Nganjuk 1
RATNA FRENTY NURKHALIM
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tahun 2012 di kabupaten ini menempati peringkat kedua tertinggi di Jawa timur
setelah Kabupaten Jember (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013). Lebih
serius lagi, 46% kematian bayi dan neonatus di Kabupaten Nganjuk pada tahun
2013 disebabkan oleh BBLR (Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk, 2013).
Berat badan lahir dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Wardlaw (2004)
mengemukakan bahwa berat badan lahir tidak lepas dari gaya hidup (merokok,
alkohol, penyalahgunaan obat terlarang), nutrisi, aktivitas fisik ibu, asupan
makanan ibu selama hamil, usia ibu dan penyakit yang mungkin diderita ibu
(hipertensi, diabetes, malaria, HIV atau penyakit menular seksual). Berbagai
penelitian juga mengungkapkan bahwa ibu dalam kondisi sosial-ekonomi sangat
kekurangan lebih sering memiliki bayi dengan berat lahir rendah. Pada keadaan
seperti ini, berat badan bayi lahir rendah berarti disebabkan oleh ibu yang
kekurangan nutrisi dalam jangka waktu yang lama.
Ratusan hasil penelitian di berbagai negara mengemukakan bahwa BBLR
lebih sering terjadi pada keluarga yang berpendapatan rendah. Penelitian Dickute
et al. (2003) menunjukkan bahwa bayi yang lahir dari keluarga dengan level
sosioekonomi rendah berisiko 2,5 kali lebih besar dilahirkan dengan BBLR
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari keluarga level sosioekonomi menengah.
Fakta tersebut membuat kita perlu mengalihkan perhatian pada kelompok
keluarga sangat miskin. Di Indonesia ada sebuah program yang khusus ditujukan
untuk keluarga sangat miskin (KSM). Program ini di berbagai belahan dunia
disebut dengan bantuan tunai bersyarat atau Conditional Cash Transfer (CCT).
Bantuan tunai bersyarat adalah program yang potensial untuk mengatasi
masalah bayi dengan BBLR. Di berbagai negara, program ini banyak terbukti
memiliki dampak positif bagi kesehatan. Di Brazil, program bantuan tunai
bersyarat bernama Bolsa Familia Programme terbukti dapat mengurangi tingkat
kematian anak usia dibawah lima tahun secara signifikan (Rasella et al., 2013). Di
Mexico, sebuah program bantuan tunai bersyarat bernama Oportunidades
dihubungkan dengan kenaikan rata-rata berat lahir mencapai 127,3gram, dengan
insiden BBLR lebih rendah pada kelompok penerimanya (Barber and Gertler,
2010). Demikian juga India’s Janani Suraksha Yojana, program ini berhasil
Evaluasi Dampak Program Keluarga Harapan Terhadap Berat Badan Lahir Bayi di Kabupaten
Nganjuk 3
RATNA FRENTY NURKHALIM
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
meningkatkan jumlah ibu yang mau bersalin di pelayanan kesehatan hingga 39%
di India (Lim et al., 2010).
Di Indonesia sendiri bantuan tunai semacam ini dikenal dengan Program
Keluarga Harapan (PKH). Pada tahun 2014, PKH telah menjangkau hampir
seluruh propinsi di Indonesia, dengan dana total mencapai trilyunan rupiah.
Program ini membuat ibu hamil mau tak mau mengakses pelayanan antenatal
minimal empat kali selama satu periode kehamilan agar bantuan tunai yang ia
dapatkan tidak dipotong. Dengan ketentuan melakukan minimal empat kali
pelayanan antenatal selama periode kehamilan, maka diharapkan ibu mendapatkan
banyak informasi mengenai kehamilan, termasuk di dalamnya informasi
mengenai gizi dan persalinan yang aman. Asumsinya, jika ibu mendapatkan
pelayanan antenatal yang baik selama kehamilan maka ibu dapat melahirkan
dengan selamat dan bayi yang dilahirkan pun akan sehat.
Meski program ini telah berjalan sejak tahun 2007, namun hingga
sekarang informasi mengenai keberhasilan program ini dalam mengatasi masalah
kesehatan ibu dan anak di wilayah pelaksanaan masih belum banyak diketahui.
Padahal sudah banyak penelitian sebelumnya dilakukan di berbagai negara untuk
mengaji dampak bantuan tunai bersyarat terhadap kesehatan. Penelitian-penelitian
tersebut mengevaluasi program sejenis sesuai dengan tujuan dan mekanisme
pelaksanaannya masing-masing. Namun hingga sejauh ini, pencarian mengenai
informasi dampak PKH di Indonesia khususnya yang berhubungan dengan
kesehatan ibu dan bayi masih sulit didapatkan. Oleh karena itu peneliti merasa
perlu melakukan penelitian mengenai efek PKH, dengan tujuan mengevaluasi
dampak program tersebut terhadap berat badan lahir dan mengetahui melalui alur
mana program tersebut berpengaruh terhadap berat badan lahir.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dampak bantuan tunai bersyarat Program Keluarga
Harapan terhadap berat badan lahir.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi berat badan bayi lahir pada kalangan keluarga sangat
miskin penerima manfaat PKH di wilayah Kabupaten Nganjuk,
b. Mengetahui hubungan Program Keluarga Harapan dengan berat badan
lahir,
c. Menganalisis hubungan variabel luar dengan variabel berat badan lahir,
d. Mengetahui penyebab berat badan lahir di kalangan penerima bantuan
PKH.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pengelola
Program Keluarga Harapan dalam mengawal program, khususnya pada kegiatan
monitoring dan evaluasi serta dampaknya pada komponen ibu dan bayi.
E. Keaslian Penelitian