Anda di halaman 1dari 12

TAUHID:

Paradigma Keyakinan Muslim

A. MAKNA TAUHID
Kata “tauhid” dalam bahasa Arab merupakan bentuk masdar (kata dasar) dari
kata : wahhada-yuwahhidu-tauhid yang berarti meng-esa-kan/mengakui ke-esa-an. Dalam
perkembangan bahasa Arab kata tauhid diartikan sebagai sesuatu yang berbeda dari
segalanya.
Kata “tauhid” termasuk dalam kategori af’al qalbi (kerja hati), yaitu: mengakui ke-
Esa-an Allah dalam penciptaan, kekuasaan, dan kepemilikan (rububiyah), juga dalam
penyembahan, permintaan dan harapan (uluhiyyah), asma’ (nama) dan sifat.
Dalam perkembangan terakhir kata “tauhid” dipergunakan untuk menyebut satu
bidang ilmu yang mampu dipergunakan untuk menetapkan keyakinan-keyakinan agama
dengan dalil-dalil yang qath’iy (pasti).

B. TAUHID, FENOMENA ALAM RAYA


Tauhid yang berarti mengakui ke-Esa-an Allah dalam penciptaan pemeliharaan dan
pengabdian sangat jelas terbukti dalam kehidupan alam raya ini. Sikap tauhid itu
ditunjukkan oleh alam raya dalam kepatuhannya menjalankan sunnatullah (ketentuan
Allah ) dengan konsisten dan komitmen, tidak ada intervensi sunnah lain bagi mereka.
Lihatlah matahari, bulan, bintang, hewan dan tumbuhan. Mereka semua bergerak
dalam sunnatullah yang tidak pernah berubah. Firman Allah:

Artinya: Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan
sekali-kali tidak (pula) akan menemuipenyimpangan bagi sunnah Allah itu. QS.
35/Fathir: 43

Makhluk-makhluk itu tidak mengenal pencipta dan pengatur lain selain Allah,
sehingga mereka terus bertasbih mensucikan Allah, Firman Allah.

Artinya: Tidakkah kamu tahu bahwasannya Allah; kepada-Nya bertasbih apa yang ada di
langit dan di bumi dan juga burung-burung dengan mengembangkan sayapnya.
Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah
Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS. 24/An Nur: 41)

Manusia tidaklah satu-satunya makhluk di alam ini. Di sekitarnya, kiri kanannya,


atas bawahnya, sejauh mata memandang, atau ke manapun ia membayangkan, di sana ada
makhluk Allah yang lain, dengan karakter, bentuk, dan warna yang berbeda. Akan tetapi
semuanya bersatu dalam menghadap Allah, bertasbih memuji Allah. Hanya Allah Yang
Maha Mengetahui tentang apa yang mereka kerjakan.
Demikianlah burung yang terbang dengan mengembangkan sayapnya di angkasa
lepas, tetap bertasbih memuji Allah. Masing-masing telah mengetahui cara sembahyang
dan tasbihnya. Dan manusialah yang sering kali lupa bertasbih kepada Tuhannya. Padahal
manusialah makhluk Allah yang paling layak beriman, bertasbih, dan sembahyang.
Seluruh alam yang tampak nyata ini khusyu’ dalam menghadap Penciptanya,
bertasbih memuji-Nya, berdiri menyembah-Nya. Demikianlah fitrah alam semesta, patuh
kepada kehendak Penciptanya. Hal ini tercermin dalam siklusnya.
Dan ketika manusia dapat berperan secara maksimal dalam kepatuhan dan
kekhusyukan menghadap Allah, maka ia akan dapat menemukan kebersamaan dengan
makhluk lain di alam ini dalam bertasbih.
Rasulullah SAW mampu mendengarkan tasbih bebatuan ketika sedang berjalan.
Rintihan batang pohon kurma, yang pernah dipakai sebagai mimbar di masjidnya. 1Nabi
Daud AS ketika tilawah karena keindahan suranya membuat gunung-gunung termangu,
dan burung-burung terbang diam menunggu.2

a. Fenomena Awan dan Hujan


Awan dan hujan adalah fenomena alam yang kurang mendapat perhatian, padahal
sangat indah untuk direnungkan, banyak memberi pelajaran, obyek observasi dan bukti
pancaran nur Ilahi, kebenaran dan keimanan. Firman Allah:

Artinya: Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan
antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka
kelihatanlah olehmu hujan ke luar dari celah-celahnya dan Allah (juga)
menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan
awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang
dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan
penglihatan. (QS. 24/An Nur:43)

Allah terangkan fenomena awan dengan perlahan-lahan dalam tahapan yang


memberikan peluang perenungan pada setiap tahapan terjadinya hujan. Proses yang detail
itu agar mampu menyentuh jiwa dan menyadarkannya, merenungkan tadbir (rekayasa)
Allah yang ada di balik semua fenomena.
Hanya Allah yang menggiring awan dari satu tempat ke tempat lainnya, menyebar
dan mengumpulkannya. Ketika sudah tebal tersusun dari sekian banyak lapisan barulah
keluar air, dan turunlah hujan lebat. Awan yang menggumpal bagaikan gunung-gunung
besar di atas angkasa. Dan dalam awan itu terdapat pula kristal-kristal salju.
Menyaksikan fenomena awan bagaikan gunung sangat jelas nyata bagi orang yang
berada di atas pesawat terbang. Pesawat itu terbang di atas gumpalan-gumpalan awan,
menembus atau menerobos di sela-selanya. Fenomenanya menjadi gunung sungguhan
bukan seperti gunung. Al Qur’an menceriterakan awan dengan penggambaran hakiki yang
dapat dibuktikan dengan mata kepala.
Gunung-gunung di atas angkasa itu hanya patuh kepada Allah SWT. Ia akan
berarak sesuai dengan arah yang Allah kehendaki, dan menghidar dari yang arah yang
Allah tidak kehendaki. Dengan awan dan hujan Allah merahmati manusia dan dengan
awan dan hujan itu pula Allah pernah menurunkan azab-Nya.
Fenomena awan ini, Allah lengkapi dengan kilau kilat, yang semakin menambah
indah suasana. Perpaduan antara cahaya besar yang memenuhi alam dengan kilau kilat
yang membelah awan.

b. Pergantian Malam dan Siang

1
Al Jazairi, Abu Bakar Jabir, Aqidatul-Mu’min, (Beirut:. Dar El Fikr, T. th) h. 236-237
2
Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Adhim, op cit, Jilid III, h. 252
Fenomena berikutnya adalah pergantian malam dan siang. Firman Allah:

Artinya: Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu,
terdapat pelajarn yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan.
(QS. 24/An Nur: 44)

Perenungan terhadap pergantian malam dan siang dalam struktur yang tidak pernah
berubah dan waktu yang tidak pernah telat, akan menggugah sensitifitas jiwa untuk
memahami rahasia di balik rekayasa Allah dalam menggerakkannya.
Al Qur’an mengantarkan jiwa manusia untuk merenungkan fenomena alam ini,
agar dapat menatapnya dengan pandangan dan interaksi yang selalu diperbaharui.
Malam dan siang sejak manusia temukan pertama kali sampai hari ini tidak ada
yang berubah, tidak pudar keindahannya. Malam dan siang yang dulu pernah diimpikan
tetaplah malam dan siang yang hari ini ditemui. Hati manusia-lah yang berubah dingin dan
tidak peka, sehingga tidak lagi mampu mengaguminya.
Al Qur’an memperbaharui pandangan kita yang beku tentang malam dan siang
sebagaimana pembaharuan yang terjadi pada malam dan siang itu sendiri. Menyaksikan
setiap fenomena dengan penuh renungan, mencari apa rahasia di balik semua ini. Siapa
yang mengendalikannya? Apa hikmahnya?.
Dengan cara ini, Allah menghendaki kita mampu memandang segala sesuatu
sebagai nikmat yang baru pertama kali kita temukan, sehingga kita selalu merasakan
pembaharuan nikmat di setiap waktu.
Fenomena alam memang indah dan menakjubkan. Dan fitrah kita sama dengan
fitrah alam itu. Memancar dari sumber yang sama, keluar dari rahasia yang sama.
Berkomunikasi dengan rahasia malam dan siang memberikan kedamaian,
kemesraan, dan kebahagiaan pertemuan dengan kerabat dekat yang lama terpisahkan.
Kita temukan nur Ilahi ada dalam fenomena malam dan siang. Allah Pemberi
cahaya langit dan bumi. Dan kita temukan cahaya itu di ufuk barat dan ufuk timur,
sebagaimana pancaran cahaya Ilahi itu ada dalam diri kita.
Dan masih banyak lagi fenomena alam lain yang menunjukkan pancaran tauhid,
pengakuan akan ke-Esa-an Allah Yang Maha Pencipta dan Pengatur segalanya.

C. TAUHID DAN FITRAH MANUSIA


Tauhid adalah dasar penciptaan manusia sejak Adam alaihissalam pertama kali
diciptakan. Tauhid menjadi fitrah mendasar penciptaan manusia sejak sebelum
kelahirannya ke muka bumi. Manusia diambil kesaksiannya untuk mengakui ke-Esa-an
Allah sebagai Tuhannya. Firman Allah:

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. QS. 7/Al A’raf: 172

Demikianlah dasar penciptaan manusia dari yang tidak pernah ada. Firman Allah:

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyaka manusia
tidak mengetahui.3 QS. 30/ Ar Rum: 30

Rasulullah saw bersabda:

Artinya: Setiap bayi, dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam/mengenal Allah), maka
kedua orang tuanyalah yang merubahnya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi.
HR. At Thabrani dan Al Baihaqi

Penyimpangan manusia dari fitrah tauhidnya ini terjadi karena pengaruh beberapa
hal berikut ini, yaitu:
1. Pendidikan yang salah,
2. Godaan syetan,
3. Mengikuti hawa nafsu,
4. Sikap taqlid buta terhadap nenek moyang
5. Perbuatan dosa yang berakumulasi pada tertutupnya hati dari cahaya Allah.

Demikianlah Allah telah persiapkan manusia dengan fitrahnya itu untuk bertauhid
kepada Allah. Dan untuk menyempurnakan potensi tauhid ini agar tumbuh dan
berkembang dengan optimal, bersih dari noda syirik dan dosa, Allah mengutus para rasul
sebagai teladan dan pemandu manusia.

D. KEDUDUKAN TAUHID
Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi bagi kehidupan manusia ini, yaitu:
1. Tauhid merupakan dasar Aqidah Islamiyah. Pengakuan terhadap tauhid uluhiyah yang
dinyatakan dengan kalimat syahadat membuat seseorang mendapatkan status muslim,
dan orang yang mengingkarinya berstatus kafir.
2. Tauhid melindungi jiwa, harta, dan kehormatan seseorang. Sabda Nabi:
Artinya: Aku diperintahkan memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa
tiada tuhan selain Allah, maka ketika mereka melakukan hal ini mereka akan
terlindung jiwa, dan hartanya kecuali dengan haknya. Hadits Muttafaq ‘alaih

3. Menyerukan tauhid adalah tugas utama para rasul sejak zaman nabi Nuh AS, sampai
nabi Muhammad SAW. Tugas utama para rasul dapat dikelompokkan dalam dua tugas
penting yaitu:
1. Mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT
2. Mengajak manusia untuk menjauhi thaghut (sesembahan selain Allah), firman
Allah:
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk
menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut. QS. 16/An
Nahl: 36
Dari itulah seruan pertama para nabi kepada kaumnya adalah :
“Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak Tuhan bagimu selain-Nya” QS.
7/Al A’raf: 59, 65, 73, 85.

3
Fitrah Allah maksudnya: ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai maluri beragama yaitu
agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan. (sumber: Al Qur’an dan Terjemahnya,
Mujamma’ Khadimul Haramain AsySyarifain al Malik Fahd li thiba’at al Mush-ha asy Syarif, Medinah
Munawwarah, 1411 H).
Demikanlah Al Qur’an menceritakan seruan Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syuaib, dsb.

4. Tauhid adalah hak Allah atas manusia. Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari
Mu’adz bin Jabal, ra yang mengatakan:

Artinya: Saya pernah duduk di belakang Nabi di atas seekor keledai, lalu Nabi
bertanya kepadaku: “Hai Mu’adz, tahukah kamu apa hak Allah atas hamba-
Nya dan apa hak hamba atas Allah? Saya menjawab: Hanya Allah dan rasul-
Nya yang mengetahui. Sabda Nabi: “Hak Allah atas hamba-Nya adalah
agar mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan apapun. Dan
hak hamba atas Allah adalah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun”. Saya bertanya: “Ya
Rasulallah, bolehkan saya beritahukan ini kepada manusia? Jawab Nabi:
“Jangan nanti mereka akan mengandalkannya semata (tidak berlomba
mengerjakan amal kebajikan, red). Hadits Muttafaq alaih.

Hal ini karena Allah telah menciptakan manusia dan memberinya nikmat yang tak
terhingga, maka seharusnya manusia bersyukur kepada-Nya, mentaati dan tidak
mendurhakai-Nya.

5. Tauhid adalah identitas kepribadian setiap muslim sepanjang hayatnya. Firman Allah:

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku
tidak menghendaki supa mereka memberi Aku makan. QS. 51/Adz
Dzariyat:56-57

Maka orang yang menghabiskan umurnya tidak untuk beribadah kepada Allah, ia
telah jatuh dari derajat manusia menuju kepada derajat hewan ternak atau lebih hina
dari hewan ternak. Firman Allah

Artinya: Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan
seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal
mereka. QS. 47/Muhammad: 12

6. Tauhid adalah seruan umat Islam kepada umat lain. Firman Allah:

Artinya: Katakanlah: “Hai ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak
kita sembah kecuali Allah dan tiak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun
dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan
selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka:
”Salsikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah). QS. 3/ Ali Imran: 64

7. Tauhid adalah penyebab seseorang mendapatkan syafa’at (pertolongan) Rasulullah di


hari kiamat. Sabda Nabi:
Artinya: Orang yang paling beruntung dengan syafa’atku di hari kiamat adalah orang
yang mengucapkan “La ilaaha illallah” dengan ikhlas dari hatinya. HR. Al
Bukhari.

E. MACAM-MACAM TAUHID
Keyakinan seorang muslim akan tauhid (ke-Esa-an Allah) mencakup tiga macam
tauhid, yaitu: rububuyah, uluhiyyah, asma dan sifat.

1. Rububiyyah
Kata rububiyyah adalah bentuk nisbah (pengkaitan) kepada salah satu asma
Allah yaitu Ar Rabb yang memiliki beberapa arti antara lain:
a. Al Murabbiy, Yang Mengatur, Mendidik, dan Membesarkan
b. An Nashir, Yang Menolong, dan Membela
c. Al Malik, Yang Memiliki, Menguasai, dan Merajai
d. Al Mushlih, Yang Memperbaiki
e. Al Wali, Yang Melindungi, Menguasai dan Memimpin

Tauhid rububiyyah artinya: Meyakini bahwa hanya Allah Yang Maha


Menciptakan, Memiliki, dan Mengatur alam ini. Tiada sekutu bagi Allah dalam
berkuasa. Dan segal sesuatu selain Allah tidak ada yanag mampu mendatangkan
manfaat (keuntungan) dan madharrat (kerugian) baik untuk dirinya sendiri
maupun untuk orang lain, kecuali atas izin dan kehendak Allah.
Tauhid rububiyyah ini dapat diterima oleh setiap orang yang menggunakan
akal sehatnya dengan baik. Misalnya dalam penciptaan makhluk ini Allah
berfirman:
Artinya: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri)? QS. 52:At Thur:35

Kemungkinan logis yang dapat dipergunakan untuk menjawab pertanyaan


ini adalah :
1. Bahwa makhluk tidak ada yang menciptakan. Dan ini tidak masuk akal,
bagaimana mungkin ada sesuatu yang tidak ada penciptanya.
2. Bahwa makhluk itu menciptakan diri mereka sendiri. logika ini mustahil
bagaimana mungkin sesuatu yang tidak ada dapat menciptakan dirinya
sendiri.
3. Bahwa pencipta itu ada, dan bukan makhluk itu sendiri, yaitu Allah. Dan
inilah yang diajarkan kepada manusia.
Ke-Esa-an Allah juga sangat jelas dalam kekuasan-Nya. Jika ada tuhan yang
berkuasa lebih dari satu, maka kemungkinannya adalah:
a. Saling melengkapi. Logika ini mustahil, kalau keduanya saling melengkapi
maka sesungguhnya keduanya memiliki kelemahan, dan mustahil tuhan lemah.
b. Bersaing saling mengalahkan untuk membuktikan siapa yang paling berkuasa,
dan yang menanglah yang berkuasa. Secara logis pemenang itu hanya satu, dan
yang kalah apa masih disebut tuhan, dst. Firman Allah:

Artinya: Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah
kedunya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang
mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. QS. 21/Al
Anbiya: 22
Dari itulah tauhid ini diterima dengan bulat termasuk oleh kaum kafir.
Firman Allah

Artinya: Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi? Miscaya mereka akan menjawab:
Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.
QS. 43/Az Zukhruf: 9

Artinya: Katakanlah:”Kepuanyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada


padanya, jika kamu mengetahui. Mereka akan menjawab: “Kepunyaan
Allah.” Katakanlah: Maka apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah:
“Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya Arsy yang
besar?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah:
“Maka apakah kamu tidak bertakwa?”. Katakanlah: “Siapakah yang di
tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia
melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika
kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Lepunyaan Allah”
Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?”.
QS. 23/Al Mukminun: 84-89

Bahkan di tengah kesombongan Fir’aun yang mengaku diri sebagai tuhan,


dalam hati kecilnya masih tetap mempercayai seruan Musa tentang Allah adalah
Pencipta langit dan bumi. Firman Allah:

Artinya: Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan


(mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya. Maka
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat
kebinasaan. QS. 27/An Naml: 14

Demikianlah jawaban kaum musyrik. Mereka mengakui rububiyah Allah


Yang Menguasai alam raya seluruhnya. Keyakinan ini seharusnya ditindak lanjuti
dengan bertauhid kepada Allah dalam beribadah, dengan tidak menyekutukan
Allah. Di sinilah letak kesalahan kaum musyrikin, mereka meyakini kekuasaan
Allah tetapi tidak mengesakan penyembahan Allah.

2. Uluhiyyah
Uluhiyyah berasal dari kata “ilaah” artinya al ma’bud (yang disembah) dan
al mutha’ (yang dipatuhi).
Tauhid uluhiyyah artinya: meng-Esa-kan Allah dalam ibadah4 dan
kepatuhan, atau dengan kata lain : meng-Esa-kan Allah dengan perbuatan
hambanya seperti shalat, shiyam, zakat, haji, penyembelihan, nadzar, takut, harap,
dan cinta yang semuanya dikerjakan dalam rangka mematuhi Allah, mengharap
ridha-Nya, menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Dengan demikian tauhid uluhiyyah itu hanya dapat terwujud dengan dua
hal, yaitu:
a. Mengarahkan seluruh amal perbuatan manusia hanya kepada Allah (ikhlas)
b. Melaksanakan ibadah sesuai dengan perintah dan larangan Allah (mutaba’ah)
4
ibadah dalam bahasa Arab berarti patuh dan tunduk, Imam ibnu Taimiyah mendefinisikan: ibadah adalah
nama segala sesuatu yang Allah cintai dan ridhai, berupa ucapan, perbuatan yang tampak maupun
tersembunyi, dan berlepas diri dari hal-hal yang menafikan dan bertentangan dengannya.
Tauhid uluhiyah inilah yang diformalkan dalam ucapan dua kalimah
syahadat, bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan
Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.
Dari itulah tauhid Uluhiyah ini merupakan bagian tauhid terpenting. Di atas
tauhid inilah bangunan kehidupan didirikan, tatanan hukum (tasyri’) ditegakkan,
sebab tidak ada hukum dan kepatuhan dalam semua urusan kecuali kepada Allah
dan rasul-Nya. Firman Allah:

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan
Kami wahyukan kepadanya: Bahwasannya tidak ada Tuhan (yang hak)
melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian Aku”. QS. 21/Al
Anbiya: 25

Peran ibadah inilah yang sesungguhnya tugas utama diciptakannya jin dan
manusia. Firman Allah:

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. QS. 51/Adz Dzariyat: 56

Untuk penegakan Tauhid Uluhiyyah inilah Allah mengizinkan berjihad dan


penumpahan darah, sabda Nabi:

Artinya: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi


bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya aku adalah rasul
(utusan) Allah. Jika mereka lakukan ini maka terpelihara darah dan
hartanya, kecuali karean haknya. Hadits Muttafaq alaih.

Perbedaan tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah :


1. Rububiyyah berasal dari kata “ Ar Rabb”, sedang Uluhiyyah berasal dari kata
“Al Ilaah”.
2. Tauhid Rububiyah berkaitan dengan masalah-masalah kauniyah (perwujudan)
seperti penciptaan, rizki, hidup dan mati. Sedang Tauhid Uluhiyah berkaitan
dengan perintah dan larangan, halal dan haram
3. Tauhid Rububiyah diterima oleh kaum kafir, dan Tauhid Uluhiyah ditolak oleh
kaum kafir.
4. Tauhid Rububiyah berdampak pada sisi ilmiah (pengetahuan) sedang Tauhid
Uluhiyah berdampak pada sisi amaliah
5. Tauhid Rububiyah menjadi pengantar Tauhid Uluhiyah, sedang Tauhid
Uluhiyyah merupakan konsekwensi logis dari tauhid Rububiyah
6. Tauhid Rububiyah belum menjadikan orang yang mengimaninya sebagai
muslim, sedang Tauhid Uluhiyah menjadikan orang yang mengimaninya
sebagai muslim.
7. Tauhid Rububiyah mengimani keesaan perbuatan-perbuatan Allah dalam
Mencipta, Mengatur, dan Menguasai. Sedang Tauhid Uluhiyah mengesakan
Allah dengan perbuatan-perbuatan manusia, seperti shalatm zakat dsb.

3. Asma’ dan Sifat


Tauhid Asma dan Sifat, artinya mengakui dan menyakini dengan sesungguh hati
asma’ dan sifat Allah yang tercantum dalam Al Qur’an dan As Sunnah, tanpa ta’thil
(menafikan maknanya), tahrif (merubah), tamtsil (menyerupakan) dan takyif
(mereka-reka), sesuai dengan batas firman Allah:

Artinya: Tiada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. QS. 42:11

Bagian pertama dari ayat itu adalah : Tiada sesuatupun yang serupa dengan
Dia; berisi peniadaan secara total terhadap penyerupaan dan rekaan terhadap asma
dan sifat Allah.
Dan bagian kedua: dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat;
berisi penetapan asma dan sifat Allah secara terinci sekaligus penolakan terhadap
ta’thil (peniadaan) dan tahrif (perubahan).

F. PENGARUH TAUHID BAGI KEHIDUPAN


Tauhid yang benar akan tampak pengarunya pada kehidupan pribadi dan ,
masyarakat.

1. Kehidupan Pribadi
Tauhid yang benar sangat tampak pengaruhnya pada kehidupan pribadi (personal),
yaitu:
a. Pembebasan seseorang dari penyembahan sesama makhluk, firman Allah:

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
meurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus.
QS. 98/Al Bayyinah: 5

b. Kemerdekaan yang utuh sebagai makhluk ciptaan Allah dan hanya patuh kepada
Allah. Firman Allah:

Artinya: Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang


dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan
dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki
(saja); adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. QS. 39/Az Zumar: 29

c. Ketenangan hidup karena zikrullah; Firman Allah:

Artinya: Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tenteram. QS. 13/Ar Ra’du: 28

d. Memiliki izzah kekuatan dalam menghadapi tekanan fihak lain. Firman Allah:

Artinya: Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah,


benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah
dari padanya”. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-
Nya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munafik itu tidak
mengetahui. QS. 63/Al Munafiqun: 8

e. Tidak terpecah potensi dan kekuatannya. Firman Allah:


Artinya: Katakanlah: “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan
demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah). QS. 6/Al An’am: 162-163

Artinya: Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdidi, lalu
mereka berkata: “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-
kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian
telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran. QS. 18/Al
Kahfi: 14

f. Memiliki produktifitas kebaikan yang tinggi. Firman Allah:

Artinya:Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan


kalimat yang baik seperti pohon yang baik5, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat. QS. 14/Ibrahim: 24-25

Artinya: Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur seizin Allah;
dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.
Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-
orang yang bersyukur. QS. 7/Al A’raf: 58

g. Optimis dalam menghadapi persoalan dan tidak mudah putus asa dalam berusaha.
Firman Allah tentang nabi Ya’qub yang terpisahkan dari Yususf:

Artinya: Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku adukan


kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang
kamu tiada mengetahuinya. Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka
carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus
asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
Allah, melainkan kaum kafir. QS. 12/Yusuf: 77-78

h. Berada dalam jaminan pertolongan Allah. Firman Allah:

Artinya: Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah


telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah)
mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua
orang yang berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya:
”Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka
Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kami tidak melihatnya, dan Allah
menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat

5
Termasuk dalam “kalimat yang baik” ialah kalimat tauhid, segala ucapan yang menyeru kepada
kebajikan dan mencegah dari kemunkaran serta perbuatan yang baik. Kalimat tauhid seperi kalimat “La
ilaaha illallaah” (Al Qur’andan Terjemahnya, Mujamma’ Khadimul –Haramain Asy Syarifain al Malik
Fahd, Medinah Munawwarah)
Allah itulah yang tinggi, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS.
9/At Taubah: 40

2. Masyarakat
a. Tauhid yang benar akan menjadi landasan dan bentuk masyrakat. Firman Allah:

Artinya: Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada
Allah? QS. 2/Al Baqarah: 138

b. Tauhid yang benar akan menjadi manhaj (jalan hidup) yang mengantarkan sebuah
masyarakat mencapai kebahagiaannya

Artinya: Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar


takwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-
orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu
bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka
jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang
yang zalim. QS. 9/At Taubah: 109

c. Tauhid yang benar akan menjaga masyarakat untuk senantiasa berada dalam
keamanan dan kebenaran. Firman Allah:

Artinya: Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat
keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
QS. 6/Al An’am: 82

Dan salah satu bentuk ujian Allah kepada kaum yang kafir adalah tercabutnya rasa
aman dari mereka. Firman Allah:

Artinya: Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri
yang dahulunya aman lagi tenteran, rizkinya datang kepadanya melimpah
ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-
nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian
kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.
QS. 16/An Nahl: 112

d. Tauhid yang benar akan membuka barakah rizki dari langit dan bumi kepada
mayarakat . Firman Allah:

Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastila


Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya. QS. 7/Al A’raf: 96

e. Tauhid yang benar akan menghindarkan masyarakat dari kehancuran. Firman


Allah:
Artinya: Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat
kerusakan. QS. 7/Al A’raf: 102

f. Tauhid yang benar akan membuka peluang umat Islam untuk menegakkan
kekhalifahannya di muka bumi, sebagaimana misi awal penciptaan manusia.
Firman Allah:

Artinya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia
telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, seusudah
mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan
Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik. QS. 24/An Nur:55

g. Tauhid yang benar akan menjamin keseimbangan hidup. Karena seluruh alam ini
akan stabil jika dikendalikan oleh satu penguasa yaitu: Allah Yang Maha Kuasa.
Firman Allah :

Artinya: Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah
keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai
‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan. QS. 21/Al Anbiya’: 22

Wallahu a’lam
Pondok Gede, Mei 2002
Muhith Muhammad Ishaq

Anda mungkin juga menyukai