Anda di halaman 1dari 18

KALIMAT EFEKTIF DALAM KARYA

TULIS ILMIAH
1. KALIMAT EFEKTIF DALAM KARYA TULIS ILMIAH
Kalimat efektif adalah kalimat yang berisikan gagasan pembicara atau penulis yang dapat
dipahami oleh pendengar atau pembaca (singkat), hemat dalam pemakaian atau pemilihan
kata-kata (jelas), dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku (tepat). Penggunaan kalimat
efektif dalam karya tulis ilmiah diukur dari dua sisi, yaitu dari sisi penulis dan pembaca. Dari
sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika kalimat yang digunakan dapat mengakomodasi
gagasan kelimuan penulis secara tepat dan akurat. Sedangkan dari sisi pembaca, pesan
kalimat ditafsirkan sama persis dengan yang dimaksudkan penulisnya. Oleh sebab itu , jika
pembaca masih mengalami kebingungan dan kesulitan yang mengakibatkan salah
menafsirkan pesan kalimat maka kalimat tersebut belum dapat dikategorikan efektif (Heri
dan Anang, 2007).

2. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF DALAM KARYA TULIS ILMIAH


Secara garis besar kalimat efektif mempunyai ciri-ciri gramatikal, bernalar atau logis, efisien,
dan jelas. Keempat hal yang menjadi syarat ini merupakan syarat pokok yang perlu dimilki
oleh semua kalimat dalam karya tulis ilmiah. Syarat yang lain, misalnya keparalelan dan
kevariasian, hanya berlaku pada kalimat-kalimat tertentu. Sedangkan syarat penekanan tidak
bisa ditentukan kebenarannya dalam pemakaian mengingat yang perlu mendapat tekanan
dalam suatu kalimat sifat subjektif, sehingga yang tahu secara pasti hanya penulis. Disamping
itu cara melakukan penekanan tidak hanya menggunakan satu cara, melainkan tergantung
kepada penulisnya. Berikut ini adalah pemaparan ciri-ciri kalimat efektif antara lain:

1. Gramatikal
Syarat pertama kalimat efektif adalah kegramatikalan atau kebenaran kalimat. Suatu kalimat
dikatakan gramtikal atau benar apabila penyusunannya mengikuti kaidah bahasa yang
bersangkutan. Ketaatan pada kaidah ini tampak pada struktur yang dibangun dalam kalimat
tersebut. Kaidah tata bahasa dapat dilihat dalam buku-buku tata bahasa. Selain itu, kaidah tata
bahasa selalu dimiliki oleh penutur asli bahasa yang dimaksud. Maksudnya, penutur asli
mempunyai kepekaan terhadap kaidah tata bahasanya.

Kegramatikalan sebuah kalimat dapat dilihat dari segi struktur sintaksis, bentuk kata, dan
ketepatan diksi. Kalimat dikatakan gramatikal dari segi sintaksis apabila urutan kata-kata
yang membentuk kalimat itu tepat dan lazim digunakan oleh masyarakat penuturnya.
Contoh:

 Surat itu saya telah tanda tangani.


 Buku itu diambil oleh saya
Seharusnya:

 Surat itu telah saya tanda tangani


 Buku itu saya ambil
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi bentuk kata apabila bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat itu sesuai dengan kaidah pembentukan kata. Kesalahan pembentukan kata
yang digunakan dalam kalimat biasanya berupa ketidaklengkapan pembentukan dan
ketidakcermatan pembentukan kata.

Contoh:

 Mike Tyson pukul KO lawannya.


 Pemerintah bantu korban bencana alam.
Seharusnya:

 Mike Tyson memukul KO lawannya.


 Pemerintah membantu korban bencana alam.
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi ketepatan diksi apabila dalam kalimat itu tidak
terdapat pemakaian kata yang tidak lazim. Kata-kata digunakan dengan makna yang tepat
serta sesuai dengan perilakunya, khususnya kata-kata yang mempunyai (makna) kolokasi dan
sinonim.

Contoh:

 Lampu di ruang tamu itu telah tewas.


 Ibu saya tampan sekali.
Seharusnya:

 Lampu di ruang tamu itu telah mati.


 Ibu saya cantik sekali.
2. Logis
Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi (proporsi) kalimat tersebut dapat diterima
oleh akal atau nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan
strukturnya. Kelogisan kalimat tampak pada gagasan dan pendukungnya yang dipaparkan
dala kalimat. Suatu kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal,
hubungan antargagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta
gagasan penjelas juga masuk akal (Heri Suwignyo dkk, 2001).

Contoh:

Kuda memanjat pohon

Seharusnya:

Tidak masuk akal kuda dapat memanjat pohon (kalimat tidak logis).
Kelogisan kalimat didukung oleh ketepatan diksi dan bentukan kata yang digunakan. Diksi
yang tepat akan dapat membantu memperjelas informasi yang dikandungnya.

Contoh:

– Pencopet itu telah berhasil ditangkap oleh polisi.

Seharusnya:

– Pencopet itu telah ditangkap oleh polisi.

Kelogisan kalimat juga ditentukan oleh pembentukan kata.

Contoh:

– Rina menangkapkan kupu-kupu adiknya.

Seharusnya:

– Rina menangkapkan adiknya kupu-kupu. / Rina menangkap kupu-kupu untuk adiknya.

Kalimat menjadi tidak logis dapat juga disebabkan oleh pengguna logika bahasa yang salah.

Contoh:

 Waktu dan tempat kami persilakan!


 Yang merasa kehilangan buku harap diambil di kantor TU.
Seharusnya:

 Waktu dan tempat kami serahkan. / Yang terhormat Bapak … kami persilahkan!
 Yang merasa kehilangan buku harap mengambilnya di kantor TU.
3. Efisien
Kalimat efisien atau hemat adalah kalimat yang padat isi bukan padat kata. Artinya, kalimat
itu hanya menggunakan kata sesedikit mungkin, tetapi dapat menyampaikan informasi secara
tepat dan jelas. Pengungkapan informasi dengan menggunakan banyak kata merupakan
pemborosan. Penggunaan kata yang berlebihan menjadikan kalimat menjadi berbelit-belit dan
sulit dipahami.

Contoh:

 Sesuai dengan pengamatan kami yang selam kuranng lebih dua bulan melaksanakan
program Kuliah Kerja Nyata yang kami programkan di desa Pronojiwo di mana salah satu
kegiatan itu adalah di dalamnya terdapat sektor Keluarga Berencana, di mana pelaksanaan
KKN itu dilaksanakan bulan Juni, Juli 2009, bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana desa
Pronojiwo belum berhasil.
Seharusnya:

 Sesuai dengan pengamatan kami saat melaksanakan program KKN di desa Pronojiwo
pada bulan Juni-Juli 2009, ternyata pelaksanaan KB di desa tersebut belum berhasil.
Kalimat efisien ditandai dengan tiadanya unsur kalimat yang tidak ada manfaatnya (atau tidak
ada unsur mubazir).

Contoh:

 Pasukan Mujahidin saling tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul


dukungan Soviet di perbatasan kota.
 Amuba itu hewan yang amat sangat kecil sekali.
Seharusnya:

 Pasukan Mujahidin tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan


Soviet di perbatasan kota.
 Amuba itu hewan yang sangat sekali.
Dalam percakapan sehari-hari atau pun di surat kabar sering dijumpai penggunaan unsur
mubazir. Unsur mubazir itu dapat berupa penggunaan kata tugas.
Contoh:

 Kakak dari Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.
 Mereka membicarakan tentang hasil penelitiannya.
Seharusnya:

Kakak Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.

Mereka membicarakan hasil penelitiannya.

4. Jelas
Tujuan menyusun kalimat adalah untuk menyampaikan informasi (proposisi) kepada orang
lain. Tujuan itu dapat tercapai bila proposisi kalimat itu dapat dipahami dengan mudah oleh
para pembaca. Kalimat yang proposisinya dapat mudah dipahami itulah yang dinamakan
kalimat jelas. Sebaliknya, kalimat yang mempunyai kemungkinan banyak tafsir dinamakan
kalimat ambigius (Heri Suwignyo dkk, 2001). Kalimat yang ambigius dalam karya tulis
ilmiah perlu dihindari sebab dapat menimbulkan salah pengertian.

Contoh:

– Gadis itu tidak cantik, pandai, dan ramah.

Kemungkinan arti:

ü Gadis itu pandai, ramah, dan tidak cantik. / Gadis itu tidak cantik, tidak pandai, dan tidak
ramah.

Kesalahan penggunaan tanda baca dapat menimbulkan ketidakjelasan kalimat. Dalam surat
kabar sering dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memperhatikan penggunaan tanda baca.

Contoh:

– Berdasarkan penelitian tikus sawah dapat menyebabkan penyakit.


Seharusnya:

ü Berdasarkan penelitian, tikus sawah dapat menyebabkan penyakit. (perhatikan tanda koma)

Kalimat yang panjang juga dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami proposisi
kalimat.

Contoh:

– Kewajiban belajar, sistem ujian standar nasional yang uniform menghasilkan suatu
kekayaan sumber daya penduduk yang terlatih baik, memilki inti kebudayaan
berkebangkitan, penduduk yang bergairah belajar, dapat dididik,berdisiplin, peka urusan
kemasyarkatan dan kemanusiaan, dan terdidik bekerja keras.

Seharusnya kalimat tersebut harus dipecah menjadi kalimat yang lebih sederhana seperti
berikut:

ü Sistem wajib belajar dan sistem ujian dengan standar nasional yang seragam dapat
menghasilkan kekayaan sumber daya manusia (penduduk). Dengan sistem itu juga dapat
dihasilakn manusia-manusia yang terlatih dan memilki inti kebudayaan. Selain itu, juga dapat
diperoleh manusia yang bergairah belajar, dapat dididik, berdisiplin, peka terhadap urusan
kemasyarakatan dan kemanusiaan serta manusia yang terlatih bekerja keras.

4 SEBAB-SEBAB KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT


Kalimat efektif merupakan kalimat yang mampu dipahami pembaca sesuai dengan maksud
penulisnya. Sebaliknya, kalimat yang sulit dipahami atau salah terpahami oleh pembacanya
termasuk kalimat yang tidak efektif.

Ketidakefektifan kalimat tersebut antara lain disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:

1. Kontaminasi, yaitu merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah.


Contoh:

 diperlebar, dilebarkan (benar) – diperlebarkan (salah)


 memperkuat, menguatkan (benar) – memperkuatkan (salah)
 sangat baik, baik sekali (benar) – sangat baik sekali (salah)
 saling memukul, pukul-memukul (benar) – saling pukul-memukul (salah)
 Di sekolah diadakan pentas seni (benar) – Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
2. Pleonasme, yaitu berlebihan atau tumpang tindih.
Contoh:

 para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)


 para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
 banyak siswa-siswa (banyak siswa)
 saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
 agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
 disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
3. Tidak memiliki subjek
Contoh:

 Buah mangga mengandung vitamin C. (SPO) (benar)


 Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar)
 Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
4. Adanya kata depan yang tidak perlu
Contoh:

 Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat. (katadaripada dihilangkan)


 Kepada siswa kelas VII berkumpul di GOR. (kata kepadadihilangkan)
 Selain daripada bekerja, ia juga kuliah. (kata daripadadihilangkan)
5. Salah nalar
Contoh:
 Waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan)
 Vespa Pak Erwin mau dijual. (apakah bisa menolak?)
 Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
 Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
 Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
 Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
 Bola gagal masuk gawang. (ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek
bernyawa)
6. Kesalahan pembentukan kata
Contoh:
 mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
 menyetop seharusnya menstop
 mensoal seharusnya menyoal
 ilmiawan seharusnya ilmuwan
 sejarawan seharusnya ahli sejarah
7. Pengaruh bahasa asing
Contoh:
 Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …)
(katarumah seharusnya tempat)
 Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
 Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)
8. Pengaruh bahasa daerah
Contoh:
 … sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
 … oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
 Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya-Nya yang
tiada terhingga, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penggunaan Kalimat Efektif
dan Paragraf dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan bukan hanya untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Sebagai
Sarana Komunikasi tetapi juga sebagai pedoman unutk menambah pengetahuan tentang Penggunaan
Kalimat Efektif dan Paragraf dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki.
Oleh karena itu demi kesempuranaan, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan para pembaca pada
umumnya.
Jakarta, 1 Mei 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I Pendahuluan 3
1. Latar Belakang 3
2. Rumusan Masalah 5
3. Tujuan Penulisan 5
BAB II Pembahasan 6
A. Kalimat Efektif dalam Karya Tulis Ilmiah 6
1. Ciri-Ciri Kalimat Efektif dalam Karya Tulis Ilmiah 6
2. Sebab-Sebab ketidakefektifan Kalimat 12
B. Pengertian Paragraf 14
1. Unsur-Unsur Penyusun Paragraf 16
2. Jenis-Jenis Paragraf 16
3. Kriteria Paragraf yang Baik 17
BAB III Penutup 19
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
Daftar Pustaka 20

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Kegiatan menulis merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam proses belajar yang dialami
mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Pada setiap semester para mahasiswa harus menulis
makalah atau tulisan lainnya, bahkan untuk sebagian besar mata kuliah yang ditempuh. Dengan demikian,
mereka diharapakan akan memiliki wawasan yang lebih luas dan mendalam mengenai topik yang
ditulisnya. Dalam menghadapi tugas menulis di atas sebagian besar mahasiswa menganggapnya sebagi
beban berat. Anggapan tersebut muncul karena kegiatan menulis menyita banyak waktu, tenaga,
pemikiran, serta perhatian yang sungguh-sungguh. Disamping itu kegiatan menulis menuntut keterampilan
yang kadang-kadang tidak dimiliki oleh mahasiswa. Ada pula mahasiswa yang meragukan kegunaannya,
apalagi jika tugas menulis itu dikaitkan dengan mata kuliah yang bukan merupakan mata kuliah bidang
studinya.
Sehubungan dengan kegunaan tugas atau kegiatan menulis tersebut, Subarti Akhadiah dkk (1988)
mengemukakan bahwa banyak keuntungan yang dapat diambil dari pelaksanaan tugas atau kegiatan
menulis tersebut, antara lain:
1. Dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita
2. Melalui kegiatan menulis kita mengembangkan berbagai gagasan
3. Kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi
sehubungan dengan topik yang kita tulis
4. Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat
5. Melalui tulisan kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri secara lebih objektif
6. Dengan menuliskan di atas kertas kita akan lebih mudah memecahkan permasalahan
7. Tugas menulis mengenai suatu topik mendorong kita belajar secara aktif
8. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib.

Tentu saja kegiatan menulis di perguruan tinggi tidak sesederhana menulis di lembaga pendidikan dasar
atau menengah. Banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Tulisan yang baik memilki beberapa ciri,
diantaranya bermakna, jelas/lugas, merupakan kesatuan yang bulat, singkat dan padat, serta memenuhi
kaidah kebahasaan. Disamping itu tulisan yang baik harus bersifat komunikatif.
Untuk dapat menghasilkan tulisan seperti yang diaparkan di atas, maka dituntut beberapa kemampuan
sekaligus. Agar dapat menulis karangan misalnya, kita harus memilki pengetahuan tenatng apa yang akan
ditulis. Disamping itu kita harus mengetahui bagaimana menuliskannya. Pengetahuan yang pertama
menyangkut isi karangan, sedangkan yang kedua menyangkut aspek-aspek kebahasaan dan teknik
penulisan. Baik isi karangan, aspek kebahasaan, maupun teknik penulisan berkaitan erat dengan gagasan
pikiran.
Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimilki seseorang pada prakteknya harus dituangkan ke dalam
bentuk kalimat. Kalimat yang baik persyaratan utamanya harus memenuhi persyaratan gramatikal. Hal
tersebut berarti bahwa kalimat harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah-kaidah
tersebut menurut Subarti Akhadiah dkk (1988) meliputi: (1) Unsur-unsur penting yang harus dimiliki
setiap kalimat, (2) Aturan-aturan tentang Ejaan Yang Disempurnakan, (3) Cara memilih kata dalam
kalimat (diksi).
Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Oleh sebab itu sebuah
kalimat minimal harus memiliki subjek dan predikat. Kalimat yang lengkap ini harus ditulis sesuai dengan
aturan-aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kata-kata yang digunakan dalam membentuk kalimat
tadi haruslah dipiih dengan tepat, sehingga kalimat menjadi jelas maknanya.
Kalimat yang benar dan jelas akan mudah dipahamai orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian
disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk memunculkan
kembali gagasan-gagasan pada pikiran pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis. Hal ini
berarti bahwa kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang
diinginkan penulis terhadap pembaca. Bila hal ini tercapai diharapkan pembaca akan tertarik kepada apa
yang dibicarakan dan tergerak hatinya oleh apa yang disampaikan oleh penulis.
Sebuah paragraf yang baik merupakan suatu satuan yang tersusun secara terperinci dan terpadu di mana
pemaparan materi yang dituangkan dalam sebuah paragraf terdapat inti permasalahan yang dibicarakan.
Keterkaitan antar kalimat dalam paragraf juga perlu diperhatikan sehingga penggunaan dan pemilihan
bahasa dan kata maupun kalimat tidak sia-sia yang akhirnya tidak keluar atau melebar dari pokok
permasalahan yang menjadi bahan pembicaraan pada suatu paragraf yang konsisten dan terpadu.
Sesuai dengan paparan di atas penulis ingin mengetahui hal-hal apa saja yang berkaitan dengan kalimat
efektif dalam karya tulis ilmiah melalui penulisan dengan judul ”Penggunaan Kalimat Efektif dan Paragraf
dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah”.

2. RUMUSAN MASALAH
Mengacu dari judul di atas maka rumusan masalah yang dapat penulis bahas dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah?
2. Apa saja ciri-ciri kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah?
3. Apa saja sebab-sebab ketidakefektifan kalimat?
4. Apa yang dimaksud dengan paragraf?
5. Apa saja jenis paragraf yang perlu diketahui dalam kaitannya dengan penyusunan sebuah karya ilmiah?
6. Apa saja karakteristik sebuah paragraf dalam karya ilmiah?
7. Bagaimana kriteria paragraf yang baik?

3. TUJUAN PENULISAN
1. Mendeskripsikan maksud kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah
2. Mendeskripsikan ciri-ciri kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah
3. Mendeskripsikan sebab-sebab ketidakefektifan kalimat
4. Mendeskripsikan maksud paragraf dalam karya tulis ilmiah
5. Mendeskripsikan jenis paragraf yang perlu diketahui dalam kaitannya dengan penyusunan sebuah karya
ilmiah
6. Mendeskripsikan karakteristik sebuah paragraf dalam karya ilmiah
7. Mendeskripsikan kriteria paragraf yang baik

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kalimat Efektif dalam Karya Tulis Ilmiah


Kalimat efektif adalah kalimat yang berisikan gagasan pembicara atau penulis yang dapat dipahami oleh
pendengar atau pembaca (singkat), hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata (jelas), dan sesuai
dengan kaidah bahasa yang berlaku (tepat). Penggunaan kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah diukur
dari dua sisi, yaitu dari sisi penulis dan pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dikatakan efektif jika kalimat
yang digunakan dapat mengakomodasi gagasan kelimuan penulis secara tepat dan akurat. Sedangkan dari
sisi pembaca, pesan kalimat ditafsirkan sama persis dengan yang dimaksudkan penulisnya. Oleh sebab itu ,
jika pembaca masih mengalami kebingungan dan kesulitan yang mengakibatkan salah menafsirkan pesan
kalimat maka kalimat tersebut belum dapat dikategorikan efektif (Heri dan Anang, 2007).
1. Ciri-Ciri Kalimat Efektif dalam Karya Tulis Ilmiah

secara garis besar kalimat efektif mempunyai ciri-ciri gramatikal, bernalar atau logis, efisien, dan jelas.
Keempat hal yang menjadi syarat ini merupakan syarat pokok yang perlu dimilki oleh semua kalimat
dalam karya tulis ilmiah. Syarat yang lain, misalnya keparalelan dan kevariasian, hanya berlaku pada
kalimat-kalimat tertentu. Sedangkan syarat penekanan tidak bisa ditentukan kebenarannya dalam
pemakaian mengingat yang perlu mendapat tekanan dalam suatu kalimat sifat subjektif, sehingga yang
tahu secara pasti hanya penulis. Disamping itu cara melakukan penekanan tidak hanya menggunakan satu
cara, melainkan tergantung kepada penulisnya. Berikut ini adalah pemaparan ciri-ciri kalimat efektif antara
lain:

1) Gramatikal
Syarat pertama kalimat efektif adalah kegramatikalan atau kebenaran kalimat. Suatu kalimat dikatakan
gramtikal atau benar apabila penyusunannya mengikuti kaidah bahasa yang bersangkutan. Ketaatan pada
kaidah ini tampak pada struktur yang dibangun dalam kalimat tersebut. Kaidah tata bahasa dapat dilihat
dalam buku-buku tata bahasa. Selain itu, kaidah tata bahasa selalu dimiliki oleh penutur asli bahasa yang
dimaksud. Maksudnya, penutur asli mempunyai kepekaan terhadap kaidah tata bahasanya.
Kegramatikalan sebuah kalimat dapat dilihat dari segi struktur sintaksis, bentuk kata, dan ketepatan diksi.
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi sintaksis apabila urutan kata-kata yang membentuk kalimat itu
tepat dan lazim digunakan oleh masyarakat penuturnya.
Contoh:
Surat itu saya telah tanda tangani.
Buku itu diambil oleh saya
Seharusnya:
Surat itu telah saya tanda tangani
Buku itu saya ambil
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi bentuk kata apabila bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu
sesuai dengan kaidah pembentukan kata. Kesalahan pembentukan kata yang digunakan dalam kalimat
biasanya berupa ketidaklengkapan pembentukan dan ketidakcermatan pembentukan kata.
Contoh:
Mike Tyson pukul KO lawannya.
Pemerintah bantu korban bencana alam.
Seharusnya:
Mike Tyson memukul KO lawannya.
Pemerintah membantu korban bencana alam.
Kalimat dikatakan gramatikal dari segi ketepatan diksi apabila dalam kalimat itu tidak terdapat pemakaian
kata yang tidak lazim. Kata-kata digunakan dengan makna yang tepat serta sesuai dengan perilakunya,
khususnya kata-kata yang mempunyai (makna) kolokasi dan sinonim.
Contoh:
Lampu di ruang tamu itu telah tewas.
Ibu saya tampan sekali.
Seharusnya:
Lampu di ruang tamu itu telah mati.
Ibu saya cantik sekali.

2) Logis
Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi (proporsi) kalimat tersebut dapat diterima oleh akal atau
nalar. Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Kelogisan kalimat
tampak pada gagasan dan pendukungnya yang dipaparkan dala kalimat. Suatu kalimat dikatakan logis
apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan antargagasan dalam kalimat masuk akal, dan
hubungan gagasan pokok serta gagasan penjelas juga masuk akal (Heri Suwignyo dkk, 2001).
Contoh:
Kuda memanjat pohon
Seharusnya:
Tidak masuk akal kuda dapat memanjat pohon (kalimat tidak logis).
Kelogisan kalimat didukung oleh ketepatan diksi dan bentukan kata yang digunakan. Diksi yang tepat akan
dapat membantu memperjelas informasi yang dikandungnya.
Contoh:
Pencopet itu telah berhasil ditangkap oleh polisi.
Seharusnya:
Pencopet itu telah ditangkap oleh polisi.
Kelogisan kalimat juga ditentukan oleh pembentukan kata.
Contoh:
Rina menangkapkan kupu-kupu adiknya.
Seharusnya:
Rina menangkapkan adiknya kupu-kupu. / Rina menangkap kupu-kupu untuk adiknya.
Kalimat menjadi tidak logis dapat juga disebabkan oleh pengguna logika bahasa yang salah.
Contoh:
Waktu dan tempat kami persilakan!
Yang merasa kehilangan buku harap diambil di kantor TU.
Seharusnya:
Waktu dan tempat kami serahkan. / Yang terhormat Bapak … kami persilahkan!
Yang merasa kehilangan buku harap mengambilnya di kantor TU.

3) Efisien
Kalimat efisien atau hemat adalah kalimat yang padat isi bukan padat kata. Artinya, kalimat itu hanya
menggunakan kata sesedikit mungkin, tetapi dapat menyampaikan informasi secara tepat dan jelas.
Pengungkapan informasi dengan menggunakan banyak kata merupakan pemborosan. Penggunaan kata
yang berlebihan menjadikan kalimat menjadi berbelit-belit dan sulit dipahami.
Contoh:
Sesuai dengan pengamatan kami yang selam kuranng lebih dua bulan melaksanakan program Kuliah Kerja
Nyata yang kami programkan di desa Pronojiwo di mana salah satu kegiatan itu adalah di dalamnya
terdapat sektor Keluarga Berencana, di mana pelaksanaan KKN itu dilaksanakan bulan Juni, Juli 2009,
bahwa pelaksanaan Keluarga Berencana desa Pronojiwo belum berhasil.
Seharusnya:
Sesuai dengan pengamatan kami saat melaksanakan program KKN di desa Pronojiwo pada bulan Juni-Juli
2009, ternyata pelaksanaan KB di desa tersebut belum berhasil.
Kalimat efisien ditandai dengan tiadanya unsur kalimat yang tidak ada manfaatnya (atau tidak ada unsur
mubazir).
Contoh:
Pasukan Mujahidin saling tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan Soviet di
perbatasan kota.
Amuba itu hewan yang amat sangat kecil sekali.
Seharusnya:
Pasukan Mujahidin tembak-menembak dengan pasukan pemerintah Kabul dukungan Soviet di perbatasan
kota.
Amuba itu hewan yang sangat sekali.
Dalam percakapan sehari-hari atau pun di surat kabar sering dijumpai penggunaan unsur mubazir. Unsur
mubazir itu dapat berupa penggunaan kata tugas.
Contoh:
Kakak dari Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.
Mereka membicarakan tentang hasil penelitiannya.
Seharusnya:
Kakak Bapak Parno meninggal pada hari Senin yang lalu.
Mereka membicarakan hasil penelitiannya.
4) Jelas
Tujuan menyusun kalimat adalah untuk menyampaikan informasi (proposisi) kepada orang lain. Tujuan itu
dapat tercapai bila proposisi kalimat itu dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca. Kalimat yang
proposisinya dapat mudah dipahami itulah yang dinamakan kalimat jelas. Sebaliknya, kalimat yang
mempunyai kemungkinan banyak tafsir dinamakan kalimat ambigius (Heri Suwignyo dkk, 2001). Kalimat
yang ambigius dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari sebab dapat menimbulkan salah pengertian.
Contoh:
Gadis itu tidak cantik, pandai, dan ramah.
Kemungkinan arti:
Gadis itu pandai, ramah, dan tidak cantik. / Gadis itu tidak cantik, tidak pandai, dan tidak ramah.
Kesalahan penggunaan tanda baca dapat menimbulkan ketidakjelasan kalimat. Dalam surat kabar sering
dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memperhatikan penggunaan tanda baca.

Contoh:
Berdasarkan penelitian tikus sawah dapat menyebabkan penyakit.
Seharusnya:
Berdasarkan penelitian, tikus sawah dapat menyebabkan penyakit. (perhatikan tanda koma)
Kalimat yang panjang juga dapat menimbulkan kesulitan dalam memahami proposisi kalimat.
Contoh:
Kewajiban belajar, sistem ujian standar nasional yang uniform menghasilkan suatu kekayaan sumber daya
penduduk yang terlatih baik, memilki inti kebudayaan berkebangkitan, penduduk yang bergairah belajar,
dapat dididik,berdisiplin, peka urusan kemasyarkatan dan kemanusiaan, dan terdidik bekerja keras.
Seharusnya kalimat tersebut harus dipecah menjadi kalimat yang lebih sederhana seperti berikut:
Sistem wajib belajar dan sistem ujian dengan standar nasional yang seragam dapat menghasilkan kekayaan
sumber daya manusia (penduduk). Dengan sistem itu juga dapat dihasilakn manusia-manusia yang terlatih
dan memilki inti kebudayaan. Selain itu, juga dapat diperoleh manusia yang bergairah belajar, dapat
dididik, berdisiplin, peka terhadap urusan kemasyarakatan dan kemanusiaan serta manusia yang terlatih
bekerja keras.

2. Sebab-Sebab Ketidakefektifan Kalimat


Kalimat efektif merupakan kalimat yang mampu dipahami pembaca sesuai dengan maksud penulisnya.
Sebaliknya, kalimat yang sulit dipahami atau salah terpahami oleh pembacanya termasuk kalimat yang
tidak efektif.
Ketidakefektifan kalimat tersebut antara lain disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Kontaminasi, yaitu merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah.
Contoh:
• diperlebar, dilebarkan (benar) – diperlebarkan (salah)
• memperkuat, menguatkan (benar) - memperkuatkan (salah)
• sangat baik, baik sekali (benar) - sangat baik sekali (salah)
• saling memukul, pukul-memukul (benar) - saling pukul-memukul (salah)
• Di sekolah diadakan pentas seni (benar) – Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
2. Pleonasme, yaitu berlebihan atau tumpang tindih.
Contoh:
• para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
• para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
• banyak siswa-siswa (banyak siswa)
• saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
• agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
• disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
3. Tidak memiliki subjek
Contoh:
• Buah mangga mengandung vitamin C. (SPO) (benar)
• Di dalam buah mangga terkandung vitamin C. (KPS) (benar)
• Di dalam buah mangga mengandung vitamin C. (KPO) (salah)
4. Adanya kata depan yang tidak perlu
Contoh:
• Perkembangan daripada teknologi informasi sangat pesat. (kata daripada dihilangkan)
• Kepada siswa kelas VII berkumpul di GOR. (kata kepada dihilangkan)
• Selain daripada bekerja, ia juga kuliah. (kata daripada dihilangkan)
5. Salah nalar
Contoh:
• Waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan)
• Vespa Pak Erwin mau dijual. (apakah bisa menolak?)
• Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
• Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
• Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
• Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
• Bola gagal masuk gawang. (ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
6. Kesalahan pembentukan kata
Contoh:
• mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
• menyetop seharusnya menstop
• mensoal seharusnya menyoal
• ilmiawan seharusnya ilmuwan
• sejarawan seharusnya ahli sejarah

7. Pengaruh bahasa asing


Contoh:
• Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (kata rumah seharusnya tempat)
• Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
• Saya telah katakan … (I have told) (seharusnya telah saya katakan)
8. Pengaruh bahasa daerah
Contoh:
• … sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
• … oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
• Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)

B. Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan kumpulan sebuah kalimat yang disusun secara runtut dan terperinci sehingga
terbentuklah sebuah susunan yang dikenal dengan satu istilah yaitu paragraf. Pengertian yang berkaitan
dengan paragraf sangat banyak, dijelaskan dalam kamus besar bahasa Indonesia tentang pengertian
paragraf yaitu bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya
dimulai dengan garis baru). Apabila dipaparkan secara sistematis maka suatu karangan secara umum
merupakan kumpulan dari bab per bab, dalam tiap bab tersebut terdapat beberapa paragraf yang disusun
secara sistematis dan konsisten, pada paragraf terdapat kumpulan kalimat-kalimat sebagai pengembangan
dari pemaparan satu buah paragraf, dan dalam kalimat tersebut terdapat kumpulan kata-kata yang
membangun unsur sebuah kalimat yang efektif dan memenuhi kriteria dalam sebuah kalimat pada tulisan
ilmiah. Paragraf juga dapat dikatakan karangan yang paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf kita
dapat membedakan di mana suatu ide mulai dan berakhir.
Dalam bukunya Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan memberikan definisi tentang
paragraf yaitu;
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf ini terkandung
satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat
pengenal, kalimat utama, atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup.
Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Dapat diartikan bahwa paragraf merupakan suatu hasil pemikiran yang mana dalam paragraf tersebut
terdapat inti maupun pokok permasalahan yang menjadi satu hal yang perlu dijelaskan atau dipaparkan
sehingga dapat sebuah paragraf terdapat beberapa kalimat yang membangun unsur paragraf. Kalimat-
kalimat penjelas/pengiring bertujuan untuk menerangkan dan mengembangkan kalimat pokok yang
menjadi fokus pembicaraan sehingga isi dalam paragraf tersebut dapat dipaparkan secara luas dan terpadu
namun tidak keluar/keluar bahkan menyimpang dari pokok pembicaraan dalam paragraf tersebut.
Menurut Oxford Dictionary paragraph is a division of a piece writing, started on a new line. Paragraf juga
dapat diartikan sebagai a short part of a text, consisting of at least one sentence and beginning on a new
line. It usually deals with a single event, description, idea, etc. Paragraf merupakan bagian yang pendek
dari sebuah teks/bacaan, pada umumnya terdiri dari sedikitnya satu kalimat, dan dimulai dengan sebuah
baris baru. Di dalam ensiklopedia bebas wikipedia.com terdapat definisi tentang paragraf yaitu a paragraph
(from the Greek paragraphos, “to write beside” or “written beside”) is a self-contained unit of a discourse
in writing dealing with a particular point or idea, paragraphs consist of one or more sentences. Paragraf
dalam bahasa Yunani berasal dari kata paragraphos, merupakan hasil pemikiran yang terdiri dari satu atau
lebig kalimat yang saling terkait antar kalimat dalam paragraf tersebut. Sumber lain menyebutkan bahwa
the start of a paragraph is indicated by beginning on a new line, sometimes the first line is indented, at
various times, the beginning of a paragraph has been indicated by the pilcrow: ¶. Awal sebuah paragraf
ditandai dengan dimulainya sebuah baris baru, kadangkala awal dari baris tersebut mengarah ke dalam
(tidak simetris dengan baris sebelum dan sesudahnya), namun pada ada juga pada sebuah awal suatu
paragraf ditandai dengan tanda ¶.
Di luar daripada konteks di atas mengenai definisi paragraf sebagaimana dipaparkan di atas, Zaenal Arifin
dan Amran Tasai juga memberikan definisi tentang paragraf, sebagai berikut;
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam
paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau
topik tersebut. Sebuah paragraf mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah
kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Bahkan, sering kita temukan bahwa satua paragraf
berisi lebih dari lima buah kalimat. Walaupun paragraf itu mengandung beberapa kalimat, tidak satupun
dari kalimat-kalimat itu yang memperkatakan soal lain. Seluruhnya memperbincangkan satu masalah atau
sekurang-kurangnya bertalian erat dengan masalah itu.
Dari pemaparan Zainal Arifin dan Amran Tasai di atas dapat disarikan bahwa paragraf merupakan
kumpulan kalimat, terdapat satu pokok fokus pembicaraan yang dipaparkan dalam beberapa kalimat yang
mana dalam sebuah paragraf tidak mengikat terdiri atas berapa kalimat, dapat satu kalimat, dua kalimat,
bahkan lebih dari lima kalimat. Yang perlu digarisbawahi di sini adalah sebuah paragraf hanya terdapat
satu pokok pembicaraan fokus yang dikembangkan dalam satu, dua, tiga, bahkan lebih dari kalimat yang
mana jumlah kalimat tergantung dari unsur pokok fokus pembicaraan dan tidak ada istilah dalam satu
paragraf membicarakan topik yang berlainan dengan topik yang dibicarakan dalam paragraf tersebut.
Secara umum definisi paragraf dapat dijabarkan bahwa paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang
saling terkait satu kalimat dengan lainnya, paragraf merupakan bagian dari suatu bab yang tersusun secara
runtut dan terpadu, pada umumnya sebuah paragraf ditandai dengan penulisan pada baris baru dengan
penulisan awal hurufnya mengarah ke dalam, dalam sebuah paragraf terdapat kalimat pembuka, kalimat
inti, dan kalimat penutup. Adapun dalam sebuah penyusunan paragraf tidak dibenarkan
membicarakan/membahas materi yang berseberangan dengan fikus materi yang dibicarakan dalam satu
paragraf karena sebuah paragraf merupakan satu kesatuan utuh sebuah pemaparan permasalahan atau
materi yang utuh dan terpadu.
1. Unsur-Unsur Penyusun Paragraf
Secara umum dalam sebuah paragraf terdapat tiga unsur utama antara lain; kalimat pembuka, kalimat inti,
dan kalimat penutup. Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang dibantu
dengan kalimat pendukung. Oleh karena itu, paragraf yang baik terdapat beberapa unsur di atas, namun
tidak menutup kemungkinan bahwa tidak semua paragraf dengan ketiga unsur tersebut dipenuhi namun
kenyataan yang ada content materi yang dipaparkan tidak sistematis bahkan tidak berarah sehingga
menyulitkan pembaca untuk memahami maksud dari isi paragraf tersebut.
Dalam bukunya “Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia”, Zainuddin menyatakan bahwa;
Paragraf merupakan bentuk yang ikut mendukung suatu gagasan atau buah pikiran yang berwujud atau
berbentuk karangan. Pada dasarnya, paragraf mengandung satu sub-buah pikiran atau bagian buah pikiran
dalam karangan. Dengan demikian, paragraf mengandung satu ide atau satu pikiran.
Hal ini menunjukan bahwa sebuah paragraf sudah tentu mengandung sebuah atau bagian dari pokok
permasalahan atau materi yang hendak dipaparkan dengan menganut prinsip konsistensi dalam
pemaparannya agar terhindar dari penggunaan kata-kata maupun kalimat yang tidak sesuai atau di luar
materi yang dibahas.
2. Jenis-Jenis Paragraf
Jenis-jenis paragraf sangat beragam bila ditinjau dari berbagai sudut pandang. Adapun menurut tujuannya,
paragraf dapat dibedakan menjadi 3 antara lain; paragraf pembuka, paragraf penghubung, dan paragraf
penutup.
Paragraf pembuka memiliki fungsi sebagai pengantar untuk mencapai pokok permasalahan/topik yang
akan dikembangkan/diuraikan. Oleh karena itu, pada paragraf pembuka ini perlu dipikirkan sesuatu yang
menarik perhatian pembaca sehingga menarik minat dan perhatian pembaca dan pembacapun akan merasa
kurang apabila tidak menyelesaikan bacaan yang sedang dibacanya. Selain itu, paragraf pembuka juga
berberan sebagai pengantar dalam menyiapkan pikiran pembaca terhadap fokus permasalahan yang akan
dipaparkan. Implikasi dari hal tersebut menyarankan bahwa dalam penyusunan dan penulisan paragraf
pembuka ini menuntut penggunaan kalimat yang tidak terlalu panjang agar tidak membuat pembaca
bingung dengan panjangnya paragraf yang merupakan kategori paragraf pembuka tersebut.
Dalam paragraf penghubung, masalah yang akan diuraikan terdapat di dalam paragraf ini. Dalam paragraf
penghubung berisi inti persoalan yang akan dipaparkan secara panjang lebar, tentunya dengan
memperhatikan penggunaan kata-kata dan kalimat yang efektif dan efisien. Oleh karenanya, antara
paragraf satu dengan paragraf lain dan berikutnya harus saling terhubung secara logis sehingga
memudahkan pembaca dalam mengerti dan memahami apa sebenarnya yang akan disampaikan penulis.
Paragraf penutup merupakan akhir dari sebuah karangan. Dalam sebuah penyusunan dan penulisan suatu
karya ilmiah, paragraf penutup terdapat kesimpulan yang merupakan intisari dari pokok
permasalahan/topik yang dipaparkan dalam paragraf penghubung. Selain intisari dalam paragraf penutup
pada umumnya mengandung unsur penegasan dari pemaparan pokok permasalahan/topik yang dijelaskan
mengenai hal-hal yang dianggap penting pada paragraf penghubung. Paragraf penutup berfungsi
mengakhiri sebuah karangan sehingga mengimplikasikan pada banyaknya kalimat/kata yang tidak terlalu
panjang agar mudah untuk dipahami dan dimengerti oleh pembaca.
Selain menurut tujuannya, Ilham Mulia memaparkan jenis-jenis paragraf menurut letak kalimat utamanya
ke dalam empat jenis antara lain; paragraf deduktif yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal
kalimat, paragraf induktif yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir kalimat, paragraf
campuran yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan di akhir paragraf, dan paragraf yang
tidak memiliki kalimat utama yaitu paragraf yang gagasan utamanya tersebar secara seimbang dan merata
pada setiap kalimat.
3. Kriteria Paragraf yang Baik
Untuk membuat sebuah paragraf yang baik dan benar menurut ketentuan dan kaidah-kaidah yang berlaku
perlu diketahui tiga komponen yang disyaratkan sebagai sebuah paragraf yang baik dan benar. Syarat
pembentukan paragraf dimaksud menurut Sabarti Akhadiah, et. al. terdapat tiga unsur yaitu kesatuan,
kepaduan, dan kelengkapan.
1) Kesatuan (Kohesi)
Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf ialah
mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-
unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik. Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika
kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topiknya. Semua
kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan.

2) Kepaduan (Koherensi)
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Urutan pikiran
yang teratur, akan memperlihatkan kepaduan. Jadi, kepaduan/koherensi dititikberatkan pada hubungan
antar kalimat dengan kalimat. Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis
dan melalui ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait antar kalimat. Urutan yang logis tersebut akan terlihat
pada pola susunan antar kalimat yang terdapat pada paragraf tersebut. Kepaduan dalam sebuah paragraf
dibangun dengan memperhatikantiga hal, antara lain; pertama, unsur kebahasaan yang digambarkan antara
lain dengan; (1) repetisi atau pengulangan kata kunci, kata ganti, (2) kata transisi atau ungkapan
penghubung, (3) paralelisme, (4) pemerincian dan urutan isi paragraf. Kedua, perincian dapat diurutkan
secara kronologis (menurut urutan waktu), secara logis (sebab–akibat , akibat-sebab, khusus-umum,
umum-khusus), menurut urutan ruang (spasial), menurut proses, dan dapat juga dari sudut pandangan yang
satu ke sudut pandangan yang lain.

3) Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang
kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak
dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kegiatan menulis karya tulis ilmiah merupakan kegiatan yang akrab dengan para mahasiswa khususnya
dalam hal tugas akhir mata kuliah. Selain untuk menyelesaikan tugas akhir mata kuliah, kegiatan menulis
karya tulis ilmiah banyak sekali manfaatnya bagi para mahasiswa, diantaranya yaitu lebih mengenali
kemampuan dan potensi diri, mengembangkan berbagai gagasan, lebih banyak menyerap, mencari, dan
menguasai informasi, serta membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara tertib.
Dalam kegiatan menulis harus memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku, salah satunya yaitu
penggunaan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pesan kepada
pembaca sebagaimana yang dikehendaki penulis. Kalimat efektif memiliki empat persyaratan pokok, yaitu
gramatikal, logis, efisien, dan jelas. Suatu kalimat dikatakan gramatikal apabila kalimat tersebut disusun
berdasarkan kaidah ketatabahasaan. Suatu kalimat dikatakan logis apabila informasi yang disampaikan
penulis dapat diterima oleh akal sehat. Suatu kalimat dikatakan efisien apabila dalam kalimat tersebut tidak
ditemukan unsur yang boros atau mubazir. Sedangkan kejelasan kalimat berhubungan dengan
ketidakambiguan makna yang terkandung dalam kalimat.
Penggunaan paragraf setidaknya dapat mempermudah seorang penulis dalam membuat suatu karya ilmiah
baik dalam bentuk sederhana maupun kompleks agar pembahasan suatu pokok permasalahan tidak keluar
dari topik yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan adanya paragraf, penulis akan lebih mudah
mengkategorikan pokok materi yang akan menjadi pokok pembicaraan pada pemaparan yang dituangkan
dalam bentuk paragraf tersebut.
B. SARAN
Dalam kegiatan menulis karya tulis ilmiah hendaknya para mahasiswa memperhatikan penggunaan kalimat
efektif. Dalam kegiatan menulis karya tulis ilmiah hendaknya para mahasiswa menghindari penggunaan
kalimat yang tidak efektif.

DAFTAR PUSTAKA
http://aiemalissa.wordpress.com/2009/10/04/kalimat-efektif-dlm-bind/ akses 12 Oktober 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf
http://www.brainyquote.com/words/pa/paragraph199391.html
Arifin, Zaenal, et. al. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
2008
Akhadiah, Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai