Anda di halaman 1dari 6

Evaluasi Dampak Program Keluarga Harapan Terhadap Berat Badan Lahir Bayi di Kabupaten

Nganjuk 1
RATNA FRENTY NURKHALIM
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mendefinisikan Berat Badan Lahir


Rendah (BBLR) sebagai bayi yang terlahir dengan berat kurang dari 2500gram.
BBLR masih terus menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan secara
global karena efek jangka pendek maupun panjangnya terhadap kesehatan (WHO
(2014). Pada tahun 2011, 15% bayi di seluruh dunia (lebih dari 20 juta jiwa), lahir
dengan BBLR (UNICEF, 2013). Sebagian besar bayi dengan BBLR dilahirkan di
negara berkembang termasuk Indonesia, khususnya di daerah yang populasinya
rentan (WHO, 2014). BBLR bukan hanya penyebab utama kematian prenatal dan
penyebab kesakitan. Studi terbaru menemukan bahwa BBLR juga meningkatkan
risiko untuk penyakit tidak menular seperti diabetes dan kardiovaskuler di
kemudian hari (WHO, 2014). Begitu seriusnya perhatian dunia terhadap
permasalahan ini hingga World Health Assembly pada tahun 2012 mengesahkan
Comprehensive Implementation Plan on Maternal, Infant and Young Child
Nutrition dengan menargetkan 30% penurunan BBLR pada tahun 2025 (WHO,
2014).
Di Indonesia sendiri persentase BBLR tahun 2013 mencapai 10,2%
(Balitbangkes and Kemenkes RI, 2013), artinya, satu dari sepuluh bayi di
Indonesia dilahirkan dengan BBLR. Jumlah ini masih belum bisa menggambarkan
kejadian BBLR yang sesungguhnya, mengingat angka tersebut didapatkan dari
dokumen/catatan yang dimiliki oleh anggota rumah tangga, seperti buku
Kesehatan Ibu dan Anak dan Kartu Menuju Sehat. Sedangkan jumlah bayi yang
tidak memiliki catatan berat badan lahir, jauh lebih banyak. Hal ini berarti
kemungkinan bayi yang terlahir dengan BBLR jumlahnya jauh lebih banyak lagi.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, kejadian BBLR di Jawa Timur
sendiri tidak jauh berbeda dengan persentase nasional yaitu berada pada kisaran
10%. Kabupaten Nganjuk sebagai salah satu kabupaten yang ada di Jawa Timur
perlu mendapatkan perhatian khusus karena jumlah kematian bayi dan balita pada
Evaluasi Dampak Program Keluarga Harapan Terhadap Berat Badan Lahir Bayi di Kabupaten
Nganjuk 2
RATNA FRENTY NURKHALIM
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tahun 2012 di kabupaten ini menempati peringkat kedua tertinggi di Jawa timur
setelah Kabupaten Jember (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013). Lebih
serius lagi, 46% kematian bayi dan neonatus di Kabupaten Nganjuk pada tahun
2013 disebabkan oleh BBLR (Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk, 2013).
Berat badan lahir dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Wardlaw (2004)
mengemukakan bahwa berat badan lahir tidak lepas dari gaya hidup (merokok,
alkohol, penyalahgunaan obat terlarang), nutrisi, aktivitas fisik ibu, asupan
makanan ibu selama hamil, usia ibu dan penyakit yang mungkin diderita ibu
(hipertensi, diabetes, malaria, HIV atau penyakit menular seksual). Berbagai
penelitian juga mengungkapkan bahwa ibu dalam kondisi sosial-ekonomi sangat
kekurangan lebih sering memiliki bayi dengan berat lahir rendah. Pada keadaan
seperti ini, berat badan bayi lahir rendah berarti disebabkan oleh ibu yang
kekurangan nutrisi dalam jangka waktu yang lama.
Ratusan hasil penelitian di berbagai negara mengemukakan bahwa BBLR
lebih sering terjadi pada keluarga yang berpendapatan rendah. Penelitian Dickute
et al. (2003) menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari keluarga dengan level
sosioekonomi rendah berisiko 2,5 kali lebih besar dilahirkan dengan BBLR
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari keluarga level sosioekonomi menengah.
Fakta tersebut membuat kita perlu mengalihkan perhatian pada kelompok
keluarga sangat miskin. Di Indonesia ada sebuah program yang khusus ditujukan
untuk keluarga sangat miskin (KSM). Program ini di berbagai belahan dunia
disebut dengan bantuan tunai bersyarat atau Conditional Cash Transfer (CCT).
Bantuan tunai bersyarat adalah program yang potensial untuk mengatasi
masalah bayi dengan BBLR. Di berbagai negara, program ini banyak terbukti
memiliki dampak positif bagi kesehatan. Di Brazil, program bantuan tunai
bersyarat bernama Bolsa Familia Programme terbukti dapat mengurangi tingkat
kematian anak usia dibawah lima tahun secara signifikan (Rasella et al., 2013). Di
Mexico, sebuah program bantuan tunai bersyarat bernama Oportunidades
dihubungkan dengan kenaikan rata-rata berat lahir mencapai 127,3gram, dengan
insiden BBLR lebih rendah pada kelompok penerimanya (Barber and Gertler,
2010). Demikian juga India’s Janani Suraksha Yojana, program ini berhasil
Evaluasi Dampak Program Keluarga Harapan Terhadap Berat Badan Lahir Bayi di Kabupaten
Nganjuk 3
RATNA FRENTY NURKHALIM
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

meningkatkan jumlah ibu yang mau bersalin di pelayanan kesehatan hingga 39%
di India (Lim et al., 2010).
Di Indonesia sendiri bantuan tunai semacam ini dikenal dengan Program
Keluarga Harapan (PKH). Pada tahun 2014, PKH telah menjangkau hampir
seluruh propinsi di Indonesia, dengan dana total mencapai trilyunan rupiah.
Program ini membuat ibu hamil mau tak mau mengakses pelayanan antenatal
minimal empat kali selama satu periode kehamilan agar bantuan tunai yang ia
dapatkan tidak dipotong. Dengan ketentuan melakukan minimal empat kali
pelayanan antenatal selama periode kehamilan, maka diharapkan ibu mendapatkan
banyak informasi mengenai kehamilan, termasuk di dalamnya informasi
mengenai gizi dan persalinan yang aman. Asumsinya, jika ibu mendapatkan
pelayanan antenatal yang baik selama kehamilan maka ibu dapat melahirkan
dengan selamat dan bayi yang dilahirkan pun akan sehat.
Meski program ini telah berjalan sejak tahun 2007, namun hingga
sekarang informasi mengenai keberhasilan program ini dalam mengatasi masalah
kesehatan ibu dan anak di wilayah pelaksanaan masih belum banyak diketahui.
Padahal sudah banyak penelitian sebelumnya dilakukan di berbagai negara untuk
mengaji dampak bantuan tunai bersyarat terhadap kesehatan. Penelitian-penelitian
tersebut mengevaluasi program sejenis sesuai dengan tujuan dan mekanisme
pelaksanaannya masing-masing. Namun hingga sejauh ini, pencarian mengenai
informasi dampak PKH di Indonesia khususnya yang berhubungan dengan
kesehatan ibu dan bayi masih sulit didapatkan. Oleh karena itu peneliti merasa
perlu melakukan penelitian mengenai efek PKH, dengan tujuan mengevaluasi
dampak program tersebut terhadap berat badan lahir dan mengetahui melalui alur
mana program tersebut berpengaruh terhadap berat badan lahir.

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah bantuan tunai bersyarat


Program Keluarga Harapan dapat meningkatkan berat badan lahir?”
Evaluasi Dampak Program Keluarga Harapan Terhadap Berat Badan Lahir Bayi di Kabupaten
Nganjuk 4
RATNA FRENTY NURKHALIM
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dampak bantuan tunai bersyarat Program Keluarga
Harapan terhadap berat badan lahir.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi berat badan bayi lahir pada kalangan keluarga sangat
miskin penerima manfaat PKH di wilayah Kabupaten Nganjuk,
b. Mengetahui hubungan Program Keluarga Harapan dengan berat badan
lahir,
c. Menganalisis hubungan variabel luar dengan variabel berat badan lahir,
d. Mengetahui penyebab berat badan lahir di kalangan penerima bantuan
PKH.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pengelola
Program Keluarga Harapan dalam mengawal program, khususnya pada kegiatan
monitoring dan evaluasi serta dampaknya pada komponen ibu dan bayi.

2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan


a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai
bagaimana mekanisme suatu kebijakan kependudukan dapat memberikan
pengaruh kesehatan terhadap populasi tertentu,
b. Dapat memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai dampak
bantuan tunai bersyarat terhadap luaran kehamilan yaitu berat badan
lahirnya, dengan penjelasan alur bagaimana hal tersebut dapat terjadi.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian oleh Barber and Gertler (2010) berjudul “Empowering Women:


How Mexicoís Conditional Cash Transfer Program Raised Prenatal Care
Quality and Birth Weight” menunjukkan bahwa bayi yang dilahirkan oleh
Evaluasi Dampak Program Keluarga Harapan Terhadap Berat Badan Lahir Bayi di Kabupaten
Nganjuk 5
RATNA FRENTY NURKHALIM
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kelompok ibu penerima manfaat Mexico's Conditional Cash Transfer


Program, OPORTUNIDADES memiliki rata-rata berat lahir 127,3 gr lebih
tinggi. Insiden BBLR pada kelompok ini dinyatakan lebih rendah 44,5%
dibandingkan kelompok ibu non penerima. Penelitian ini menggunakan
desain Randomized Control Trial untuk menganlisis dampak bantuan tunai
bersyarat terhadap pencarian dan pemanfaatan pelayanan prenatal dan
mengukur kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan pada klien.
Randomisasi dilakukan pada tingkat komunitas.
2. Fernald et al. (2008) melakukan penelitian yang diberi judul “Role of Cash In
Conditional Cash Transfer Programmes for Child health, Growth, and
Development: An Analysis of Mexico’s Oportunidade”. Penelitian tersebut
mengevaluasi dampak program bantuan tunai bersyarat dengan pendekatan
dose-respons. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Randomized
Control Trial, sedangkan Variabel dependen ialah kesehatan anak,
pertumbuhan dan perkembangan, termasuk perkembangan kognitif anak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggandaan jumlah bantuan tunai
terbukti berkaitan dengan tinggi badan menurut umur yang lebih tinggi
dengan Zscore (ȕ 0,20, 95% CI 0,09–0,30; p<0,0001), prevalensi stunting dan
overweight yang lebih rendah. Penggandaan jumlah bantuan tunai juga
terbukti berhubungan dengan skala perkembangan motorik dan kognitif anak
yang lebih baik.
3. (Lim et al. (2010)) meneliti efek bantuan tunai bersyarat bernama India’s
Janani Suraksha Yojana di India terhadap kelahiran di pelayanan kesehatan.
Penelitian tersebut menggunakan data sekunder. Variabel dependen yang
diteliti yaitu jumlah persalinan di pelayanan kesehatan, kematian neonatal dan
perinatal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembayaran Janani Suraksha
Yojana dikaitkan dengan penurunan 3,7 (CI 95% 2,2-5,2) kematian perinatal
per 1000 kehamilan dan 2,3 (0,9-3,7) kematian neonatal per 1000 kelahiran
hidup.
4. Rasella et al. (2013) mengkaji efek bantuan tunai bersyarat “Bolsa Familia
Programme” (BFP) terhadap angka kematian anak di Brazil. Dalam
Evaluasi Dampak Program Keluarga Harapan Terhadap Berat Badan Lahir Bayi di Kabupaten
Nganjuk 6
RATNA FRENTY NURKHALIM
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

penelitiannya, mereka menggunakan mixed ecological design. Mengukur


mortality rate anak dibawah 5 tahun yang berkaitan dengan penyebab
kematian karena kemiskinan diantaranya nutrisi dan diare. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa “Bolsa Familia Programme” dapat menurunkan angka
kematian anak-anak secara keseluruhan, dan khususnya untuk kematian
akibat penyebab kemiskinan terkait seperti gizi buruk dan diare. Rate rasio
(RR) untuk pengaruh BFP pada kematian anak di bawah 5 tahun secara
keseluruhan adalah 0,94 (95% CI 0,92 - 0,96)
5. Penelitian oleh Triyana (2014) menyebutkan bahwa tidak ada efek program
keluarga harapan terhadap berat badan lahir. Penelitian tersebut menunjukkan
bahwa berat badan lahir bayi yang dilahirkan oleh ibu penerima PKH
dibandingkan mereka yang tidak hanya bersilisih 19,24 gram. Penelitian
tersebut menggunakan Randomized Control Trial pada tingkat kecamatan.
Variabel terikat yang diteliti selain berat badan lahir yaitu kualitas pelayanan
kesehatan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Perbedaan antara kelima penelitian di atas dengan penelitian yaitu terletak
pada sumber data, metode dan rancangan penelitian, serta variabel penelitian.

Anda mungkin juga menyukai