Anda di halaman 1dari 15

Kurikulum 2006/2013 K

e
l
a
s

sosiologi XI

KELOMPOK SOSIAL

KELAS XI SMA/MA/SMK/MAK – KTSP 2006 & Kurikulum 2013

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami pengertian, syarat, dan ciri-ciri kelompok sosial.
2. Memahami teori pembentukan kelompok sosial.
3. Memahami klasifikasi kelompok sosial menurut para ahli.
4. Memahami klasifikasi kelompok sosial menurut kriteria.
5. Memahami dimensi, pola, dan unsur hubungan antarkelompok sosial.

A. Pengertian, Syarat, dan Ciri-Ciri Kelompok Sosial


1. Latar Belakang Terbentuknya Kelompok Sosial
Secara naluriah, manusia selalu ingin hidup bersama dengan orang lain karena keinginan
untuk menjadi satu dengan yang lain di sekelilingnya, dan menjadi satu dengan suasana
alam di sekitarnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, manusia
selain makhluk individu juga dikenal sebagai makhluk sosial. Terbentuknya kelompok
sosial dalam masyarakat dapat terjadi secara alami ataupun disengaja. Kelompok yang
terbentuk secara alami adalah keluarga inti dan ikatan kelompok kekerabatan. Adapun
kelompok yang disengaja dibentuk, adalah organisasi atau perkumpulan. Latar belakang
terbentuknya kelompok sosial antara lain sebagai berikut.
a. Kesamaan daerah dan keturunan (genealogis).
b. Faktor geografis suatu daerah.
c. Kesamaan daerah asal.
d. Kesamaan kepentingan.
2. Pengertian Kelompok Sosial
a. Soerjono Soekanto
Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hdup bersama
karena adanya hubungan sosial. Hubungan tersebut menyangkut hubungan timbal
balik yang saling memengaruhi dan suatu kesadaran untuk saling menolong.
b. Robert K. Merton
Kelompok sosial adalah sejumlah orang yang saling berinteraksi yang sesuai dengan
pola yang telah mapan.
c. Hendro Puspito
Kelompok sosial adalah suatu kelompok nyata, teratur, dan tetap dari individu-
individu yang melaksanakan peran-perannya secara berkaitan guna mencapai
tujuan bersama.

Jadi, kelompok sosial adalah kesatuan manusia yang hidup bersama, yang saling
berinteraksi, dan memengaruhi sehingga terbentuk struktur sosial yang khas untuk
mencapai tujuan bersama.

3. Syarat Kelompok Sosial


Menurut Soerjono Soekanto, syarat kelompok sosial adalah sebagai berikut.
a. Terdapat kesadaran tiap anggota kelompok bahwa mereka merupakan bagian dari
kelompok yang bersangkutan.
b. Terdapat hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya.
c. Terdapat persamaan tertentu seperti latar belakang, tujuan, atau ideologi.
d. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
e. Struktur sosial bersistem dan berproses.
f. Merupakan kesatuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kelompok atau kesatuan
lain.
g. Memiliki norma tertentu yang mengatur pola hubungan antaranggotanya.

B. Teori Pembentukan Kelompok Sosial


Ada beberapa teori yang mengemukakan proses pembentukan kelompok sosial. Teori
tersebut adalah sebagai berikut.

2
1. Teori Aktivitas – Interaksi - Sentimen
Teori ini dikemukakan oleh George C. Homans, yang mengemukakan bahwa kelompok
terbentuk karena individu-individu melakukan aktivitas bersama secara intensif sehingga
memperluas wujud dan cakupan interaksi di antara mereka. Pada akhirnya, akan muncul
sentimen (emosi atau perasaan) keterikatan satu sama lain sebagai faktor pembentuk
kelompok sosial.

2. Teori Alasan Praktis


Teori ini dikemukakan oleh H. Joseph Reitz, yang mengemukakan bahwa individu
bergabung dalam suatu kelompok untuk memenuhi beragam kebutuhan praktis. Abraham
H. Maslow mengidentifikasi beberapa kebutuhan praktis tersebut yaitu sebagai berikut.
a. Kebutuhan fisik (udara, air, makanan, dan pakaian).
b. Kebutuhan rasa aman.
c. Kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi.
d. Kebutuhan terhadap penghargaan (dari dirinya dan orang lain).
e. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri (menggali segala potensi) dan bertumbuh.

3. Teori Hubungan Pribadi


Teori ini dikemukakan oleh W.C. Schutz, yang mengemukakan bahwa manusia
berkelompok untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam hubungan antarpribadi, yaitu
sebagai berikut.
a. Kebutuhan inklusi, yaitu kebutuhan untuk terlibat dan tergabung dalam suatu
kelompok.
b. Kebutuhan kontrol, yaitu kebutuhan akan arahan, petunjuk, dan pedoman
berperilaku dalam kelompok.
c. Kebutuhan afeksi, yaitu kebutuhan akan kasih sayang serta perhatian dalam
kelompok.

Selanjutnya W.C. Schutz membagi anggota kelompok menjadi dua tipe berikut.
a. Tipe yang membutuhkan, yaitu membutuhkan inklusi (ingin diajak dan dilibatkan),
membutuhkan kontrol ( ingin mendapat arahan dan bimbingan), serta membutuhkan
afeksi (ingin diperhatikan dan ingin disayang).
b. Tipe yang memberi, yakni memberi inklusi (mengajak dan melibatkan), memberi
kontrol (mengarahkan, memimpin, dan membimbing) serta memberi afeksi
(memperhatikan dan menyayangi).

3
4. Teori Identitas Sosial
Teori ini dikemukakan oleh M. Billig, yang mengemukakan bahwa kelompok terbentuk
karena adanya sekumpulan orang-orang yang menyadari atau mengetahui adanya satu
identitas sosial bersama. Kesamaan identitas lantas menjadi faktor pemersatu individu
sehingga membentuk suatu kelompok sosial.

5. Teori Identitas Kelompok


Teori yang dikemukakan oleh D.L. Horowitz, yang mengemukakan bahwa individu-
individu dapat mengelompok karena memiliki kesamaan identitas etnis atau suku
bangsa.

6. Teori Kedekatan
Teori ini dikemukakan oleh Fred Luthans, yang mengemukakan bahwa seseorang
berkelompok dengan orang lain disebabkan adanya kedekatan ruang dan daerah.

7. Teori Keseimbangan
Teori ini dikemukakan oleh Theodore M. Newcomb, yang mengemukakan bahwa
seseorang tertarik untuk berkelompok dengan orang lain atas dasar adanya kesamaan-
kesamaan tertentu (kesamaan sikap, tujuan, agama, ideologi, gaya hidup, status sosial,
dan sebagainya).

8. Teori Pembentukan Beralasan


Teori ini dikembangkan oleh Dowin Cartwright dan Alvin Zander, yang mengemukakan
bahwa alasan terbentuknya suatu kelompok sosial karena alasan berikut.
a. Pertimbangan tertentu, seperti mendukung pencapaian tujuan.
b. Spontan, tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu.
c. Hal-hal tertentu yang dapat dijadikan patokan.

9. Teori Perkembangan Kelompok


Teori ini dikemukakan oleh W.G. Bennis dan H.A. Sheppard, yang mengemukakan bahwa
individu bergabung dengan kelompok untuk dipimpin atau mencari otoritas. Seseorang
masuk dalam kelompok dengan hanya memiliki sedikit sekali gambaran tentang
pemegang otoritas (pemimpin) dalam kelompok tersebut. Ketika ia telah menemukan dan
memahami mengenai pemegang otoritas, ia akan mengalami kebimbangan antara ingin

4
mengikuti otoritas atau melepaskan diri dari otoritas. Tahap perkembangan kelompok
dibedakan menjadi berikut.
a. Tahap otoritas, terdiri dari beberapa hal berikut.
1.) Ketergantungan pada otoritas
Anggota kelompok masih membutuhkan arahan dari orang-orang yang
dianggap sebagai otoritas untuk membantunya menyesuaikan diri dan
memulai partisipasi.
2.) Pemberontak
Otoritas (pemimpin) dipandang tidak mampu atau tidak sesuai dengan harapan
anggota, maka orang tersebut akan diabaikan atau bahkan disingkirkan.
3.) Pencarian
Pada tahap ini ada dua kemungkinan. Pertama adalah terpilihnya otoritas
baru sehingga kelompok akan terus berlanjut. Kedua adalah tidak terpilihnya
otoritas baru sehingga kelompok akan terpecah atau bubar.

b. Tahap pribadi
Tahap ini merupakan tahap pemantapan saling ketergantungan antaranggota
kelompok. Tahap ini terdiri dari beberapa tahap.
1.) Tahap harmoni
Pada tahap ini semua pihak merasa puas, semua bahagia karena ada rasa saling
percaya dan mampu saling memenuhi harapan. Produktivitas kelompok cukup
tinggi.
2.) Tahap identitas pribadi
Pribadi-pribadi merasa tertekan oleh kelompok. Masing-masing pribadi
menginginkan identitas pribadinya diberi peluang untuk berkembang.
Kelompok terbelah menjadi dua, antara yang ingin mempertahankan situasi
sebagaimana adanya dan yang berniat mencari aktivitas individual walaupun
masih tetap dalam kelompok.
3.) Tahap pencarian masalah pribadi
Setiap anggota kelompok telah mengetahui persis posisi masing-masing, sudah
dapat saling menerima dan berkomunikasi dengan baik. Setiap anggota diberi
peran sesuai dengan kemampuan serta sifatnya. Individu tidak kehilangan
identitas diri dan kebebasannya walau tetap terikat pada keanggotaan
kelompok.

5
C. Klasifikasi Kelompok Sosial Menurut Para Ahli
Beberapa ahli sosial mengklasifikasikan kelompok sosial atas beberapa tipe dan bentuk
yaitu sebagai berikut.
1. Emile Durkheim
Emile Durkheim membagi kelompok sosial menjadi berikut.
a. Kelompok dengan solidaritas mekanis
Dalam masyarakat dengan solidaritas mekanis, yang diutamakan adalah
persamaan perilaku dan sikap. Seluruh warga masyarakat diikat oleh kesadaran
kolektif, yaitu suatu kesadaran bersama yang mencakup keseluruhan
kepercayaan dan perasaan kelompok, bersifat ekstrem serta memaksa.
Spesialisasi (keahlian, pembagian kerja) individu tidak menonjol karena siapa
pun dapat melakukan semua hal sehingga kedudukan masyarakat dipandang
lebih penting daripada kedudukan individu.
b. Kelompok dengan solidaritas organis
Masyarakat dengan solidaritas organis telah mengenal pembagian kerja yang
terperinci sehingga dipersatukan oleh rasa saling ketergantungan antarbagian.
Pada masyarakat ini, ikatan utama yang mempersatukan bukan kesadaran kolektif,
melainkan kesepakatan yang terjalin antara berbagai profesi. Hukum yang menonjol
bukan hukum pidana, tetapi hukum perdata. Kelompok dengan organis umumnya
terdapat dalam masyarakat yang kompleks seperti masyarakat perkotaan.
2. Ferdinand Tonnies
Ferdinand Tonnies membuat perbedaan antara dua jenis kelompok sosial berikut.
a. Kelompok paguyuban (gemeinschaft)
Kelompok sosial yang ditandai dengan kehidupan anggota kelompoknya diikat
oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta relatif abadi. Dasar
hubungannya adalah rasa cinta dan hubungan nyata. Kelompok paguyuban
sering dikaitkan dengan masyarakat desa. Tonnies membagi gemeinschaft
menjadi tiga jenis.
1.) Gemeinschaft by blood mengacu pada ikatan-ikatan kekerabatan. Contoh,
marga.
2.) Gemeinschaft of place merupakan ikatan yang berlandaskan kedekatan
tempat tinggal serta tempat bekerja. Contoh, RT dan RW.
3.) Gemeinschaft of mind mengacu pada hubungan persahabatan yang
disebabkan oleh persamaan keahlian, pekerjaan, serta pandangan yang
mendorong individu untuk saling berhubungan secara teratur. Contohnya
kelompok sahabat, organisasi profesi, dan sebagainya.

6
b. Kelompok patembayan (gesellschaft)
Kelompok patembayan identik dengan masyarakat kota. Kelompok patembayan
sengaja dibentuk dan diorganisasikan oleh sejumlah orang untuk memenuhi
kepentingan tertentu. Sekumpulan orang memang hadir bersama, tetapi
masing-masing tetap mandiri dan mementingkan pamrih. Corak hubungan
bersifat sementara dan semu. Contohnya, bidang ekonomi, profesi, dan
politik.
3. R.C. Ziller
R.C Ziller menggolongkan kelompok sosial menjadi dua kelompok.
a. Kelompok terbuka
Kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang sangat peka dan tanggap
terhadap berbagai bentuk perubahan maupun pembaharuan. Kelompok
terbuka juga lebih bebas menerima serta melepaskan anggota-anggotanya
sehingga membuka kemungkinan bagi masuknya anggota-anggota baru
dengan ide-ide segar demi mendukung pencapaian tujuan kelompok ataupun
pemecahan masalah internal.
b. Kelompok tertutup
Kelompok tertutup cenderung sulit menerima perubahan dan lazimnya lebih
mengutamakan upaya-upaya untuk menjaga kestabilan kelompok. Pada
kelompok tertutup, penerimaan dan pelepasan anggota dibatasi sedemikian
rupa sehingga sukar mengharapkan munculnya ide-ide segar untuk
kepentingan kelompok.
4. Robert Bierstedt
Robert Bierstedt membagi kelompok sosial menjadi beberapa kelompok.
a. Kelompok asosiasi
Para anggota kelompok mempunyai kesadaran jenis, persamaan kepentingan
pribadi maupun kepentingan bersama, ada kontak dan komunikasi, serta di
antara para anggota dijumpai adanya ikatan organisasi formal. Contohnya
OSIS, pramuka, karang taruna, dan PMR.
b. Kelompok sosial
Anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang
lain, tetapi tidak terikat dalam ikatan organisasi.
c. Kelompok kemasyarakatan
Kelompok masyarakat adalah kelompok yang hanya memiliki kesadaran akan
persamaan di antara mereka, belum ada kontak dan komunikasi di antara
mereka dan juga tidak ada organisasi.

7
d. Kelompok statistik
Kelompok ini hanya ada dalam arti analisis dan merupakan hasil ciptaan para
ilmuan sosial.
5. Robert K. Merton
Robert K. Merton membagi kelompok sosial sebagai berikut.
a. Kelompok keanggotaan (membership group)
Kelompok keanggotaan merupakan kelompok di mana seseorang secara fisik
maupun administratif memang menjadi anggota, namun tidak dijadikan acuan
dalam sikap, penilaian, dan tindakan.
b. Kelompok acuan (reference group)
Kelompok acuan merupakan kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi
seseorang untuk membentuk pribadi dan pelakunya. Nilai dan norma yang
berlaku dalam kelompok dijadikan acuan untuk bersikap, menilai, dan
bertindak.
6. Ronald B. Adler
Ronald B. Adler membedakan kelompok sosial menjadi tiga kelompok.
a. Kelompok belajar
Kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
diri para anggotanya, juga berbagi informasi aktual mengenai berbagai hal.
b. Kelompok pertumbuhan
Memfokuskan perhatiannya pada permasalahan pribadi yang dihadapi
para anggotanya. Tujuan kelompok diarahkan kepada usaha membantu
para anggotanya dalam mengidentifikasi tantangan dan mengarahkan
perkembangan kepribadian.
c. Kelompok pemecah masalah
Kelompok ini bertujuan membantu anggota kelompok memecahkan masalah
yang dialami. Seringkali seseorang tidak mampu menyelesaikan masalahnya
sendiri. Itulah sebabnya, ia berpaling pada kelompok untuk membantu
memberikan solusi yang tepat bagi permasalahannya.
7. Theodore Caplow
Theodore Caplow membedakan kelompok sosial menjadi beberapa kelompok.
a. Kelompok kecil
Memiliki ciri mudah saling bertemu antaranggota, pertemuan bersifat tatap
muka, dan dimungkinkan adanya otoritas tanpa perwakilan. Kelompok kecil
dibagi menjadi dua bagian berikut.

8
1.) Kelompok primer, tiap anggota berinteraksi dengan anggota lainnya.
Jumlah anggota 2 - 20 orang.
2.) Kelompok nonprimer, interaksi anggotanya tidak seintensif pada
kelompok primer, jumlah anggotanya 3 - 30 orang.
b. Kelompok medium
Anggota kelompok ini berkisar antara 50 - 1.000 orang. Orang tidak mungkin
berhubungan intensif dengan semua anggota lainnya, namun ia dapat
mempunyai teman dekat atau bergaul akrab dengan beberapa orang dari
kelompok itu yang dikehendaki atau dipilihnya sendiri. Kelompok ini biasanya
memerlukan pengorganisasian formal.
c. Kelompok besar
Anggotanya antara 1.000 - 10.000 orang. Kelompok ini terlalu besar untuk
mengenal intensif antaranggotanya. Ada anggota-anggota tertentu yang
dikenal oleh seluruh anggota kelompok, tetapi mereka sendiri tidak mengenal
setiap anggota lain dalam kelompok.
d. Kelompok sangat besar
Jumlah anggotanya berkisar lebih dari 10.000 orang. Tidak memungkinkan
terjadinya kontak dengan seluruh anggota kelompok. Akan tetapi, beberapa
orang dalam kelompok yang sangat besar ini bisa jadi dikenal oleh seluruh
anggota lainnya melalui publikasi media massa. Jadi, dalam kelompok besar
yang berperan adalah jaringan yang mengandalkan media massa.
8. William G. Sumner
William G. Sumner embagi kelompok sosial menjadi dua.
a. Kelompok dalam (in group)
Kelompok yang individunya mengidentifikasikan dirinya dalam kelompok
tersebut.
b. Kelompok luar (out group)
Kelompok yang dianggap sebagai kelompok luar atau kelompok yang dianggap
sebagai lawan.

D. Klasifikasi Kelompok Sosial Menurut Kriteria


Berikut klasifikasikan kelompok sosial menurut kriteria.
1. Kelompok Teratur
Kelompok yang dapat dijelaskan struktur, norma, dan perannya. Kelompok teratur dibagi
menjadi berikut.

9
a. Berdasarkan besar kecilnya jumlah anggota kelompok
1.) Kelompok primer, ditandai adanya hubungan yang erat, saling mengenal,
terdapat ikatan psikologis dan kerja sama yang bersifat pribadi. Contohnya
keluarga dan kelompok persahabatan.
2.) Kelompok sekunder, jumlah anggotanya banyak sehingga tidak saling kenal,
hubungan relatif renggang, anggota tidak saling mengenal, dan sifatnya
tidak permanen. Hubungan cenderung bersifat formal dan didasarkan ikatan
kepentingan dan tujuan tertentu.
b. Berdasarkan derajat organisasinya
1.) Kelompok formal, kelompok yang mempunyai aturan tegas dan sengaja dibuat
oleh anggotanya untuk ditaati.
2.) Kelompok informal, organisasi kelompok yang tidak resmi serta tidak memiliki
struktur atau organisasi.

2. Kelompok Sosial Tidak Teratur


a. Kerumunan (crowd)
Kerumunan bersifat sementara, terkait oleh kepentingan sesaat, tidak terorganisir.
Termasuk dalam kerumunan antara lain:
1.) formal audiance, bentuk kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan
tujuan yang sama, tetapi bersifat pasif,
2.) planned expressive groups, kerumunan yang berfungsi menyalurkan ketegangan-
ketegangan yang dialami akibat rutinitas keseharian,
3.) inconvenient aggregation, kerumunan yang kurang menyenangkan karena
bersifat bersaing untuk mendapatkan fasilitas yang sama,
4.) panic crowds, kerumunan orang yang sedang berada dalam keadaan panik,
5.) spectator crowds, kerumunan dari orang yang ingin melihat suatu kejadian
tertentu, tidak direncanakan dan bersifat tiba-tiba,
6.) acting crowds, kerumunan yang bertindak emosional, melanggar hukum,
berusaha mencapai tujuan dengan kekerasan fisik dan melanggar nilai dan
norma sosial,
7.) immoral crowds, kerumunan yang bersifat immoral.

b. Publik
Kelompok yang terbentuk karena interaksi bersifat tidak langsung atau melalui alat-
alat media, seperti internet, televisi, radio.

10
c. Massa
Kelompok yang memiliki ciri-ciri hampir sama dengan kerumunan, tetapi terbentuk
secara sengaja dan direncanakan. Massa dibedakan menjadi:
1.) massa abstrak, sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya persamaan
minat, perhatian, kepentingan, dan tujuan tanpa ada struktur yang jelas dan
tidak terorganisir,
2.) massa konkret, memiliki ciri adanya ikatan batin, adanya persamaan norma,
dan mempunyai struktur yang jelas.

3. Hubungan Antarkelompok dalam Masyarakat


a. Dimensi hubungan antarkelompok
Menurut Kinloch, hubungan antarkelompok memiliki beberapa kriteria.
1.) Kriteria fisiologis, didasarkan pada persamaan jenis kelamin (laki-laki -
perempuan), usia (tua - muda), dan ras.
2.) Kriteria kebudayaan, mencakup kelompok yang diikat oleh persamaan
kebudayaan.
3.) Kriteria ekonomi, dibedakan antara yang memiliki kekuasaan ekonomi dan
yang tidak memiliki kekuasaan ekonomi.
4.) Kriteria perilaku, didasarkan pada cacat fisik, cacat mental, dan penyimpangan
terhadap aturan masyarakat.

Dalam hubungan antarkelompok juga terdapat berbagai macam dimensi, di


antaranya dimensi sejarah, dimensi sikap, dimensi institusi, dan dimensi gerakan
sosial.
1.) Dimensi sejarah
Hubungan antarkelompok jika dilihat dari dimensi sejarah diarahkan pada
masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan. Hal ini terkait dengan
timbulnya stratifikasi. Salah satunya stratifikasi etnis yang dapat terjadi apabila
memenuhi tiga syarat yakni etnosentrisme, persaingan, dan perbedaan
kekuasaan.
2.) Dimensi sikap
Dalam hubungan antarkelompok sering muncul prasangka dan stereotip.
Prasangka merupakan sikap bermusuhan yang ditujukan kepada suatu
kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok tersebut mempunyai
ciri yang tidak menyenangkan. Prasangka tidak didasari oleh pengetahuan,
pengalaman, atau bukti yang memadai.

11
3.) Dimensi institusi
Dimensi institusi ini dapat berupa institusi politik dan ekonomi. Institusi dalam
masyarakat dapat memperkuat pengendalian sosial, sikap, dan hubungan
antarkelompok. Institusi dapat berfungsi untuk menghilangkan pola hubungan
antarkelompok yang ada.
4.) Dimensi gerakan sosial
Hubungan antarkelompok sering melibatkan gerakan sosial, baik yang
diprakarsai oleh pihak yang menginginkan perubahan maupun yang ingin
mempertahankan keadaan yang sudah ada.
b. Pola hubungan antarkelompok
Hubungan antarkelompok juga diwarnai dengan pola-pola tertentu yang khas, di
antaranya adalah sebagai berikut.
1.) Akulturasi, terjadi ketika kebudayaan kedua kelompok ras yang bertemu mulai
berbaur dan berpadu. Akulturasi dapat terjadi pada masyarakat yang sama
maupun masyarakat yang berbeda.
2.) Dominasi, terjadi bila suatu kelompok ras menguasai kelompok lain. Bentuk
dominasi dapat berupa:
• genosida, pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap anggota
kelompok tertentu (pembunuhan orang Yahudi oleh NAZI),
• pengusiran, contohnya pengusiran warga Palestina oleh Israel,
• perbudakan, contohnya sistem romusha pada masa pendudukan Jepang
di Indonesia,
• segregasi, yaitu suatu pemisahan antara warga kulit putih dan kulit hitam
di Afrika Selatan pada masa politik apartheid,
• Asimilasi.

3.) Paternalisme adalah suatu bentuk dominasi kelompok ras pendatang atas
kelompok pribumi.
• Pola dominasi kelompok pendatang atas pribumi, contohnya kedatangan
bangsa Eropa ke Benua Amerika, Asia, dan Afrika.
• Pola dominasi kelompok pribumi atas pendatang, contohnya dominasi
kulit putih Prancis atas kelompok pendatang dari Aljazair, Cina, dan Turki.
• Integrasi adalah suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan
ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan perhatian khusus pada
perbedaan ras tersebut.

12
4.) Pluralisme adalah suatu pola hubungan yang mengakui adanya persamaan
hak politik dan hak perdata masyarakat. Akan tetapi, pola hubungan ini lebih
berfokus pada kemajemukan kelompok ras daripada pola integrasi.
Pola dominasi akan lebih cenderung mengarah pada pola pluralisme, sedangkan
pola akulturasi dan paternalisme cenderung mengarah pada pola integrasi.
c. Unsur hubungan antaranggota kelompok
Unsur hubungan antaranggota kelompok sosial, antara lain sebagai berikut.
1.) Konflik kelompok
Sebagai sebuah dinamika, konflik sejatinya dapat dipersepsikan sebagai
kesempatan untuk mengembangkan dan memperkuat kelompok sosial.
Dengan adanya konflik, dapat dirumuskan kesepakatan baru yang mampu
menjembatani perbedaan pendirian, perasaan, kepribadian, dan kepentingan
antarkelompok. Namun perlu diingat, konflik yang tidak dapat diselesaikan
dengan baik akan berpotensi terjadinya perpecahan dalam kelompok.
2.) Komunikasi kelompok
Fungsi komunikasi kelompok menurut Burhan Bungin:
• mempertahankan jalinan hubungan sosial,
• mempertukarkan pengalaman dan pengetahuan,
• membujuk anggota kelompok untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu,
• mencari pemecahan masalah dan merumuskan keputusan bersama,
• membantu masing-masing anggota kelompok memenuhi kebutuhan
atau harapan pribadinya.
3.) Kepemimpinan
Semua kelompok memiliki pemimpin. Kepemimpinan adalah perilaku seorang
individu ketika ia mengarahkan aktivitas kelompok sosial menuju suatu tujuan
bersama. Fungsi seorang pemimpin antara lain sebagai berikut.
• Suportif, harus mampu mendukung dan membangkitkan semangat
anggota kelompok.
• Direktif, terampil dalam mengarahkan dan memberi petunjuk dalam
pemecahan masalah.
• Partisipatif, senantiasa melibatkan diri dalam kegiatan kelompok dan
terbuka terhadap masukan dari para anggotanya.
• Orientasi prestasi, mampu membimbing anggotanya untuk mencapai
tujuan bersama dengan capaian terbaik.

13
4.) Kohesi kelompok
Kohesi kelompok mengacu pada adanya sejumlah faktor yang memengaruhi
anggota kelompok untuk mempertahankan keanggotaannya. Kohesi kelompok
menegaskan pentingnya penyatuan beragam anggota menjadi satu kelompok.
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kohesi kelompok antara lain
sebagai berikut.
• Para anggota harus lebih sering berinteraksi.
• Perlu dilakukan kegiatan yang dapat memunculkan ketertarikan pribadi,
misalnya rekreasi bersama.
• Setiap perbedaan hendaknya didiskusikan hingga tercapai kesepakatan
bersama.
• Persaingan antaranggota perlu diawasi agar tetap berlangsung sesuai
dengan norma kelompok.
• Adanya penilaian yang adil dan membangun terhadap masing-masing
anggota.
• Tiap anggota tidak dianggap sebagai “alat” untuk mencapai tujuan
kelompok, melainkan diperlakukan sebagai manusia yang dihargai.

5.) Norma kelompok


Norma kelompok adalah pedoman-pedoman yang mengatur perilaku atau
perbuatan anggota kelompok. Berikut fungsi norma kelompok.
• Mengatur tingkah laku anggota kelompok sehingga dapat berfungsi
secara efisien dalam mencapai tujuan.
• Mengurangi ketidakpastian karena individu akan mengetahui persis apa
yang diharapkan dari dirinya dalam kelompok.
• Norma kelompok hanya berlaku bagi kelompok tertentu saja. Hal ini
menjadikan pembeda antara kelompok satu dengan kelompok lainnya
sehingga memudahkan terbentuknya identitas kelompok.

Menurut Bimo Walgito, dinamika kelompok terjadi karena hal berikut.


• Adanya perbedaan tanggapan anggota kelompok terhadap norma. Ada
sebagian anggota yang terpaksa tunduk terhadap norma kelompok
sebagai konsekuensi dari keanggotaannya. Mereka ini biasanya yang
sering melakukan pelanggaran hingga menimbulkan perbenturan dalam
kelompok. Namun, ada pula yang bersedia menghayati norma kelompok
dengan penuh kesadaran sehingga mampu menginternalisasinya menjadi
norma pribadi serta mengembangkan kepatuhan.

14
• Adanya perubahan norma. Norma kelompok senantiasa berubah sesuai
dengan keadaan yang dihadapi kelompok. Dinamika dapat terjadi
ketika ada sebagian anggota yang ingin menyesuaikan norma dengan
perubahan, sementara anggota lainnya justru menolak hal tersebut.

6.) Efektivitas kelompok


Suatu kelompok dapat dikategorikan efektif (berhasil) bila dapat mengatasi
hambatan pencapaian tujuan kelompok, memelihara keutuhan kelompok
secara internal dan mampu terus mengupayakan peningkatan efektivitasnya.
Hal-hal yang dibutuhkan untuk meningkatkan efektifitas kelompok antara lain
sebagai berikut.
• Suasana kelompok yang nyaman.
• Kepemimpinan bergilir.
• Perumusan tujuan.
• Fleksibilitas atau dapat menyesuaikan diri dengan perubahan.
• Mufakat, perbedaan pendapat dimusyawarahkan untuk mencapai
mufakat.
• Kesadaran kelompok, menyadari peran sebagai anggota kelompok.
• Penilaian berkala, berfungsi untuk mengetahui motivasi dan hambatan
yang dialami oleh anggota dalam mencapai tujuan.

Dinamika biasanya timbul ketika pemimpin tidak mampu melaksanakan


fungsinya sesuai dengan harapan anggota kelompok. Akibatnya, muncul
gejolak terkait perlu tidaknya melakukan pergantian kepemimpinan.

SUPER "Solusi Quipper"


KOKO dan KEKE AKTIF
KOnflik - KOmunikasi- KEpemimpinan- KohEsi- normA- efeKTIF

15

Anda mungkin juga menyukai