Laporan
Laporan
Penguji:
dr. Saekhol Bakri, M.PH
Disusun oleh:
Hasan Murdiman 22010117220207
Andry Setiadharma 22010118220013
Rova Budi Kusuma 22010118220020
Shania Dian A 22010118220025
Tri Hartanto (FK UPN)22i21620221170
Pembilang
Pencapaian indikator SPM = X 100%
Penyebut
Penyebut
Pencapaian indikator SPM = X 100%
Pemebilang
Keterangan:
Pembilang = Sasaran yang sudah dilayani (Cakupan)
Penyebut = Sasaran yang ada (Target)
n (bulan)
Sasaran bulan berjalan SPM = X sasaran 1 (satu) tahun
12
IX. Jenis layanan standar pelayanan minimal bidang kesehatan di
kabupaten/kota
Mutu
Jenis Layanan Penerima Pernyataan
No Layanan
Dasar Layanan Dasar Standar
Dasar
Setiap ibu hamil
Pelayanan Sesuai standar
mendapatkan
1 kesehatan ibu pelayanan Ibu hamil.
pelayanan antenatal
hamil antenatal.
sesuai standar.
Setiap ibu bersalin
Pelayanan Sesuai standar
mendapatkan
2 kesehatan ibu pelayanan Ibu bersalin.
pelayanan persalinan
bersalin persalinan.
sesuai standar.
Sesuai standar Setiap bayi baru
Pelayanan
pelayanan lahir mendapatkan
3 kesehatan bayi Bayi baru lahir.
kesehatan bayi pelayanan kesehatan
baru lahir
baru lahir. sesuai standar.
Sesuai standar Setiap balita
Pelayanan
pelayanan mendapatkan
4 kesehatan Balita.
kesehatan pelayanan kesehatan
balita
balita. sesuai standar.
Sesuai standar Setiap anak pada
Pelayanan
skrining Anak pada usia usia pendidikan
kesehatan pada
5 kesehatan usia pendidikan dasar mendapatkan
usia pendidikan
pendidikan dasar. skrining kesehatan
dasar
dasar. sesuai standar.
Setiap warga negara
Sesuai standar Indonesia usia 15
Pelayanan Warga Negara
skrining s.d. 59 tahun
6 kesehatan pada Indonesia usia
kesehatan usia mendapatkan
usia produktif 15 s.d. 59 tahun.
produktif. skrining kesehatan
sesuai standar.
Sesuai standar Setiap warga negara
Pelayanan Warga Negara
skrining Indonesia usia 60
7 kesehatan pada Indonesia usia
kesehatan usia tahun ke atas
usia lanjut 60 tahun ke atas.
lanjut. mendapatkan
skrining kesehatan
sesuai standar.
Sesuai standar Setiap penderita
Pelayanan
pelayanan hipertensi
kesehatan Penderita
8 kesehatan mendapatkan
penderita hipertensi.
penderita pelayanan kesehatan
hipertensi
hipertensi. sesuai standar.
Sesuai standar
Pelayanan Setiap penderita
pelayanan
kesehatan Penderita Diabetes Melitus
kesehatan
9 penderita Diabetes mendapatkan
penderita
Diabetes Melitus. pelayanan kesehatan
Diabetes
Melitus sesuai standar.
Melitus.
Setiap orang dengan
Pelayanan
gangguan jiwa
Kesehatan Sesuai standar Orang dengan
(ODGJ) berat
10 orang dengan pelayanan gangguan jiwa
mendapatkan
gangguan jiwa kesehatan jiwa. (ODGJ) berat.
pelayanan kesehatan
berat
sesuai standar.
Pelayanan Setiap orang dengan
Sesuai standar
kesehatan Orang dengan TB mendapatkan
11 pelayanan
orang dengan TB. pelayanan TB sesuai
kesehatan TB.
TB standar.
Setiap orang
Orang berisiko berisiko terinfeksi
terinfeksi HIV HIV (ibu hamil,
(ibu hamil, pasien TB, pasien
Pelayanan pasien TB, IMS,
Sesuai standar
kesehatan pasien IMS, waria/transgender,
mendapatkan
12 orang dengan waria/transgend pengguna napza, dan
pemeriksaan
risiko terinfeksi er, pengguna warga binaan
HIV.
HIV napza, dan lembaga
warga binaan pemasyarakatan)
lembaga mendapatkan
pemasyarakatan) pemeriksaan HIV
sesuai standar.
1) Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pernyataan Standar
Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan ibu hamil kepada semua ibu hamil di wilayah kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu kehamilan.
Pengertian
1. Pelayanan antenatal sesuai standar adalah pelayanan yang diberikan
kepada ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan dengan jadwal satu
kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali
pada trimester ketiga yang dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan
atau Dokter Spesialis Kebidanan baik yang bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang memiliki Surat
Tanda Register (STR).
2. Yang disebut dengan standar pelayanan antenatal adalah pelayanan
yang dilakukan kepada ibu hamil dengan memenuhi kriteria 10 T, yaitu
a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan;
b) Ukur tekanan darah;
c) Nilai status gizi (Ukur Lingkar Lengan Atas/LILA)
d) Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri);
e) Tentukan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin
f) (DJJ);
g) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi
h) Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan;
i) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama
j) kehamilan;
k) Tes laboratorium: tes kehamilan, pemeriksaan hemoglobin
l) darah (Hb), pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya), pemeriksaan protein urin (bila ada
indikasi); yang pemberian pelayanannya disesuaikan dengan
trimester kehamilan.
m) Tatalaksana/penanganan kasus sesuai kewenangan;
n) Temu wicara (konseling)
Rumus Penghitungan Kinerja
Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu hamil dinilai dari cakupan Pelayanan Kesehatan
Ibu Hamil (K4) sesuai standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun.
Target
Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
kesehatan ibu hamil adalah 100 persen.
Langkah-langkah Kegiatan
1. Pendataan ibu hamil
2. Pemeriksaan kehamilan
3. Pemberian Buku KIA
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Rujukan ANC jika diperlukan
Monitoring dan Evaluasi
1. Sistem Informasi Puskesmas
2. Sistem Informasi Rumah Sakit
3. Sistem Informasi Kesehatan Daerah
2) Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
Pernyataan Standar
Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan Pelayanan
Kesehatan Ibu Bersalin kepada semua ibu bersalin di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun.
Pengertian
1. Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan yang dilakukan
oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan yang
bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah maupun Swasta
yang memiliki Surat Tanda Register (STR) baik persalinan normal dan
atau persalinan dengan komplikasi.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi Polindes, Poskesdes, Puskesmas,
bidan praktek swasta, klinik pratama, klinik utama, klinik bersalin, balai
kesehatan ibu dan anak, rumah sakit pemerintah maupun swasta.
3. Standar pelayanan persalinan normal mengikuti acuan asuhan
persalinan normal yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum
Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan,
Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan
Seksual. Adapun untuk persalinan dengan komplikasi mengikuti acuan
dari Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Rujukan.
Defenisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu bersalin dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan
ibu bersalin sesuai standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun.
Rumus Penghitungan Kinerja
Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
kesehatan ibu bersalin adalah 100 persen.
Langkah-langkah Kegiatan
1. Pendataan ibu bersalin
2. Pelayanan persalinan
3. Pengisian dan pemanfaatan Buku KIA
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Rujukan pertolongan persalinan jika diperlukan
Monitoring dan Evaluasi
1. Sistem Informasi Puskesmas
2. Sistem Informasi Rumah Sakit
3. Sistem Informasi Kesehatan Daerah
3) Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Pernyataan Standar
Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir kepada semua bayi di wilayah kerjanya dalam
kurun waktu satu tahun.
Pengertian
1. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar adalah pelayanan
yang diberikan pada bayi usia 0-28 hari dan mengacu kepada
Pelayanan Neonatal Esensial sesuai yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak, dilakukan oleh Bidan dan atau perawat dan atau Dokter dan atau
Dokter Spesialis Anak yang memiliki Surat Tanda Register (STR).
2. Pelayanan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (Polindes,
Poskesdes, Puskesmas, Bidan praktek swasta, klinik pratama, klinik
utama, klinik bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, rumah sakit
pemerintah maupun swasta), Posyandu dan atau kunjungan rumah
Defenisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
paket pelayanan kesehatan bayi baru lahir dinilai dari persentase jumlah
bayi baru lahir usia 0-28 hari yang mendapatkan pelayanan kesehatan bayi
baru lahir sesuai standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam kurun
waktu satu tahun.
Rumus Penghitungan Kinerja
Target
Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
kesehatan bayi baru lahir sesuai standar adalah 100 persen.
Langkah-langkah Kegiatan
1. Pendataan bayi baru lahir
2. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
3. Pengisian dan pemanfaatan Buku KIA
4. Pencatatan dan pelaporan
5. Rujukan pertolongan kasus komplikasi pada bayi baru lahir jika
diperlukan
Monitoring dan Evaluasi
1. Sistem Informasi Puskesmas
2. Sistem Informasi Rumah Sakit
3. Sistem Informasi Kesehatan Daerah
4) Pelayanan Kesehatan Balita
Pernyataan Standar
Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan anak
balita kepada semua balita di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun.
Pengertian
1. Pelayanan kesehatan balita sesuai standar adalah pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada anak berusia 0-59 bulan dan dilakukan
oleh Bidan dan atau Perawat dan atau Dokter/DLP dan atau Dokter
Spesialis Anak yang memiliki Surat Tanda Register (STR) dan
diberikan di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta, dan UKBM.
2. Pelayanan kesehatan, meliputi :
a) Penimbangan minimal 8 kali setahun, pengukuran panjang/tinggi
badan minimal 2 kali setahun
b) Pemberian kapsul vitamin A 2 kali setahun.
c) Pemberian imunisasi dasar lengkap.
Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan balita usia 0-59 bulan dinilai dari cakupan balita
yang mendapat pelayanan kesehatan balita sehat sesuai standar di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
kesehatan balita pada anak usia 0–59 bulan sesuai standar adalah 100
persen.
Langkah-langkah Kegiatan
1. Pendataan Balita 0-59 bulan
2. Pemberian Pelayanan Kesehatan balita
3. Pencatatan dan Pelaporan
Monitoring dan Evaluasi
1. Sistem Informasi Puskesmas
2. Sistem Informasi Rumah Sakit
3. Sistem Informasi Kesehatan Daerah
5) Pelayanan Kesehatan pada Usia Pendidikan Dasar
Pernyataan Standar
Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan skrining kesehatan
sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib melakukan
penjaringan kesehatan kepada anak usia pendidikan dasar di wilayah
kabupaten/kota tersebut pada waktu kelas 1 dan kelas 7.
Pengertian
1. Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar adalah penjaringan
kesehatan yang diberikan kepada anak usia pendidikan dasar,
minimal satu kali pada kelas 1 dan kelas 7 yang dilakukan oleh
Puskesmas.
2. Standar pelayanan penjaringan kesehatan adalah pelayanan yang
meliputi :
a) Penilaian status gizi (tinggi badan, berat badan, tanda klinis
anemia);
b) Penilaian tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi dan napas);
c) Penilaian kesehatan gigi dan mulut;
d) Penilaian ketajaman indera penglihatan dengan poster
e) snellen;
f) Penilaian ketajaman indera pendengaran dengan garpu
g) tala;
3. Semua anak usia pendidikan dasar di wilayah kabupaten/kota adalah
semua peserta didik kelas 1 dan kelas 7 di satuan pendidikan dasar
yang berada di wilayah kabupaten/kota.
Defenisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan pelayanan skrining kesehatan anak usia pendidikan dasar
dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar
sesuai standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu
satu tahun ajaran.
Rumus Perhitungan Kinerja
Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
penjaringan kesehatan pada anak usia pendidikan dasar di wilayah kerja
adalah 100 persen.
Langkah-langkah Kegiatan
1. Pendataan anak usia pendidikan dasar kelas 1 dan kelas 7
2. Pra penjaringan:
a) informed consent
b) pembagian Buku Rapor Kesehatanku dan penjelasan penggunaan
3. Pelaksanaan penjaringan kesehatan
4. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penjaringan kesehatan
a) Rujukan jika diperlukan
b) KIE
3. Pencatatan dan pelaporan
Monitoring dan Evaluasi
1. Sistem Informasi Puskesmas
2. Sistem Informasi Kesehatan Daerah
6) Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif
Pernyataan Standar
Setiap warga negara Indonesia usia 15–59 tahun mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib
memberikan skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia
15–59 tahun di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
Pengertian
1. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun sesuai standar,
adalah:
a) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun diberikan sesuai
kewenanganya oleh:
i. Dokter;
ii. Bidan;
iii. Perawat;
iv. Nutrisionis/Tenaga Gizi.
v. Petugas Pelaksana Posbindu PTM terlatih
b) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun dilakukan di
Puskesmas dan jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan
pemerintah daerah.
c) Pelayanan skrining kesehatan usia15–59 tahun minimal
dilakukan satu tahun sekali.
d) Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun meliputi :
i. Deteksi kemungkinan obesitas dilakukan dengan
memeriksa tinggi badan dan berat badan serta lingkar perut.
ii. Deteksi hipertensi dengan memeriksa tekanan darah
sebagai pencegahan primer.
iii. Deteksi kemungkinan diabetes melitus menggunakan tes
cepat gula darah.
iv. Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku.
v. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
vi. Pemeriksaan ketajaman pendengaran
vii. Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan
payudara klinis dan pemeriksaan IVA khusus untuk wanita
usia 30–59 tahun.
2. Pengunjung yang ditemukan menderita kelainan wajib ditangani atau
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu menanganinya.
Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan skrining kesehatan warga negara berusia usia 15–59 tahun dinilai
dari persentase pengunjung usia 15–59 tahun yang mendapat pelayanan
skrining kesehatan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun.
Rumus Perhitungan Kinerja
Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara yang berusia 15–59
tahun yang membutuhkan pelayanan skrining di wilayah kerja adalah 100
persen.
Langkah-langkah Kegiatan
1. Skrining faktor risiko PTM dan gangguan mental emosional dan
perilaku
2. Konseling tentang faktor risiko PTM dan gangguan mental emosional
dan perilaku
3. Pelatihan teknis petugas skrining kesehatan bagi tenaga kesehatan dan
petugas pelaksana (kader) Posbindu PTM
4. Penyediaan sarana dan prasarana skrining (Kit Posbindu PTM)
5. Pelatihan surveilans faktor risiko PTM berbasis web
6. Pelayanan rujukan kasus ke Faskes Tingkat Pertama
7. Pencatatan dan pelaporan faktor risiko PTM
8. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan Evaluasi
1. Laporan fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Rapor Kesehatanku untuk peserta didik SD/MI dan Rapor Kesehatanku
untuk peserta didik SMP/MTs, SMA/MA/SMK.
3. Laporan monitoring faktor risiko PTM berbasis Posbindu.
4. Laporan monitoring faktor risiko PTM berbasis FKTP (PANDU).
5. Portal web PTM.
7) Pelayanan Kesehatan pada Usia Lanjut
Pernyataan Standar
Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib
memberikan skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 60
tahun ke atas di wilayah kerjanya minimal 1 kali dalam kurun waktu satu
tahun.
Pengertian
1. Pelayanan skrining kesehatan warga negara usia 60 tahun ke atas
sesuai standar adalah :
a) Dilakukan sesuai kewenangan oleh :
i. Dokter;
ii. Bidan;
iii. Perawat;
iv. Nutrisionis/Tenaga Gizi;
v. Kader Posyandu lansia/Posbindu
b) Pelayanan skrining kesehatan diberikan di Puskesmas dan
jaringannya, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, maupun pada
kelompok lansia, bekerja sama dengan pemerintah daerah.
c) Pelayanan skrining kesehatan minimal dilakukan sekali setahun.
d) Lingkup skrining adalah sebagai berikut :
i. Deteksi hipertensi dengan mengukur tekanan darah.
ii. Deteksi diabetes melitus dengan pemeriksaan kadar gula darah.
iii. Deteksi kadar kolesterol dalam darah
iv. Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku, termasuk
kepikunan menggunakan Mini Cog atau Mini Mental Status
Examination (MMSE)/Test Mental Mini atau Abreviated
Mental Test (AMT) dan Geriatric Depression Scale (GDS).
2. Pengunjung yang ditemukan memiliki faktor risiko wajib dilakukan
intervensi secara dini
3. Pengunjung yang ditemukan menderita penyakit wajib ditangani atau
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu menanganinya.
Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan skrining kesehatan pada warga negara usia 60 tahun
keatas dinilai dari persentase pengunjung berusia 60 tahun keatas
yang mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar minimal 1 kali
di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
Rumus Penghitungan Kinerja
Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam upaya skrining
kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 60 tahun ke atas di wilayah
kerjanya adalah 100 persen.
Langkah-langkah Kegiatan
1. Pendataan lansia
2. Skrining kesehatan lansia
3. Pemberian Buku Kesehatan Lansia
4. Pelayanan rujukan
5. Pencatatan dan pelaporan
Monitoring dan Evaluasi
1. Sistem Informasi Puskesmas
2. Sistem Informasi Rumah Sakit
3. Sistem Informasi Kesehatan Daerah
8) Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi
Pernyataan Standar
Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar.
Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita hipertensi
sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya.
Pengertian
1. Sasaran adalah penduduk usia 15 tahun ke atas
2. Penderita hipertensi esensial atau hipertensi tanpa komplikasi
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar; dan upaya promosi
kesehatan melalui modifikasi gaya hidup di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP).
3. Penderita hipertensi dengan komplikasi (jantung, stroke dan penyakit
ginjal kronis, diabetes melitus) perlu dirujuk ke Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjut (FKTL) yang mempunyai kompetensi untuk penanganan
komplikasi.
4. Standar pelayanan kesehatan penderita hipertensi adalah:
a) Mengikuti Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di FKTP.
b) Pelayanan kesehatan sesuai standar diberikan kepada penderita
Hipertensi di FKTP.
c) Pelayanan kesehatan hipertensi sesuai standar meliputi:
pemeriksaan dan monitoring tekanan darah, edukasi, pengaturan
diet seimbang, aktifitas fisik, dan pengelolaan farmakologis.
d) Pelayanan kesehatan berstandar ini dilakukan untuk
mempertahankan tekanan darah pada <140/90 mmHg untuk usia di
bawah 60 th dan <150/90 mmHg untuk penderita 60 tahun ke atas
dan untuk mencegah terjadinya komplikasi jantung, stroke, diabetes
melitus dan penyakit ginjal kronis.
e) Selama menjalani pelayanan kesehatan sesuai standar, jika tekanan
darah penderita hipertensi tidak bisa dipertahankan sebagaimana
dimaksud pada poin sebelumnya atau mengalami komplikasi, maka
penderita perlu dirujuk ke FKTL yang berkompeten.
Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar bagi penderita hipertensi, dinilai dari persentase
jumlah penderita hipertensi yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
Rumus Perhitungan Kinerja
Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan tatalaksana kepada penyandang DM sesuai standar di wilayah
kerjanya adalah 100 persen.
Langkah-langkah Kegiatan
1. Melakukan pendataan penderita DM menurut wilayah kerja FKTP
2. Melakukan skrining faktor risiko DM untuk seluruh pasien di FKTP
3. Melakukan pelayanan kesehatan sesuai standar, berupa edukasi
tentang diet makanan dan aktivitas fisik, serta terapi farmakologi
4. Melakukan rujukan ke FKRTL untuk pencegahan komplikasi
5. Pelatihan teknis pelayanan kesehatan tentang DM bagi tenaga
kesehatan, termasuk pelatihan surveilans DM berbasis web
6. Penyediaan peralatan kesehatan DM, termasuk HbA1C
7. Penyediaan obat DM
8. Pencatatan dan pelaporan
9. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan Evaluasi
1. Laporan SP2TP melalui Sistem Informasi Puskesmas (SIP)
2. Laporan surveilans PTM berbasis FKTP (PANDU) melalui portal
web PTM
3. Laporan fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan DM kepada
penderita DM sesuai standar Sistim Informasi P-Care JKN
10) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat
Pernyataan Standar
Setiap ODGJ berat mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Pengertian
Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat adalah:
1. Pelayanan promotif preventif yang bertujuan meningkatkan kesehatan
jiwa ODGJ berat (psikotik) dan mencegah terjadinya kekambuhan
dan pemasungan.
2. Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat diberikan oleh perawat
dan dokter Puskesmas di wilayah kerjanya.
3. Pelayanan kesehatan jiwa pada ODGJ berat meliputi:
a) Edukasi dan evaluasi tentang: tanda dan gejala gangguan jiwa,
kepatuhan minum obat dan informasi lain terkait obat, mencegah
tindakan pemasungan, kebersihan diri, sosialisasi, kegiatan rumah
tangga dan aktivitas bekerja sederhana, dan/atau
b) Tindakan kebersihan diri ODGJ berat
4. Dalam melakukan pelayanan promotif preventif diperlukan
penyediaan materi KIE dan Buku Kerja sederhana.
Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan ODGJ berat dinilai dengan jumlah ODGJ berat
(psikotik) di wilayah kerja nya yang mendapat pelayanan kesehatan jiwa
promotif preventif sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Rumus Perhitungan Kinerja
Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
kesehatan jiwa pada orang dengan gangguan jiwa berat sesuai standar di
wilayah kerja adalah 100 persen.
Langkah-langkah Kegiatan
1. Penyediaan materi KIE Keswa, Pedoman dan Buku Kerja
2. Kesehatan Jiwa
3. Peningkatan pengetahuan SDM
4. Penyediaan form pencatatan dan pelaporan
5. Pelayanan Kesehatan ODGJ Berat di Puskesmas
6. Pelaksanaan kunjungan rumah (KIE keswa dan dukungan
7. psikososial)
8. Monitoring dan evaluasi
Monitoring dan Evaluasi
1. Laporan Monitoring dan Evaluasi dari Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota
2. Sistem Informasi Puskesmas
Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam upaya
Pelayanan Tuberkulosis terhadap orang dengan TB adalah 100%, dengan
kriteria Capaian Kinerja ≥ 80% dikategorikan tercapai 100%.
Langkah-langkah Kegiatan
1. Peningkatan Kapasitas SDM TB
2. Promosi/Penyuluhan dan Penyediaan Media KIE TB
3. Pelayanan dan pemeriksaan TB dalam gedung dan luar gedung
4. Rujukan kasus TB dengan penyulit termasuk TB resistan Obat
kepada fasilitas kesehatan tingkat lanjut
5. Jejaring dan kemitraan pelayanan TB
6. Pemantapan mutu layanan labotatorium TB untuk penegakan
diagnosis TB
7. Pencatatan dan pelaporan TB melalui penyediaan Formulir pencatatan
dan pelaporan
8. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan Evaluasi
1. Register TB (TB 06 UPK) di Puskesmas dan RS.
2. Register TB (TB 03 UPK) di Puskesmas dan RS.
3. Register TB Kabupaten/ Kota (TB 03) di Dinkes Kabupaten/Kota.
4. Laporan triwulan TB Puskesmas.
5. Laporan triwulan Penemuan kasus (TB 07) di Dinkes Kabupaten/Kota.
12) Pelayanan Kesehatan Orang dengan Risiko Terinfeksi HIV
Pernyataan Standar
Setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien IMS,
waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan lembaga
pemasyarakatan) mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar.
Pengertian
1. Pelayanan Kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV sesuai standar
adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil, pasien
TB, pasien infeksi menular seksual (IMS), waria/transgender,
pengguna napza, dan warga binaan lembaga pemasyarakatan,
dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai kewenangannya dan diberikan
di FKTP (Puskesmas dan Jaringannya) dan FKTL baik pemerintah
maupun swasta serta di lapas/rutan narkotika.
2. Pelayanan Kesehatan meliputi:
a) Upaya pencegahan pada orang yang memiliki risiko terinfeksi HIV
b) Pemeriksaan HIV ditawarkan secara aktif oleh petugas kesehatan
bagi orang yang berisiko dimulai dengan:
i. pemberian informasi terkait HIV-AIDS
ii. pemeriksaan HIV menggunakan tes cepat HIV dengan
menggunakan alat tes sesuai standar nasional yang telah
ditetapkan
iii. orang dengan hasil pemeriksaan HIV positif harus dirujuk ke
fasilitas yang mampu menangani untuk mendapatkan
pengobatan ARV dan konseling tentang HIV dan AIDS bagi
orang dengan HIV (ODHA) dan pasangannya
iv. orang dengan infeksi menular seksual (IMS),
waria/transgender, pengguna napza, dan warga binaan
lembaga pemasyarakatan dengan hasil pemeriksaan HIV
negatif harus dilakukan pemeriksaan ulang minimal setelah
tiga (3) bulan, enam (6) bulan dan 12 bulan dari pemeriksaan
yang pertama.
Definisi Operasional Capaian Kinerja
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pemeriksaan HIV terhadap orang berisiko terinfeksi HIV dinilai dari
persentase orang berisiko terinfeksi HIV yang datang ke fasyankes dan
mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar di wilayah kerjanya dalam
kurun waktu satu tahun.
Rumus Penghitungan Kinerja
Target
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam upaya
pemeriksaan HIV terhadap orang berisiko terinfeksi HIV adalah 100%.
Monitoring dan Evaluasi
1. Register SIHA di fasyakes
2. Laporan triwulan SIHA di Dinkes Kabupaten/Kota
3. Estimasi sasaran kelompok berisiko.
X. Teknik monitoring dan evaluasi serta kinerja SPM
Formula perhitungan indikator SPM dan penjelasannya
(Kepmenkes 828/MENKES/SK/IX/2008)
No Indikator SPM Formula
Jumlah Ibu Hamil yang
memperoleh pelayanan
antenatal K4 di satu wilayah
kerja pada kurun waktu
tertentu X 100%
Jumlah sasaran ibu hamil di
satu wilayah kerja dalam
Cakupan Kunjungan kurun waktu yg sama
1
Ibu Hamil K4
Pembilang: Penyebut:
Jumlah ibu hamil yang telah Jumlah sasaran ibu hamil di satu
memperoleh pelayanan wilayah kerja dalam kurun waktu
antenatal sesuai standar yang sama.
minimal 4 kali di satu Jumlah sasaran Ibu Hamil dihitung
wilayah kerja pada kurun melalui estimasi dengan rumus :
waktu tertentu. 1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah
Penduduk (pada tahun yang sama).
Jumlah Komplikasi
kebidanan yang mendapat
penanganan definitif di satu
Cakupan komplikasi wilayah kerja pada kurun
2 kebidanan yang waktu tertentu X 100%
ditangani Jumlah Ibu dengan
komplikasi kebidanan di
satu wilayah kerja dalam
kurun waktu yg sama
Pembilang: Penyebut:
Jumlah komplikasi Jumlah ibu dengan komplikasi
kebidanan di satu wilayah kebidanan di satu wilayah kerja pada
tertentu yang mendapat kurun waktu yang sama.
penanganan definitif pada Perhitungan jumlah Ibu dgn
kurun waktu tertentu. komplikasi kebidanan di satu
wilayah kerja pada kurun waktu
yang sama: dihitung berdasarkan
angka estimasi 20% dari total Ibu
Hamil di satu wilayah pada kurun
waktu yang sama.
Total sasaran Ibu Hamil dihitung
melalui estimasi dengan rumus :
1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah
Penduduk (pada tahun yang sama).
Jumlah ibu bersalin yg
Cakupan pertolongan ditolong oleh tenaga
persalinan oleh tenaga kesehatan di satu wilayah
3 kesehatan yang kerja pada kurun waktu X 100%
memiliki kompetensi tertentu
kebidanan Jumlah seluruh sasaran ibu
bersalin di satu wilayah
kerja dalam kurun waktu yg
sama
Pembilang: Penyebut:
Jumlah ibu bersalin yang Jumlah seluruh sasaran ibu bersalin
ditolong oleh tenaga di satu wilayah kerja dalam kurun
kesehatan di satu wilayah waktu yang sama.
kerja pada kurun waktu Jumlah seluruh Ibu Bersalin
tertentu. dihitung melalui estimasi dengan
rumus : 1,05 x Crude Birth Rate x
Jumlah Penduduk.
Jumlah ibu nifas yg telah
memperoleh 3 kali
pelayanan nifas sesuai
standar di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
X 100%
Seluruh Ibu nifas di satu
wilayah kerja dalam kurun
Cakupan pelayanan waktu yang sama
4
nifas
Pembilang: Penyebut:
Jumlah ibu nifas yang telah Jumlah seluruh ibu nifas di satu
memperoleh 3 kali wilayah kerja dalam kurun waktu
pelayanan nifas sesuai yang sama.
standar di satu wilayah kerja Jumlah seluruh Ibu Nifas dihitung
pada kurun waktu tertentu. melalui estimasi dengan rumus:
1,05 x Crude Birth Rate (CBR) x
Jumlah Penduduk.
Jumlah neonatus dgn
komplikasi yg tertangani
X 100%
Jumlah seluruh neonatus
dgn komplikasi yg ada
Penyebut:
Neonatus dengan komplikasi yang
Cakupan neonatus ada di satu wilayah kerja pada
5 dengan komplikasi Pembilang:
kurun waktu yang sama di sarana
yang ditangani Jumlah neonatus dengan
pelayanan kesehatan.
komplikasi yang tertangani
Perhitungan sasaran neonatus
dari satu wilayah kerja pada
dengan komplikasi: dihitung 15%
kurun waktu tertentu di
dari jumlah bayi baru lahir.
sarana pelayanan kesehatan.
Jika tidak diketahui jumlah bayi
baru lahir maka dapat dihitung dari
CBR x jumlah penduduk.
Jumlah bayi memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai
standar di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu X 100%
Cakupan kunjungan Jumlah seluruh bayi lahir
6
bayi hidup dalam kurun waktu
yang sama
Pembilang: Penyebut:
Jumlah bayi yang Seluruh bayi lahir hidup di satu
memperoleh pelayanan wilayah
kesehatan sesuai dengan kerja dalam kurun waktu sama.
standar, paling sedikit 4 kali Jika tidak ada data dapat digunakan
di satu wilayah kerja pada angka estimasi jumlah bayi lahir
kurun waktu tertentu. hidup berdasarkan data BPS atau
perhitungan CBR x jumlah
penduduk.
Jumlah desa / kelurahan
UCI X 100%
Seluruh desa / kelurahan
Cakupan Desa/
7 Pembilang: Penyebut:
Kelurahan UCI
Jumlah Desa/Kelurahan UCI Seluruh Desa/Kelurahan di satu
di satu wilayah kerja pada wilayah kerja dalam waktu yang
waktu tertentu. sama.
Jumlah anak balita yg
memperoleh pelayanan
pemantauan pertumbuhan
minimal 8 kali disatu
wilayah kerja pada waktu
tertentu X 100%
Pembilang: Penyebut:
Jumlah anak balita (12 – 59 Jumlah seluruh anak balita (12 – 59
bulan) yang memperoleh bulan) di satu wilayah kerja dalam
pelayanan pemantauan kurun waktu tertentu.
pertumbuhan minimal 8 kali
di satu wilayah kerja pada
waktu kurun tertentu.
Jumlah anak usia 6 – 24
bulan keluarga miskin yang
mendapat MP – ASI X 100%
Cakupan pemberian Jumlah seluruh anak usia 6 –
makanan pendamping 24 bulan keluarga miskin
9 ASI pada anak usia 6 – Pembilang: Penyebut:
24 bulan Jumlah anak usia 6 – 24 Jumlah seluruh anak usia 6 – 24
keluarga miskin bulan dari Gakin yang bulan dari Gakin di satu wilayah
mendapat MP-ASI di satu kerja dalam kurun waktu yang sama.
wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Jumlah balita gizi buruk
mendapat perawatan di
sarana pelayanan kesehatan
Cakupan balita gizi di satu wilayah kerja pada
10 buruk mendapat waktu tertentu X 100%
perawatan Jumlah seluruh balita gizi
buruk yang ditemukan di
satu wilayah kerja dalam
waktu yg sama
Pembilang: Penyebut:
Jumlah balita gizi buruk Jumlah seluruh balita gizi buruk
mendapat perawatan di yang ditemukan di satu wilayah
sarana pelayanan kesehatan kerja pada kurun waktu yang sama.
di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.
Penyebut:
Jumlah perkiraan penderita diare
Pembilang: pada suatu wilayah tertentu dalam
Jumlah penderita diare yang waktu yang sama.
datang dan dilayani di sarana Perkiraan jumlah penderita diare
Kesehatan dan Kader di yang datang ke sarana kesehatan dan
suatu wilayah tertentu dalam kader adalah 10% dari angka
waktu satu tahun. kesakitan x jumlah penduduk disatu
wilayah kerja dalam waktu satu
tahun.
Jumlah kunjungan pasien
maskin di Sarkes strata 1
X 100%
... dibagi jumlah seluruh
Cakupan pelayanan
maskin di kab/kota
14 kesehatan dasar
masyarakat miskin Pembilang: Penyebut:
Jumlah kunjungan pasien Jumlah seluruh maskin di wilayah
maskin selama 1 tahun (lama kerja dalam kurun waktu yang sama.
dan baru).
Jumlah pasien maskin di
sarkes strata 2 dan strata 3
X 100%
Cakupan pelayanan
Jumlah masyarakat miskin
kesehatan rujukan
15
pasien masyarakat Pembilang: Penyebut:
miskin Jumlah kunjungan pasien Jumlah seluruh maskin di wilayah
maskin selama 1 tahun (lama kerja dalam kurun waktu yang sama.
dan baru).
Pelayanan gawat darurat
Cakupan pelayanan level 1
X 100%
gawat darurat level 1
Jumlah RS kab/kota
yang harus diberikan
16
sarana kesehatan Pembilang: Penyebut:
(Rumah Sakit) di Jumlah RS yang mampu Jumlah RS kabupaten
Kabupaten/ Kota memberikan pelayanan
gadar level 1
Jumlah KLB di
desa/kelurahan yang
ditangani <24 jam X 100%
Cakupan
Desa/Kelurahan Jumlah KLB di
mengalami Kejadian desa/kelurahan yang terjadi
17
Luar Biasa (KLB) yang
Pembilang: Penyebut:
dilakukan penyelidikan
Jumlah kejadian Luar Biasa Jumlah Kejadian Luar biasa (KLB)
epidemiologi < 24 jam
(KLB) di Desa/ Kelurahan yang terjadi pada wilayah Desa/
yang ditangani < 24 jam Kelurahan pada periode/kurun
periode/kurun waktu waktu yang sama.
tertentu. Bila dalam 1 desa/ kelurahan terjadi
lebih dari 1 kali KLB pada suatu
periode, maka jumlah desa/
kelurahan yang mengalami KLB
dihitung sesuai dengan frekuensi
KLB yang terjadi di desa/ kelurahan
tersebut, dan ikut dimasukan dalam
penghitungan pembilang maupun
penyebut.
Jumlah Desa siaga yg aktif
Jumlah Desa Siaga yg X 100%
dibentuk
Cakupan Desa Siaga
18 Pembilang: Penyebut:
Aktif
Jumlah desa siaga yang aktif Jumlah desa siaga yang dibentuk di
di satu wilayah pada kurun satu wilayah pada kurun waktu
waktu tertentu. tertentu.
2. Siklus pemecahan masalah
1. Identifikasi
masalah
2.
8.
Penentuan
Monitoring
prioritas
evaluasi
masalah
7. KERANGKA PIKIR 3.
Penyusunan PEMECAHAN Penetuan
rencana MASALAH penyebab
penerapan masalah
4.
6.
Pemelihan
Penetapan
penyebab
pemecahan
yang paling
terpilih 5. Penentuan mungkin
alternatif
pemecahan
masalah
I. Identifikasi masalah
Masalah: kesenjangan antara harapan dan kenyataan, menimbulkan
ketidakpuasan.
Ciri: dapat diukur, dapat diatasi, menghubungkan 2 atau lebih variabel.
II. Penentuan prioritas masalah
Metode Kualitatif: Curah Pendapat, Brain writing, Hanlon Kualitatif, Strategy-
Grids, Multi-Voting
Metode Kuantitatif: Delphi, Delbeg, Hanlon Kuantitatif, Carl, Reinke, PAHO
a. Curah pendapat
1) Tiap peserta diskusi mengemukakan pendapatnya mengenai prioritas
masalah masing-masing
2) Prioritas masalah adalah yang terbanyak dipilih forum
b. Hanlon Kualitatif
1) Terdapat 3 kriteria yaitu Urgency (mendesak), Seriousness
(kegawatan), Growth (perkembangan)
2) Membuat tabel untuk membandingkan antar masalah pada tiap
kriteria.
3) Dihitung total vertikal maupun total horizontal tiap masalah pada
tiap kriteria USG
4) Dijumlahkan total vertikal dan total horizontal tiap masalah pada
tiap kriteria USG
5) Dijumlahkan seluruh total USG tiap masalah
6) Prioritas masalah diurutkan sesuai jumlah akhir USG tiap masalah
c. Strategy-Grids
1) Tentukan 2 kriteria yang menjadi fokus utama, misal: dampak dan
biaya
2) Buat tabel 4 kuadran, misal: dampak tinggi biaya tinggi, dampak
tinggi biaya rendah, dampak rendah biaya tinggi, dampak rendah
biaya rendah
3) Kategorikan dan prioritaskan.
d. Multi-Voting
1) Buat daftar masalah
2) Tiap partisipan vote sesuai prioritasnya
3) Eliminsi masalah dengan hasil vote kurang dari setengah jumlah
partisipan
4) Lakukan vote ulang untuk masalah yang tersisa
5) Ulangi langkah sampai sejumlah masalah yang diinginkan
e. Delphi
1) Identifikasi seluruh masalah
2) Kelompokkan masalah yang akan diprioritaskan
3) Bagikan kertas kecil kepada partisipan
4) Partisipan menuliskan 4 masalah dengan skor tiap masalah, skor
terendah 1 dan tertinggi 10
5) Kertas dikumpulkan dan dibuat tabel skoring untuk menjumlahkan
skor tiap masalah
6) Prioritas masalah dimulai dari jumlah skor tertinggi.
f. Delbeg
1) Tentukan kriteria yang diinginkan
2) Mengkaji apakah kriteria tersebut dapat digunakan untuk menilai
permasalahan, misal: besar masalah, kecenderungan meningkat
3) Menentukan bobot dari masing-masing kriteria, misal besar masalah
bobotnya 9, kecenderungan masalah meningkat bobotnya 8
4) Menilai tiap kriteria dengan skala 1-10
5) Nilai tiap masalah=jumlah dari nilai per kriteria x bobot
6) Prioritas masalah diurutkan dari nilai tertinggi
g. CARL
1) C: capability, kemampuan sumber daya, dana
2) A: assessibility, mudah diatasi/tidak
3) R: readiness, kesiapan man, sasaran, motivasi
4) L: leverage, pengaruh satu terhadap yang lain
5) Berikan skor untuk tiap kriteria yakni 0-10
6) Nilai tiap masalah= CxAxRxL
7) Prioritas masalah diurutkan dari nilai tertinggi
h. Reinke
1) M: magnitude of problem, besarnya masalah
2) I: importancy, kegawatan, tingginya angka morbiditas maupun
mortilitas masalah dari waktu ke waktu
3) V: vulnerability, sensitif atau tidaknya pemecahan masalah
menyelesaikan masalah
4) C: cost, biaya yang digunakan dalam pemecahan masalah, makin
banak biaya makin sedikit skor
5) Beri skor untuktiap kriteria yakni 1-5
6) Nilai tiap masalah= (MxIxV): C
7) Prioritas masalah diurutkan dari nilai tertinggi
i. PAHO
1) M: magnitude, besar masalah
2) S: severity, tingkat keparahan
3) V: vulnerability, tingkat kerentanan
4) C: community, tingkat perhatian
5) Beri skor tiap kriteria yakni 1-10
6) Nilai tiap masalah= MxSxVxC
7) Prioritas masalah diurutkan dari nilai tertinggi
j. Hanlon Kuantitatif
1) Nilai tiap masalah= (A+B)xCxD
2) A: besar masalah
Besar masalah adalah 100% - %pencapaian
Tentukan nilai masalah terbesar dan terkecil
Hitung jumlah kelas dari besaran masalah dengan Rumus Sturgess
yakni k= 1 + 3.3 log n dimana n adalah banyak masalah
Tentukan interval tiap kelas dengan Rumus= (nilai masalah terbesar-
nilai masalah terkecil) : jumlah kelas
Kelas dimulai dari nilai masalah terendah dan memiliki nilai kelas,
misal: kelas 1 bernilai 1, dst
3) B: kegawatan masalah
Kegawatan masalah
Beri skor pada masing-masing kriteria USG untuk tiap masalah
Total seluruh kriteria USG pada tiap masalah sehingga menjadi nilai
B untuk tiap masalah
4) C: kemudahan dalam penanggulangan
Kemudahan dalam penanggulangan
Beri skor terkait kemudahan penanggulangan dari tiap masalah
Yang lebih mudah diberi nilai yang lebih besar
5) D: faktor pearl
Faktor PEARL
Diberi nilai 1 atau 0
III. Penentuan Penyebab Masalah.
Segitiga Epidemiologi (epidemiologic triangle)
Metode ini digunakan untuk menganalisis terjadinya suatu penyakit.
Segitiga ini terdiri atas panjamu (host), agen (agent) dan lingkungan
(environment). Menurut John Bordon, model segitiga epidemiologi
menggambarkan interaksi tiga komponen penyakit yaitu Manusia sebagai (Host)
atau penjamu, penyebab (Agent) dan lingkungan (Environment)
Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan perlunya analis dan
pemahaman masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya
ketidakseimbangan antar ketiga komponen tersebut. Model ini lebih di kenal
dengan model triangle epidemiology atau triad epidemiology. Konsep ini
bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit menular dari
unsur unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai agent dan mudah di isolasikan
dengan jelas dari lingkungan
Pohon Masalah
Pohon masalah (problem tree) sebuah pendekatan/ metode yang
digunakan untuk identifikasi penyebab suatu masalah, atau alat untuk
memvisualisasikan suatu masalah atau persoalan.
Analisis pohon masalah dilakukan dengan membentuk pola pikir yang
lebih terstruktur mengenai komponen sebab akibat yang berkaitan dengan
masalah yang telah diprioritaskan.
Tiga bagian pohon masalah yaitu:
1. Batang pohon menggambarkan masalah utama
2. Akar merupakan penyebab masalah inti
3. Cabang pohon mewakili dampak.
Manfaat pohon masalah sebagai suatu alat atau teknik dalam
mengidentifikasi dan menganalisis masalah, analisis pohon masalah mempunyai
banyak kegunaan. Alat analisis ini membantu untuk mengilustrasikan korelasi
antara masalah, penyebab masalah, dan akibat dari masalah dalam suatu hirarki
faktor-faktor yang berhubungan. Analisis ini digunakan untuk menghubungkan
berbagai isu atau faktor yang berkontribusi pada masalah organisasi dan
membantu untuk mengidentifikasi akar penyebab dari masalah organisasi
tersebut.
Web of Causation
Teori ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial. Dimana teori
ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai
faktor. Misalnya faktor interaksi lingkungan yang berupa faktor biologis,
kimiawi dan sosial memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit.
Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang
berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan
akibat. Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau
dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik. Model ini cocok
untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu.
Indepth interview
Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan
dengan curah pendapat dapat berupa:
Indepth Interview, langkah-langkah dalam melakukan wawancara
mendalam (Indepth Interview) adalah :
INPUT
MAN
MONEY METHODE
MATERIAL
MACHINE
MASALAH
P1
P3
P2
LINGKUNGAN
PROSES
Magnitude Vulnerability
1 = Tidak magnitude 1 = Tidak sensitive
2 = Kurang magnitude 2 = Kurang sensitive
3 = Cukup magnitude 3 = Cukup sensitive
4 = Magnitude 4 = Sensitif
5 = Sangat magnitude 5 = Sangat sensitif
Importancy Cost
1 = Tidak penting 1 = Sangat murah
2 = Kurang penting 2 = Murah
3 = Cukup penting 3 = Cukup murah
4 = Penting 4 = Kurang Murah
5 = Sangat Penting 5 = Tidak Murah
5 program :
1. Jaminan Kesehatan
2. Jaminan Kecelakaan Kerja
3. Jaminan Hari Tua
4. Jaminan pension
5. Jaminan Kematian
9 prinsip :
1. kegotong-royongan;
2. nirlaba;
3. keterbukaan;
4. kehati-hatian;
5. akuntabilitas;
6. portabilitas;
7. kepesertaan bersifat wajib;
8. dana amanat; dan
9. Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
I. Kepesertaan JKN
Berdasarkan UU 40/2004 ttg SJSN : pasal 4 dan Perpres 111/2013 pasal 6
(1) : Kepesertaan Jaminan Sosial bersifat wajib. Mulai tgl 1 Jan 2014 BPJS
Kesehatan berkewajiban menerima pendaftaran kepesertaan yg diajukan
Pemberi Kerja; Pekerja bukan penerima upah dan Bukan Pekerja.
Alur pemangku kepentingan dalam pelaksanaan JKN berdasarkan UU No
40/2004 tentang SJSN & UU No. 24/2011 tentang BPJS adalah sebagai berikut
Sasaran :
1. Setiap individu/ penduduk usia > 15 tahun
2. Seluruh Desa/kelurahan di setiap kabupaten/ kota
Kegiatan Pemeriksaan/skrining kesehatan secara rutin sebagai upaya
pencegahan yang harus dilakukan oleh setiap penduduk usia >15 tahun
keatas untuk mendeteksi secara dini adanya faktor risiko perilaku yang
dapat menyebabkan terjadinya penyakit Jantung, Kanker, Diabetes dan
penyakit paru kronis, ganguan indera serta gangguan mental.
Pelaksanaan Kegiatan :
1. Kriteria:
a) Setiap warga negara Indonesia usia 15 s.d. 59 tahun mendapatkan
pemeriksaan/ skrining kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota wajib memberikan Skrining Kesehatan Sesuai
Standar pada warga negara usia 15 – 59 tahun di wilayah kerjanya
b) Pelayanan pemeriksaan/ skrining kesehatan usia >15 tahun keatas
diberikan, sesuai kewenanganya, oleh : Dokter; Bidan; Perawat;
Nutrisionis/Tenaga Gizi. Petugas Pelaksana Posbindu PTM terlatih.
c) Pelayanan pemeriksaan/skrining kesehatan dilakukan di Puskesmas
dan jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya yang bekerja sama dengan Pemerintah Daerah.
d) Pemeriksaan/ skrining kesehatan usia15 tahun keatas dilakukan
minimal dilakukan satu tahun sekali.
2. Pemeriksaan/ skrining kesehatan sesuai standar usia 15-59 tahun meliputi:
a) Deteksi faktor risiko riwayat penyakit PTM keluarga dan faktor risiko
perilaku (merokok dan terpapar asap rokok, diet tidak sehat, tidak
beraktifitas fisik 30 menit perhari, mengkonsumsi alkohol)
b) Deteksi kemungkinan Obesitas dilakukan dengan memeriksa Tinggi
Badan dan Berat Badan serta lingkar perut.
c) Deteksi Hipertensi dengan memeriksa tekanan darah sebagai
pencegahan primer.
d) Deteksi kemungkinan Diabetes Mellitus menggunakan tes cepat gula
darah.
e) Deteksi Gangguan Mental Emosional Dan Perilaku.
f) Pemeriksaan ketajaman penglihatan
g) Pemeriksaan ketajaman pendengaran
h) Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan payudara klinis
dan pemeriksaan IVA khusus untuk wanita usia 30 – 59 tahun.
i) Individu yang ditemukan mempunyai faktor risiko perilaku atau
menderita kelainan wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang mampu menanganinya.
3. Lingkup pemeriksaan/skrining kesehatan usia > 60 tahun keatas adalah
sebagai berikut :
a) Deteksi obesitas dengan pengukuran IMT dan lingkar perut
b) Deteksi Hipertensi dengan mengukur Tekanan Darah.
c) Deteksi Diabetes Mellitus dengan pemeriksaan kadar gula darah.
d) Deteksi kadar kolesterol dalam darah
e) Deteksi kadar asam urat dalam darah
f) Deteksi Gangguan Mental Emosional dan Perilaku, termasuk
Kepikunan menggunakan Mini Cog atau Mini Mental Status
Examination (MMSE)/Test Mental Mini atau Abreviated Mental Test
(AMT) dan Geriatric Depression Scale (GDS).
g) Individu yang ditemukan mempunyai faktor risiko perilaku atau
menderita kelainan wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang mampu menanganinya.
4. Langkah Kegiatan
a) Pelaksanaan skrining faktor risiko PTM dan Gangguan mental
emosional dan Perilaku.
b) Memberikan intervensi FR PTM dan Gangguan mental emosional dan
perilaku
c) Pelatihan teknis petugas skrining kesehatan bagi tenaga kesehatan dan
petugas pelaksana (kader) Posbindu PTM
d) Penyediaan sarana dan prasarana skrining (Kit Posbindu PTM)
e) Pelatihan surveilans faktor risiko PTM berbasis web
f) Pelayanan rujukan kasus ke FKTP
g) Pencatatan dan pelaporan faktor risiko PTM
h) Monitoring dan Evaluasi
5. Family Asessment Tools
Komponennya terdiri dari:
1. Family Genogram
Genogram digunakan untuk mencari data individu, pasangan, ataupun keluarga,
khusunya pada faktor yang diturunkan, penyakit keluarga, anggota keluarga dan
struktur keluarga. Genogram yang lengkap mencakup :
a) Nama dan umur semua anggota keluarga
b) Waktu kelahiran, pernikahan, perpisahan, perceraian, kemalian (termasuk
penyebabnya) dan kejadian signifikan lainnya
c) Informasi terkait tiga atau lebih generasi
d) Penyakit (termasuk penyakit keturunan dan masalah penyakit yang signifikan)
e) Penanda anggota keluaga mana yang tinggal serumah
f) Informan
g) Tanggal genogram dibuat
1. Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 828 tahun 2008
tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di
Kabupaten/Kota. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2008.
2. Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI 2016.
3. Biro perencanaan dan Anggaran Sekretarian Jendral Kementrian Kesehatan. Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidan Kesehatan. Sumatera Barat: Kementrian Kesehatan
RI; 2017
4. Materi Kuliah Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat – Siklus Pemecahan Masalah
5. Materi Kuliah Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat – Prioritas Masalah dan
pengambilan Keputusan
6. https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/
7. https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/
8. http://www.jkn.kemkes.go.id/
9. http://www.pasienbpjs.com/2017/01/mengenal-perbedaan-bpjs-pbi-dan-non-
pbi.html?m=1
10. Kementrian Kesehatan RI. Buku Panduan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2016.
11. Materi Kuliah Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat – Family Asessment Tools