Anda di halaman 1dari 6

Kode Etik Humas

A. Pengertian Kode Etik


Secara umum kode etik merupakan suatu sistem norma, nilai, dan aturan profesional tertulis
yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan apa yang salah, apa yang baik dan apa yang tidak
baik. Kode etik juga menyatakan perbuatan apa saja yang harus dilakukan dan perbuatan apa saja
yang harus dihindari. Singkatnya, kode etik adalah suatu pola aturan, tata cara, pedoman, dan
batasan-batasan ketika melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan tujuan untuk meningkatakan
kualitas anggota perusahaan. Kode etik biasanya berupa aturan tertulis yang sistematis dan dengan
sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan ketika dibutuhkan dapat difungsikan
sebagaimana mestinya.

B. Fungsi Kode Etik dalam Kegiatan Humas


Menurut Gibson dan Michel (1945:449) fungsi dari kode etik adalah sebagai pedoman atau
perlindungan dalam pelaksanaan tugas profesional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang
profesional. Sedangakan menurut Biggs dan Blocher (1986:10) mengemukakan 3 fungsi dari kode etik,
yaitu:
a. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah
Dengan adanya kode etik yang mengatur hubungan antara praktisi humas dengan pihak
pemerintah akan semakin memperjelas tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak
boleh dilakukan. Hal ini menjadi sangat penting, karena dengan terjalinya hubungan baik dengan
pihak pemerintah sebagai pemangku kebijakan suatu daerah tentunya sangat berpengaruh
terhadap jalanya perusahaan, sehingga adanya kode etik ini dapat meminimalisir tindak semena-
mena pemerintah terhadap perusahaan.
b. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi
Dengan adanya kode etik humas akan memberikan penjelasan tentang bagaimana cara menjalin
hubungan yang baik dengan rekan kerja, yang tentunya akan sangat berpengaruh terhadap
performa dan motivasi kerja dari masing-masing aggota humas.
c. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi
Dengan adanya kode etik humas tentunya sangat berkaitan dengan hasil kerja para praktisi dalam
profesi humas. Praktisi humas yang bijaksana tidak akan memberikan kemudahan terhadap
penyelewengan kerja, yang mana tindakan tersebut akan berdampak negatif baik terhadap dirinya
sendiri maupun terhadap perusahaan. Praktisi humas yang baik, yang taat terhadap kode etik
adalah mereka yang meminimalisir sekecil apapun kesalahan dalam berkeja serta menjaga nama
baik profesinya.

C. Macam-Macam Kode Etik Humas


Ada 4 macam kode etik yang harus praktisi humas taati. Keempat kode etik tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Code of conduct, yaitu etika perilaku sehari-hari terhadap integritas pribadi, klien dan majikan,
media dan umum, serta perilaku terhadap rekan seprofesi.
b. Code of profession, yaitu etika dalam melaksanakan tugas/profesi humas.
c. Code of publication, yaitu etika dalam kegiatan proses dan teknis publikasi.
d. Code of enterprise, yaitu menyangkut aspek peraturan pemerintah seperti hukum perizinan dan
usaha, hak cipta, merk, dll.

D. Pentingya Kode Etik Bagi Praktisi Humas

Seorang praktisi humas dikatakan profesional apabila pribadinya mampu memahami dan
menerapkan kode etik dengan benar sesuai profesi yang diembannya dan memberikan dampak yang
positif baik bagi profesinya maupun bagi dirinnya sendiri.
Sebagai contoh seorang humas dituntut memiliki kemampuan seperti berkomunikasi,
mengorganisir, bergaul, berelasi, dan berkepribadian yang kuat. Selain itu juga harus memiliki
ketrampilan yang tinggi dalam bidang penguasaan teknologi informasi untuk menunjang tuntutan
pekerjaanya. Dari kemampuan dan ketrampilan tersebut dapat dikatakan bahwa seorang praktisi
humas adalah seorang yang profesional jika mampu memnjalankannya sesuai kode etik yang telah
ditetapkan.
Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini serta tantangan masa depan yang semakin
besar, yang ditandai dengan munculnya kebebasan pers, kebebasan mengeluarkan pendapat dan
berekspresi, terlebih dalam bidang teknologi dan informasi seorang praktisi humas dalam
melaksanakan peran dan aktivitasnya tidak boleh lepas dari kode etik yang dimilikinya. Karena kode
etik itulah yang menjadi standart moral yang harus dipengang oleh para praktisi humas agar dirinya
tetap hidup. Kesadaran memegang teguh kode etik berpengaruh terhadap posisi dirinya dimata
masyarakat. Ia juga dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan penuh tanggung jawab dan
setiap kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya dapat diolah dengan baik untuk menciptakan
konsep kerja yang baik terhadap perusahaan yang diwakilinya, masyarakat dan lebih besar lagi
dampaknya adalah bagi dirinya sendiri.

E. Dampak Tidak Dijalankannya Kode Etik Humas


Kode etik humas merupakan acuan dari setiap kebijakan yang diambil praktisi humas dalam
menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab. Seorang humas profesional akan bekerja dengan
penuh kesadaran terhadap kode etik yang dimiliki, maka ia akan bekerja sesuai dengan kemampuan
terbaik dan memperhatikan semua pekerjaannya agar sesuai dengan kode etik.
Dampak dari tidak dijalankannya kode etik humas berpengaruh terhadap praktisi humas
sendiri maupun perusahaan.
Bagi praktisi humas yang bekerja tidak sesuai kode etik akan mendapatkan penilaian negatif
dari rekan sejawat, yang terparah adalah penurunan pangkat atau bahkan dikeluarkan dari tempat
kerjanya.
Bagi perusahaan yang tidak menjalankan kode etiknya maka akan mendapatkan citra negatif
di masyarakat, dan apabila citra ini berkembang maka akan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan.

*beberapa materi penulis ambil dari berbagai sumber di mesin pencari

F. Contoh Kode Etik Humas

KODE ETIK PROFESI


PERHUMAS INDONESIA
Dijiwai oleh Pancasila maupun UUD 1945 sebagai landasan tata kehidupan nasional; Diilhami oleh
Piagam PBB sebagai landasan tata kehidupan internasional; Dilandasi oleh Deklarasi Asean (8
Agustus 1967) sebagai pemersatu bangsa-bangsa Asia Tenggara; dan dipedomi oleh cita-cita,
keinginan dan tekad untuk mengamalkan sikap dan perilaku kehumasan secara professional; kami
para anggota Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia – PERHUMAS INDONESIA sepakat
untuk mematuhi Kode ETik Kehumasan Indonesia, dan bila terdapat bukti-bukti diantara kami dalam
menjalankan profesi kehumasan ternyata ada yang melanggarnya, maka hal itu sudah tentu
mengakibatkan diberlakukannya tindak organisasi terhadap pelanggarnya.
Pasal 1
KOMITMEN PRIBADI
Anggota PERHUMAS harus :
1. Memiliki dan menerapkan standar moral serta reputasi setinggi mungkin dalam menjalankan
profesi kehumasan
2. Berperan secara nyata dan sungguh-sungguh dalam upaya memasyarakatan kepentingan
Indonesia
3. Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antar warga Negara Indonesia yang serasi daln
selaras demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Pasal II
PERILAKU TERHADAP KLIEN ATAU ATASAN
Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:
1. Berlaku jujur dalam berhubungan dengan klien atau atasan
2. Tidak mewakili dua atau beberapa kepentingan yang berbeda atau yang bersaing tanpa
persetujuan semua pihak yang terkait
3. Menjamin rahasia serta kepercayaan yang diberikan oleh klien atau atasan, maupun yang pernah
diberikan oleh mantan klien atau mantan atasan
4. Tidak melakukan tindak atau mengeluarkan ucapan yang cenderung merendahkan martabat, klien
atau atasan, maupun mantan klien atau mantan atasan
5. Dalam memberi jasa-jasa kepada klien atau atasan, tidak akan menerima pembayaran, komisi
atau imbalan dari pihak manapun selain dari klien atau atasannya yang telah memperoleh
kejelasan lengkap
6. Tidak akan menyerahkan kepada calon klien atau calon atasan bahwa pembayaran atau imbalan
jasa-jasanyaharus didasarkan kepada hasil-hasil tertentu, atau tidak akan menyetujui perjanjian
apapun yang mengarah kepada hal yang serupa
Pasal III
PERILAKU TERHADAP MASYARAKAT DAN MEDIA MASSA
Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:
1. Menjalankan kegiatan profesi kehumasan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat serta
harga diri anggota masyarakat
2. Tidak melibatkan diri dalam tindak memanipulasi intergritas sarana maupun jalur komunikasi
massa
3. Tidak menyebarluaskan informasi yang tidak benar atau yang menyesatkan sehingga dapat
menodai profesi kehumasan
4. Senantiasa membantu untuk kepentingan Indonesia
Pasal IV
PERILAKU TERHADAP SEJAWAT
Praktisi Kehumasan Indonesia harus:
1. Tidak dengan sengaja merusak dan mencemarkan reputasi atau tindak professional sejawatnya.
Namun bila ada sejawat bersalah karena melakukan tindakan yang tidak etis, yang melanggar
hukum, atau yang tidak jujur, termasuk melanggar Kode Etik Kehumasan Indonesia, maka bukti-
bukti wajib disampaikan kepada Dewan Kehormatan PERHUMAS INDONESIA
2. Tidak menawarkan diri atau mendesak klien atau atasan untuk menggantikan kedudukan
sejawatnya
3. Membantu dan berkerja sama dengan sejawat di seluruh Indonesia untuk menjunjung tinggi dan
mematuhi Kode Etik Kehumasan ini.
KODE ETIK HUMAS

Kode perilaku yang ditetapkan dan dapat diterima oleh kelompok profesi yang menjadi pedoman
“bagaimana seharusnya” (das sollen) berperilaku dalam menjalankan (das sein) profesi tersebut secara
etis.
Berten K. (1994) mengatakan bahwa kode etik profesi merupakan norma yang telah ditetapkan dan
diterima oleh kelompok profesi dan untuk mengarah atau memberikan petunjuk kepada para anggotanya,
yaitu bagaimana “seharusnya” (das sollen) berbuat dan sekaligus menjamin kualitas moral profesi yang
bersangkutan di mata masyarakat untuk memperoleh tanggapan yang positif. Apabila dalam
pelaksanaanya (das sein) salah satu anggota profesi tersebut telah melakukan perbuatan yang
menyimpang dari kode etiknya kelompok profesi itu akan tercemar citra dan nama baiknya di mata
masyarakat. Pada prinsipnya, kode etik profesi merupakan pedoman untuk pengaturan dirinya sendiri (self
imposeb) bagi yang bersangkutan.
Hal ini adalah perwujudan dari nilai etika yang hakiki serta tidak dapat dipaksakan dari pihak luar
(Abdulkadir Muhammad, 1997 ;77). Kode etik profesi dapat berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-
cita dan nilai-nilai luhur yang hidup dalam lingkungan profesi tersebut.
Kode etik merupakan perumusan norma moral yang menjadi tolak ukur atau acuan bagi kode
perilaku (code of conduct) kelompok profesi bersangkutan. Arti secara umum tentang “etika Profesi”
menurut Cutlip, Center, dan Broom tersebut di atas adalah perilaku yang dianjurkan secara tepat dalam
bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang pada umumnya dapat diterima oleh masyarakat atau
kebudayaan. Jadi, pengertian kode etik menurut para pakar etika moral professional tersebut diatas dapat
disimpulkan sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang menjadi norma perilaku. Sedangkan arti kode
etik profesi, adalah kode perilaku yang ditetapkan dan dapat diterima oleh kelompok profesi yang menjadi
pedoman “bagaimana seharusnya” (das sollen) berperilaku dalam menjalankan (das sein) profesi tersebut
secara etis. (A. Muhammad, 1997;143).
Howard Stepheson dalam bukunya "Hand Book of Public Relations" (1971) mengatakan bahwa
definisi profesi humas adalah kegiatan humas atau public relation merupakan profesi secara praktis
memiliki seni keterampilan atau pelayanan tertentu yang berlandaskan latihan, kemampuan, dan
pengetahuan serta diakui sesuai dengan standar etikanya. Pemahaman tetang pengertian kode etik, etik
profesi dan etika kehumasan serta aspek-aspek hukum dalam aktivitas komunikasi penting bagi praktisi
atau professional PR/Humas dalam melaksanakan peran dan fungsinya untuk menciptakan citra baik bagi
dirinya (good performance image) sebagai penyandang professional PR/Humas dan citra baik bagi suatu
lembaga atau organisasi (good corporate image) yang diwakilinya.
.
KONSEP PENTING ETIKA KEHUMASAN

Menurut G.Sach dalam bukunya The Exent and Intention of PR and Information Activities terdapat
tiga konsep penting dalam etika kehumasan sebagai berikut :
1. The Image : the knowledge about us and the attitudes toward us the our different interest groups have.
(Citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap terhadapat kita yang mempunyai kelompok-
kelompok dalam kepentingan yang berbeda).

2. The Profile : the knowledge about an attitude towards, we want our various interest group to have.
(Penampilan merupakan pengetahuan mengenai suatu sikap terhadap yang kita inginkan untuk dimiliki
kelompok kepentingan kita beragam).

3. The Ethiccs is branch of philoshophy : it is a moral philoshophy or piloshophical thinking about


morality. Often used as equivalentti right or good. (Etika merupakan cabang dari ilmu filsafat,
merupakan filsafat moral atau pemikiran filosofis tentang moralitas, biasanya selalu berkaitan dengan
nilai-nilai kebenaran dan kebaikan).

Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu pengertian secara umum bahwa citra adalah cara
masyarakat memberikan kesan baik atau buruk terhadap diri kita. Penampilan selalu berorientasi ke
depan mengenai bagaimana sebenarnya harapan tentang keadaan diri kita, sedangkan bahasan etika
merupakan acuan bagi kode perilaku moral yang baik dan tepat dalam menjalankan profesi
kehumasan.
KODE ETIK PRSA

PRSA didirikan 4 Februari 1946. Anggota PRSA harus menjamin untuk melaksanakan etika
profesi PR/Humas, sebagai berikut :
a. Memimpin dirinya sendiri baik secara bebas maupun professional dalam menyesuaikan diri dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
b. Menjadi pembimbing bagi seluruh aktifitas anggotanya dengan norma persetujuan umum, kebenaran
kebersamaan, ketelitian dan perjanjian yang semestinya dan keterbukaan serta cita rasa yang baik.
c. Mendukung rencana kerja untuk mengembangkan keahlian professional, perencanaan pendidikan dan
pelatihan dalam praktik kehumasan.

Anggota PR mempunyai kewajiban:


a. Meningkatkan dan memelihara norma luhur dalam memberikan pelayanan social kemasyarakatan.
b. Meningkatkan dan memelihara sikap yang beritikad baik sesame anggota.
c. Humas harusndihargai sebagai profesi yang terhormat di dalam kehidupan masyarakat
d. Memberikan kesempatan kepada masyaarakat untuk mengembangkan kepercayaan dan integritas
profesionalnya.

KEWAJIBAN PROFESI KEHUMASAN


Kode standar profesi PRSA secara garis besar memuat ketentuan-ketentuan yang pada dasarnya
merupakan kewajiban profesi kehumasan :
a. Landasan atau sikap Humas anggota PRSA
b. Kualifikasi profesi Humas
c. Faktor mempengaruhi perilaku Humas

TUJUAN KODE ETIK HUMAS


Adapun tujuan kode etik humas adalah sebagai berikut:
a. Panduan berperilaku seorang PR terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain, baik publik internal
atau eksternal.
b. Bentuk tanggung jawab sebagai PR yang dintegrasikan dengan kode etik organisasi yang terkait.
c. Panduan dalam memberi pelayanan terhadap keluhan, ide, kritik, usulan dan ketergantungannya pada
organisasi maupun lingkungan.
d. Acuan dalam melayani kesalahpahaman dengan memperhatikan kebenaran dan komunikasi yang etis,
benar dan tepat.
e. Standar kualitas dengan memperhatikan realisasi dari tujuan dengan SDM material yang disediakan,
sarana / prasarana, dana, waktu.

IPRA (INTERNATIONAL PUBLIC RELATION ASOSIATION)


Organisasi profesi Humas internasional ini didirikan di London, Inggris tahun 1955, bermarkas di Jenewa,
Swiss. IPRA mengeluarkan kode etik dan etika profesi PR yang berlandaskan pada:
a. The Universal Declaration of Human Right
b. Human Dignity.

TUJUAN DIBENTUKNYA IPRA


Pada dasarnya tujuan dibentuknya IPRA adalah, sebagai berikut:
a. Sarana pertukaran pikiran, ide, gagasan, pengalaman, untuk pengembangan profesi PR yang
mencakup wilayah internasional.
b. Media publikasi dari studi bersama.
c. Menyelenggarakan konggres maupun pertemuan internasional yang bertujuan untuk mengembangkan
bidang PR dan meningkatkan kualitas fungsi PR dalam taraf internasional.
d. Mengembangkan dan menentukan standar fungsi PR dalam praktek.
e. Mengadakan kegiatan atau aktifitas PR untuk kepentingan para anggota IPRA.
Kode etik dan kode perilaku bagi PR yang dikeluarkan IPRA mencakup panduan:
a. Integritas Pribadi dan Profesional. Integritas pribadi berarti terpeliharanya standar moral yang tinggi
dan reputasi yang baik. Profesional berarti ketaatan pada anggaran dasar, peraturan dan khususnya
kode etik.
b. Perilaku terhadap klien dan pimpinan.
c. Perilaku terhadap publik dan media massa.
d. Perilaku terhadap rekan se-profesi

PR yang profesional dituntut bekerja secara professional juga sebagi seorang ahli baik secara keilmuan
maupun secara tingkah lakunya. Sehingga yang diemban oleh seorang PR profesional adalah bekerja
dengan:
a. Kemampuan skill nya
b. Pengetahuannya
c. Pengalamannya

PR Profesioanal juga harus tampil prima, diantaranya:


a. Teman seprofesinya
b. Di kenal oleh media
c. Di kenal oleh kliennya
d. Di kenal oleh atasannya
e. Dan di kenal oleh dunia luar

Perilaku tentang tata aturan keprofesionalan PR diatur dalam suatu wadah keprofesian dalam PR,
yaitu IPRA ataupun PRCA dimana setiap anggota IPRA dan PRCA tunduk kepada aturan yang dikeluarkan
oleh asosiasi tersebut. Dimana sistem keanggotannya cukup ketat, artinya bila suatu asosiasi dapat di
terima menjadi anggota ini berarti sandar penampilan keprofesionalismeanya sudah tinggi.

Anda mungkin juga menyukai