Anda di halaman 1dari 10

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Sistem Kontrol

Sistem kontrol merupakan suatu sistem yang terdiri suatu device, mekanisme
atau algoritma tertentu yang bertujuan untuk mengendalikan suatu proses agar
sistem tersebut dapat bekerja secara teratur dan menghindari terjadinya kesalahan
proses yang akan mengakibatkan gagalnya suatu objek yang diharapkan. Didalam
pengendalian suatu proses terdapat empat langkah yang terjadi, yaitu : mengukur
(measurement), membandingkan (comparation), menghitung (judgement), dan
mengoreksi (correction). Pengendalian proses dapat berupa kendali manual dan
kendali otomatis, pengendalian manual suatu proses dilakuakan oleh manusia
sebagai pengendali beroperasinya suatu plant, contohnya pengendalian kran air
pada bak mandi, sedangkan pengendalian otomatis yaitu suatu pengendalian yang
proses kerjanya dikendalikan oleh suatu perangkat elektronik controller, sistem
pengendalian otomatis digunakan pada plant yang kompleks dan memiliki beberapa
loop pengaturan.

Dalam sistem kendali terdapat dua sistem loop pengaturan, yaitu :

1. Loop Terbuka
Loop terbuka adalah suatu sistem kendali dimana keluaran suatu sistem tidak
akan mempengaruhi suatu aksi pengendalian, dengan demikian pada sistem
kendali ini niali keluaran tidak diumpan balikkan ke parameter pengendalian.

Gambar 3.1 Sistem Loop Terbuka


Keterangan :
 Input : sinyal atau masukkan bagi sistem kontrol
 Set point : nilai yang diinginkan
 Controller : sebagai otaknya sistem
 Manipulated variable : nilai input yang dapat dimanipulasi atau dirubah
besarnya agar controlled variable besarnya sama dengan set point.
 Controlled variabl : nilai atau besaran yang dikendalikan, contoh :
level, laju aliran, suhu, dll
 Final Control Element : peralatan yang digunakan untuk memproses sinyal
control output yang telah dikirim controller.

2. Loop Tertutup
Loop tertutup adalah suatu sistem kendali yang sinyal keluaran dari sistem akan
dijadikan sebagai parameter pengendalian, sinyal error merupakan selisih dari
sinyal masukan dan sinyal umpan balik, lalu diumpankan pada komponen
pengendali (controller) untuk dikoreksi, sehingga kesalahan sinyal keluaran
sistem akan diperbaiki sampai nilai keluaran mendekati harga yang diinginkan.

Gambar 3.2 Sistem Loop Tertutup


Keterangan :
 Input : sinyal atau masukkan bagi sistem kontrol
 Set point : nilai yang diinginkan
 Error : nilai selisih antara set point dan process variable
 Controller : sebagai otaknya sistem
 Manipulated variable : nilai input yang dapat dimanipulasi atau dirubah
besarnya agar controlled variable besarnya sama dengan set point.
 Controlled variable : nilai atau besaran yang dikendalikan, contoh :
level, laju aliran, suhu, dll
 Feedback : nilai keluaran yang diumpanbalikan ke input untuk
dibandingkan dengan nilai set point.
 Final Control Element : peralatan yang digunakan untuk memproses sinyal
control output yang telah dikirim controller.

3.2 Instrument Sistem Kontrol


1. Sensor
Sensor adalah peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala-gejala atau
sinyal-sinyal dari perubahan suatu energi seperti energi panas, energi listrik,
energi kimia, energi mekanik, dan sebagainya. Contoh : Speed sensor untuk
mendeteksi putaran, Load cell untuk mendeteksi berat, dan sebagainya.

2. Transmitter
Transmitter adalah alat yang digunakan untuk menerjemahkan besaran sinyal
yang dihasilkan oleh sensor menjadi sinyal yang dapat dibaca oleh controller.
Contoh : Temperature Transmitter sebagai penerjemah besaran sinyal suhu yang
dideteksi oleh sensor Thermocouple.

3. Switch
Switch merupakan jenis saklar yang berfungsi sebagai pemutus dan
penghubung, terdapat dua jenis saklar yang sering digunakan pada elemen
insrument yaitu Normally Open (NO) dan Normally Close (NC). Contoh : Limit
Switch, apabila suatu benda menekan tuas atau katupnya maka akan bekerja
sesuai jenis saklarnya.

4. Indicator
Indikator merupakan alat yang digunakan untuk memberikan informasi
besaran yang diukur, besaran yang terukur hanya akan ditampilkan oleh alat
ukurnya saja dan tidak dikirim sebagai sinyal ke controller. Contoh : Pressure
Indikator, memberikan informasi besaran tekanan yang terbaca oleh alat ukur
tekanan.

5. Controller
Controller adalah elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap langkah
pengendalian, yaitu membandingkan set point dengan measurement variable,
menghitung berapa banyak koreksi yang perlu dilakukan, dan mengeluarkan
sinyal koreksi sesuai dengan hasil perhitungan. Contoh : PLC (Programmable
Logic Controller), DCIS ( Distributed Control and Information System).

6. Actuator
Aktuator adalah elemen akhir dari suatu sistem kendali, dimana aktuator ini
akan menjalankan sinyal yang dikirimkan oleh controller dari sinyal koreksi
sesuai dengan hasil perhitungan. Contoh : Motor listrik, besarnya putaran motor
akan disesuaikan dengan besarnya sinyal yang dikirim oleh controller, dimana
sinyal dari controller akan masuk ke converter terlebih dahulu agar dapat
menyesuaikan dengan besarnya listrik yang dibutuhkan oleh motor.

3.3 Coal Feeder


3.3.1 Pengertian Coal Feeder
Coal feeder merupakan sistem yang digunakan untuk mengatur aliran batu
bara dari coal bunker masuk ke pulverizer sesuai dengan kebutuhan pembakaran.
Coal feeder memonitor berat batu bara pada belt dan mengontrol penyaluran batu
bara dengan cara mengukur berat dan mengatur kecepatan pada belt. Kecepatan belt
akan menjadi parameter banyak atau sedikitnya batu bara yang masuk ke
pulverizer. Coal feeder yang terdapat pada PLTU Suralaya unit 5 – 7 merupakan
jenis gravimetric yang beroperasi dengan cara bulk density yaitu mengukur berat
batu bara dan kecepatan motor belt.
Gambar 3. Coal Feeder Gravimetric

Sumber : The babcock & wilcox company, STEAM its generation and use edition 41

Bagian-bagian Coal Feeder antara lain :

1. Belt feeder berfungsi sebagai belt yang menerima batu bara dari coal inlet dan
mengarahkannya ke coal discharge menuju mill.
2. Motor head pulley berfungsi untuk motor yang menggerakkan belt
3. Take up screw berfungsi untuk adjust kekencangan belt
4. Clean out conveyor berfungsi untuk membersihkan batu bara yang tumpah
menuju ke coal discharge
5. Weight roller untuk menyalurkan sinyal berat batu bara diatas belt
6. Weight span roller membantu sensor sinyal berat batu bara
7. Load cell adalah sebagai sensor berat batu bara
8. Belt scrapper berfungsi membersihkan belt dari batu bara yang melekat
9. Seal air valve berfungsi sebagai valve seal udara yang digunakan untuk
membantu mendorong batu bara yang tumpah.
10. Coal inlet merupakan saluran masuk batu bara dari coal bunker (silo)
11. Coal discharge merupakan saluran keluar batu bara yang menuju ke mill

3.3.2 Jenis - Jenis Coal Feeder


Coal feeder dibedakan berdasarkan metode perhitungan aliran batu baranya yaitu :
1. Coal feeder Gravimetric
Coal feeder ini akan mengatur jumlah aliran batu bara berdasarkan berat batu
bara dan kecepatan putar motor belt.

Untuk menggunakan metode ini perhitungannya adalah :

Flow Rate = Lcell (kg/m) x V (m/s)

Dimana :

Lcell : berat yang dideteksi oleh sensor load cell

V : kecepatan putar motor belt

Dalam penggunaan metode ini hal yang perlu diperhatikan adalah kondisi belt
feeder yaitu tingkat ketegangan beltnya, karena kondisi belt yang longgar akan
menyebabkan tidak akuratnya pada pembacaan sensor load cell, sehingga aliran
batu bara tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2. Coal feeder Volumetric


Coal feeder ini akan mengatur jumlah aliran batu bara berdasarkan density, luas
penampang, dan kecepatan motor belt.

Untuk menggunakan metode ini perhitungannya adalah :

Flow Rate = SD (kg/m3) x A (m2) x V (m/s)


Dimana :

SD : density batu bara

A : luas penampang

V : kecepatan putar motor belt

Dalam penggunaan metode ini hal yang perlu diperhatikan adalah set density
batu bara yang dipakai saat ini akan menyebabkan tidak akuratnya pengukuran.

Kedua metode ini akan menghasilkan berapa ton per jam batu bara yang harus
dibakar pada boiler. Banyak faktor yang menentukan seberapa banyak batu bara
yang diperlukan, salah satunya adalah beban generator. Ketika beban tinggi, maka
secara otomatis akan membutuhkan steam yang tinggi, karena membutuhkan steam
yang tinggi maka proses perubahan air dari cair menjadi uap haruslah lebih cepat,
untuk mempercepat itu, maka memerlukan pembakaran yang lebih tinggi dan flow
air yang lebih besar.

3.3.3 Komponen Utama Coal Feeder

Komponen utama coal feeder terdiri dari beberapa komponen, diantaranya :

1. Feeder body

Desain feeder mendekati kebutuhan standar yang ada pada NFPA Code 8503
yang dapat menahan ledakan (exploison pressure) sebesar 3.5 kg/cm2. Semua
strukturnya terbuat dari baja tahan karat 304. Pintu tahan debu (dust-tight doors)
terpasang pada kedua ujung coal feeder sebagai akses. Kaca intip (viewing port)
juga terpasanag pada kedua pintu untuk melihat interior feeder selama
pengoperasian. Sebuah lampu penerang interior terpasang pada bagian atas feeder
yang dapat dihanti dari luar.

2. Cleanout conveyor

Cleanout conveyor pada feeder berfungsi untuk memebersihkan bagian bawah


pada feeder. Pembersih ini untuk menghindari gangguan yang dapat terjadi pada
belt dan menghilangkan sisa batu bara yang terjebak pada bagian bawah feeder
sehingga dapat menyebabkan bahaya ledakan.

Material atau batu bara yang terjebak dalam feeder dapat disebabkan hal – hal
sebagai berikut :
- Material yang jatuh dari belt scraper
- Penumpukan debu
- Material yang jatuh dari self take-up pulley
- Material yang tertiup oleh seal air akibat penyetelan yang kurang tepat

Cleanout conveyor digerakkan oleh motor listrik dengan kapasitas 0.246 KW dan
perbandingan dengan motor penggerak belt feeder sebesar 5:1 dengan kecepatan
0.6 meter/menit.
Pengoperasian clean out conveyor secara continue dapat mencegah pembenntukan
korosi pada bagian penghubung atau penggerak pada feeder yang dapat terjadi
dalam jangka waktu yang lama.

3. Belt dan drive system

Coal feeder dilengkapi dengan vulcanized endless style belt. Belt jenis ini di
suppoert oleh machined drive pulley pada sisi outletnya. Sebuah counter weighted
scraper dengan replaceable rubber blade membersihkan permukaan belt secara
kontinyu setelah belt menyalurkan batu bara menuju outlet. Sistem penggerak
feeder terdiri dari motor induksi 3 Fasa, 3.13 KW, 1500 Rpm, 24 kutub dengan ---
service factor. Putaran motor dan putaran belt dilengkap dengan reducer dengan
perbandingan 53.14 : 1. Untuk mencegah power loss pada clutch maka pada feeder
ini terdapat kecepatan minimum pada belt output shaft sebesar 100 Rpm.

4. Coal flow indicator

Coal flow indicator merupakan sensor yang mendeteksi aliran batu bara dari coal
bunker yang masuk ke coal feeder, sensor yang digunakan biasanya dari nuklir, tapi
sensor ini sudah tidak digunakan lagi di coal bunker unit 5-7.

5. Seal air connection

Coal feeder beroperasi pada kondisi tekanan positif, dimana udara penyekat
dibutuhkan untuk mencegah gas atau udara panas masuk ke dalam feeder. Jumlah
udara penyekat yang dibutuhkan sebanding dengan udara yang hilang kedalam
bunker, ditambah dengan sejumlah udara dengan tekanan 6 – 25 mmWC sebagai
perbedaan tekanan antara feeder dan pulverizer inlet. Aliran udara yang kurang
serta kerugian perbedaan tekanan akan mengakibatkan masuknya udara panas dan
debu dari pulverizer ke dalam feeder.

3.3.4 Prosedur Pengoperasian Coal Feeder


1. Permissive
 Salahsatu PA fan running
 Primary air heater running dengan air dan gas in/out damper open
 Primary air duct pressure > min
 Pulverizer outlet temperature < maks
 Pulverizer inerting dan clearing completed
 Seal air diff > min
 Coal outlet bunker open
 Coal bunker level > min
 Feeder local switch remote position
 Feeder stoped
 EP energized dengan inlet/outlet damper open
 Tidak ada pulverizer proses start
 Selekor switch untuk inerting system posisi normal
 All drive available (no trip coal burner inlet isolation valve open)
 Pulverizer group not lock out

2. Start Pulverizer, Coal Feeder

NO KEGIATAN OPERASI STANDARD


1. Persiapan - Start lube oil pump - Lube oil pressure > 3 k
- Buka valve pendingin - Ada aliran
- Start SAF - Tekanan SAF > 1200
- Disiapkan CF mmWg
- CF siap

2. Tampilkan display Pilih display Mill sistem Display Mill System


Mill sistem tampak pada layar DCIS

3. Pilih Mill yang di Pilih icon Mill yang akan Mill icon yang akan
start di start distart sudah terpilih

4. Cek permissive Tampilkan permissive Permissive semua OK


dengan klik icon I Warna merah

5. Start squence Mill Tekan tombol start Squence mill start


Monitor sampai start complete
6. Monitor Catat dan monitor - CF speed > 22
parameter operasi ton/jam dan < 65
ton/jam
- PA flow > 70 %
- Mill outlet temp + 66
C
- Mill deferential < 400
mmWg
- Ampere + 100 Amp
- Flame Intencity >
80%

3. Stop Pulverizer, Coal Feeder

KEGIATAN OPERASI STANDARD


Monitor Monitor dan catat parameter  Furnace stabil
operasi  Drum level stabil
Tampilkan display Pilih display Mill system Display Mill system tampak
Mill system pada layar
Stop Mill Pilih Mill yang akan distop Mill icon yang akan distop
sudah dipilih
Penurunan CF Turunkan pulv master CF flow + 22 t/j
flow station secara manual
Start ignitor Start ignitor pada level mill  Ignitor pada level mill sudah
yang akan distop nyala flame intencity > 80 %
Stop Mill  Tekan tombol shut down  Mill stop komplit
sequence  Seal air valve tertutup
 Tutup seal air valve
Stop ignitor Stop level ignitor pada mill Ignitor stop komplit
yang distop
Monitor Monitor dan catat parameter  Mill outlet temperature < 80
operasi o
C
 Lube oil pressure normal > 3
kg/cm2

Anda mungkin juga menyukai