketika penurunan sebesar 2%, 4%, dan
Gambar 3 Skema perletakan benda 6% dari lebar pondasi.
uji dengan perkuatan geogrid
PEMBAHASAN
Metode Pengambilan Data Analisis Daya Dukung Tanpa
Pada uji pembebanan, beban Perkuatan
diberikan setiap kelipatan 5 kg. Dan Dari percobaan yang telah
setiap kenaikan beban dicatat penurunan dilakukan didapatkan beban maksimum
pondasi yang terjadi. Pembebanan yang mampu ditahan oleh lereng. Dari
dilakukan hingga mencapai 3 kali beban beban maksimum yang didapatkan, dapat
yyang sama atau lereng mengalami dihitung daya dukung maksimum dari
kelongsoran. Secara umum, skema masing-masing lereng. Hasil uji
pemasangan alat pengujian dapat dilihat pembebanan pondasi di dekat lereng
pada Gambar 4. tanpa perkuatan disajikan pada tabel 2.

Tabel 2 Hasil uji pembebanan tanpa


perkuatan

Gambar 4 Skema penyusunan alat uji


pembebanan

Metode Analisis Data


Dengan adanya beban maksimum,
maka dapat dihitung daya dukung
maksimum pondasi dengan
menggunakan rumus:
Pu
qu 
A
dimana:
Pu = beban maksimum dari hasil uji
pembebanan (a)
A = luas sisi pondasi yang dikenai beban

iv
(b) (b)
Gambar 5 (a) Hubungan qu dan lebar Gambar 6 (a) Hubungan qu dan
pondasi (b) Hubungan qu dan kemiringan kemiringan lereng (b) Hubungan qu dan
lereng pada uji pembebanan tanpa lebar pondasi pada uji pembebanan
perkuatan dengan perkuatan

Dari hasil uji pembebanan tanpa Dari hasil uji pembebanan dengan
perkuatan didapatkan qu maksimum pada perkuatan didapatkan qu maksimum pada
B=4cm dan =46o. B=4cm dan =46o.

Analisis Daya Dukung Dengan Analisis Bearing Capacity Improvement


Perkuatan Berdasarkan Daya Dukung Ultimit
Hasil uji pembebanan pondasi di (BCIu)
dekat lereng tanpa perkuatan disajikan Berdasarkan analisis beban
pada tabel 3. maksimum yang dilakukan pada setiap
variasi lebar pondasi dan kemiringan
Tabel 3 Hasil uji pembebanan dengan lereng, maka didapatkan nilai BCIu
perkuatan
seperti pada tabel 4

Tabel 4 Hasil analisa BCIu

(a)

(a)

v
Analisa BCIs pada s/B=4%
Hasil analisis nilai BCIs untuk
variasi lebar pondasi pada penurunan
sebesar s/B=4% disajikan pada tabel 6.

Tabel 5 Hasil analisa BCIs pada s/B 4%

(b)
Gambar 7 (a) Hubungan lebar pondasi
dan BCIu (b) Hubungan kemiringan
lereng dan BCIu

Analisa BCIs pada s/B=2%


Hasil analisis nilai BCIs untuk
variasi lebar pondasi pada penurunan
sebesar s/B=2% disajikan pada tabel 5.

Tabel 5 Hasil analisa BCIs pada s/B 2%

(a)

(b)
Gambar 8 (a) Hubungan lebar pondasi
dan BCIs pada s/B 4% (b) Hubungan
kemiringan lereng dan BCIs pada s/B 4%

Analisa BCIs pada s/B=6%


(a)
Hasil analisis nilai BCIs untuk
variasi lebar pondasi pada penurunan
sebesar s/B=4% disajikan pada tabel 7.
Tabel 7 Hasil analisa BCIs pada s/B 6%

(b)
Gambar 8 (a) Hubungan lebar pondasi
dan BCIs pada s/B 2% (b) Hubungan
kemiringan lereng dan BCIs pada s/B 2%

vi
kemiringan sudut lereng, semakin kecil
nilai BCIu nya.
Dalam analisa BCIs pada penurunan
2%, 4%, dan 6% dari lebar pondasi,
didapatkan bahwa dengan semakin besar
kemiringan sudut lereng, semakin kecil
nilai BCIs nya. Dari segi lebar pondasi,
(a) pada s/B 2% dan 4% semakin lebar
pondasi semakin kecil nilai BCIs nya.
Hal yang berbeda terjadi pada BCIs
dengan s/B 6%, nilai BCIs mencapai
puncak pada pondasi 6cm.

KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan,
(b) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Gambar 9 (a) Hubungan lebar pondasi 1. Adanya peningkatan daya dukung
dan BCIs pada s/B 6% (b) Hubungan pondasi menerus pada lereng dengan
kemiringan lereng dan BCIs pada s/B 6% penggunaan geogrid sebagai bahan
Pengaruh Lebar Pondasi Menerus dan perkuatan dibandingkan pada lereng
Kemiringan Lereng pada Pemodelan tanpa perkuatan
Fisik 2. Semakin lebar pondasi, maka beban
Dari hasil eksperimen yang telah runtuh yang dapat ditahan oleh
dilakukan didapatkan hasil bahwa variasi pondasi akan semakin besar.
kemiringan lereng dan lebar pondasi 3. Semakin besar sudut kemiringan
sangat berpengaruh terhadap beban lereng, maka semakin kecil daya
ultimit yang mampu ditahan oleh lereng. dukung dan beban maksimum yang
Dari segi lebar pondasi, bila ditinjau dari dapat ditahan oleh pondasi
beban ultimit, semakin lebar pondasi 4. Berdasarkan analisa BCIu, semakin
semakin besar pula beban ultimitnya, besar sudut kemiringan lereng,
namun semakin kecil daya dukungnya. semakin kecil BCIu yang dihasilkan.
Pada variasi kemiringan lereng, bila Semakin besar lebar pondasi,
ditinjau dari beban ultimit yang bekerja semakin kecil BCIu yang dihasilkan.
diketahui bahwa dengan bertambahnya Berdasarkan analisa BCIs, semakin
kemiringan sudut lereng semakin kecil besar sudut kemiringan lereng,
beban ultimit yang mampu ditahan oleh semakin kecil BCIs yang dihasilkan.
lereng. Semakin besar lebar pondasi,
Secara keseluruhan terjadi semakin besar BCIs yang dihasilkan.
peningkatan nilai daya dukung dengan SARAN
perkuatan geogrid dibandingkan dengan Untuk mendapatkan hasil yang
tanpa perkuatan. Dari analisa BCIu, lebih sempurna, ada beberapa hal yang
semakin besar lebar pondasi maka perlu diperhatikan, antara lain:
semakin kecil nilai BCIu nya. Dari segi 1. Diperlukan penelitian lebih lanjut
kemiringan sudut lereng, semakin besar mengenai jarak antar lapis geogrid

vii
yang optimum untuk setiap lebar Das, Baja M. 2009. Shallow Foundations
pondasinya Bearing Capacity and Settlement.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut Boca Raton: CRC Press
mengenai sudut kemiringan lereng DPU. 2009. Modul pelatihan Geosintetik
dengan lebih bervariasi untuk Volme 1: Klasifikasi & Fungsi
mengetahui hasil yang paling Geosintetik
optimum DPU. 2009. Modul pelatihan Geosintetik
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut Volme 3: Perencanaan Geosintetik
mengenai lebar pondasi dengan lebih Untuk Perkuatan Lereng
bervariasi untuk mengetahui hasil Hoang, Le CV, Nguyen VPQ, Truong
yang paling optimum TP. 2012. Bearing Capacity of
4. Dalam pengujian, harus diperhatikan Footing Strip Resting On Slope
perletakan dari load cell agar beban Using Upper Bound Limit Analysis.
yang terjadi tidak eksentris Journal of Engineering Technology
and Education 2012 GTSD2012
DAFTAR PUSTAKA Prasetyo, Dodik. 2014. Pengaruh
Alamshashi, Saeed & Hataf, Nader.2009. Kemiringan Lereng Dan Jumlah
Bearing capacity of strip footings on Lapis Geotekstil Terhadap Daya
sand slopes reinforced with geogrid Dukung Pondasi Pada Pemodelan
and grid-anchor. Journal Elsevier Fisik Lereng Pasir. Skripsi tidak
Geotextiles and Geomembranes 27 diterbitkan. Malang: Universitas
(2009):217–226 Brawijaya
Al-Sinaidi, A. Rahmn & Ali, Ashrf Shields, Donalds., Chandler, Neil &
Hassan. 2006. Improvement in Garnier, Jacques. 1990. Bearing
Bearing Capacity Of Soil By Geogris Capacity Of Foundations On Slopes.
– An Experimental Approach. Journal Of Geotechnical
IAEG2006 no.240 Engineering, Vol. 116, 3
Christdy H., Hary. 1996. Teknik Fondasi Soedarmo, Djatmiko & Purnomo, Edy.
1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka 1993. Mekanika Tanah. Malang:
Utama Penerbit Kanisius
Craig, R.F. 1989. Mekanika Tanah Edisi S.V. Anil Kmar, K. Ilamaparuthi. 2009.
Keempat. Jakarta:Erlangga Respon of Footing on Sand Slopes.
Das, Brja M. 1995. Mekanika Tanah Indian Geotechnical Society Chennai
(Prinsip-pinsip Rekayasa Geoteknis) Chapter, 622-626
Jilid 1. Terjemahan Noor Endah & Taha, Mohd. Raihn, and Enas B. Eltale.
Indrasurya B. Mochtar. 2013. Numerical and Experimental
Jakarta:Erlangga Evluation of Bearing Capacity
Das, Braj M. 1995. Mekanika Tanah
Factor Nof Strip Footing on Sand
(Prinsip-pinsip Rekayasa Geoteknis)
Slopes. IJPS2013.4000
Jilid 2. Terjemahan Noor Endah &
Teng, Wayne C. 1981. Foundation
Indrasurya B. Mochtar.
Design. New Delhi: Prentice Hall
Jakarta:Erlangga
Terzaghi K, Peck RB. 1987. Mekanika
Tanah Dalam Praktek Rekayasa.
Jakarta: Erlangga
viii

Anda mungkin juga menyukai