STEP 1
1. J4 :
Singkatan dari jeagger eye chart untuk pemeriksaan visus dekat, dimana semakin tinggi angka J
menandakan penurunan visus semakin meningkat. Dimana J2 menandakan visus yang normal.
Setiap J memiliki arti masing masing: J1 (15ft), J2 (20ft), J3(25ft), J4(30ft)…
2. Laser Fotokoagulasi :
Suatu laser yang bertujuan untuk melakukan koagulasi, dengan tujuan untuk memperbaiki
pembuluh darah yang mengalami kerusakan akibat diabetes. Untuk menangani kondisi penyakit
mata intraokuler. Biasanya digunakan pada penyakit retinopati diabetikum.
STEP 2
STEP 3
Metabolisme glukosa
HMP shunt/Hexomonophospat shunt
Poliol pathway/Sorbitol pathway
Glikolisis/anaerob 70%
TCA cycle/Siklus Krebs
DM
Viskositas meningkat inner blood retina barrier teganggu karena tekanan dari
peningkatan viskositas kebocoran perdarahan hambatan dari cahaya
yang masuk ke retina bayangan terdispersi pengelihatan buram
Jalur sorbitol juga terjadi pada pembuluhdarah retina sorbitol meningkat pada
membrane sel pembuluh darah karena tidak bisa melewati dari membran
menyebabkan apoptosis sel kapiler aseluler kebocoran pembuluh darah
iskemik neovaskularisasi (mudah pecah)
Hubungannya dengan laser fotokoagulasi untuk memperbaiki pembuluh darah
terlebih dahulu sebelum dilakukan operasi
4. Apa interpretasi dari px visus dari pasien di scenario ( VOD 6/60 dengan S-
1,75 jadi 6/12 nbc, VOS 6/48 dengan S-1,5 jadi 6/9,6 nbc, Addisi S=1,5
J4,)?
VOD: Pada orang normal pada metode hitung jari bisa melihat pada jarak 60 m
sedangkan pasien bisa melihat pada jarak 6 m dengan koreksi kacamata 1,75 membaik
jadi 6/12 namun tdk bisa sampai 6/6 (keadaan normalnya) nbc (tidak terkoreksi
dengan baik)
VOS: Pada orang normal pada metode hitung jari bisa melihat pada jarak 48 m
sedangkan pasien bisa melihat pada jarak 6 m dengan koreksi kacamata 1,5 membaik
jadi 6/9,6 nbc.
Dengan Adissi S+1,5 sesuai umurnya, setiap 10 th plus 1 setelah usia 40th
Nbc menandakan adanya kemungkinan kelainan lain
STEP 4
Step 5
Step 6
Step 7
1. Mengapa tajam pengelihatan pasien semakin buram?
• Macam2 keadaan yang bisa menyebabkan visus menurun mata tenang:
Katarak
Glaukoma kronis
Kelainan retina (retinopati diabetik, retinopati hipertensi,retinopati akibat
kelainan darah, retinitis pigmentosa)
Kelainan makula (senile macular degeneration /age related macular
degeneration)
Kelainan mata akibat intoksikasi (intoksikasi metanol, intoksikasi klorokuin,
intoksikasi ethambutol, dan lain-lain)
Kelainan mata akibat peningkatan tekanan intra cranial.
Ilyas S. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta
Lensa dapat membiaskan cahaya karena indeks bias - biasanya sekitar 1,4 pada sentral
dan 1,36 pada perifer-hal ini berbeda dari dengan aqueous dan vitreus yang
mengelilinginya.
Pada tahap tidak berakomodasi, lensa memberikan kontribusi sekitar 15-20 dioptri (D)
dari
sekitar 60 D kekuatan konvergen bias mata manusia rata-rata
.
Lensa terdiri dari 65% air dan 35% protein (tertinggi kandungan nya di antara seluruh
tubuh) dan sedikit sekali mineral. Kandungan kalium lebih tinggi pada lensa dibanding
area
tubuh lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun
tereduksi.
Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, atau saraf pada lensa
.
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk memfokuskan
cahaya yang datang dari jauh m. ciliaris berelaksasi, menegangkan serat zonula dan
memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukuran terkecil; dalam posisi ini
daya
refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya akan terfokus pada retina. Sementara
untuk
cahaya yang berjarak dekat m.ciliaris berkontrasi sehingga tegangan zonula berkurang,
artinya
lensa yang elastis menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerja sama
fisiologis antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda jatuh pada
retina
dikenal dengan akomodasi. Hal ini berkurang seiring dengan bertambahnya usia
.
Gangguan pada lensa dapat berupa kekeruhan, distorsi, dislokasi dan anomaly
geometri. Keluhan yang di alami penderita berupa pandangan kabur tanpa disertai
nyeri.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penyakit lensa adalah pemeriksaan ketajaman
penglihatan dan dengan melihat lensa melalui sliplamp, oftalmoskop, senter tangan,
atau kaca
pembesar, sebaiknya dengan pupil dilatasi
. PATOLOGI
Katarak terkait disebabkan oleh usia paling sering ditemukan pada kelainan mata yang
menyebabkan gangguan pandangan. Pathogenesis dari katarak terkait usia multifactor
dan
belum sepenuhnya dimengerti. Berdasarkan usia lensa, terjadi peningkatan berat dan
ketebalan
serta menurunnya kemampuan akomodasi. Sebagai lapisan baru serat kortical
berbentuk
konsentris, akibatnya nucleus dari lensa mengalami penekanan dan pergeseran (nucleus
sclerosis).
Cristalisasi (protein lensa) adalah perubahan yang terjadi akibat modifikasi kimia dan
agregasi
protein menjadi high-molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba
tiba
mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa, cahaya yang menyebar, penurunan
pandangan.
Modifiaksi kimia dari protein nucleus lensa juga menghasilkan progressive
pigmentasi.perubaha
lain pada katarak terkait usia pada lensa termasuk menggambarkan konsentrasi glutatin
dan
potassium dan meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium
Katarak Diabetika:
DMterdapat hiperglikemikadar glukosa di dalam lensa juga meningkat (tidak
dipengaruhi insulin)glukosa sorbitol (oleh aldosa reduktase)
fruktosa (oleh poliol dehidrogenase)osmolaritas lensa meningkat (cairan akan
bertambah pada lensa) dan denaturasi protein (karena stress oksidatif)lensa menjadi
keruh.
Ilyas S. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta
Retinopati Diabetika:
Terdapat 4 proses biokimiawi yang terjadi pada hiperglikemia kronis yang diduga
berhubungan dengan timbulnya retinopati diabetik, antara lain:
Akumulasi Sorbitol
Hiperglikemi kronis peningkatan aktv enzim aldose reduktase (pada jarringan
saraf, retina, lensa, glomerolus dan dinding pembuluh darahakumulasi dari sorbitol
Sorbitol merupakan suatu senyawa gula dan alkohol yang tidak dapat melewati
membrana basalis sehingga akan tertimbun dalam jumlah yang banyak dalam sel.
Kerusakan sel terjadi akibat akumulasi sorbitol yang bersifat hidrofilik sehingga sel
menjadi bengkak akibat proses osmotik.
Pembentukan protein kinase C (PKC)
Hiperglikemiapeningkatan sintesis de novo dari diasilgliserol aktivitas
PKC di retina dan sel endotel vaskular meningkat,
PKC diketahui memiliki pengaruh terhadap agregasi trombosit,
permeabilitas vaskular, sintesis growth factor dan vasokonstriksi.
Peningkatan PKC secara relevan meningkatkan komplikasi diabetika,
dengan mengganggu permeabilitas dan aliran darah vaskular retina.
Peningkatan permeabilitas vaskularterjadinya ekstravasasi plasma
viskositas darah intravaskular meningkat disertai dengan peningkatan
agregasi trombosit yang saling berinteraksi menyebabkan terjadinya
trombosis.
Selain itu, sintesis growth factorpeningkatan proliferasi sel otot polos
vaskular dan matriks ekstraseluler termasuk jaringan fibrosa,penebalan
dinding vaskular, ditambah dengan aktivasi endotelin-1 yang merupakan
vasokonstriktorlumen vaskular makin menyempit. Seluruh proses
tersebut terjadi secara bersamaan, hingga akhirnya menyebabkan
terjadinya oklusi vaskular retina.
Pembentukan Advanced Glycation End Product (AGE)
Glukosa mengikat gugus amino membentuk ikatan kovalen secara non
enzimatik. Proses tersebut pada akhirnya akan menghasilkan suatu
senyawa AGE. Efek dari AGE ini saling sinergis dengan efek PKC dalam
menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular, sintesis growth factor,
aktivasi endotelin 1 sekaligus menghambat aktivasi nitrit oxide oleh sel
endotelakan meningkatkan risiko terjadinya oklusi vaskular retina.
AGE terdapat di dalam dan di luar sel, berkorelasi dengan kadar glukosa.
Akumulasi AGE mendahului terjadinya kerusakan sel. Pada pasien DM,
sedikit saja kenaikan glukosa maka meningkatkan akumulasi AGE yang
cukup banyak, dan akumulasi ini lebih cepat pada intrasel daripada
ekstrasel.
Pembentukan Reactive Oxygen Speciesi (ROS)
ROS dibentuk dari oksigen dengan katalisator ion metal atau enzim yang
menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2), superokside (O2-).
Pembentukan ROS meningkat melalui autooksidasi glukosa pada jalur
poliol dan degradasi AGE. Akumulasi ROS di jaringan akan menyebabkan
terjadinya stres oksidatif yang menambah kerusakan sel.
Pandelaki K. 2007. Retinopati Diabetik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi IV Jilid III. Editor: Aru W. Sudoyo dkk. Departemen ilmu penyakit dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Pada penederita myopia dijumpai peningkatan kadar MDA dan penurunan kadar glutation
tereduksi sehingga memudahkan terjadinya kekeruhan pada lensa (Micell-Ferrari et all, 1996).
Pada miopi tinggi, badan kaca mencair, disertai kekeruhan di dalamnya yang
disebut vitreous floaters. Karena itu irisnya tremulens, juga didapat kekeruhan pada
polus posterior lensa. Pada pemeriksaan oftalmoskop, dilihat papil melebar. Oleh
karena pada miopi tinggi terdapat stafiloma sklera posterior, yang terdapat di polus
posterior maka retina harus meliputi permukaan yang lebih luas, sehingga teregang dan
menimbulkan fundus tigroid pada tempat ini, dimana pigmen tidak terbagi rata, tetapi
berkelompok-kelompok menyerupai kulit harimau. Di sebelah temporal dari papil
terdapat crescent myopi yang berupa bercak atrofi dari koroid akibat regangan. Kadang-
kadang atrofi ini mengenai papil dan disebut annular patch. Daerah atrofi ini berwarna
putih, bayangan dari sklera. Adanya pigmen yang memisahkannya dari koroid yang
masih baik, menunjukkan bahwa prosesnya sudah tenang. Kadang-kadang didapat
proliferasi dari epitel pigmen di daerah makula, yang disebutForster-Fuchs black
spot. Akibat regangan mungkin menyebabkan ruptur dari pembuluh darah retina dan
mengakibatkan perdarahan yang mungkin dapat juga masuk ke dalam badan kaca.
Mungkin juga terjadi ablasio retina akibat timbulnya robekan karena tarikan.
Pada penderita miopia degeneratif didapatkan tanda dan gejala sebagai berikut
1.Penurunan tajam penglihatan (visus).Penurunan visus yang bertahap setelah usia
pertengahan
disebabkan proses degenerasi yang melibatkan makula, tapi bisa juga karena katarak,
ablasio retina, dan glaukoma.Bila penderita mengeluh penurunan visus tiba-tiba,harus
dilakukan pemeriksaan fundus perifer karena kemungkinan hal ini diakibatkan adanya
retinal tear yang mengenai pembuluh darah kecil dengankonsekuensi perdarahan
intravitreal.
2.Floaters.Merupakan keluhan lapangan pandang paling sering. Hal ini
terjadi pada awal dari proses degenerasi vitreous. Keluhan berupa bayangan berupa
goresan di dalam lapangan pandang, dan bila bayangan
goresanitu bertambah merupakan tanda adanya vitreous detachment dan hyaloid hole
di dekat aksis visualis
Tahap berikutnya, yaitu tahap eksudativa, yang terjadi kerusakan di blood-retina barrier,
nekrosis otot polos dan sel endotel, eksudasi darah dan lipid, dan iskemia retinal.
Perubahan ini pada retina ditandai adanya mikroaneurisma, perdarahan, hard eksudat
dan cotton-wool spots. Pembengkakan/oedem di diskus optikus dapat terjadi dan
biasanya menunjukkan tingginya kenaikan tekanan darah.
Ilyas S. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta
4. Apa interpretasi dari px visus dari pasien di scenario ( VOD 6/60dengan S-1,75 jadi 6/12
nbc, VOS 6/48 dengan S-1,5 jadi6/9,6 nbv, Addisi S=1,5 J4,)
5. Apa interpretasi dari pemeriksaan mata yang dilakukan pada pasien di scenario (segmen
anterior tenang lensa keruh tidak merata,segmen posterior terdapat adanya kelainan
pada retina dan vtreus)
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan scenario?
Etiologi
klasifikasi katarak
a. Developmental:
o Congenital
o Juvenil
b. Degeneratif/senilis:
o Insipiens
o Immatura
o Matura
o Hypermatura
c. Komplikata: oleh karena penyakit/kelainan di Mata atau tempat lain
o Glaucoma
o Iridocyclitis
o DM, galaktosemia, hipoparatiroid, miotonia distrofi
o Efek samping obat: steroid, amiodaron, miotika antikolinesterase,
klorpromazine, ergot, naftalein, dinitrofenol, triparanol (MER-29)
d. Traumatika
Penatalaksanaan
Bedah katarakdengan prosedur intrakapsuler atau
ekstrakapsuler
Intrakapsulerjarang dilakukan lagi sekarangadalah
mengangkat lensa in toto yakni di dalam kapsulnya melalui insisi
limbus superior 140-160 derajat
Ekstrakapsulerinsisi limbus superior,kmdn anterior kapsul
dipotong dan diangkat, nucleus di ekstraksi, korteks dibuang dari
mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi sehingga menyisakan
kapsul posterior
Fakofragmentasi atau fakoemulsi dengan irigasi atau aspirasi
(atau keduanya) adalah teknik ekstrakapsuler yang menggunakan
getaran-getaran ultrasonic untuk mengangkat nucleus dan korteks
melalui insisi limbus yang kecil (2-5 mm) sehingga mempermudah
peyembuhan pasca operasiteknik ini bermanfaat untuk katarak
senilis, congenital, traumatic. Kurang efektif pada katarak senilis yang
padat
Indikasi ekstraksi katarak :
o Pda bayi< 1 tahunbila fundus tak terlihat
o Pada umur lanjut
indikasi kliniskalau katarak menimbulkan penyulit uveitis atau glaukoma
indikasi visualtergantung dari katarak monokuler (bila sudah masuk ke stadium
matur, visus pasca bedah sebelum dikoraksi lebih baik sebelum operasi) atau binokuler
(bila sudah masuk ke stadium matur, visus meskipun telah dikoreksi tidak cukup)
Sebelum operasi harus dilakukan beberapa pemeriksaan:
o Fugsi retina harus baik
o Tidak boleh ada infekai mata atau jaringan sekitarya
o Tidak boleh ada glaukoma
o Visus
o Keadaan umum harus baik
RETINOPATI
RETINOPATI DIABETIKUM
Definisi
Aalah suatu mikroangiopti progresif yang ditandai dengan
kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh halus
Risiko mengalaminya meningkat sejalan dengan lamany diabetes
Etiologi
Penyebabnya sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun
keadaan hiperglikemi yang berlangsung lama dianggap sebagai factor
risiko utama
penyebab
Retinopati diabetikum terjadi karena adanya kerusakan pada pembuluh darah yang
menuju ke retina. Kadar gula darah (glukosa) yang tinggi pada diabetes menyebabkan
penebalan pembuluh darah yang kecil.
Pada stadium awal (retinopati non-proliferatif), pembuluh darah menjadi berlubang-
lubang dan isinya merembes ke dalam retina, menyebabkan penglihatan menjadi kabur.
Pada stadium lanjut (retinopati proliferatif), terjadi pertumbuhan pembuluh darah yang
baru di dalam mata. Pembuluh darah yang baru ini sangat rapuh dan bisa mengalami
perdarahan sehingga menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.
Beratnya retinopati dan penurunan fungsi berhubungan dengan kadar glukosa dan
lamanya seseorang menderita diabetes. Biasanya retinopati baru terjadi dalam waktu
10 tahun setelah seseorang menderita diabetes.
Manifestasi klinik
Kelainan retina penderita DR dpt berupa :
Mikroaneurisma
Perdarahan intra & ekstraretina
Eksudat keras
Venous turtuosity, venous beading
Intra Retinal Microvascular Abnormalities (IRMA)
Eksudat lunak (cotton wool spots)
Daerah nonperfusi
Neovaskularisasi ( NVD, NVE, NVI )
Edema makula
Ablasio retina (TRD, RRD)
(ILMU PENYAKIT MATA, Prof.Dr.H.Sidarta ilyas , SpM)
PATOLOGI DR
Gangguan vaskular
Loss of pericytes
Penebalan membrana basalis
Outpouching berdinding tipis (mikroaneurisma/MA)
Capillary network (venous>>)
Peningkatan permeabilitas terhadap air dan makromolekul
Kebocoran dari MA dan kapilar (difus)
Gangguan hemodinamik
• Abnormalitas eritrosit :
- kemampuan release oksigen
- deformabilitas
- rouleaux formation
• Hiperviskositas : protein plasma BM tinggi
• Hiperagregasi
• Hiperkoagulasi
Lima perubahan dasar dari proses patologi pada retina :
1. Mikroaneurisma
2. Peningkatan permeabilitas vaskuler
3. Oklusi vaskuler
4. Proliferasi pembuluh darah baru dan jaringan fibrous
5. Kontraksi vitreous dan proliferasi fibrovaskuler
Pathogenesis
Ada 3 proses biokimiawi yang terjadi pada hierglikemi yang
diduga berkaitan dengan timbulnya retinopati diabetic yaitu :
Jalur poliol
Hiperglikemia yang berlangsung lama akan
menyebabkan produksi berlebihan serta akumulasi
dari poliol, yaitu senyawa gula dan alcohol, dalam
jaringan termasuk di lensa dan saraf optic. Salah satu
sifat dari poliol adalah tidak dapat melewati
membrane basalis sehingga akan tertimbun dalam
jumlah banyak di dalam sel.Senyawa poliol
menyebabkan peningkatan tekanan osmotic sel dan
menimbulkan gangguan morfologi maupun fungsional
sel.
Glikasi enzimatik
Glikasi enzimatik terhadap protein dan asam
deoksiribonukleat (DNA) yang terjdi selama
hiperglikemia dapat menghambat aktivitas enzim dan
keutuhan DNA. Protein yang terglikosilasi membentuk
radikal bebas dan akan menyebabkan perubahan
fungsi sel
Protein Kinase C
PKC memiliki pengaruh terhadap permeabilitas
vaskuler, kontraktilitas, sintesis membrane basalis dan
proliferasi sel vaskuler.Dalam kondisi hiperglikemia,
aktivitas PKC di retina dan sel endotel meningkat
akibat peningkata sintesis de novo dari diasilgliserol,
yaitu suatu regulator PKC dari glukosa
Selain pengaruh hiperglikemia melalui berbagai jalur metaboisme,
sejumlah factor lain yang terkait dengan DM seperti peningkatan
agregasi trombosit, peningkatan agregasi eritrosit, viskositas darah,
hipertensi, peningktan lemak darah, dan faktorertumbuhan, diduga
juga ikut berperan dalam tmbulnya retinopati diabetic
Mekanisme Cara kerja Terapi
Patofisiologi
Kesehatan dan aktivitas metabolism retina sangat tergantung
pada jaringan kapiler retina. Kapiler retina membentuk jaringan yang
menyebar ke seluruh permukaan retina kecuali suatu daerah yan.diabetic
terletak pada kapiler retina tersebut. Dinding kailer retina terdiri dari 3
lapisan dari luar ke dalam, yaitu sel perisit, membrane basalis, dan sel
endotel.
Sel perisit dan sel endotel dihubungkan oleh pori yg terdapat pada
membrane sel yang terletak di antara keduanya. Dalam keadan normal
perbandingan jumlah sel perisit dan selendotel kapiler retina adalah 1:1
sedangkan pada kapiler perifer yang lain 20:1.
o Sel perisit berfungsi mempertahankan struktur kapler ,
mengatur kontraktilitas, membantu mempertahankan fungsi
barier dan transportasi kapiler serta mengendalikan proliferasi
endotel.
o Membrane basalis berfungsi sebagai barier dengan
mempertahankan permeabilitas kapiler agar tidak terjadi
kebocoran
o Sel endotel saling berikatan erat satu sama lain dan
bersama-sama dengan matriks ekstrasel dari membrane basalis
membentuk barier yang bersifat selektif terhadap beberapa jenis
protein dan molekul kecil
Perubahan histopatologis kapiler retina pada retinpati diabetic
dimulai dari penebalan membrane basalis, hilngnya perisit dan proliferasi
endotel. Ptofisiologi retinopati diabetic melibatkan 5 proses dasar yang
terjadi di tingkat kapiler, yaitu :
o Pembentukan mikroaneurisma
o Peningkatan permeabilitas pembuluh darah
o Penyumbatan pembuluh darahiskemia retina
o Prolierasi pembuluh darah baru (neovascular) dan jaringan
fibrosa di retina
o Kontraksi dari jaringan fibrosa kapiler dan jaringan viterus
Kebutaan akibat RD dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
o Edema macula atau noperfusi kapiler
o Pembentukan embuluh darah baru dan kntraksi jaringan
fibrsa menyebabkan ablasio retina
o Pembuluh darah baru menimbulkan perdarahan preretina
dan vitreus
o Pebentukan pembuluh darah baru dpat menimbulkan
glaukoma
Klasifikasi, manifestasi, diagnosis
Retinopati diabetic nonproliferatif
Bentuk yang paling ringan, dan sering tidak
memperlihatkan gejala.
Mikroaneurisma yang terjadi pada kapier retina
merupakan tanda paling awal dengan oftalmoskop tampak
berupa bintik merah dengan diameter 15-60 im dan sering
kelihatan pada bagian posterior. Terjadinya mikroaeurisma
diduga berhubungan dengan factor vasoproliferatif yang
dihasilkan endotel, kelemahan dinding kapiler akibat
berkurangnya sel erisit, meningkatnya tekanan intraluminar
kapiler
Kelainan morfologi lainvena retina menglami dilatasi
danberkelok-kelok, penebalan membrane basalis, perdarahan
ringan (akibat kebocora eritrosit), eksudat keras (akibat
kebocoran dan deposisi lipoprotein plasma) yang tampak
sebagai bercak kuning dan eksudat lunak yang tamak sebagai
cotton wool spot (daerah retina dengan gambaran bercak
warna ptih pucat dimana kapiler mengalami sumbatan),
edema macula (rusaknya sawar retina-darah bagian dalam
pada tingkat endotel kapiler retina sehingga terjadi kebocoran
cairan dan konstituen plasma ke dalam retina di sekitarnya)
Dalam waktu 1-3 tahun nonproliferatif sering berkembang
menjadi proliferatif.
Retinopati diabetic proliferative
Ditandai dengan pembentukan pembuluh darah baru
(hanya terdiri dari satu lapis sel endotel tanpa sel perisit dan
membrane basals sehingga sangat rapuh dan mudah
mengalami perdarahan). Dapat meluas ke vitrus,
menimbulkan perdarahan di sana dan mengakibatkan
kebutaan. Apabila perdarahan terus berulang, dapat terjadi
jaringan fibrosa atau sikatriks pada retina, sikatrik dapat
menarik retina sampai terlepasablasio retina
Pembuluh darah baru juga dapat terbentuk di stroma iris
dan bersama dengan jaringan fibrosa yang terjadi dapat
meluas sampai ke sudut chamber anteriormenghambat
aliran keluar humor akuosglaukoma neovaskuler
Kebutaan dapat terjadi jika ditemukan pembuluh darah
baru yang meliputi ¼ daerah diskus, adanya perdarahan
preretina, pembuluh darah baru dimana saja yang disertai
perdarahan, perdarahan di lebih dari separuh diskus atau
vitreus
Penatalaksanaan
secara umum langkah work-up untuk retinopati diabetika adalah:
a) Lakukan pemeriksaan iris untuk mencari neovaskularisasi, sebaiknya sebelum
dilatasi dengan midriatikum. Periksa sudut bilik mata depan dengan gonioskopi,
khususnya bila terdapat peninkatan TIO.
b) Lakukan pemeriksaan fundus dengan biomikroskopi lampu celah menggunakan
lensa 90 atau 60 dioptri atau lensa kontak untuk memperoleh gambaran
stereoskopik polus posterior. Cari neovaskularisasi dan edema makula. Gunakan
oftalmoskop indirek untuk memeriksa retina perifer.
c) Periksa gula darah puasa, glycocylated hemoglobin, dan jika perlu tes toleransi
glukosa apabila diagnosis belum tegak.
d) Periksa tekanan darah.
e) Pertimbangkan angiografi fluoresein untuk menentukan daerah dengan
abnormalitas perfusi, iskemia fovea, mikroaneurisma, dan neovaskularisasi yang
tidak secara klinis.
f) Pertimbangkan tes darah untuk hiperlipidemia jika terdapat eksudat luas.
The Diabetic Complication Control Trial (DCCT) menyatakan bahwa pengontrolan gula
darah yang intensif akan menurunkan insiden maupun progresifitas retinopati diabetika.
Pengobatan medikamentosa masih memberikan hasil yang tidak jelas. Penggunaan
aspirin dan antiplatelat lain tidak memberikan keuntungan yang nyata.
RETINOPATI HIPERTENSI
a. Definisi
Adalah kelainan2 retina & pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi
b. Klasifikasi
Tipe 1
Fundus hipertensi dng atau tanpa retinopati, tidak ada sklerose, dan terdapat pada
orang muda
Pada funduskopi : arteri menyempit & pucat, arteri meregang & percabangan tajam,
perdarahan ada/tidak ada, eksudat ada/tidak ada
Tipe 2
Fundus hipertensi dng atau tanpa retinopati sklerose senil, terdapat pada orang tua
Funduskopi : pembuluh darah tampak mengalami penyempitan, pelebaran &
sheathing setempat
Perdarahan retina ada/tidak ada.Tidak ada edema papil
Tipe 3
Fundus dng retinopati hipertensi dng arteriosklerosis, terdapat pada orang muda
Funduskopi : penyempitan arteri, kelokan bertambah fenomena crossing,,
perdarahan multiple, cotton wool patches, makula star figure
Tipe 4
Hipertensi progresif
Funduskopi : edema papil, cotton wool patches, hard eksudat, dan star figure
exudates yg nyata
c. Penegakan diagnosis
Anamnesis :
Gejala :
Penglihatan kabur dan episode hilangnya penglihatan temporer
asimptomatik
Pemeriksaan fisik
Tanda :
tanda sesuai stadiumnya
dengan angiografi fluoresens : pada pasien berusia muda dng hipertensi , dijumpai
penipisan & sumbatan arteriol, adanya nonperfusi kapiler dapat diverifikasi dlm
hubungannya dng bercak cotton wool, yg dikelilingi oleh kapiler2 yg melebar abnormal
& mikroaneurisma yg meningkat permeabilitasnya pada angiografi flourescens
d. Pengelolaan
Terapi hipertensi dan menghindari penurunan cepat yg dapat mempresipitasi oklusi
vaskular akan menghasilkan resolusi tanda retina.Hal ini dapat memakan waktu
beberapa bulan
sumber : Lecture notes “oftalmologi” ;Bruce James,dkk
• Kontrol tekanan darah, diberikan terapi medikamentosa dengan obat anti hipertensi
bertujuan mencegah progresivitas kerusakan organ target.
• Apabila telah dijumpai retinopati hipertensi maligna disertai kenaikan tekanan darah
(TD diastolik 130 mmHg), maka pengelolaan dengan cara menurunkan tekanan darah
sesuai dengan penatalaksanaan krisis hipertensi.
REFRAKSI ANOMALI
a. Definisi
keadaan dimana bayangan tegas tidak terbentuk pada retina (macula lutea atau bintik
kuning).
Kelainan Refraksi dan kacamata, Dr. Dwi Ahmad Yani, SpM
b. Klasifikasi
1. Rabun jauh (miopia)
Merupakan kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar tanpa akomodasi dibiaskan di
depan retina
Causa myopia :
Axis mata terlalu panjang.
Lensa terlalu kedepan (karena luxatie misalnya).
Index bias terlalu besar.
Curvatura cornea terlalu mencembung (mis. keratoconus)
Bentuk
Myopia Axial : Dalam hal ini, terjadinya myopia akibat panjang sumbu bola mata
(diameter Antero-posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa normal,
refraktif power normal dan tipe mata ini lebih besar dari normal
Myopia Kurvatura : Dalam hal ini terjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan
dari kelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti
yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung
sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata norma
Perubahan Index Refraksi : Perubahan indeks refraksi atau myopia refraktif,
bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada
penderita Diabetes Melitus sehingga pembiasan lebih kuat
Perubahan Posisi Lensa : Pergerakan lensa yang lebih ke anterior setelah
operasi glaucoma berhubungan dengan terjadinya myopia
Klasifikasi klinis
Berdasarkan besarnya dioptri lensa koreksi secara klasik.
- Myopia ringan : 0,25 – 3,00 D
- Myopia sedang : > 3,00 – 6,00 D
- Myopia berat : > 6,00 D
Secara klinik dan berdasarkan perkembangan patologik yang timbul pada mata maka
miopy dapat dibagi menjadi dua yaitu
Miopi simplek : miopy yang biasanya tidak disertai kelainan patologik
fundusakan tetapi dapat disertai kelainan fundus ringan. Kelainan fundus ringan
ini dapat berupa kresen miopy (myopic crescent) yang ringan yang berkembang
sangat lambat. Biasanya tidak terdapat perubahan organik. Tajam Penglihatan
denan koreksi yang sesuai dapat mencapai normal. Berat kelainan refraktif
biasanya kurang dari -5 D atau -6 D. Keadaan ini juga disebut miopy fisiologik.
Miopi patologi
c. Keluhan:
Melihat jauh kabur
Melihat dekat terang
M. ciliaris kurang dipakai untuk accomodasi maka akan
mengalami atrophie. Karena itu pada saat melihat dekat
kaca-mata perlu dipakai supaya ada akomodasi dan tidak
terjadi atrophie m. ciliaris.
d. Gejala objektif:
COA dalam
Pupil lebih lebar
Vitreus floaters
e. Komplikasi:
tergantung pada derajat miopianya
Strabismus divergen
Ablatio retina
f. Terapi :
Lebih dulu mengukur derajat myopianya (menggunakan lensa coba),
Kemudian diberi kacamata minus Atau lensa kontak
Atau dilakukan operasi dengan sinar laser (LASIK) (laser-assisted in situ
keratomileusis)
Klasifikasi
Laten Hypermetropia
Adalah bagian dari kelainan refraksi yang dikoreksi hanya dengan akomodasi, dimana
kelainan hypermetropia tanpa sikloplegia ( atau dengan obat melemahkan akomodasi)
diimbangi seleruhnya dengan akomodasi. Hypermetropia laten hanya dapat diukur bila
diberikan sikloplegia. Makin muda, makin besar komponen hypermetropia laten
seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga
hypermetropia laten menjadi hypermetropia fakultatif dan kemudian menjadi
hypermetropia absolute. Hypermetropia laten sehari-hari diatasi dengan akomodasi
terus-menerus, terutama bila pasien muda dan akomodasinya masih kuat.
Manifest facultative hyperopia
Bagian dari hyperopia yang dapat dikoreksi oleh power akomodasi pasien sendiri,
dikoreksi dengan lensa ataupun keduanya. Penglihatan dapat normal dengan atau tanpa
dikoreksi dengan lensa+, tetapi akomodasi tidak sempurna tanpa kaca mata. Pasien
hanya mempunyai hypermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata, yang
bila diberikan kaca mata positif yang memberikan penglihatan normal maka otot
akomodasinya akan beristirahat.
Manifest absolute hyperopia
Bagian dari kelainan refraksi yang tidak dapat dikompensasi hanya dengan akomodasi
dari pasien. Penglihatan masih kabur, walaupun seberapa besar akomodasi dari pasien.
Pasien seperti ini secepatnya memerlukan kaca mata positif untuk melihat jauh.
Pengaruh umur pada hyperopia dimulai dari penurunan secara progresif dari power
akomodasi, kemudian beralih menjadi laten dan fakultatif hyperopia ke tingkat yang
lebih tinggi yaitu absolute hyperopia.
Keluhan-keluhan:
Untuk melihat jauh perlu berakomodasi, apalagi untuk melihat dekat.
Akibatnya:
Bila daya akomodasi masih ada akan merasa pusing, kemeng dimata karena akomodasi
terus menerus,disebut astenopia.
Bila daya akomodasi sudah kurang/ tidak ada maka melihat jauh kurang terang, apalagi
melihat dekat.
Makin tua, elastisitas lensa makin berkurang karena timbulnya nulceus lentis. Daya
akomodasi juga semakin berkurang sehingga keluhan akan bertambah berat.
Terapi :
Lebih dulu mengukur derajat hypermetropianya (dengan pemeriksaan
subyektif menggunakan lensa coba) Kemudian diberi kacamata plus
LASIK