Anda di halaman 1dari 36

A.

KONSEP MEDIS HEMATURIA


1. Definisi
Hematuria adalah kehadiran sel-sel darah merah (eritrosit) dalam
urin.
Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine.
Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan
prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0%. Secara visual
terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2
keadaan, yaitu:
 Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata
dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak
pada awal miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah
posterior uretra atau leher kandung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004)
Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat
mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa:
terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine,
eksanguinasi sehingga menimbulkan syok hipovolemik/anemi, dan
menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler, 2010)
 Hematuria mikroskopik.
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata
tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada
pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah
per lapangan pandang. (Mellisa C Stoppler, 2010). Meskipun gross
hematuria didefinisikan didapatkannya sel-sel darah merah di dalam
urine, ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria
mikroskopik. American Urological Association (AUA)
mendefinisikan hematuria mikroskopis klinis yang signifikan karena
terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel darah merah) pada
lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan
dengan selama 2 sampai 3 minggu. Namun, pasien yang berisiko
tinggi untuk penyakit urologi harus dievaluasi secara klinis untuk
hematuria jika urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel darah
merah pada lapangan pandang besar.
2. Klasifikasi
a. Initial hematuria, jika darah yang keluar saat awal kencing.
b. Terminal hematuria, jika darah yang keluar saat akhir kencing. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh adanya tekanan pada akhir kencing
yang membuat pembuluh darah kecil melebar.
c. Total hematuria, jika darah keluar dari awal hingga akhir kencing. Hal
ini kemungkinanakibat darah sudah berkumpul dari salah satu organ
seperti ureter atau ginjal.
3. Etiologi
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di
dalam sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem
urogenitalia. Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi orang
dewasa termasuk saluran kemih infeksi, batu saluran kemih, pembesaran
prostat jinak, dan keganasan dalam urologi. Namun, diferensial lengkap
sangat luas, beberapa insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan
hematuria bervariasi dengan umur pasien, jenis hematuria (gross atau
mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan adanya faktor risiko
keganasan.
Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria
mikroskopis dan sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria
ditemukan pada neoplasma dari urinary tract. genitourinari. Sebaliknya,
pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik mikrohematuria, sulit di
identifikasikan penyebabnya. Akibatnya, dokter harus mempertimbangkan
hematuria yang tidak jelas penyebabnya dari tingkat mana pun dan
mampu mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan.
Beberapa penyebab terjadinya darah dalam urin (hematuria)
adalah:
a. Batu ginjal (atau kencing batu)
b. Kanker kandung kemih
c. Karsinoma sel ginjal, kadang-kadang disertai perdarahan
d. Infeksi saluran kemih dengan beberapa spesies termasuk bakteri strain
EPEC dan Staphylococcus saprophyticus.
e. Sifat sel sabit dapat memicu kerusakan sejumlah besar sel darah
merah, tetapi hanya sejumlah kecil individu menanggung masalah ini
f. Varises kandung kemih, yang mungkin jarang mengembangkan
obstruksi sekunder dari vena kava inferior.
g. Alergi mungkin jarang menyebabkan hematuria gross episodik pada
anak-anak.
h. Hipertensi vena ginjal kiri, juga disebut "pemecah kacang fenomena"
atau "sindrom alat pemecah buah keras," adalah kelainan vaskular
yang jarang terjadi, yang bertanggung jawab atas gross hematuria.
4. Patofisiologi
Berdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma,
dibedakan glomerulus dan ekstra glomerulus untuk memisahkan bidang
neflogi dan urologi. Darah yang berasal dari nefron disebut hematuria
glomerulus. Pada keadaan normal, sel darah merah jarang ditemukan pada
urin. Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada kelainan hereditas atau
perubahan struktur glomerulus dan integritas kapiler yang abnormal.
Perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh urine: pada
perempuan harus disingkirkan penyebab hematuria lain misalnya
menstruasi, adanya laserasi pada organ genitalia, sedangkan pada laki-laki
apakah disirkumsisi atau tidak.
Bila pada urinalisis ditemukan eritrosit, leukosit dan silinder
eritrosit, merupakan tanda sugestif penyakit ginjal akut atau penyakit
ginjal kronik, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut. Diagnosis banding
hematuria persisten antara lain glomerulonefritis, nefritis tubulointerstisial
atau kelainan urologi. Adanya silinder leukosit, leukosituria menandakan
nefritis tubulointerstisial. Bila disertai hematuria juga merupakan variasi
dari glomerulonefritis. Pada kelompok faktor resiko penyakit ginjal
kronik harus di lakukan evaluasi pemeriksaan sedimen urin untuk deteksi
dini.
Sebagai prosedur diagnostic pada penyakit ginjal salah satunya
adalah uji dipstick untuk mengetahui adanya darah samar merupakan uji
penapisan yang baik untuk hematuria. Uji dipstick mudah dilakukan
sendiri oleh pasien untuk mengikuti perjalanan hematuria selama
pengobatan.
5. Manifestasi Klinik
Terjadi retensi urin akibat sumbatan di vesika urinaria oleh bekuan
darah.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar kreatinin,
ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal ginjal; fosfatase asam
yang mungkin meningkat pada metastase prostat, dan fosfatase alkali
yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang. Kadar
kalsium, fosfat, asam urat dan hormon paratiroid ditentukan bila
terdapat kemungkinan urolithiasis.
b. Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik,
bakteriologik dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah
kepada hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun
non glomeruler. Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat menunjukkan
proses mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik,
trombosis vena ginjal, vaskulitis, atau SLE. Pada keadaan terakhir,
adanya autoantibodi dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif,
adanya antibodi antinuclear, leukopenia dan penyakit multisistem.
Trombositopenia dapat diakibatkan oleh berkurangnya produksi
trombosit (pada keganasan) atau peningkatan konsumsi trombosit
(SLE, purpura trombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-uremik,
trombosis vena ginjal). Walaupun morfologi SDM urin dapat normal
pada perdarahan saluran kemih bawah dan dismorfik pada perdarahan
glomerular, morfologi sel tidak secara pasti berhubungan dengan
lokasi hematuria.
c. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya
infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan
pH urine yang sangat asam mungkin berhubungan dengan batu asam
urat.
d. Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya
keganasan sel-sel urotelial.
e. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus
hematuria & sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi
ginjal. Umumnya, menghasilkan gambaran terang saluran kemih dari
ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal ginjal memuaskan.
Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran kemih, kelainan
bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta
beberapa penyakit infeksi saluran kemih.
f. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan
prostat (padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum,
penyakit kistik, hidronefrosis, atau urolitiasis ureter, kandung kemih
dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan untuk mengetahui
adanya metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi dari saluran kemih
sangat berguna pada pasien dengan hematuria berat, nyeri abdomen,
nyeri pinggang, atau trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap
normal, disarankan dilakukan pemeriksaan kreatinin dan elektrolit
serum.
g. Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk
pemeriksaan prostat dan buli-buli
h. Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk
menilai vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena
lebih aman dan informative. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat
dengan cara uretrografi retrograd atau punksi perkutan.
i. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya
setelah obstruksi dihilangkan
j. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan
gambaran jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy
k. Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan
antara isi dan tekanan di buli-buli
l. Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika
pemeriksaan penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab
hematuria. (Wim de Jong, dkk, 2004)
7. Penatalaksanaan
Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan
retensi urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan
memakai cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil,
pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan darah
transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi
eksanguinasi yang menyebabkan anemia, harus dipikirkan pemberian
transfusi darah. Demikian juga jika terjadi infeksi harus diberikan
antibiotika. (Mellisa C Stoppler, 2010). Setelah hematuria dapat
ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah mencari penyebabnya dan
selanjutnya menyelesaikan masalah primer penyebab hematuria. (Mellisa
C Stoppler, 2010).
Tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria. Pengobatannya
tergantung pada penyebabnya:
a. Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik.
b. Batu ginjal, dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar, dapat
dilakukan ESWL atau pembedahan.
c. Pembesaran prostat, diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan.
d. Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan kanker,
atau kemoterapi.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hipertensi yang hadir
bersamaan dengan sindrom nefritik dan penyakit pembuluh darah ginjal,
edema terkait dengan sindrom nefrotik, massa perut atau panggul teraba
menyarankan ginjal neoplasma, dan adanya nyeri ketok kostovertebral
atau nyeri tekan suprapubik berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan rektal pada pria dapat mengungkapkan nodularitas prostat
atau pembesaran sebagai penyebab potensial.
Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin
merupakan manifestasi dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan
anemia mungkin disebabkan karena banyak darah yang keluar.
Ditemukannya tanda-tanda perdarahan di tempat lain adalah petunjuk
adanya kelainan sistem pembekuan darah yang bersifat sistemik.
1. Pucat pada kulit dan konjungtiva sering terlihat pada pasien dengan
anemia.
2. Periorbital, skrotum, dan edema perifer, mungkin menunjukkan
hipoalbuminemia dari glomerulus atau penyakit ginjal.
3. Cachexia  mungkin menunjukkan keganasan.
4. Nyeri tekan dari sudut kostovertebral, dapat disebabkan oleh
pielonefritis atau dengan perbesaran massa seperti tumor ginjal.
5. Nyeri suprapubik  sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi,
radiasi, atau obat sitotoksik.
6. Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi, kandung kemih
diisi dengan 200 mL urin percussible. Dalam retensi urin akut,
biasanya terlihat dalam kasus-kasus BPH atau obstruksi oleh
bekuan, kandung kemih bisa diraba dan dapat dirasakan hingga
tingkat umbilikus.
7. Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya
pembesaran ginjal akibat tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal.
Massa pada suprasimfisis mungkin disebabkan karena retensi
bekuan darah pada buli-buli.
8. Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai
mengetahui adanya pembesaran prostat benigna maupun karsinoma
prostat. Setelah prostatektomi enukleasi maupun endoskopik,
simpai prostat dibiarkan sehingga pada colok dubur memberikan
kesan prostat masih membesar. Lobus medial prostat yang
mungkin menonjol ke kandung kemih umumnya tidak dapat
dicapai dengan jari. Karsinoma prostat menyebabkan asimetri dan
perubahan konsistensi setempat. Diagnosis dipastikan melalui
biopsy jarum transrektal.
9. Pemeriksaan dengan menggunakan berbagai kateter yang dahulu
dibuat dari karet dan sekarang lateks, politen atau silicon. Ujung
kateter dibuat dalam berbagai bentuk supaya tidak dapat tercabut;
yang biasa ialah bentuk Foley yang pada ujungnya berbentuk balon
yang dapat dikembangkan. Untuk ukurannya digunakan skala
Charriere, berdasarkan skala Prancis yang menyatakan ukuran
lingkaran di luarnya dan bukan diameternya. Diameter didapat
dengan membagi ukuran Charriere dengan tiga. (Wim de Jong,
dkk, 2004).
Dalam mencari penyebab hematuria perlu dicari data yang terjadi
pada saat episode hematuria, antara lain:
1. Bagaimanakah warna urine yang keluar?
2. Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan-bekuan darah?
3. Di bagian manakah pada saat miksi urine berwarna merah?
4. Apakah diikuti dengan perasaan sakit ? (Mellisa C Stoppler, 2010)
Perlu ditanyakan juga, beberapa faktor risiko untuk kanker
urothelial pada pasien dengan hematuria mikroskopis
1. Riwayat merokok
2. Kerja paparan bahan kimia atau pewarna (benzenes atau aromatic
amine)
3. Riwayat gross hematuria sebelumnya
4. Usia di atas 40 tahun
5. Riwayat gangguan berkemih, nyeri saat berkemih, dan infeksi
saluran kemih
6. Penyalahgunaan analgetik
7. Riwayat radiasi panggul.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan mekanisme
pertahanan primer
c. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan Hb
d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level dan faktor presipitasi
jaringan  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
DS: Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
- Laporan secara verbal tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: menemukan dukungan
DO:  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
- Posisi untuk menahan menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
nyeri nyeri, mencari bantuan)  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Tingkah laku berhati-hati  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Gangguan tidur (mata menggunakan manajemen nyeri  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
sayu, tampak capek, sulit  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
atau gerakan kacau, tanda nyeri)  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
menyeringai)  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang  Tingkatkan istirahat
- Terfokus pada diri sendiri  Tanda vital dalam rentang normal  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
- Fokus menyempit berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
(penurunan persepsi  Tidak mengalami gangguan tidur ketidaknyamanan dari prosedur
waktu, kerusakan proses  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
berpikir, penurunan analgesik pertama kali
interaksi dengan orang
dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi NOC : NIC :
Faktor-faktor risiko :  Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
- Prosedur Infasif  Knowledge : Infection control  Batasi pengunjung bila perlu
- Kerusakan jaringan dan  Risk control  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
peningkatan paparan keperawatan
lingkungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama……  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Malnutrisi pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:  Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
- Peningkatan paparan  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi petunjuk umum
lingkungan patogen  Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
- Imonusupresi infeksi kandung kencing
- Tidak adekuat pertahanan  Jumlah leukosit dalam batas normal  Tingkatkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb,  Menunjukkan perilaku hidup sehat  Berikan terapi antibiotik:.................................
Leukopenia, penekanan  Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
respon inflamasi) batas normal  Pertahankan teknik isolasi k/p
- Penyakit kronik  Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
- Imunosupresi kemerahan, panas, drainase
- Malnutrisi
- Pertahan primer tidak  Monitor adanya luka
adekuat (kerusakan kulit,  Dorong masukan cairan
trauma jaringan,  Dorong istirahat
gangguan peristaltik)  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko trauma NOC : NIC :
 Knowledge : Personal Safety Environmental Management safety
Faktor-faktor risiko  Safety Behavior : Fall Prevention  Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
Internal:  Safety Behavior : Fall occurance  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai
Kelemahan, penglihatan  Safety Behavior : Physical Injury dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan
menurun, penurunan sensasi  Tissue Integrity: Skin and Mucous Membran riwayat penyakit terdahulu pasien
taktil, penurunan koordinasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….klien  Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
otot, tangan-mata, tidak mengalami trauma dengan kriteria hasil: memindahkan perabotan)
kurangnya edukasi - pasien terbebas dari trauma fisik  Memasang side rail tempat tidur
keamanan, keterbelakangan  Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
mental  Membatasi pengunjung
 Memberikan penerangan yang cukup
Eksternal:  Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
Lingkungan  Mengontrol lingkungan dari kebisingan
 Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kecemasan berhubungan NOC : NIC :
dengan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Faktor keturunan, Krisis - Koping  Gunakan pendekatan yang menenangkan
situasional, Stress,  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
perubahan status kesehatan, Setelah dilakukan asuhan selama ……………klien pasien
ancaman kematian, kecemasan teratasi dgn kriteria hasil:  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
perubahan konsep diri,  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan selama prosedur
kurang pengetahuan dan gejala cemas  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
hospitalisasi  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan mengurangi takut
tehnik untuk mengontol cemas  Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
DO/DS:  Vital sign dalam batas normal tindakan prognosis
- Insomnia  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat  Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
- Kontak mata kurang aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan  Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik
- Kurang istirahat relaksasi
- Berfokus pada diri sendiri
 Dengarkan dengan penuh perhatian
- Iritabilitas
 Identifikasi tingkat kecemasan
- Takut
- Nyeri perut  Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
- Penurunan TD dan denyut kecemasan
nadi  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
- Diare, mual, kelelahan ketakutan, persepsi
- Gangguan tidur  Kelola pemberian obat anti cemas:........
- Gemetar
- Anoreksia, mulut kering
- Peningkatan TD, denyut
nadi, RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam
pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi
TINJAUAN KASUS

Tgl Masuk RS : 08-11-2015


Tgl Pengkajian : 24-11-2015
No RM : 732259
Tanggal Lahir : 27-09-1980
Ruangan : Lontara 1 Atas Depan
Diagnosa Medis : Hematuria

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Ny. M
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama/suku : Islam/Bugis
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan Daerah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kolaka Utara
b. Identitas Penanggung
Nama : Mustamin
Hubungan dengan klien sebagai Suami
2. Data Medik
a. Dikirim Oleh : UGD
b. Diagnosa Medik : Hematuria
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1.) Keluhan utama : gelisah & lemah
2.) Riwayat keluhan utama : hal ini dialami sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit, terjadi perlaha-lahan awalnya pasien
mengeluhkan kuning pada badan sejak konsumsi OAT selama 1
bulan pertama, kemudian lama-kelamaan pasien gelisah dan tidak
respon diajak komunikasi. Kadang demam, batuk, tidak nyeri dada,
tidak nyeri ulu hati, mual dan muntah, obat OAT stop karena mata
kuning BAK prakateter hematuri kurang lebih 200 cc/8jam. Belum
BAB sejak 12 hari SMRS.
3.) Riwayat penyakit dahulu : Tuberculosis Paru, ginjal (bengkak pada
kedua ginjal, terpasang stent)
4.) Riwayat pengobatan : OAT 3 tablet/24 jam
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1.) Klien tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.
2.) Klien pernah menjalani opname di RS sebelumnya dengan sakit
hidronefrosis.
3.) Klien tidak mempunyai riwayat penyakit alergi.
4.) Klien pernah menjalani operasi
c. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram 3 generasi
I

II

III

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah
I1,2,3,4 : Meninggal tidak diketahui penyebabnya
II1,2,3 : Meninggal karena penyakit yang tidak diketahui
penyebabnya
Tidak ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama dengan
klien.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum lemah, klien nampak sakit berat, klien nampak gelisah
b. Kesadaran composmentis
c. Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
N : 86 x/menit
SB : 37 0 C
P : 20 x/menit
d. Kepala
Inspeksi :
- Warna rambut : Hitam
- Distribusi rambut : Merata
- Kulit kepala : Nampak bersih
- Nampak tidak ada ketombe pada rambut
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan pada kepala
- Tidak ada massa atau benjolan
- Rambut tidak mudah rontok
e. Muka
Inspeksi :
- Muka nampak simetris kiri dan kanan
- Bentuk wajah oval
- Ekspresi wajah nampak mengantuk
- Warna kulit sama sekitarnya
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan
f. Mata
Inspeksi :
- Mata kuning
- Konjungtiva anemis
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan pada bola mata
- Tidak ada peningkatan tekanan intra okuler
g. Hidung
Inspeksi :
- Lubang hidung simetris kiri dan kanan
- Tidak ada peradangan atau lesi
- Tidak ada secret/cairan
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan.
h. Telinga
Inspeksi :
- Posisi telinga simetris antara kiri dan kanan.
- Tidak ada pengeluaran cairan pada lubang telinga
- Klien tidak memakai alat bantu pendengaran
Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan
i. Rongga mulut
Inspeksi :
Mulut bersih
Bibir kering
j. Leher
Inspeksi :
- Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid
- Tidak ada peradangan atau lesi.
Palpasi :
- Tidak teraba adanya pembesaran pada kelenjar tyroid
- Tidak teraba adanya kelenjar atau massa.
k. Thoraks dan paru
Inspeksi :
- Bentuk dada Skoliosis
- Pergerakan dada mengikuti irama pernafasan
- Irama pernafasan teratur
- Frekuensi pernafasan 20 x/menit
Palpasi :
- Tidak teraba adanya massa atau benjolan
- Tidak ada nyeri tekan pada dada
Auskultasi
- Tidak ada bunyi tambahan
l. Jantung
Inspeksi :
- Ictus cordis tidak nampak.
m. Abdomen
Inspeksi :
- Tidak nampak adanya massa atau benjolan
Auskultasi :
- Peristaltik usus 8 x/menit
Palpasi :
- Tidak teraba adanya massa/benjolan
- Hati dan lympa tidak teraba
- Ginjal bengkak
n. Genetalia dan anus (tidak dilakukan pemeriksaan).
o. Ekstremitas
 Ekstrimitas atas
- Merasakan nyeri pada saat distimulasi
2.) Ekstrimitas bawah
- Merasakan nyeri pada saat distimulasi
5. Pemeriksaan Diagnostik
Hasil foto thorax menunjukkan TB Paru
Laboratorium tanggal 8-11-2015
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Imunoserologi
- Hbs Ag 1.0 (NoRe) < 0.13 COI
- Anti HCV 0.16 (NoRe) < 1.00 COI

Kimia Darah
- Glukosa 89 140 mg/dl
(GDS)

Hematologi
Koagulasi
PT 13.3 10-14 detik
INR 1.28
APTT 24.0 22.0-30.0 detik
Fungsi ginjal
Ureum 299 10-50 mg/dl
Kreatinin 5.55 L(<1.3); P(<1.1) mg/dl
Fungsi hati
SGOT 252 <38 U/L
SGPT 113 <41 U/L
Albumin 2.9 3.5-5.0 Gr/dl
Elektrolit
Natrium 132 136-145 Mmol/l
Kalium 2.9 3.5-5.1 Mmol/l
Klorida 101 97-111 Mmol/l

Kesan
Laboratorium tanggal 10-11-2015
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Kimia darah
Fungsi ginjal
Ureum 129 10-50 Mg/dl
Kreatinin 1.30 L(<1.3); P(<1.1) Mg/dl
Fungsi hati
Bilirubin total 7.43 < 1.1 Mg/dl
Bilirubin direk 7.16 < 0.30 Mg/dl
Alkali fostafase 130 L:<270; P:<240 U/L
Gamma_GT 267 L(11-50); P(7-32) U/L
CBC
WBC 3.80 4.0 – 10.0
RBC 3.31 3.80-5.80
HGB 9.1 11.5-16.0 g/dl

Laboratorium tanggal 12-11-2015


Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Kimia darah
Fungsi ginjal
Ureum 51 10-50 Mg/dl
Kreatinin 0.81 L(<1.3); P(<1.1) Mg/dl
Fungsi hati
Bilirubin total 4.52 < 1.1 Mg/dl
Bilirubin direk 3.70 < 0.30 Mg/dl
SGOT 92 < 38 U/L
SGPT 126 < 41 U/L
Elektrolit
Natrium 134 136-145 Mmol/l
Kalium 3.0 3.5-5.1 Mmol/l
Klorida 101 97-111 Mmol/l
Laboratorium tanggal 19-11-2015
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
Urinalisa
Warna Kuning Kuning muda
PH 6.5 4.5-8.0
BJ 1.010 1.005-1.035
Protein ++ / 100 Negatif Mg/dl
Glukose Negatif Negatif Mg/dl
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Normal Normal Mg/dl
Keton Negatif Negatif Mg/dl
Nitrit Negatif Negatif Mg/dl
Blood +++ / 200 Negatif RBC/ul
Lekosit +++ / 500 Negatif WBC/ul
Vit.c Negatif Negatif Mg/dl
Sedimen lekosit penuh <50 ipb
Sedimen eritrosit > 50 <50 ipb
Sedimen torak - ipk
Sedimen kristal - ipk
Sedimen epitel sel 2 ipk

6. Pola Kegiatan Sehari-hari


a. Nutrisi
 Kebiasaan
a.) Sebelum sakit
- Pola makan : Nasi, lauk, sayur-sayuran
- Frekuensi makan : 2 x sehari
- Nafsu makan : Kurang nafsu makan
- Minuman dalam sehari : 7 gelas/hari
b.) Setelah masuk rumah sakit
- Pola makan : kurang (stop intake oral)
- Frekuensi :
- Nafsu makan : keluarga klien menyatakan
nafsu makan kurang.
- Minuman dalam sehari : 4 gelas/hari
- Keluarga klien menyatakan porsi makan yang dihabiskan
hanya 1/2 porsi.
- Saat pengkajian Stop intake oral
c.) Pengkuran
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 34 Kg
Lingkar lengan :
IMT : 15.1 Kg/m2 (underweight)
Gizi buruk
b. Eliminasi
1.) Buang air kecil
Kebiasaan :
a.) Sebelum sakit
- Frekuensi : Normal
- Warna : Merah (bercampr darah)
- Bau : Pesing
- Jumlah : 1400 ml/hari
b.) Setelah masuk rumah sakit
- Frekuensi : Sering
- Warna : Merah (bercampur darah)
- Bau : Pesing
2.) Buang air besar
a. Sebelum sakit
- Frekuensi : 12 hari SMRS tidak pernah
- Warna :-
- Konsistensi :-
b. Setelah masuk rumah sakit
- Frekuensi : Tidak pernah BAB
3.) Pengukuran Input dan output
Input
- 4 gelas/hari (700 ml)
- Infus NaCl 0.9% 1500/hari
- Jumlah input 2200 ml/hari
Output
- IWL 510 ml/hari
- Kateter 1400/hari
Balance cairan
Input-output (2200-1910) = (290)
c. Olah raga dan aktivitas
- Klien tidak pernah berolahraga
- Klien nampak bed rest total
d. Istirahat dan tidur
Kebiasaan :
- Tidur malam jam 22.00 sering terbangun tengah malam
Perubahan selama di rumah sakit :
- Keluarga klien menyatakan klien susah untuk tidur, baik tidur
siang maupun malam.
- Klien nampak gelisah
e. Personal hygiene
Kebiasaan :
- Mandi 2 x sehari.
- Mencuci rambut 2 x seminggu memakai shampoo
Selama di rumah sakit
- Tidak pernah mandi
7. Pola Interaksi Sosial
- Orang terdekat dengan klien adalah anak perempuannya
- Hubungan dengan keluarga harmonis.
8. Perawatan dan Pengobatan
Perawatan
- Istirahat
Pengobatan
- Ceftriaxone
- Comafusin hepar
- Aminofusin hepar
- Lactulosa
- Maxiliv
- Methylprednison
- Alinamin f
- Clinoleic
- Clinimix
- N-Ace
- Ambroxol
B. KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif
- Klien menyatakan lemah.
- Klien mengatakan nafsu makan menurun
- Keluarga mengatakan nafsu makan klien berkurang
- Keluarga klien mengatakan tidak diberi makanan (stop intake oral)
- Klien menyatakan nyeri saat berkemih
- Klien mengatakan air kencing berwarna merah
- Keluarga mengatakan klien gelisah
- Klien mengatakan tidak pernah BAB
- Keluarga klien menyatakan apabila klien makan porsi yang dihabiskan
hanya ½.
- Klien mengatakan batuk
- Klien mengatakan ada sumbatan ketika batuk

Data Objektif
- Klien Nampak terbaring lemah
- Klien nampak gelisah
- Stop intake oral
- Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg SB : 37 0 C
N : 86 x/menit P : 20 x.menit
- ADL dibantu di tempat tidur
- IMT 15.1 (underweight)
- Gizi buruk
- Klien nampak batuk
- Hasil foto thorax Tb Paru
- Hasil laboratorium:
Kimia Darah
 Ureum 299
 Kreatinin 5,55
 Hb 10,7
 WBC 3.80
 RBC 3.31
 HGB 9.1
 SGOT 252
 SGPT 113
 Albumin 2.9
 Natrium 132
 Kalium 2.9
 Klorida 101
 Bilirubin total 4.52
 Billirubin direk 3.70
Hematologi
 PT 13.3
 INR 1.28
 APTT 24.0
Urinalisis
 pH 6.5
 Protein ++ / 100
 Blood +++ / 200
 Lekosit +++ / 500
 Sedimen lekosit PENUH
 Sedimen eritrosit >50
C. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Data subjektif Obstruksi saluran Nyeri Kronik
- Klien mengatakan nyeri saat kemih
berkemih
- Klien mengatakan air kencing
berwarna merah
Data objektif
- Klien nampak gelisah
- Klien terlihat merasakan sakit
ketika berkemih
P = kerusakan ginjal
Q = sedang, tertusuk-tusuk
R = pada bagian perut
S=5
T = hilang timbul
- TTV
TD : 110/80
N : 86 x/menit
P : 20 x/menit
S : 370C
Hasil pemeriksaan
Fungsi ginjal
Ureum (129)
Kreatinin (1.30)
2 Data subjektif Anoreksia Kekurangan volume
- Klien mengatakan nafsu makan cairan
menurun
- Keluarga mengatakan nafsu
makan klien berkurang
- Keluarga klien menyatakan apabila
klien makan porsi yang dihabiskan
hanya ½
Data objektif
- Klien nampak terbaring lemah
- Stop intake oral
- TTV
TD : 110/80
N : 86 x/menit
P : 20 x/menit
S : 370C
- Hasil pemeriksaan lab
PT 13.3
INR 1.28
APTT 24.0
Hb 10,7
WBC 3.80
RBC 3.31
HGB 9.1
Urinalisis
pH 6.5
Protein ++ / 100
Blood +++ / 200
Lekosit +++ / 500
Sedimen lekosit PENUH
Sedimen eritrosit >50
Natrium : 132
Kalium : 2.9
Klorida : 101
3 Data subjektif Anoreksia Nutrisi kurang dari
- Klien menyatakan lemah. kebutuhan
- Klien mengatakan nafsu makan
menurun
- Keluarga mengatakan nafsu makan
klien berkurang
- Keluarga klien mengatakan tidak
diberi makanan (stop intake oral)
- Keluarga klien menyatakan apabila
klien makan porsi yang dihabiskan
hanya ½.
Data objektif
- Klien nampak terbaring lemah
- IMT 15.1 Kg/m2
- Stop intake oral
- Hasil pemeriksaan elektrolit
Natrium (134)
Kalium (3.0)
Klorida (101)
Albumin (2.9)
SGOT 252
SGPT 113
Bilirubin total 4.52
Billirubin direk 3.70
4 Data subjektif Kerusakan pada Konstipasi
- Klien menyatakan lemah. pencernaan
- Klien mengatakan tidak pernah BAB
- Klien mengatakan nafsu makan
menurun
- Keluarga mengatakan nafsu makan
klien berkurang
Data objektif
- Klien Nampak terbaring lemah
- Klien nampak gelisah
- Stop intake oral
- Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg SB : 37 0 C
N : 86 x/menit P : 20 x.menit
- Hasil laboratorium:
Kimia Darah
Ureum 299
Kreatinin 5,55
SGOT 252
SGPT 113
Urinalisis
pH 6.5
Protein ++ / 100
Blood +++ / 200
Lekosit +++ / 500
Sedimen lekosit PENUH
Sedimen eritrosit >50
5 Data Subjektif Infeksi virus TB Bersihan jalan napas
- Klien mengatakan batuk tidak
- Klien mengatakan ada sumbatan
ketika batuk
Data Objektif
- Klien nampak gelisah
- Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg SB : 37 0 C
N : 86 x/menit P : 20 x.menit
- Klien nampak batuk
- Hasil foto thorax Tb Paru
6 Data Subjektif Hb Menurun Intoleransi aktifitas
- Klien menyatakan lemah.
- Klien mengatakan nafsu makan
menurun
- Keluarga mengatakan nafsu makan
klien berkurang
- Klien menyatakan nyeri saat berkemih
- Keluarga mengatakan klien gelisah
- Klien mengatakan batuk
Data Objektif
- Klien Nampak terbaring lemah
- Klien nampak gelisah
- Stop intake oral
- Tanda-tanda vital :
TD : 110/80 mmHg SB : 37 0 C
N : 86 x/menit P : 20 x.menit
- ADL dibantu di tempat tidur
- Hasil laboratorium:
Kimia Darah
Hb 10,7
WBC 3.80
RBC 3.31
HGB 9.1
Urinalisis
pH 6.5
Protein ++ / 100
Blood +++ / 200
Lekosit +++ / 500
Sedimen lekosit PENUH
Sedimen eritrosit >50

D. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak
adekuat
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
hilang nafsu makan
4. Konstipasi berhubungan dengan defekasi tidak adekuat
5. Ketidakefektifan pembersihan jalan napas berhubungan dengan adanya
benda asing pada jalan napas.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

Anda mungkin juga menyukai