Anda di halaman 1dari 81

PENUGASAN UJIAN KOMPREHENSIF

KEPANITERAAN SENIOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PERIODE 21 JANUARI – 16 FEBRUARI 2019

Penguji:
dr. Saekhol Bakri, M.PH

Disusun oleh:
Hasan Murdiman 22010117220207
Andry Setiadharma 22010118220013
Rova Budi Kusuma 22010118220020
Shania Dian A 22010118220025
Tri Hartanto (FK UPN)22i21620221170

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
1. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
I. Pengertian SPM
SPM merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga
negara secara minimal. SPM adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu
untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang
berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis
pelayanan, indikator dan nilai (benchmark).
SPM ditujukan untuk pelayanan publik yang mutlak dilaksanakan untuk
memenuhi kebutuhan dasar yang layak dalam kehidupan. Jenis pelayanan
publik yang mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
adalam pelayanan dalam kehidupan sosial , ekonomi dan pemerintahan
SPM merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemda untuk
rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap tahunnya. Untuk itu dalam
penetapan indikator SPM, Kementerian/Lembaga Pemerintahan Non
Kementerian agar melakukan pentahapan pada jenis pelayanan, mutu pelayanan
dan/atau sasaran/lokus tertentu.
SPM kesehatan diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
yang betanggungjawab dalam pembangunan kesehatan di satu wilayah
kabupaten, dan UPT Puskesmas sebagai kepanjangan datang dari Dinak
Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas berperan sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi unit terdepan dalam upaya pencapaian
target-target SPM.
II. Indikator SPM
Indikator adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang
digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi,
berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan. Indikator memiliki
pencapaian (Nilai)  input, proses, keluaran, manfaat.
III. Fungsi SPM
 Menjamin terselenggaranya mutu pelayanan dasar kepada masyarakat
secara merata.
 Menjamin tercapainya kondisi rata-rata minimal yang harus dicapai
pemerintah sebagai penyedia pelayanan kepada masyarakat.
 Pedoman pengukuran kinerja penyelenggaraan bidang kesehatan.
 Acuan prioritas perencanaan daerah dan pembiayaan APBD bidang
kesehatan dalam melakukan pengevaluasian dan monitoring pelaksanaan
pelayanan kesehatan.
IV. Tujuan SPM
 Pedoman dalam penyelenggaraan layanan kepada masyarakat.
 Terjaminnya hak masyarakat dalam menerima suatu layanan.
 Dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan alokasi anggaran yang
dibutuhkan.
 Alat akuntabilitas Puskesmas dalam penyelenggaraan layanannya.
 Mendorong terwujudnya checks and balances.
 Terciptanya transparansi dan partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan kesehatan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) ini bertujuan untuk menyamakan
pemahaman tentang definisi operasional, indikator kinerja, ukuran atau
satuan rujukan, target nasional tahunan, cara perhitungan, rumus,
pembilangan, penyebut, standar, satuan pencapaian kinerja, dan sumber
data.
V. Prinsip penyusunan SPM
 Konsensus
 Nyata
 Terbuka
 Akuntabel
 Sederhana
 Terukur
 Terjangkau
 Bertahap
VI. Indentifikasi data relevan yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi
capaian SPM
 Lengkap : data berasal dari berbagai sumber dan meliputi seluruh
variabel yang dibutuhkan
 Akurat : data sesuai dengan kondisi riil di lapangan
 Tepat waktu : data dapat diperoleh saat dibutuhkan
VII. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data SPM
 Nama indikator SPM
 Rumus menghitung capaian SPM (pembilang dan penyebut)
 Rincian data utnung menghitung pembilang dan penyebut
 Sumber data
 Metode mendapatkan data
 Periodisasi waktu pengumpulan data
 Pihak yang bertanggungjawab mengumpulkan data
VIII. Rumus dasar perhitungan SPM
 Perhitungan capaian SPM

Pembilang
Pencapaian indikator SPM = X 100%
Penyebut

Bila target yang dituju adalah kurang dari (< %)

Penyebut
Pencapaian indikator SPM = X 100%
Pemebilang

Keterangan:
Pembilang = Sasaran yang sudah dilayani (Cakupan)
Penyebut = Sasaran yang ada (Target)

 Perhitungan cakupan SPM

kegiatan bulan berjalan


Cakupan indikator SPM = X 100%
Sasaran bulan berjalan

 Perhitungan sasaran bulan berjalan SPM

n (bulan)
Sasaran bulan berjalan SPM = X sasaran 1 (satu) tahun
12
IX. Jenis layanan standar pelayanan minimal bidang kesehatan di
kabupaten/kota
Mutu
Jenis Layanan Penerima Pernyataan
No Layanan
Dasar Layanan Dasar Standar
Dasar
Setiap ibu hamil
Pelayanan Sesuai standar
mendapatkan
1 kesehatan ibu pelayanan Ibu hamil.
pelayanan antenatal
hamil antenatal.
sesuai standar.
Setiap ibu bersalin
Pelayanan Sesuai standar
mendapatkan
2 kesehatan ibu pelayanan Ibu bersalin.
pelayanan persalinan
bersalin persalinan.
sesuai standar.
Sesuai standar Setiap bayi baru
Pelayanan
pelayanan lahir mendapatkan
3 kesehatan bayi Bayi baru lahir.
kesehatan bayi pelayanan kesehatan
baru lahir
baru lahir. sesuai standar.
Sesuai standar Setiap balita
Pelayanan
pelayanan mendapatkan
4 kesehatan Balita.
kesehatan pelayanan kesehatan
balita
balita. sesuai standar.
Sesuai standar Setiap anak pada
Pelayanan
skrining Anak pada usia usia pendidikan
kesehatan pada
5 kesehatan usia pendidikan dasar mendapatkan
usia pendidikan
pendidikan dasar. skrining kesehatan
dasar
dasar. sesuai standar.
Setiap warga negara
Sesuai standar Indonesia usia 15
Pelayanan Warga Negara
skrining s.d. 59 tahun
6 kesehatan pada Indonesia usia
kesehatan usia mendapatkan
usia produktif 15 s.d. 59 tahun.
produktif. skrining kesehatan
sesuai standar.
Sesuai standar Setiap warga negara
Pelayanan Warga Negara
skrining Indonesia usia 60
7 kesehatan pada Indonesia usia
kesehatan usia tahun ke atas
usia lanjut 60 tahun ke atas.
lanjut. mendapatkan
skrining kesehatan
sesuai standar.
Sesuai standar Setiap penderita
Pelayanan
pelayanan hipertensi
kesehatan Penderita
8 kesehatan mendapatkan
penderita hipertensi.
penderita pelayanan kesehatan
hipertensi
hipertensi. sesuai standar.
Sesuai standar
Pelayanan Setiap penderita
pelayanan
kesehatan Penderita Diabetes Melitus
kesehatan
9 penderita Diabetes mendapatkan
penderita
Diabetes Melitus. pelayanan kesehatan
Diabetes
Melitus sesuai standar.
Melitus.
Setiap orang dengan
Pelayanan
gangguan jiwa
Kesehatan Sesuai standar Orang dengan
(ODGJ) berat
10 orang dengan pelayanan gangguan jiwa
mendapatkan
gangguan jiwa kesehatan jiwa. (ODGJ) berat.
pelayanan kesehatan
berat
sesuai standar.
Pelayanan Setiap orang dengan
Sesuai standar
kesehatan Orang dengan TB mendapatkan
11 pelayanan
orang dengan TB. pelayanan TB sesuai
kesehatan TB.
TB standar.
Setiap orang
Orang berisiko berisiko terinfeksi
terinfeksi HIV HIV (ibu hamil,
(ibu hamil, pasien TB, pasien
Pelayanan pasien TB, IMS,
Sesuai standar
kesehatan pasien IMS, waria/transgender,
mendapatkan
12 orang dengan waria/transgend pengguna napza, dan
pemeriksaan
risiko terinfeksi er, pengguna warga binaan
HIV.
HIV napza, dan lembaga
warga binaan pemasyarakatan)
lembaga mendapatkan
pemasyarakatan) pemeriksaan HIV
sesuai standar.
1) Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
 Pernyataan Standar
Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan ibu hamil kepada semua ibu hamil di wilayah kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu kehamilan.
 Pengertian
1. Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan
kepada ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal satu
kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali
pada trimester ketiga yang dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan
atau Dokter Spesialis Kebidanan baik yang bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang memiliki Surat
Tanda Register (STR).
2. Yang disebut dengan standar pelayanan antenatal adalah pelayanan
yang dilakukan kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10 T, yaitu
a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan;
b) Ukur tekanan darah;
c) Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)
d) Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri);
e) Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin
f) (DJJ);
g) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi
h) Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan;
i) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
j) kehamilan;
k) Tes laboratorium: tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin
l) darah (Hb), pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya), pemeriksaan protein urin (bila ada
indikasi); yang pemberian pelayanannya disesuaikan dengan
trimester kehamilan.
m) Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan;
n) Temu wicara (konseling)
 Rumus Penghitungan Kinerja
 Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu hamil dinilai dari cakupan Pelayanan Kesehatan
Ibu Hamil (K4) sesuai standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun.
 Target
Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
kesehatan ibu hamil adalah 100 persen.
 Langkah-langkah Kegiatan
1. Pendataan ibu hamil
2. Pemeriksaan kehamilan
3. Pemberian Buku KIA
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Rujukan ANC jika diperlukan
 Monitoring dan Evaluasi
1. Sistem Informasi Puskesmas
2. Sistem Informasi Rumah Sakit
3. Sistem Informasi Kesehatan Daerah
2) Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
 Pernyataan Standar
Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan Pelayanan
Kesehatan Ibu Bersalin kepada semua ibu bersalin di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun.
 Pengertian
1. Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan yang dilakukan
oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan yang
bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah maupun Swasta
yang memiliki Surat Tanda Register (STR) baik persalinan normal dan
atau persalinan dengan komplikasi.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi Polindes, Poskesdes, Puskesmas,
bidan praktek swasta, klinik pratama, klinik utama, klinik bersalin, balai
kesehatan ibu dan anak, rumah sakit pemerintah maupun swasta.
3. Standar pelayanan persalinan normal mengikuti acuan asuhan
persalinan normal yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan
Seksual. Adapun untuk persalinan dengan komplikasi mengikuti acuan
dari Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Rujukan.
 Defenisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu bersalin dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan
ibu bersalin sesuai standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun.
 Rumus Penghitungan Kinerja

 Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
kesehatan ibu bersalin adalah 100 persen.
 Langkah-langkah Kegiatan
1. Pendataan ibu bersalin
2. Pelayanan persalinan
3. Pengisian dan pemanfaatan Buku KIA
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Rujukan pertolongan persalinan jika diperlukan
 Monitoring dan Evaluasi
1. Sistem Informasi Puskesmas
2. Sistem Informasi Rumah Sakit
3. Sistem Informasi Kesehatan Daerah
3) Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
 Pernyataan Standar
Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir kepada semua bayi di wilayah kerjanya dalam
kurun waktu satu tahun.
 Pengertian
1. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar adalah pelayanan
yang diberikan pada bayi usia 0-28 hari dan mengacu kepada
Pelayanan Neonatal Esensial sesuai yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak, dilakukan oleh Bidan dan atau perawat dan atau Dokter dan atau
Dokter Spesialis Anak yang memiliki Surat Tanda Register (STR).
2. Pelayanan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (Polindes,
Poskesdes, Puskesmas, Bidan praktek swasta, klinik pratama, klinik
utama, klinik bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, rumah sakit
pemerintah maupun swasta), Posyandu dan atau kunjungan rumah
 Defenisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
paket pelayanan kesehatan bayi baru lahir dinilai dari persentase jumlah
bayi baru lahir usia 0-28 hari yang mendapatkan pelayanan kesehatan bayi
baru lahir sesuai standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam kurun
waktu satu tahun.
 Rumus Penghitungan Kinerja
 Target
Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
kesehatan bayi baru lahir sesuai standar adalah 100 persen.
 Langkah-langkah Kegiatan
1. Pendataan bayi baru lahir
2. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
3. Pengisian dan pemanfaatan Buku KIA
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Rujukan pertolongan kasus komplikasi pada bayi baru lahir jika
diperlukan
 Monitoring dan Evaluasi
1. Sistem Informasi Puskesmas
2. Sistem Informasi Rumah Sakit
3. Sistem Informasi Kesehatan Daerah
4) Pelayanan Kesehatan Balita
 Pernyataan Standar
Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan anak
balita kepada semua balita di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun.
 Pengertian
1. Pelayanan kesehatan balita sesuai standar adalah pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada anak berusia 0-59 bulan dan dilakukan
oleh Bidan dan atau Perawat dan atau Dokter/DLP dan atau Dokter
Spesialis Anak yang memiliki Surat Tanda Register (STR) dan
diberikan di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta, dan UKBM.
2. Pelayanan kesehatan, meliputi :
a) Penimbangan minimal 8 kali setahun, pengukuran panjang/tinggi
badan minimal 2 kali setahun
b) Pemberian kapsul vitamin A 2 kali setahun.
c) Pemberian imunisasi dasar lengkap.
 Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan balita usia 0-59 bulan dinilai dari cakupan balita
yang mendapat pelayanan kesehatan balita sehat sesuai standar di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

 Rumus Perhitungan Kinerja

 Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
kesehatan balita pada anak usia 0–59 bulan sesuai standar adalah 100
persen.
 Langkah-langkah Kegiatan
1. Pendataan Balita 0-59 bulan
2. Pemberian Pelayanan Kesehatan balita
3. Pencatatan dan Pelaporan
 Monitoring dan Evaluasi
1. Sistem Informasi Puskesmas
2. Sistem Informasi Rumah Sakit
3. Sistem Informasi Kesehatan Daerah
5) Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan Dasar
 Pernyataan Standar
Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib melakukan
penjaringan kesehatan kepada anak usia pendidikan dasar di wilayah
kabupaten/kota tersebut pada waktu kelas 1 dan kelas 7.
 Pengertian
1. Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar adalah penjaringan
kesehatan yang diberikan kepada anak usia pendidikan dasar,
minimal satu kali pada kelas 1 dan kelas 7 yang dilakukan oleh
Puskesmas.
2. Standar pelayanan penjaringan kesehatan adalah pelayanan yang
meliputi :
a) Penilaian status gizi (tinggi badan, berat badan, tanda klinis
anemia);
b) Penilaian tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi dan napas);
c) Penilaian kesehatan gigi dan mulut;
d) Penilaian ketajaman indera penglihatan dengan poster
e) snellen;
f) Penilaian ketajaman indera pendengaran dengan garpu
g) tala;
3. Semua anak usia pendidikan dasar di wilayah kabupaten/kota adalah
semua peserta didik kelas 1 dan kelas 7 di satuan pendidikan dasar
yang berada di wilayah kabupaten/kota.
 Defenisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan skrining kesehatan anak usia pendidikan dasar
dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar
sesuai standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu
satu tahun ajaran.
 Rumus Perhitungan Kinerja
 Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
penjaringan kesehatan pada anak usia pendidikan dasar di wilayah kerja
adalah 100 persen.
 Langkah-langkah Kegiatan
1. Pendataan anak usia pendidikan dasar kelas 1 dan kelas 7
2. Pra penjaringan:
a) informed consent
b) pembagian Buku Rapor Kesehatanku dan penjelasan penggunaan
3. Pelaksanaan penjaringan kesehatan
4. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penjaringan kesehatan
a) Rujukan jika diperlukan
b) KIE
3. Pencatatan dan pelaporan
 Monitoring dan Evaluasi
1. Sistem Informasi Puskesmas
2. Sistem Informasi Kesehatan Daerah
6) Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif
 Pernyataan Standar
Setiap warga negara Indonesia usia 15–59 tahun mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib
memberikan skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia
15–59 tahun di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
 Pengertian
1. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun sesuai standar,
adalah:
a) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun diberikan sesuai
kewenanganya oleh:
i. Dokter;
ii. Bidan;
iii. Perawat;
iv. Nutrisionis/Tenaga Gizi.
v. Petugas Pelaksana Posbindu PTM terlatih
b) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun dilakukan di
Puskesmas dan jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan
pemerintah daerah.
c) Pelayanan skrining kesehatan usia15–59 tahun minimal
dilakukan satu tahun sekali.
d) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun meliputi :
i. Deteksi kemungkinan obesitas dilakukan dengan
memeriksa tinggi badan dan berat badan serta lingkar perut.
ii. Deteksi hipertensi dengan memeriksa tekanan darah
sebagai pencegahan primer.
iii. Deteksi kemungkinan diabetes melitus menggunakan tes
cepat gula darah.
iv. Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku.
v. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
vi. Pemeriksaan ketajaman pendengaran
vii. Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan
payudara klinis dan pemeriksaan IVA khusus untuk wanita
usia 30–59 tahun.
2. Pengunjung yang ditemukan menderita kelainan wajib ditangani atau
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu menanganinya.
 Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan skrining kesehatan warga negara berusia usia 15–59 tahun dinilai
dari persentase pengunjung usia 15–59 tahun yang mendapat pelayanan
skrining kesehatan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun.
 Rumus Perhitungan Kinerja

 Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara yang berusia 15–59
tahun yang membutuhkan pelayanan skrining di wilayah kerja adalah 100
persen.
 Langkah-langkah Kegiatan
1. Skrining faktor risiko PTM dan gangguan mental emosional dan
perilaku
2. Konseling tentang faktor risiko PTM dan gangguan mental emosional
dan perilaku
3. Pelatihan teknis petugas skrining kesehatan bagi tenaga kesehatan dan
petugas pelaksana (kader) Posbindu PTM
4. Penyediaan sarana dan prasarana skrining (Kit Posbindu PTM)
5. Pelatihan surveilans faktor risiko PTM berbasis web
6. Pelayanan rujukan kasus ke Faskes Tingkat Pertama
7. Pencatatan dan pelaporan faktor risiko PTM
8. Monitoring dan evaluasi
 Monitoring dan Evaluasi
1. Laporan fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Rapor Kesehatanku untuk peserta didik SD/MI dan Rapor Kesehatanku
untuk peserta didik SMP/MTs, SMA/MA/SMK.
3. Laporan monitoring faktor risiko PTM berbasis Posbindu.
4. Laporan monitoring faktor risiko PTM berbasis FKTP (PANDU).
5. Portal web PTM.
7) Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut
 Pernyataan Standar
Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib
memberikan skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 60
tahun ke atas di wilayah kerjanya minimal 1 kali dalam kurun waktu satu
tahun.
 Pengertian
1. Pelayanan skrining kesehatan warga negara usia 60 tahun ke atas
sesuai standar adalah :
a) Dilakukan sesuai kewenangan oleh :
i. Dokter;
ii. Bidan;
iii. Perawat;
iv. Nutrisionis/Tenaga Gizi;
v. Kader Posyandu lansia/Posbindu
b) Pelayanan skrining kesehatan diberikan di Puskesmas dan
jaringannya, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, maupun pada
kelompok lansia, bekerja sama dengan pemerintah daerah.
c) Pelayanan skrining kesehatan minimal dilakukan sekali setahun.
d) Lingkup skrining adalah sebagai berikut :
i. Deteksi hipertensi dengan mengukur tekanan darah.
ii. Deteksi diabetes melitus dengan pemeriksaan kadar gula darah.
iii. Deteksi kadar kolesterol dalam darah
iv. Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku, termasuk
kepikunan menggunakan Mini Cog atau Mini Mental Status
Examination (MMSE)/Test Mental Mini atau Abreviated
Mental Test (AMT) dan Geriatric Depression Scale (GDS).
2. Pengunjung yang ditemukan memiliki faktor risiko wajib dilakukan
intervensi secara dini
3. Pengunjung yang ditemukan menderita penyakit wajib ditangani atau
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu menanganinya.
 Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan skrining kesehatan pada warga negara usia 60 tahun
keatas dinilai dari persentase pengunjung berusia 60 tahun keatas
yang mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar minimal 1 kali
di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
 Rumus Penghitungan Kinerja

 Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam upaya skrining
kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 60 tahun ke atas di wilayah
kerjanya adalah 100 persen.
 Langkah-langkah Kegiatan
1. Pendataan lansia
2. Skrining kesehatan lansia
3. Pemberian Buku Kesehatan Lansia
4. Pelayanan rujukan
5. Pencatatan dan pelaporan
 Monitoring dan Evaluasi
1. Sistem Informasi Puskesmas
2. Sistem Informasi Rumah Sakit
3. Sistem Informasi Kesehatan Daerah
8) Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi
 Pernyataan Standar
Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar.
Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita hipertensi
sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya.
 Pengertian
1. Sasaran adalah penduduk usia 15 tahun ke atas
2. Penderita hipertensi esensial atau hipertensi tanpa komplikasi
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar; dan upaya promosi
kesehatan melalui modifikasi gaya hidup di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP).
3. Penderita hipertensi dengan komplikasi (jantung, stroke dan penyakit
ginjal kronis, diabetes melitus) perlu dirujuk ke Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjut (FKTL) yang mempunyai kompetensi untuk penanganan
komplikasi.
4. Standar pelayanan kesehatan penderita hipertensi adalah:
a) Mengikuti Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di FKTP.
b) Pelayanan kesehatan sesuai standar diberikan kepada penderita
Hipertensi di FKTP.
c) Pelayanan kesehatan hipertensi sesuai standar meliputi:
pemeriksaan dan monitoring tekanan darah, edukasi, pengaturan
diet seimbang, aktifitas fisik, dan pengelolaan farmakologis.
d) Pelayanan kesehatan berstandar ini dilakukan untuk
mempertahankan tekanan darah pada <140/90 mmHg untuk usia di
bawah 60 th dan <150/90 mmHg untuk penderita 60 tahun ke atas
dan untuk mencegah terjadinya komplikasi jantung, stroke, diabetes
melitus dan penyakit ginjal kronis.
e) Selama menjalani pelayanan kesehatan sesuai standar, jika tekanan
darah penderita hipertensi tidak bisa dipertahankan sebagaimana
dimaksud pada poin sebelumnya atau mengalami komplikasi, maka
penderita perlu dirujuk ke FKTL yang berkompeten.
 Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar bagi penderita hipertensi, dinilai dari persentase
jumlah penderita hipertensi yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
 Rumus Perhitungan Kinerja

(Estimasi penderita hipertensi kabupaten/kota berdasarkan Riskesdas


Tahun 2013)
 Target
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan terhadap penderita hipertensi atau orang dengan keluhan
hipertensi sesuai standar adalah 100%. Pencapaian riil disesuaikan dengan
rencana aksi pencapaian SPM yang disusun oleh masing-masing Pemerintah
Kabupaten/Kota.
 Langkah-langkah Kegiatan
1. Pendataan penderita hipertensi menurut wilayah kerja FKTP
2. Melakukan skrining faktor risiko hipertensi untuk seluruh pasien di
FKTP
3. Melakukan pelayanan kesehatan sesuai standar, berupa edukasi
tentang diet makanan dan aktivitas fisik, serta terapi farmakologi
4. Melakukan rujukan ke FKRTL untuk pencegahan komplikasi
5. Pelatihan teknis pelayanan kesehatan tentang hipertensi bagi tenaga
kesehatan, termasuk pelatihan surveilans faktor risiko hipertensi
berbasis web
6. Penyediaan peralatan kesehatan hipertensi
7. Penyediaan obat hipertensi
8. Pencatatan dan pelaporan
9. Monitoring dan evaluasi
 Monitoring Evaluasi
1. Laporan Surveilans Web PTM berbasis FKTP
2. Laporan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP) melalui Sistem Informasi Puskesmas (SIP)
3. Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tentang SPM
4. Laporan Dinas Kesehatan Provinsi
5. Sistem Informasi P-Care JKN
9) Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM)
 Pernyataan Standar
Setiap penderita diabetes melitus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar. Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk
memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh
penyandang diabetes melitus sebagai upaya pencegahan sekunder di
wilayah kerjanya.
 Pengertian
1. Sasaran indikator ini adalah penyandang DM di wilayah kerja
kabupaten/kota.
2. Penduduk yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar dan upaya promotif dan
preventif di FKTP.
3. Penduduk yang ditemukan menderita DM atau penyandang DM dengan
komplikasi perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan untuk
penanganan selanjutnya.
4. Pelayanan kesehatan penyandang DM diberikan sesuai kewenangannya
oleh
a) Dokter/DLP
b) Perawat
c) Nutrisionis/Tenaga Gizi
5. Pelayanan kesehatan diberikan kepada penyandang DM di FKTP
sesuai standar meliputi 4 (empat) pilar penatalaksanaan sebagai
berikut:
a) Edukasi
b) Aktifitas fisik
c) Terapi nutrisi medis
d) Intervensi farmakologis
6. Setiap penyandang DM yang mendapatkan pelayanan sesuai standar
termasuk pemeriksaan HbA1C.
7. Bagi penyandang DM yang belum menjadi peserta JKN diwajibkan
menjadi peserta JKN.
 Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar bagi penyandang DM dinilai dari persentase
penyandang DM yang mendapatkan pelayanan sesuai standar di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
Pemerintah kabupaten/kota secara bertahap harus membuat rencana aksi
untuk bisa menjangkau seluruh penyandang DM di wilayahnya dan
mengupayakan agar semua penyandang DM tersebut memperoleh akses
terhadap pelayanan kesehatan sesuai standar. Secara nasional saat ini baru
30 persen penyandang DM yang terdiagnosis dan mendapatkan pelayanan
kesehatan.
 Rumus Penghitungan Kinerja:

 Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan tatalaksana kepada penyandang DM sesuai standar di wilayah
kerjanya adalah 100 persen.
 Langkah-langkah Kegiatan
1. Melakukan pendataan penderita DM menurut wilayah kerja FKTP
2. Melakukan skrining faktor risiko DM untuk seluruh pasien di FKTP
3. Melakukan pelayanan kesehatan sesuai standar, berupa edukasi
tentang diet makanan dan aktivitas fisik, serta terapi farmakologi
4. Melakukan rujukan ke FKRTL untuk pencegahan komplikasi
5. Pelatihan teknis pelayanan kesehatan tentang DM bagi tenaga
kesehatan, termasuk pelatihan surveilans DM berbasis web
6. Penyediaan peralatan kesehatan DM, termasuk HbA1C
7. Penyediaan obat DM
8. Pencatatan dan pelaporan
9. Monitoring dan evaluasi
 Monitoring dan Evaluasi
1. Laporan SP2TP melalui Sistem Informasi Puskesmas (SIP)
2. Laporan surveilans PTM berbasis FKTP (PANDU) melalui portal
web PTM
3. Laporan fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan DM kepada
penderita DM sesuai standar Sistim Informasi P-Care JKN
10) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat
 Pernyataan Standar
Setiap ODGJ berat mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
 Pengertian
Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat adalah:
1. Pelayanan promotif preventif yang bertujuan meningkatkan kesehatan
jiwa ODGJ berat (psikotik) dan mencegah terjadinya kekambuhan
dan pemasungan.
2. Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat diberikan oleh perawat
dan dokter Puskesmas di wilayah kerjanya.
3. Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat meliputi:
a) Edukasi dan evaluasi tentang: tanda dan gejala gangguan jiwa,
kepatuhan minum obat dan informasi lain terkait obat, mencegah
tindakan pemasungan, kebersihan diri, sosialisasi, kegiatan rumah
tangga dan aktivitas bekerja sederhana, dan/atau
b) Tindakan kebersihan diri ODGJ berat
4. Dalam melakukan pelayanan promotif preventif diperlukan
penyediaan materi KIE dan Buku Kerja sederhana.
 Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan ODGJ berat dinilai dengan jumlah ODGJ berat
(psikotik) di wilayah kerja nya yang mendapat pelayanan kesehatan jiwa
promotif preventif sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
 Rumus Perhitungan Kinerja

 Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
kesehatan jiwa pada orang dengan gangguan jiwa berat sesuai standar di
wilayah kerja adalah 100 persen.
 Langkah-langkah Kegiatan
1. Penyediaan materi KIE Keswa, Pedoman dan Buku Kerja
2. Kesehatan Jiwa
3. Peningkatan pengetahuan SDM
4. Penyediaan form pencatatan dan pelaporan
5. Pelayanan Kesehatan ODGJ Berat di Puskesmas
6. Pelaksanaan kunjungan rumah (KIE keswa dan dukungan
7. psikososial)
8. Monitoring dan evaluasi
 Monitoring dan Evaluasi
1. Laporan Monitoring dan Evaluasi dari Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota
2. Sistem Informasi Puskesmas

11) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Tuberkulosis (TB)


 Pernyataan Standar
Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai standar.
Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh orang dengan TB
sebagai upaya pencegahan di wilayah kerjanya.
 Pengertian
1. Pelayanan Tuberkulosis Sesuai Standar adalah pelayanan
2. kesehatan diberikan kepada seluruh orang dengan TB yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan sesuai kewenangannya di FKTP (puskesmas dan
jaringannya) dan di FKTL baik pemerintah maupun swasta
3. Pelayanan yang diberikan sesuai Pedoman Penanggulangan TB yang
berlaku antara lain :
a) Penegakan diagnosis TB dilakukan secara bakteriologis dan klinis
serta dapat didukung dengan pemeriksaan penunjang lainnya.
b) Dilakukan pemeriksaan pemantauan kemajuan pengobatan pada
akhir pengobatan intensif, bulan ke 5 dan akhir pengobatan.
c) Pengobatan dengan menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
dengan panduan OAT standar.
4. Gejala Utama TB adalah batuk selama 2 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat
malam hari tanpa aktifitas fisik dan badan meriang lebih dari satu
bulan.
5. Kegiatan Promotif dan preventif antara lain penemuan kasus secara
dini, penemuan kasus secara aktif, pemberian KIE untuk pencegahan
penularan dengan penerapan etika batuk, pengendalian faktor risiko
dan pemberian obat pencegahan
6. Prinsip pelayanan TB adalah penemuan orang dengan TB sedini
mungkin, ditatalaksana sesuai standar sekaligus pemantauan hingga
sembuh atau “TOSS TB” (Temukan, Obati Sampai Sembuh).
 Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan orang dengan TB dinilai dari persentase jumlah orang yang
mendapatkan pelayanan TB sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun
waktu satu tahun.
 Rumus Perhitungan Kinerja

 Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam upaya
Pelayanan Tuberkulosis terhadap orang dengan TB adalah 100%, dengan
kriteria Capaian Kinerja ≥ 80% dikategorikan tercapai 100%.
 Langkah-langkah Kegiatan
1. Peningkatan Kapasitas SDM TB
2. Promosi/Penyuluhan dan Penyediaan Media KIE TB
3. Pelayanan dan pemeriksaan TB dalam gedung dan luar gedung
4. Rujukan kasus TB dengan penyulit termasuk TB resistan Obat
kepada fasilitas kesehatan tingkat lanjut
5. Jejaring dan kemitraan pelayanan TB
6. Pemantapan mutu layanan labotatorium TB untuk penegakan
diagnosis TB
7. Pencatatan dan pelaporan TB melalui penyediaan Formulir pencatatan
dan pelaporan
8. Monitoring dan Evaluasi
 Monitoring dan Evaluasi
1. Register TB (TB 06 UPK) di Puskesmas dan RS.
2. Register TB (TB 03 UPK) di Puskesmas dan RS.
3. Register TB Kabupaten/ Kota (TB 03) di Dinkes Kabupaten/Kota.
4. Laporan triwulan TB Puskesmas.
5. Laporan triwulan Penemuan kasus (TB 07) di Dinkes Kabupaten/Kota.
12) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV
 Pernyataan Standar
Setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien IMS,
waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga
pemasyarakatan) mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar.
 Pengertian
1. Pelayanan Kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV sesuai standar
adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil, pasien
TB, pasien infeksi menular seksual (IMS), waria/transgender,
pengguna napza, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan,
dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai kewenangannya dan diberikan
di FKTP (Puskesmas dan Jaringannya) dan FKTL baik pemerintah
maupun swasta serta di lapas/rutan narkotika.
2. Pelayanan Kesehatan meliputi:
a) Upaya pencegahan pada orang yang memiliki risiko terinfeksi HIV
b) Pemeriksaan HIV ditawarkan secara aktif oleh petugas kesehatan
bagi orang yang berisiko dimulai dengan:
i. pemberian informasi terkait HIV-AIDS
ii. pemeriksaan HIV menggunakan tes cepat HIV dengan
menggunakan alat tes sesuai standar nasional yang telah
ditetapkan
iii. orang dengan hasil pemeriksaan HIV positif harus dirujuk ke
fasilitas yang mampu menangani untuk mendapatkan
pengobatan ARV dan konseling tentang HIV dan AIDS bagi
orang dengan HIV (ODHA) dan pasangannya
iv. orang dengan infeksi menular seksual (IMS),
waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan
lembaga pemasyarakatan dengan hasil pemeriksaan HIV
negatif harus dilakukan pemeriksaan ulang minimal setelah
tiga (3) bulan, enam (6) bulan dan 12 bulan dari pemeriksaan
yang pertama.
 Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pemeriksaan HIV terhadap orang berisiko terinfeksi HIV dinilai dari
persentase orang berisiko terinfeksi HIV yang datang ke fasyankes dan
mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar di wilayah kerjanya dalam
kurun waktu satu tahun.
 Rumus Penghitungan Kinerja

 Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam upaya
pemeriksaan HIV terhadap orang berisiko terinfeksi HIV adalah 100%.
 Monitoring dan Evaluasi
1. Register SIHA di fasyakes
2. Laporan triwulan SIHA di Dinkes Kabupaten/Kota
3. Estimasi sasaran kelompok berisiko.
X. Teknik monitoring dan evaluasi serta kinerja SPM
Formula perhitungan indikator SPM dan penjelasannya
(Kepmenkes 828/MENKES/SK/IX/2008)
No Indikator SPM Formula
Jumlah Ibu Hamil yang
memperoleh pelayanan
antenatal K4 di satu wilayah
kerja pada kurun waktu
tertentu X 100%
Jumlah sasaran ibu hamil di
satu wilayah kerja dalam
Cakupan Kunjungan kurun waktu yg sama
1
Ibu Hamil K4
Pembilang: Penyebut:
Jumlah ibu hamil yang telah Jumlah sasaran ibu hamil di satu
memperoleh pelayanan wilayah kerja dalam kurun waktu
antenatal sesuai standar yang sama.
minimal 4 kali di satu Jumlah sasaran Ibu Hamil dihitung
wilayah kerja pada kurun melalui estimasi dengan rumus :
waktu tertentu. 1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah
Penduduk (pada tahun yang sama).
Jumlah Komplikasi
kebidanan yang mendapat
penanganan definitif di satu
Cakupan komplikasi wilayah kerja pada kurun
2 kebidanan yang waktu tertentu X 100%
ditangani Jumlah Ibu dengan
komplikasi kebidanan di
satu wilayah kerja dalam
kurun waktu yg sama
Pembilang: Penyebut:
Jumlah komplikasi Jumlah ibu dengan komplikasi
kebidanan di satu wilayah kebidanan di satu wilayah kerja pada
tertentu yang mendapat kurun waktu yang sama.
penanganan definitif pada Perhitungan jumlah Ibu dgn
kurun waktu tertentu. komplikasi kebidanan di satu
wilayah kerja pada kurun waktu
yang sama: dihitung berdasarkan
angka estimasi 20% dari total Ibu
Hamil di satu wilayah pada kurun
waktu yang sama.
Total sasaran Ibu Hamil dihitung
melalui estimasi dengan rumus :
1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah
Penduduk (pada tahun yang sama).
Jumlah ibu bersalin yg
Cakupan pertolongan ditolong oleh tenaga
persalinan oleh tenaga kesehatan di satu wilayah
3 kesehatan yang kerja pada kurun waktu X 100%
memiliki kompetensi tertentu
kebidanan Jumlah seluruh sasaran ibu
bersalin di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu yg
sama
Pembilang: Penyebut:
Jumlah ibu bersalin yang Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin
ditolong oleh tenaga di satu wilayah kerja dalam kurun
kesehatan di satu wilayah waktu yang sama.
kerja pada kurun waktu Jumlah seluruh Ibu Bersalin
tertentu. dihitung melalui estimasi dengan
rumus : 1,05 x Crude Birth Rate x
Jumlah Penduduk.
Jumlah ibu nifas yg telah
memperoleh 3 kali
pelayanan nifas sesuai
standar di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
X 100%
Seluruh Ibu nifas di satu
wilayah kerja dalam kurun
Cakupan pelayanan waktu yang sama
4
nifas
Pembilang: Penyebut:
Jumlah ibu nifas yang telah Jumlah seluruh ibu nifas di satu
memperoleh 3 kali wilayah kerja dalam kurun waktu
pelayanan nifas sesuai yang sama.
standar di satu wilayah kerja Jumlah seluruh Ibu Nifas dihitung
pada kurun waktu tertentu. melalui estimasi dengan rumus:
1,05 x Crude Birth Rate (CBR) x
Jumlah Penduduk.
Jumlah neonatus dgn
komplikasi yg tertangani
X 100%
Jumlah seluruh neonatus
dgn komplikasi yg ada
Penyebut:
Neonatus dengan komplikasi yang
Cakupan neonatus ada di satu wilayah kerja pada
5 dengan komplikasi Pembilang:
kurun waktu yang sama di sarana
yang ditangani Jumlah neonatus dengan
pelayanan kesehatan.
komplikasi yang tertangani
Perhitungan sasaran neonatus
dari satu wilayah kerja pada
dengan komplikasi: dihitung 15%
kurun waktu tertentu di
dari jumlah bayi baru lahir.
sarana pelayanan kesehatan.
Jika tidak diketahui jumlah bayi
baru lahir maka dapat dihitung dari
CBR x jumlah penduduk.
Jumlah bayi memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai
standar di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu X 100%
Cakupan kunjungan Jumlah seluruh bayi lahir
6
bayi hidup dalam kurun waktu
yang sama
Pembilang: Penyebut:
Jumlah bayi yang Seluruh bayi lahir hidup di satu
memperoleh pelayanan wilayah
kesehatan sesuai dengan kerja dalam kurun waktu sama.
standar, paling sedikit 4 kali Jika tidak ada data dapat digunakan
di satu wilayah kerja pada angka estimasi jumlah bayi lahir
kurun waktu tertentu. hidup berdasarkan data BPS atau
perhitungan CBR x jumlah
penduduk.
Jumlah desa / kelurahan
UCI X 100%
Seluruh desa / kelurahan
Cakupan Desa/
7 Pembilang: Penyebut:
Kelurahan UCI
Jumlah Desa/Kelurahan UCI Seluruh Desa/Kelurahan di satu
di satu wilayah kerja pada wilayah kerja dalam waktu yang
waktu tertentu. sama.
Jumlah anak balita yg
memperoleh pelayanan
pemantauan pertumbuhan
minimal 8 kali disatu
wilayah kerja pada waktu
tertentu X 100%

Jumlah seluruh anak balita


Cakupan pelayanan disatu wilayah kerja dalam
8
anak balita waktu yang sama

Pembilang: Penyebut:
Jumlah anak balita (12 – 59 Jumlah seluruh anak balita (12 – 59
bulan) yang memperoleh bulan) di satu wilayah kerja dalam
pelayanan pemantauan kurun waktu tertentu.
pertumbuhan minimal 8 kali
di satu wilayah kerja pada
waktu kurun tertentu.
Jumlah anak usia 6 – 24
bulan keluarga miskin yang
mendapat MP – ASI X 100%
Cakupan pemberian Jumlah seluruh anak usia 6 –
makanan pendamping 24 bulan keluarga miskin
9 ASI pada anak usia 6 – Pembilang: Penyebut:
24 bulan Jumlah anak usia 6 – 24 Jumlah seluruh anak usia 6 – 24
keluarga miskin bulan dari Gakin yang bulan dari Gakin di satu wilayah
mendapat MP-ASI di satu kerja dalam kurun waktu yang sama.
wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Jumlah balita gizi buruk
mendapat perawatan di
sarana pelayanan kesehatan
Cakupan balita gizi di satu wilayah kerja pada
10 buruk mendapat waktu tertentu X 100%
perawatan Jumlah seluruh balita gizi
buruk yang ditemukan di
satu wilayah kerja dalam
waktu yg sama
Pembilang: Penyebut:
Jumlah balita gizi buruk Jumlah seluruh balita gizi buruk
mendapat perawatan di yang ditemukan di satu wilayah
sarana pelayanan kesehatan kerja pada kurun waktu yang sama.
di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.

Jml murid SD dan setingkat


yang diperiksa kesehatannya
oleh tenaga kesehatan atau
tenaga terlatih X 100%
Jumlah murid SD dan
setingkat
Cakupan balita gizi
11 buruk mendapat Pembilang: Penyebut:
perawatan Jumlah murid kelas 1 SD Jumlah murid kelas 1 SD dan
dan setingkat yang diperiksa setingkat disatu wilayah kerja pada
kesehatannya melalui kurun waktu yang sama.
penjaringan kesehatan oleh
tenaga kesehatan atau tenaga
terlatih (guru UKS/dokter
kecil) di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
Jumlah PUS yang
menggunakan kontrasepsi di
satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
X 100%
Jumlah seluruh Pasangan
Cakupan peserta Usia Subur di satu wilayah
12 Keluarga Berencana kerja dalam kurun waktu
(KB) aktif yang sama
Pembilang: Penyebut:
Jumlah PUS yang Jumlah seluruh Pasangan Usia
menggunakan kontrasepsi di Subur di satu wilayah kerja dalam
satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.
kurun waktu tertentu.
Jumlah kasus AFP non Polio
yang dilaporkan
x 100%
Jumlah Penduduk < 15
Acute Flacid Paralysis
tahun
13 (AFP)
a. rate per 100.000 Pembilang: Penyebut:
penduduk < 15 tahun Jumlah kasus AFP non Polio Jumlah Penduduk <15 tahun di satu
pada penduduk <15 tahun di wilayah kerja dalam kurun waktu
satu wilayah kerja pada yang sama.
kurun waktu tertentu.
Jumlah penderita pneumonia
balita yang ditangani di satu
Penemuan Penderita wilayah kerja pada kurun
b. waktu satu tahun. X 100%
Pneumonia Balita
Jumlah perkiraan penderita
Pneumonia balita di satu
Wilayah kerja dalam kurun
waktu satu tahun.
Pembilang: Penyebut:
Jumlah penderita Pneumonia Jumlah perkiraan penderita
Balita yang yang ditangani di Pneumonia Balita di satu wilayah
satu wilayah kerja pada kerja pada kurun waktu yang sama.
kurun waktu satu tahun. Jumlah perkiraan penderita
pneumonia balita adalah 10% dari
jumlah balita disatu wilayah kerja
dalam kurun waktu satu tahun.
Jumlah pasien baru TB BTA
positif yang ditemukan dan
diobati dalam satu wilayah
selama satu tahun.
X 100%
Jumlah perkiraan pasien
baru TB BTA positif dalam
satu wilayah dalam waktu
satu tahun yang sama.
Pembilang: Penyebut:
Jumlah pasien baru TB BTA Jumlah perkiraan pasien baru TB
Positif yang ditemukan dan BTA (+) dalam satu wilayah pada
Penemuan pasien baru diobati dalam satu wilayah waktu satu tahun.
c.
TB BTA Positif selama satu tahun. Perkiraan pasien baru TB BTA
positif adalah Insiden Rate TB baru
BTA positif per 100.000 x jumlah
penduduk pada suatu wilayah
tertentu.
Insiden rate kabupaten/ kota
mempergunakan hasil survey
nasional tentang prevalensi TB pada
tahun terakhir.

Jumlah penderita DBD yang


ditangani sesuai SOP dalam
satu wilayah selama satu
tahun
X 100%
Jumlah penderita DBD yang
ditemukan di satu wilayah
Penderita DBD yang dalam waktu satu tahun
d.
ditangani yang sama
Pembilang: Penyebut:
Jumlah penderita DBD yang Jumlah penderita DBD yang
ditangani sesuai standar ditemukan di suatu wilayah dalam
operasional prosedur (SOP) waktu satu tahun yang sama.
di satu wilayah dalam waktu
satu tahun.
Jumlah penderita diare yang
Penemuan penderita datang dan dilayani
e. X 100%
diare di sarana Kesehatan dan
Kader di suatu wilayah
tertentu dalam waktu satu
tahun

Jumlah perkiraan penderita


diare pd satu wilayah
tertentu dalam waktu yg
sama

Penyebut:
Jumlah perkiraan penderita diare
Pembilang: pada suatu wilayah tertentu dalam
Jumlah penderita diare yang waktu yang sama.
datang dan dilayani di sarana Perkiraan jumlah penderita diare
Kesehatan dan Kader di yang datang ke sarana kesehatan dan
suatu wilayah tertentu dalam kader adalah 10% dari angka
waktu satu tahun. kesakitan x jumlah penduduk disatu
wilayah kerja dalam waktu satu
tahun.
Jumlah kunjungan pasien
maskin di Sarkes strata 1
X 100%
... dibagi jumlah seluruh
Cakupan pelayanan
maskin di kab/kota
14 kesehatan dasar
masyarakat miskin Pembilang: Penyebut:
Jumlah kunjungan pasien Jumlah seluruh maskin di wilayah
maskin selama 1 tahun (lama kerja dalam kurun waktu yang sama.
dan baru).
Jumlah pasien maskin di
sarkes strata 2 dan strata 3
X 100%
Cakupan pelayanan
Jumlah masyarakat miskin
kesehatan rujukan
15
pasien masyarakat Pembilang: Penyebut:
miskin Jumlah kunjungan pasien Jumlah seluruh maskin di wilayah
maskin selama 1 tahun (lama kerja dalam kurun waktu yang sama.
dan baru).
Pelayanan gawat darurat
Cakupan pelayanan level 1
X 100%
gawat darurat level 1
Jumlah RS kab/kota
yang harus diberikan
16
sarana kesehatan Pembilang: Penyebut:
(Rumah Sakit) di Jumlah RS yang mampu Jumlah RS kabupaten
Kabupaten/ Kota memberikan pelayanan
gadar level 1
Jumlah KLB di
desa/kelurahan yang
ditangani <24 jam X 100%

Cakupan
Desa/Kelurahan Jumlah KLB di
mengalami Kejadian desa/kelurahan yang terjadi
17
Luar Biasa (KLB) yang
Pembilang: Penyebut:
dilakukan penyelidikan
Jumlah kejadian Luar Biasa Jumlah Kejadian Luar biasa (KLB)
epidemiologi < 24 jam
(KLB) di Desa/ Kelurahan yang terjadi pada wilayah Desa/
yang ditangani < 24 jam Kelurahan pada periode/kurun
periode/kurun waktu waktu yang sama.
tertentu. Bila dalam 1 desa/ kelurahan terjadi
lebih dari 1 kali KLB pada suatu
periode, maka jumlah desa/
kelurahan yang mengalami KLB
dihitung sesuai dengan frekuensi
KLB yang terjadi di desa/ kelurahan
tersebut, dan ikut dimasukan dalam
penghitungan pembilang maupun
penyebut.
Jumlah Desa siaga yg aktif
Jumlah Desa Siaga yg X 100%
dibentuk
Cakupan Desa Siaga
18 Pembilang: Penyebut:
Aktif
Jumlah desa siaga yang aktif Jumlah desa siaga yang dibentuk di
di satu wilayah pada kurun satu wilayah pada kurun waktu
waktu tertentu. tertentu.
2. Siklus pemecahan masalah

1. Identifikasi
masalah
2.
8.
Penentuan
Monitoring
prioritas
evaluasi
masalah

7. KERANGKA PIKIR 3.
Penyusunan PEMECAHAN Penetuan
rencana MASALAH penyebab
penerapan masalah

4.
6.
Pemelihan
Penetapan
penyebab
pemecahan
yang paling
terpilih 5. Penentuan mungkin
alternatif
pemecahan
masalah

I. Identifikasi masalah
 Masalah: kesenjangan antara harapan dan kenyataan, menimbulkan
ketidakpuasan.
 Ciri: dapat diukur, dapat diatasi, menghubungkan 2 atau lebih variabel.
II. Penentuan prioritas masalah
 Metode Kualitatif: Curah Pendapat, Brain writing, Hanlon Kualitatif, Strategy-
Grids, Multi-Voting
 Metode Kuantitatif: Delphi, Delbeg, Hanlon Kuantitatif, Carl, Reinke, PAHO
a. Curah pendapat
1) Tiap peserta diskusi mengemukakan pendapatnya mengenai prioritas
masalah masing-masing
2) Prioritas masalah adalah yang terbanyak dipilih forum
b. Hanlon Kualitatif
1) Terdapat 3 kriteria yaitu Urgency (mendesak), Seriousness
(kegawatan), Growth (perkembangan)
2) Membuat tabel untuk membandingkan antar masalah pada tiap
kriteria.
3) Dihitung total vertikal maupun total horizontal tiap masalah pada
tiap kriteria USG
4) Dijumlahkan total vertikal dan total horizontal tiap masalah pada
tiap kriteria USG
5) Dijumlahkan seluruh total USG tiap masalah
6) Prioritas masalah diurutkan sesuai jumlah akhir USG tiap masalah
c. Strategy-Grids
1) Tentukan 2 kriteria yang menjadi fokus utama, misal: dampak dan
biaya
2) Buat tabel 4 kuadran, misal: dampak tinggi biaya tinggi, dampak
tinggi biaya rendah, dampak rendah biaya tinggi, dampak rendah
biaya rendah
3) Kategorikan dan prioritaskan.
d. Multi-Voting
1) Buat daftar masalah
2) Tiap partisipan vote sesuai prioritasnya
3) Eliminsi masalah dengan hasil vote kurang dari setengah jumlah
partisipan
4) Lakukan vote ulang untuk masalah yang tersisa
5) Ulangi langkah sampai sejumlah masalah yang diinginkan
e. Delphi
1) Identifikasi seluruh masalah
2) Kelompokkan masalah yang akan diprioritaskan
3) Bagikan kertas kecil kepada partisipan
4) Partisipan menuliskan 4 masalah dengan skor tiap masalah, skor
terendah 1 dan tertinggi 10
5) Kertas dikumpulkan dan dibuat tabel skoring untuk menjumlahkan
skor tiap masalah
6) Prioritas masalah dimulai dari jumlah skor tertinggi.
f. Delbeg
1) Tentukan kriteria yang diinginkan
2) Mengkaji apakah kriteria tersebut dapat digunakan untuk menilai
permasalahan, misal: besar masalah, kecenderungan meningkat
3) Menentukan bobot dari masing-masing kriteria, misal besar masalah
bobotnya 9, kecenderungan masalah meningkat bobotnya 8
4) Menilai tiap kriteria dengan skala 1-10
5) Nilai tiap masalah=jumlah dari nilai per kriteria x bobot
6) Prioritas masalah diurutkan dari nilai tertinggi
g. CARL
1) C: capability, kemampuan sumber daya, dana
2) A: assessibility, mudah diatasi/tidak
3) R: readiness, kesiapan man, sasaran, motivasi
4) L: leverage, pengaruh satu terhadap yang lain
5) Berikan skor untuk tiap kriteria yakni 0-10
6) Nilai tiap masalah= CxAxRxL
7) Prioritas masalah diurutkan dari nilai tertinggi
h. Reinke
1) M: magnitude of problem, besarnya masalah
2) I: importancy, kegawatan, tingginya angka morbiditas maupun
mortilitas masalah dari waktu ke waktu
3) V: vulnerability, sensitif atau tidaknya pemecahan masalah
menyelesaikan masalah
4) C: cost, biaya yang digunakan dalam pemecahan masalah, makin
banak biaya makin sedikit skor
5) Beri skor untuktiap kriteria yakni 1-5
6) Nilai tiap masalah= (MxIxV): C
7) Prioritas masalah diurutkan dari nilai tertinggi
i. PAHO
1) M: magnitude, besar masalah
2) S: severity, tingkat keparahan
3) V: vulnerability, tingkat kerentanan
4) C: community, tingkat perhatian
5) Beri skor tiap kriteria yakni 1-10
6) Nilai tiap masalah= MxSxVxC
7) Prioritas masalah diurutkan dari nilai tertinggi
j. Hanlon Kuantitatif
1) Nilai tiap masalah= (A+B)xCxD
2) A: besar masalah
Besar masalah adalah 100% - %pencapaian
Tentukan nilai masalah terbesar dan terkecil
Hitung jumlah kelas dari besaran masalah dengan Rumus Sturgess
yakni k= 1 + 3.3 log n dimana n adalah banyak masalah
Tentukan interval tiap kelas dengan Rumus= (nilai masalah terbesar-
nilai masalah terkecil) : jumlah kelas
Kelas dimulai dari nilai masalah terendah dan memiliki nilai kelas,
misal: kelas 1 bernilai 1, dst
3) B: kegawatan masalah
Kegawatan masalah
Beri skor pada masing-masing kriteria USG untuk tiap masalah
Total seluruh kriteria USG pada tiap masalah sehingga menjadi nilai
B untuk tiap masalah
4) C: kemudahan dalam penanggulangan
Kemudahan dalam penanggulangan
Beri skor terkait kemudahan penanggulangan dari tiap masalah
Yang lebih mudah diberi nilai yang lebih besar
5) D: faktor pearl
Faktor PEARL
Diberi nilai 1 atau 0
III. Penentuan Penyebab Masalah.
 Segitiga Epidemiologi (epidemiologic triangle)
Metode ini digunakan untuk menganalisis terjadinya suatu penyakit.
Segitiga ini terdiri atas panjamu (host), agen (agent) dan lingkungan
(environment). Menurut John Bordon, model segitiga epidemiologi
menggambarkan interaksi tiga komponen penyakit yaitu Manusia sebagai (Host)
atau penjamu, penyebab (Agent) dan lingkungan (Environment)
Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan perlunya analis dan
pemahaman masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya
ketidakseimbangan antar ketiga komponen tersebut. Model ini lebih di kenal
dengan model triangle epidemiology atau triad epidemiology. Konsep ini
bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit menular dari
unsur unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai agent dan mudah di isolasikan
dengan jelas dari lingkungan

 Konsep sehat H.L Bloom


Konsep ini meliputi life style, medical service, herediter dan environment.
H.L. Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku/gaya
hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor
pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik
(keturunan)
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi
kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Dan diantara faktor
tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar
dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini
disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan
faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi
oleh perilaku masyarakat

 Pohon Masalah
Pohon masalah (problem tree)  sebuah pendekatan/ metode yang
digunakan untuk identifikasi penyebab suatu masalah, atau alat untuk
memvisualisasikan suatu masalah atau persoalan.
Analisis pohon masalah dilakukan dengan membentuk pola pikir yang
lebih terstruktur mengenai komponen sebab akibat yang berkaitan dengan
masalah yang telah diprioritaskan.
Tiga bagian pohon masalah yaitu:
1. Batang pohon menggambarkan masalah utama
2. Akar merupakan penyebab masalah inti
3. Cabang pohon mewakili dampak.
Manfaat pohon masalah sebagai suatu alat atau teknik dalam
mengidentifikasi dan menganalisis masalah, analisis pohon masalah mempunyai
banyak kegunaan. Alat analisis ini membantu untuk mengilustrasikan korelasi
antara masalah, penyebab masalah, dan akibat dari masalah dalam suatu hirarki
faktor-faktor yang berhubungan. Analisis ini digunakan untuk menghubungkan
berbagai isu atau faktor yang berkontribusi pada masalah organisasi dan
membantu untuk mengidentifikasi akar penyebab dari masalah organisasi
tersebut.

 Web of Causation
Teori ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial. Dimana teori
ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai
faktor. Misalnya faktor interaksi lingkungan yang berupa faktor biologis,
kimiawi dan sosial memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit.
Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang
berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan
akibat. Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau
dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik. Model ini cocok
untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu.

 Indepth interview
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan
dengan curah pendapat dapat berupa:
Indepth Interview, langkah-langkah dalam melakukan wawancara
mendalam (Indepth Interview) adalah :

- Tentukan tokoh kunci yang menjadi responden


- Tentukan topik atau pertanyaan yang merupakan pedoman dalam
pelaksanaan Indepth Interview
- Siapkan peralatan yang diperlukan
- Buat kesepakatan jadwal (perjanjian) pelaksanaan wawancara.
(Singarimbun abd Effendi, 1989)
- Gali informasi lebih dalam dengan pertanyaan yang terbuka dan
kembangkan pertanyaan berikutnya lebih spesifik
 Focus Grup Discussion (FGD).
Tahapan dalam pelaksanaan FGD berikut ini adalah:
- Siapkan peralatan yang digunakan
- Tentukan kelompok diskusi, satu kelompok sekitar 8-10 orang.
- Tentukan kesepakatan prosedur diskusi yang akan dilakukan bersama.
- Tentukan topik diskusi.
- Bina suasana yang kondusif, agar lebih hidup dan mencair.
 Fish bone diagaram
Penentuan penyebab masalah hendaknya jangan menyimpang dari
masalah tersebut. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab
masalah dapat dipergunakan diagram tulang ikan (Fish Bone
Diagram/Diagram Ishikawa/Cause Effect Diagram). Proses/langkah:
1. Tulis masalah pada kepala ikan (bagian kanan/efek).
2. Tentukan kategori penyebab untuk duri-duri utama. Untuk pendekatan
sistem duri-duri utama terdiri dari Input (5 M (Man, Methode, Material,
Money, Machine)), Proses (P1(Perencanaan), P2(Pergerakan dan
Pelaksanaan), P3(Pengawasan, Pengendalian, Penilaian)) dan
Lingkungan.
3. Lakukan curah pendapat pd salah satu duri utama untuk mengisi duri-
duri cabangnya.
4. Setelah dianggap selesai pada salah satu duri utama, dengan cara sama
lanjutkan pada duri utama lainnya.
Dalam menentukan penyebab masalah kekeliruan yang sering terjadi
adalah menetapkan penyebab masalah yang menyimpang terlalu jauh
dari masalah sebenarnya dan tidak relevan.

INPUT
MAN
MONEY METHODE

MATERIAL
MACHINE

MASALAH

P1
P3
P2
LINGKUNGAN
PROSES

 Teori Lawrence Green


Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan
bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor
perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour
causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3
faktor yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan,
sikap dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
keselamatan kerja, misalnya ketersedianya APD, pelatihan dan
sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undang-
undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2003).
IV. Pemilihan Penyebab yang paling mungkin.
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang
didukung oleh data atau konfirmasi. Kalau penyebab tidak jelas, ada dua alternatif
pilihan:
1. Apabila data tidak mendukung, ulangi mulai langkah 3, tentukan beberapa
penyebab baru.
2. Perlu konfirmasi lagi yang lebih detail, kalau perlu dengan melakukan survei
atau memperjelas pertanyaan pembuktian.
Untuk alternatif kedua bila mendapatkan data yang kurang dari survei maka
kumpulkan data baru dengan menambah atau memperjelas pertanyaan pembuktian,
atau mengganti responden. Mungkin pertanyaan pada survei perlu diperjelas atau
pertanyaan diberikan kepada kelompok responden yang lain. Kesalahan yang sering
terjadi:
1. Tidak dapat menginterpretasikan data dengan benar.
2. Mencoba membenarkan suatu penyebab yang salah.
Pareto/ABC (20% penyebab, memunculkan 80% hasil)
1. Identifikasi masalah dan buat daftar masalah
2. Identifikasi penyebab masalah, misal: dengan analisis sebab akibat
3. Beri skor masalah
4. Kelompokkan masalah dengan penyebab yang sama
5. Totalkan skor pada tiap penyebab masalah
6. Hitung persentase dari penyebab masalah
7. Jumlahkan persentase yang tertinggi hingga memenuhi 80%
8. Masalah dengan persentase tertingi yang dijumlahkan dan memenuhi 80%
adalah prioritas masalah
V. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah.
Identifikasi alternative pemecahan masalah
 Pemilihan alternatif pemecahan masalah mengacu pada : kemampuan
(ketersediaan sumber daya : tenaga, dana, sarana, metode), waktu, factor
poleksosbud.
 Dalam kondisi tertentu seringkali alternatif pemecahan masalah tidak perlu
dipilih, karena kegiatan untuk memecahkan masalah sudah ditentukan.
 Prioritas pemecahan masalah yang dipilih diharapkan dapat mengungkit
pemecahan masalah yang lain.
Misal : Penambahan tenaga bidan desa dapat menyelesaikan masalah :
 K1 dan K4 meningkat
 Cakupan persalinan nakes meningkat
 Deteksi testi oleh nakes meningkat
 Cakupan kunjungan neonatal meningkat
 Cakupan tablet Fe meningkat
Factor pendukung dan penghambat pemilihan alternatif pemecahan masalah
perlu diidentifikasi. (menambah keyakinan, penuntun dan rambu-rambu bila
kegiatan untuk memecahkan masalah dilaksanakan dan mengantisipasi hambatan
yang mungkin timbul).
VI. Menetapkan Pemecahan Masalah Terpilih.
Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya
dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Apabila diketemukan
beberapa alternatif maka gunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan/memilih
pemecahan terbaik. Penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dapat
dilakukan dengan menggunakan metode kriteria matriks MxIxV/C. Berikut ini
proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan
metode kriteria matriks :
1. Magnitude(M) adalah besarnya penyebab masalah dari pemecahan masalah yang
dapat diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat
diselesaikan dengan pemecahan masalah, maka semakin efektif.
2. Importancy (I) adalah pentingnya cara pemecahan masalah. Makin penting cara
penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah, maka semakin efektif.
3. Vulnerability (V) adalah sensitifitas cara penyelesaian masalah. Makin sensitif
bentuk penyelesaian masalah, maka semakin efektif.
4. Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (Cost).
Kriteria cost (C) diberi nilai 1-5. Bila cost- nya makin kecil, maka nilainya
mendekati 1.

Magnitude Vulnerability
1 = Tidak magnitude 1 = Tidak sensitive
2 = Kurang magnitude 2 = Kurang sensitive
3 = Cukup magnitude 3 = Cukup sensitive
4 = Magnitude 4 = Sensitif
5 = Sangat magnitude 5 = Sangat sensitif
Importancy Cost
1 = Tidak penting 1 = Sangat murah
2 = Kurang penting 2 = Murah
3 = Cukup penting 3 = Cukup murah
4 = Penting 4 = Kurang Murah
5 = Sangat Penting 5 = Tidak Murah

VII. Penyusunan rencana penerapan


 Dibuat POA (Plan of Action)
 POA meliputi nama kegiatan, tujuan, sasaran, tempat, pelaksana, waktu,
biaya, metode, tolak ukur
VIII. MONITORING DAN EVALUASI
 Dilakukan monitoring agar kegiatan berjalan sesuai dengan rencana.
 Dilakukan evaluasi dengan menilai hasil kegiatan apakah sudah mencapai
tolak ukur yang sudah ditetapkan sedari awal atau belum.
3. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Sistem Jaminan Sosial Nasional memiliki 3 Azas :


1. Kemanusiaan
2. Manfaat
3. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

5 program :
1. Jaminan Kesehatan
2. Jaminan Kecelakaan Kerja
3. Jaminan Hari Tua
4. Jaminan pension
5. Jaminan Kematian

9 prinsip :
1. kegotong-royongan;
2. nirlaba;
3. keterbukaan;
4. kehati-hatian;
5. akuntabilitas;
6. portabilitas;
7. kepesertaan bersifat wajib;
8. dana amanat; dan
9. Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
I. Kepesertaan JKN
Berdasarkan UU 40/2004 ttg SJSN : pasal 4 dan Perpres 111/2013 pasal 6
(1) : Kepesertaan Jaminan Sosial bersifat wajib. Mulai tgl 1 Jan 2014 BPJS
Kesehatan berkewajiban menerima pendaftaran kepesertaan yg diajukan
Pemberi Kerja; Pekerja bukan penerima upah dan Bukan Pekerja.
Alur pemangku kepentingan dalam pelaksanaan JKN berdasarkan UU No
40/2004 tentang SJSN & UU No. 24/2011 tentang BPJS adalah sebagai berikut

Sedangkan Prinsip Dari Jaminan Kesehatan sendiri adalah :


Jaminan kesehatan yang dirumuskan oleh UU SJSN (Psl 19 (1))
adalah jaminan kesehatan yang diselenggarkan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas
Yang dimaksud prinsip asuransi sosial adalah:
1. Kegotong-royongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat
dan sakit, yang tua dan muda, dan yang berisiko tinggi dan
rendah;
2. Kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif;
3. Iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan;
4. Bersifat nirlaba.
Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip ekuitas adalah kesamaan
dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis yang terikat
dengan besaran iuran yang telah dibayarkannya. Kesamaan memperoleh
pelayanan adalah kesamaan jangkauan finansial ke pelayanan kesehatan.
II. TIGA (3) PILAR UTAMA DALAM ASURANSI KESEHATAN SOSIAL
1. Revenue Collection
Proses dimana sistem kesehatan memperoleh sumber daya kapital dari
individu, pemerintah, korporasi termasuk donor untuk membiayai
operasionalisasi sistem pelayanan kesehatan
2. Risk Pooling
Proses pemusatan dan pengelolaan seluruh pendapatan untuk menjamin
pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh peserta
3. Purchasing
Proses pembayaran provider atas pemberian pelayanan kesehatan yang
diperlukan oleh peserta
Maka dari itu kita harus mengetahui iuran yang dibayar oleh masyarakat
nantinya saat mengikuti program JKN ini:
III. Kepesertaan JKN
• Peserta Jaminan Kesehatan meliputi:
a) PBI Jaminan Kesehatan; dan
b) bukan PBI Jaminan Kesehatan.
• Peserta PBI (penerima bantuan iuran)
Peserta PBI adalah fakir miskin dan orang tidak mampu (untuk tahun
2014 adalah yang memiliki NIK). Penetapan Peserta PBI sesuai peraturan
perundang-undangan.
• Peserta non PBI (penerima bantuan iuran)
Peserta bukan PBI merupakan Peserta yang tidak tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu yang terdiri atas:
a) Pekerja Penerima Upah (buruh tetap) dan anggota keluarganya;
b) Pekerja Bukan Penerima Upah (pekerja lepas) dan keluarganya;
c) bukan Pekerja (majikan) dan anggota keluarganya.
• Pekerja Penerima Upah (buruh tetap) terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil;
b) Anggota TNI;
c) Anggota Polri;
d) Pejabat Negara;
e) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
f) pegawai swasta; dan
g) Pekerja lain yang menerima Upah.
• Pekerja Bukan Penerima Upah adalahatas:
a) Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan
b) Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.
• Bukan Pekerja terdiri atas
a) Investor
b) Pemberi Kerja
c) penerima pensiun;
d) Veteran
e) Perintis Kemerdekaan; dan
f) bukan Pekerja yang mampu membayar iuran
• Penerima pensiun terdiri atas
a) Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
b) Anggota TNI dan Polri yang berhenti dengan hak pensiun
c) Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
d) penerima pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan
e) janda, duda, atau anak yatim piatu dari pensiunan
• Pekerja juga warga negara asing yang bekerja minim singkat 6 bulan
• Jaminan Kesehatan warga negara Indonesia di luar negeri sesuai UU
• Anggota keluarga
Anggota keluarga meliputi:
a) istri atau suami yang sah dari Peserta
b) anak kandung, anak tiri dan atau anak angkat yang sah
dari Peserta, dengan
1) tidak atau belum menikah / tidak berrpenghasilan sendiri;
2) belum 21 thn / belum 25 thn yang masih pendidikan formal.
• Peserta bukan PBI dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain.
IV. Landasan Operasional JKN
Landasan operasional JKN adalah Managed Care. Managed care adalah
suatu metode yang memadukan pembiayaan dan peyediaan pelayanan
kesehatan dalam suatu sistem yang mengelola :
 kemudahan untuk mengakses pelayanan
 kualitas pelayanan
 biaya yg efisien

Ciri dari Managed Care adalah :


 Ada kerjasama dengan provider
 Ada standar baku dalam memperoleh pelayanan
 Ada program dan sistem untuk menjaga mutu
 Ada insentif agar peserta menggunakan provider yang ditunjuk (network
provider)
 Ada upaya agar peserta dalam kondisi sehat ( promotif preventif) /
menggunakan pelayanan seperlunya )

Lima elemen dasar implementasi managed care:


1. seleksi provider
2. sistem pembayaran provider
3. sistem pelayanan berjenjang
4. utilization review
5. upaya promotif & preventive

IV. Metode Pembayaran Fasilitas Kesehatan


1. Pembayaran Retrospektif
Sesuai namanya dalam pembiayaan kesehatan berarti bahwa besaran
biaya dan jumlah biaya yang harus dibayar oleh pasien atau pihak
pembayar, ditetapkan setelah pelayanan diberikan. Contohnya adalah fee
for services.
2. Pembayaran Prospektif
Pembayaran pelayanan kesehatan yang harus dibayar, yang besaran
biayanya sudah ditetapkan dari awal sebelum pelayanan kesehatan
diberikan. Contohnya adalah Diagnostic Related Group (DRG) / case
based payment melalui sistem casemix (di Indonesia dinamakan INA-
CBG’s), Pembayaran Kapitasi, Pembayaran Per Kasus, Pembayaran Per
Diem, Pembayaran Global Budget.
Berdasarkan Perpres No 12 Tahun 2013 pasal 39
1. BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama secara praupaya berdasarkan kapitasi atas jumlah Peserta
yang terdaftar di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama.
2. Dalam hal Fasilitas Kesehatan tingkat pertama di suatu daerah tidak
memungkinkan pembayaran berdasarkan kapitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), BPJS Kesehatan diberikan kewenangan untuk melakukan
pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih berhasil guna. Adapun
manfaat dari sistem kapitasi ini adalah
 Ada jaminan tersedianya anggaran untuk pelayanan kesehatan yang
akan diberikan
 Ada dorongan untuk merangsang perencanaan yang baik dalam
pelayanan kesehatan, sehingga dapat dilakukan :
- Pengendalian biaya pelayanan kesehatan per peserta
- Pengendalian tingkat penggunaan pelayanan kesehatan
- Efisiensi biaya dengan penyerasian upaya promotif-preventif
dengan kuratif-rehabilitatif
- Rangsangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu, efektif dan efisien
- Peningkatan pendapatan untuk PPK yang bermutu
- Peningkatan kepuasan peserta
Selain itu terdapat contoh pembayaran dengan menggunakan INA-CBGs
(Indonesia Case Base Groups).
V. Syarat Pendaftaran JKN
 Kartu identitas yang masih berlaku (KTP, SIM, Atau Paspor )
 Kartu Keluarga Atau KK terbaru
 Buku nikah bagi yang sudah menikah
 Fotocopy buku tabungan Sebagai penanggung biaya
 Pas Foto ukuran 3×4 sebanyak 2 Lembar
VI. Alur Pendaftaran (Offline)
1. Siapkan persyaratan umum yang dibutuhkan untuk mendaftar tadi seperti
fotokopi KK, KTP, foto terbaru 3×4 1 lembar, dan juga iuran bulan
pertama sesuai dengan kelas yang Anda inginkan (25 ribu, 42 ribu, atau
59 ribu).
2. Datangi kantor BPJS Kesehatan terdekat. Jika memungkinkan daftarlah
secara kolektif dengan koordinasi dari ketua RT agar lebih mudah.
3. Sesampainya di kantor BPJS Kesehatan akan ada form pendaftaran. Isi
Form tersebut.
4. Setelah formulir sudah diisi, akan diberikan virtual account dimana
nantinya akan bisa digunakan sebagai media pembayaran maupun transfer
dana klaim saat dibutuhkan.
5. Lakukan pembayaran di Bank yang telah ditunjuk.
6. Kembali ke kantor BPJS Kesehatan dengan menyerahkan bukti transfer,
lalu tunggu hingga kartu BPJS selesai dicetak.
VII. Alur Pendaftaran (Online)

Contoh Form Online


1. Pertama-tama, untuk konfirmasi pendaftaran harus mempersiapkan
berkas-berkas yang diperlukan seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP),
Kartu Keluarga (KK), kartu NPWP, serta alamat email serta nomor
handphone aktif.
2. Setelah itu buka halaman website www.bpjs-kesehatan.go.id dari browser
perangkat PC maupun mobile phones/tablet.
3. Isi data yang telah disediakan dengan benar yang mencakup data diri serta
pilihan kelas yang ditawarkan, alamat lengkap, fasilitas kesehatan yang
mencakup Faskes Tingkat I serta Faskes Gigi dengan pilihan instansi yang
anda pilih sebagai tempat rujukan, serta yang terakhir khusus untuk Warga
Negara Asing (WNA) yang ingin mendapatkan fasilitas BPJS.
4. Pilih biaya iuran perbulan diantara kelas III, kelas II hingga kelas I dengan
rentang biaya dari 25.500 hingga 59.500 ribu rupiah perbulannya.
5. Simpan data, serta tunggu email notifikasi nomor registrasi di email.
Setelah mendapatkan notifikasinya, print lembar Virtual Account
tersebut.
6. Lakukan pembayaran di Bank yang telah ditunjuk seperti BNI, BRI, serta
Mandiri.
7. Setelah menyerahkan uang serta Nomor Virtual pada Teller Bank nanti
akan mendapat bukti pembayaran.
8. Sekarang BPJS kesehatan sudah aktif, silahkan cek email karena akan ada
balasan dari BPJS berupa E-ID Card Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
yang bisa diprint sendiri.
9. Print kartu BPJS bisa dilakukan di kantor cabang BPJS terdekat. Untuk
melakukan ini langsung saja ke bagian Print kartu BPJS Kesehatan nya.
Cukup memberikan semua data sebelumnya, form isiannya, Virtual
account, serta bukti payment.
VIII. Kepesertaan PBI dan Non-PBI

1. PBI Jaminan Kesehatan.


Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi
fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU
SJSN yang iurannya dibayari Pemerintah sebagai peserta program
Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan
oleh Pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah.
2. Bukan PBI jaminan kesehatan.
Peserta bukan PBI jaminan kesehatan terdiri dari:
1) Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.
2) Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya.
3) Buka pekerja dan anggota keluarganya

Berikut adalah perbedaan peserta BPJS PBI dan Non PBI:


1. Peserta BPJS PBI hanya untuk warga miskin dan kurang mampu
menurut data dinas sosial sedangkan peserta BPJS PBI untuk warga
mampu yang meliputi pekerja bukan penerima upah (PBPU), bukan
pekerja (BP) seperti Pemilik perusahaan dll, dan juga pekerja penerima
upah (PPU)
2. Peserta BPJS PBI hanya berhak atas bpjs kelas 3, sedangkan untuk non
PBI berhak atas kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. (baca: perbedaan fasiltias
kelas 1, 2 dan 3 bpjs)
3. Peserta BPJS PBI hanya dapat berobat di faskes tingkat 1 puskesmas
kelurahan atau desa, sedangkan peserta BPJS Non PBI dapat memilih
fasilitas kesehatan yang telah ditentukan dan sudah bekerjasama dengan
bpjs sesuai dengan area domisili.
4. Peserta BPJS PBI iuran bulanannya ditanggung oleh pemerintah, jadi
tidak perlu membayar iuran sendiri, sedangkan peserta BPJS non PBI
iuran bulanannya harus dibayar oleh sendiri walaupun untuk peserta bpjs
non pbi dari golongan Pekerja penerima upah iurannya ditanggung
sebagian oleh perusahaan.
5. Peserta BPJS PBI dan non pbi yang mengambil kelas 3 tidak bisa naik
kelas ketika di rawat, sedangkan untuk peserta BPJS non PBI yang
khusus mengambil kelas I dan 2 bisa naik kelas perawatan apabila
kondisi kamar yang menjadi haknya di rumah sakit penuh.
6. Peserta BPJS PBI dan Non PBI yang mengambil kelas 3 tidak perlu
memiliki rekening bank, sedangkan untuk peserta Non PBI mandiri yang
mengambil kelas 1 dan 2 harus memiliki rekening bank ketika
mendaftar.
7. Untuk menjadi peserta BPJS PBI dan berhenti menjadi peserta bpjs pbi
hanya dapat direkomendasikan oleh data rekonsiliasi dari kementrian
sosial atas referensi dari dinas sosial setempat, jika sesuai dengan
kategori miskin dan kurang mampu maka peserta akan didaftarkan
menjadi peserta bpjs pbi, sedangkan untuk peserta non PBI dapat
mendaftarkan diri secara pribadi baik melalui perusahaan tempat bekerja
atau datang langsung ke kantor bpjs jika ingin menjadi peserta mandiri.
Kriteria Warga Miskin Penerima Kartu BPJS PBI atau KIS
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah
tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/
air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/
minyak tanah
8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas
lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan
dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,-
per bulan
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat
SD/ tamat SD.
14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal
Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak,
kapal motor, atau barang modal lainnya.
Prosedur dan Syarat Daftar BPJS PBI
Jika anda kebetulan termasuk kategori warga misikin atau warga
tidak mampu dan sampai saat ini masih belum terdaftar sebagai peserta
BPJS PBI dan belum menerima kartu indonesia sehata atau KIS atau
kartu BPJS PBI, anda masih memiliki kesempatan dengan cara
mengurusnya sendiri ke dinas sosial. Syarat dan prosedur untuk
membuat kartu BPJS PBI (KIS) adalah sebagai berikut :
Syarat untuk membuat Kartu BPJS PBI
1. KK dan KTP seluruh anggota Keluarga.
2. Surat Keterangan tidak Mampu pengantar dari RT, RW Kelurahan
kemudian ke menuju kecamatan untuk dibuatkan Surat Keterangan
Tidak Mampu (SKTM).
3. Surat pengantar dari puskesmas untuk daftar sebagai peserta BPJS
PBI
4. Tidak perlu rekening bank
Prosedur atau langkah-langkah membuat Kartu BPJS PBI
1. Siapkan Fotocopy KK dan KTP minimal 2 rangkap untuk antisifasi
2. Minta surat pertanyaan tidak mampu dari RT dan RW dan kelurahan
setempat

3. Membaut SKTM ke Kecamatan dengan membawa surat pernyataan


dari kelurahan.
4. Pergi ke dinas sosial, dengan membawa berkas di atas, dari dinas
sosial pendaftaran BPJS anda akan diurus sampai anda mendapatkan
kartu BPJS PBI atau kartu KIS.
IX. Jaminan Kecelakaan Kerja
(Berdasarkan PP No. 44/2015 dan Permenaker No. 26/2015)
1. Kecelakaan Kerja (KK)
Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan
kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah
menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja.

Pengertian Penyakit Akibat Kerja :


 ILO, 1996 : Occupational Disease/PAK : Penyakit yang diderita
sebagai akibat pemajanan faktor-faktor yang timbul dari
kegiatan pekerjaan.
 Permennaker No. Per. 01/Men/1981 : PAK : Penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.
 UU No. 40 Th. 2004 Ttg SJSN (PP No. 44 Tahun 2015):
Penyakit Akibat Kerja adalah Penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan/atau lingkungan kerja
2. Iuran JKK :
bagi peserta penerima upah yg bekerja pada pemberi kerja selain
penyelenggara negara, didasarkan pada 5(lima) kelompok tingkat
resiko lingkungan kerja, meliputi :
 resiko sangat rendah 0,24% x upah sebulan
 resiko rendah 0,54% x upah sebulan
 resiko sedang 0,89% x upah sebulan
 resiko tinggi 1,27% x upah sebulan
 resiko sangat tinggi 1,74% x upah sebulan
 iuran dibayar seluruhnya oleh pemberi kerja
3. Manfaat JKK:
a. pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis :
1) pemeriksaan dasar dan penunjang
2) perawatan tingkat pertama dan lanjutan
3) rawat inap ruang kls i rs pemerintah atau rs swasta yg setara
4) perawatan intensif
5) penunjang diagnostik
6) pengobatan
7) pelayanan khusus
8) alat kesehatan dan implant
9) jasa dokter/ medis
10) operasi
11) transfusi darah dan atau
12) rehabilitasi medik
b. santunan berupa uang, meliputi :
1) biaya pengangkutan :
- angkutan darat rp.1.000.000.
- angkutan laut rp.1.500.000.
- angkutan udara rp.2.500.000.
2) santunan sementara tidak mampu bekerja (stmb) :
- 6 bln i 100% x upah,
- 6 bln ii 75% x upah,
- 6 bln iii dst 50% x upah dan dibayar selama stmb
sampai dinyatakan sembuh (surat keterangan dokter)
3) santunan cacat :
- cacat anatomis = % sesuai tabel x 80 x us
- cacat fungsi = % berkurang fungsi x % tabel x 80 x us
- cacat total tetap = 70% x 80 x us
- santunan kematian = 60% x 80 x us ; (min = jkm)
- biaya pemakaman = rp. 3.000.000.
- santunan berkala 24 x rp.200.000 = rp.4.800.000.
- biaya rehabilitasi berupa penggantian alat bantu dan
atau alat pengganti bagi peserta yg cacat akibat kk/pak
= (100% + 40%) x standar harga di rs pemerintah
- penggantian biaya gigi tiruan maks rp.3.000.000.
- bantuan beasiswa pendidikan anak bagi setiap peserta
yg meninggal dunia atau cacat total tetap akibat kk/ pak
sebesar rp.12.000.000. ( hanya satu kali)
- Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja (PAK) berdasarkan rekomendasi dari
dokter yang memeriksa dan atau dokter yang merawat
dan atau dokter penasehat dapat memperoleh program
return to work
- Pemberi kerja dapat melakukan kegiatan promotif dan
preventif untuk mendukung keselamatan dan kesehatan
kerja, menurunkan angka kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja (PAK)

PP No. 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program JKK dan


JKM) Persentase Santunan Cacat Tetap Sebagian & Cacat-cacat
lainnya :
- bpjs ketenagakerjaan wajib membayar manfaat jkk paling lama
7 hari kerja sejak dipenuhinya persyaratan administratif dan
tekhnis
- bila terjadi keterlambatan pembayaran manfaat jkk bpjs
ketenagakerjaan dikenakan sanksi ganti rugi sebesar 1% dari
jumlah santunan yg harus dibayar utk setiap hari keterlambatan.
- hak menuntut manfaat jkk menjadi gugur apabila telah lewat
waktu 2(dua) tahun sejak kecelakaan kerja terjadi.
- pemberi kerja selain penyelenggara negara yg belum
mengikutsertakan pekerjanya dalam program jkk kepada bpjs
ketenagakerjaan , bila terjadi resiko yg menimpa pekerjanya
wajib membayar hak pekerja sesuai ketentuan dalam pp.
4. Larangan PHK
 dalam hal peserta masih dalam pengobatan dan perawatan
akibat kk/pak , pemberi kerja selain penyelenggara negara
dilarang melakukan phk
 peserta yg mengalami cacat akibat kk/pak harus tetap
dipekerjakan kembali kecuali apabila peserta mengalami cacat
total tetap berdasarkan surat keterangan dokter dan karena
kecacatannya ybs tidak memungkinkan lagi untuk melakukan
pekerjaan.
 pekerja yg mengalami kk/pak berdasarkan rekomendasi dari
dokter penasehat dapat memperoleh program kembali kerja
agar pekerja dapat bekerja kembali seperti semula.
5. Jaminan Hari Tua
Berdasarkan PP No. 44/2015, PP No. 60/2015 dan Permenaker
No. 19/2015
 Iuran JHT :
bagi peserta penerima upah yg bekerja pada pemberi kerja
selain penyelenggara negara sebesar 5,7 % x upah sebulan
(peserta 2% ; pemberi kerja 3,7%) upah sebagai dasar
pembayaran iuran terdiri dari: upah pokok + tunjangan tetap
 Manfaat JHT
- besarnya manfaat jht :
adalah nilai akumulasi seluruh iuran yg telah disetor
ditambah hasil pengembangannya yg tercatat dalam
rekening perorangan peserta
- manfaat jht dibayarkan apabila :
a. peserta mencapai usia pensiun, termasuk yang
berhenti bekerja :
 mengundurkan diri
 terkena phk
 meninggalkan indonesia untuk selamanya
b. mengalami cacat total tetap
c. meninggal dunia
- pembayaran manfaat jht :
manfaat jht dapat diberikan sebagian sampai batas tertentu
apabila peserta telah memiliki masa kepesertaan minimal
10 tahun. tujuannya adalah dalam rangka mempersiapkan
diri memasuki usia pensiun. pengambilan manfaat jht
sampai batas tertentu :
a. maks. 30% dari jumlah jht yg peruntukannya utk
kepemilikan rumah
b. maks. 10% dari jumlah jht untuk keperluan lain sesuai
persiapan masa pensiun.
bpjs ketenagakerjaan wajib memberikan informasi kepada
peserta mengenai besarnya saldo jht beserta hasil
pengembangannya satu kali dalam setahun.
X. Jaminan Kematian
(Berdasarkan PP No. 44/2015, dan Permenaker No. 26/2015)
1. Iuran Jkm :
bagi peserta penerima upah yg bekerja pada pemberi kerja selain
penyelenggara negara sebesar 0,30% x upah sebulan. Iuran di bayar
seluruhnya oleh pemberi kerja
2. Manfaat Jaminan Kematian
manfaat jaminan kematian diberikan kepada ahli waris , apabila
peserta meninggal dunia dalam masa aktif, meliputi :
- santunan sekaligus rp.16.200.000.
- santunan berkala rp.24xrp.200.000 =rp.4.800.000.
- biaya pemakaman sebesar rp.3.000.000
- beasiswa pendidikan anak sebesar rp.12.000.000.bagi peserta yg
meninggal dunia bukan akibat kk/pak dan memiliki masa iur min
5 th.
pemberi kerja selain penyelenggara negara yg belum
mengikutsertakan pekerjanya dalam program jkm kepada BPJS
ketenagakerjaan, bila terjadi resiko terhadap pekerjanya, wajib
membayar hak pekerja sesuai pp 44/2015.
3. Pembayaran Manfaat JKM
- BPJS ketenagakerjaan wajib membayar manfaat jkm paling lama
3 hari kerja sejak diterima surat permohonan pengajuan jkm
dilengkapi persyaratan yg telah ditentukan
- dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran, bpjs
ketenagakerjaan dikenakan ganti rugi sebesar 1% dari nilai
nominal santunan yg harus dibayar untuk setiap hari keterlambatan
XI. Pertanyaan dr. Saekhol :
1. Semisal seseorang putus kerja, sampai kapan dia dibiayai oleh BPJS?
Seseorang yang putus kerja masih dibiayai BPJS hingga 6 bulan
sejak hari dia putus bekerja.
2. Semisal seseorang keccelakaan, siapakah yang berperan? Jasa Raharja
atau BPJS?
Tergantung kecelakaannya bagaimana. Kecelakaan yang
dibiayai oleh Jasa Raharja adalah kecelakaan Versus murni, yang
artinya kecelakaan tabrakan yang kesalahannya bukan pada penabrak
melainkan murni karena tidak sengaja menabrak. Jadi, semisal ada
unsur kelalaian (mengantuk, mabuk, menggunakan gadget, dll) atau
sengaja menabrak maka tidak akan ditanggung.BPJS sendiri berperan
di dalam menanggung semua kecelakaan yang tidak ditanggung Jasa
Raharja (kecuali kecelakaan karena hobi, kecelakaan yang disengaja,
dll.). namun, biaya yang dibayarkan maksimal 20 juta.
4. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan
sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh
komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat
untuk meningkatkan kualitas hidup. Germas dilaksanakan oleh semua komponen
bangsa meliputi pemerintah pusat maupun daerah, dunia pendidikan, swasta dan
dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, serta yang terpenting individu, keluarga
dan masyarakat.

Tujuh langkah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

1. Melakukan Aktivitas Fisik


2. Budaya Konsumsi Buah dan Sayur
3. Tidak Merokok
4. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol
5. Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Berkala
6. Menjaga Kebersihan Lingkungan
7. Menggunakan Jamban
Fokus kegiatan utama pada tahun 2016-2017 dari Germas adalah Peningkatan
Aktivitas Fisik, Konsumsi Sayur dan Buah, serta Pemeriksaan Kesehatan Rutin.
I. Aktivitas Fisik
 Tujuan :
Meningkatkan ketahanan fisik, kesehatan dan kebugaran masyarakat
 Sasaran :
Seluruh masyarakat terutama anak sekolah, ibu hamil, pekerja dan lansia
A. Aktivitas Fisik pada Anak Sekolah
Kegiatan aktivitas fisik pada anak sekolah bertujuan untuk mewujudkan
peserta didik yang sehat, bugar, berprestasi melalui pendidikan dan
pembudayaan aktivitas fisik, latihan fisik serta olahraga yang baik, benar,
terukur dan teratur di sekolah, bentuk Kegiatan:
a) Gerak Barisan
Gerakan yang dapat dilakukan sebelum peserta didik memasuki kelas,
disertai lagu yang gembira
b) Gerak Kapiten
Gerakan yang dapat dilaksanakan pada saat pergantian pelajaran disertai
lagu yang gembira, untuk menghilangkan rasa jenuh atau ngantuk
c) Bermain Waktu Istirahat
d) Senam Anak Bangsa
Latihan awal pada saat peserta didik berolah raga, yang dipandu oleh guru
olah raga
B. Aktivitas Fisik pada Orang Dewasa dan Usia Produktif di Tempat Kerja
Dalam melakukan latihan fisik sebaiknya memperhatikan :
a) Latihan fisik sebaiknya dilakukan 150 menit per minggu dengan interval 3-
5 kali per minggu
b) Latihan diawali dengan pemanasan, latihan inti, dan pendinginan
c) Menggunakan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman termasuk
pakaian olahraga dan alas kaki
d) Memperhatikan keseimbangan asupan nutrisi untuk mendapatkan hasil
maksimal.
II. Konsumsi Sayur dan Buah
 Tujuan : Meningkatkan kesadaran berperilaku hidup sehat melalui
mengkonsumsi buah dan sayur bagi seluruh lapisan masyarakat.
 Sasaran : Seluruh Masyarakat Indonesia
Kegiatan :
1. Kampanye makan buah dan sayur
Anjuran konsumsi sayur dan buah : Setiap orang dianjurkan konsumsi sayuran
dan buah-buahan 300-400 gram perorang perhari bagi anak balita dan anak
usia sekolah, dan 400-600 gram perorang perhari bagi remaja dan orang
dewasa. Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran konsumsi sayuran dan buah-
buahan tersebut adalah porsi sayur.
2. Makan buah bersama (misal : di Sekolah atau institusi lainnya).
3. Membudayakan makan buah pada kudapan rapat
4. Lomba menyusun menu sayuran
5. Bazar buah dan sayuran
6. Pemanfaatan pekarangan (untuk sayuran dan buah)
III. Pemeriksaan Kesehatan Secara Rutin
 Tujuan :
1. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan mendeteksi faktor
risiko bersama yang menjadi penyebab terjadinya Penyakit Tidak Menular
terutama Jantung, Kanker, Diabetes dan Penyakit Paru kronis yaitu Diet
tidak sehat (kurang mengkonsumsi sayur dan buah, mengkonsumsi
makanan tinggi garam, gula, lemak dan diet gizi tidak seimbang), kurang
beraktifitas fisik 30 menit setiap hari, menggunakan tembakau/rokok serta
mengkonsumsi alkohol
2. Mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk melakukan modifikasi
perilaku berisiko tersebut diatas menjadi perilaku hidup sehat mulai dari
individu, keluarga dan masyarakat sebagai upaya pencegahan PTM.
3. Mendeteksi masyarakat yang mempunyai risiko hipertensi dan diabetes
mellitus serta mendorong rujukan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
untuk ditatalaksana lebih lanjut sesuai standar.
4. Mengurangi terjadinya komplikasi, kecacatan dan kematian prematur
akibat penyakit tidak menular karena ketidaktahuan/keterlambatan untuk
mendeteksi PTM utamanya Hipertensi dan Diabetes Mellitus pada tahap
dini.
5. Mendorong dan menggerakkan masyarakat khususnya para ibu untuk
memeriksakan diri agar terhindar dari kanker leher rahim dan kanker
payudara dengan deteksi dini tes IVA/SADANIS.

 Sasaran :
1. Setiap individu/ penduduk usia > 15 tahun
2. Seluruh Desa/kelurahan di setiap kabupaten/ kota
Kegiatan Pemeriksaan/skrining kesehatan secara rutin sebagai upaya
pencegahan yang harus dilakukan oleh setiap penduduk usia >15 tahun
keatas untuk mendeteksi secara dini adanya faktor risiko perilaku yang
dapat menyebabkan terjadinya penyakit Jantung, Kanker, Diabetes dan
penyakit paru kronis, ganguan indera serta gangguan mental.
 Pelaksanaan Kegiatan :
1. Kriteria:
a) Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun mendapatkan
pemeriksaan/ skrining kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota wajib memberikan Skrining Kesehatan Sesuai
Standar pada warga negara usia 15 – 59 tahun di wilayah kerjanya
b) Pelayanan pemeriksaan/ skrining kesehatan usia >15 tahun keatas
diberikan, sesuai kewenanganya, oleh : Dokter; Bidan; Perawat;
Nutrisionis/Tenaga Gizi. Petugas Pelaksana Posbindu PTM terlatih.
c) Pelayanan pemeriksaan/skrining kesehatan dilakukan di Puskesmas
dan jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya yang bekerja sama dengan Pemerintah Daerah.
d) Pemeriksaan/ skrining kesehatan usia15 tahun keatas dilakukan
minimal dilakukan satu tahun sekali.
2. Pemeriksaan/ skrining kesehatan sesuai standar usia 15-59 tahun meliputi:
a) Deteksi faktor risiko riwayat penyakit PTM keluarga dan faktor risiko
perilaku (merokok dan terpapar asap rokok, diet tidak sehat, tidak
beraktifitas fisik 30 menit perhari, mengkonsumsi alkohol)
b) Deteksi kemungkinan Obesitas dilakukan dengan memeriksa Tinggi
Badan dan Berat Badan serta lingkar perut.
c) Deteksi Hipertensi dengan memeriksa tekanan darah sebagai
pencegahan primer.
d) Deteksi kemungkinan Diabetes Mellitus menggunakan tes cepat gula
darah.
e) Deteksi Gangguan Mental Emosional Dan Perilaku.
f) Pemeriksaan ketajaman penglihatan
g) Pemeriksaan ketajaman pendengaran
h) Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan payudara klinis
dan pemeriksaan IVA khusus untuk wanita usia 30 – 59 tahun.
i) Individu yang ditemukan mempunyai faktor risiko perilaku atau
menderita kelainan wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang mampu menanganinya.
3. Lingkup pemeriksaan/skrining kesehatan usia > 60 tahun keatas adalah
sebagai berikut :
a) Deteksi obesitas dengan pengukuran IMT dan lingkar perut
b) Deteksi Hipertensi dengan mengukur Tekanan Darah.
c) Deteksi Diabetes Mellitus dengan pemeriksaan kadar gula darah.
d) Deteksi kadar kolesterol dalam darah
e) Deteksi kadar asam urat dalam darah
f) Deteksi Gangguan Mental Emosional dan Perilaku, termasuk
Kepikunan menggunakan Mini Cog atau Mini Mental Status
Examination (MMSE)/Test Mental Mini atau Abreviated Mental Test
(AMT) dan Geriatric Depression Scale (GDS).
g) Individu yang ditemukan mempunyai faktor risiko perilaku atau
menderita kelainan wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang mampu menanganinya.
4. Langkah Kegiatan
a) Pelaksanaan skrining faktor risiko PTM dan Gangguan mental
emosional dan Perilaku.
b) Memberikan intervensi FR PTM dan Gangguan mental emosional dan
perilaku
c) Pelatihan teknis petugas skrining kesehatan bagi tenaga kesehatan dan
petugas pelaksana (kader) Posbindu PTM
d) Penyediaan sarana dan prasarana skrining (Kit Posbindu PTM)
e) Pelatihan surveilans faktor risiko PTM berbasis web
f) Pelayanan rujukan kasus ke FKTP
g) Pencatatan dan pelaporan faktor risiko PTM
h) Monitoring dan Evaluasi
5. Family Asessment Tools
Komponennya terdiri dari:
1. Family Genogram
Genogram digunakan untuk mencari data individu, pasangan, ataupun keluarga,
khusunya pada faktor yang diturunkan, penyakit keluarga, anggota keluarga dan
struktur keluarga. Genogram yang lengkap mencakup :
a) Nama dan umur semua anggota keluarga
b) Waktu kelahiran, pernikahan, perpisahan, perceraian, kemalian (termasuk
penyebabnya) dan kejadian signifikan lainnya
c) Informasi terkait tiga atau lebih generasi
d) Penyakit (termasuk penyakit keturunan dan masalah penyakit yang signifikan)
e) Penanda anggota keluaga mana yang tinggal serumah
f) Informan
g) Tanggal genogram dibuat

Symbol dari situasi atau penyakit


2. Family Map
Merupakan metode yang digunakan untuk merefleksikan hubungan antar
anggota keluarga dan pola interaksinya Metode ini sangat penting bagi dokter
untuk mencari orang yang paling berperan dalam keluarga  memudahkan dokter
memberikan terapi dalam keluarga Menyediakan dekripsi skematik anggota
keluarga mana yang dapat dimintai bantuan dalam pembuatan keputusan pasien
Sumber dari keluhan somatik pasien sering dapat diidentifikasikan berdasar relasi
antar keluarga

Symbol pada family map


3. Family APGAR
Merupakan metode kualitatif dalam menilai fungsi keluarga dan APGAR singkatan
dari :
 Adaptation : kesediaan keluarga dalam sistem keluarga pada saat terjadi krisis
atau kejadian yang signifikan
 Partnership : Berbagi antar anggota keluarga dalam penyelesaian masalah dan
tanggung jawab
 Growth : Dukungan dan bimbingan anggota keluarga saat terjadi perubahan
fisik maupun emosi pada tiap anggota keluarga
 Affection : Relasi saling mencintai antar anggota keluarga
 Resolve : Komitmen anggota keluarga untuk menyediakan waktu dalam
mensupport satu sama lain apa bila terjadi perubahan baik fisik maupun
emosional.
Penilaian APGAR :
0-3 : keluarga dengan disfungsional berat/keluarga tidak sehat
4-7 : keluarga dengan disfungsinal moderat/keluarga kurang sehat
8-10 : keluarga memiliki fungsi tinggi/baik/keluarga sehat
Contoh table family APGAR
4. Family Life Cycle
Menurut Duvall ada 8 tingkat/siklus perkembangan keluarga
Tahap I, Keluarga pemula (pasangan pada tahap pernikahan)
Tahap II,Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi-30 bln).
Tahap III, Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berusia 2-6 tahun).
Tahap IV, Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6-13 tahun)
Tahap V, Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13-20 tahun).
Tahap VI, Keluarga melepas anak usia dewasa muda (anak yang meninggalkan
rumah).
Tahap VII, Orangtua usia pertengahan (pensiunan).
Tahap VIII, Keluarga dalam masa pensiun dan lansi
5. Family Life Line
Perjalanan hidup keluarga. Menjelaskan kronologis kehidupan, peristiwa- pristiwa
yang terjadi pada kehidupan keluarga dan bagaimana cara mengatasinya
contoh family life line
6. SCREEM
Merupakan metode untuk menilai kapasitas / kemampuan untuk berpartisipasi
dalam pelayanan kesehatan atau mengatasi krisis. Merupakan metode untuk
membantu anggota keluarga mengidentifikasi sumber-sumber dalam penanganan
krisis.
 Social : interaksi sosial keluarga, apakah anggota keluarga memiliki
komunikasi yang baik dengan lingkungan, grup sosial atau malah terisolasi
 Cultural : apa keluarga memiliki kepuasan dan menjunjung budaya atau
malah merasa inferior atau malu terhadap etniknya
 Religious : apakah agama mampu menawarkan pengalaman spriritual yang
menyenangkan dan mampu memberikan solusi dari masalahnya atau justru
dogma agama begitu kaku dalam penyelesaian masalah keluarga
 Economic : apakah pendapatan mencukupi kebutuhan kehidupan normal
maupun pada saat sakit atau terdapat masalah finansial
 Educational : apakah pendidikan keluarga cukup untuk menyelasaikan
masalah kesehatan atau tidak
 Medical : Apakah pelayanan kesehatan tersedia, terjangkau dengan mudah
dan apakah pengalaman terhadap pelayanan kesehatan tersebut memuaskan
Penilaian scream
1. Religious
 Agama menawarkan pengalaman spiritual yang memuaskan sebaik
kontak dengan support group di luar keluarga
 Ajaran agama yang kaku
2. Ekonomi
 Kemantapan / stabilitas ekonomi cukup untuk memberi kepuasan yang
layak terhadap status keuangan dan kemampuan untuk memenuhi
tuntutan kebutuhan-kebutuhan ekonomi 30 1. Ajaran yang kaku
 Masalah : Kekurangan ekonomi, Rencana ekonomi yang tak matang
3. Educational
 Pendidikan anggota keluarga yang memadai
 Masalah : Rendahnya tingkat pendidikan, Keterbatasan untuk mengerti /
memahami
4. Medical
 Pelayanan kesehatan tersedia dengan fasilitas kesehatan yang memadai
dan memuaskan
 Masalah : Tidak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 828 tahun 2008
tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di
Kabupaten/Kota. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2008.
2. Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI 2016.
3. Biro perencanaan dan Anggaran Sekretarian Jendral Kementrian Kesehatan. Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidan Kesehatan. Sumatera Barat: Kementrian Kesehatan
RI; 2017
4. Materi Kuliah Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat – Siklus Pemecahan Masalah
5. Materi Kuliah Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat – Prioritas Masalah dan
pengambilan Keputusan
6. https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/
7. https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/
8. http://www.jkn.kemkes.go.id/
9. http://www.pasienbpjs.com/2017/01/mengenal-perbedaan-bpjs-pbi-dan-non-
pbi.html?m=1
10. Kementrian Kesehatan RI. Buku Panduan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2016.
11. Materi Kuliah Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat – Family Asessment Tools

Anda mungkin juga menyukai