Anda di halaman 1dari 23

TUGAS ASUHAN GIZI III

STUDI KASUS : STROKE

Disusun oleh:
Kelompok 7
Siti Majidah (22030112120001)
Irfa Eka Angraresti (22030112120011)
Gardinia Nugrahani (22030112130017)
Nurul Riau Dwi S (22030112140033)
Agung Dwi Prasetyo (22030112130041)
Affini Nurratri U (22030112140061)
Dziky Muhammad (22030112140101)
Amanda Rambu Yuliana (22030112140109)

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Kasus

Ny. H, 60 tahun, didiagnosis mengalami stroke hemoragik. dari hasil pemeriksaan


fisik didapatkan penurunan kesadaran, tingkat kesadaran Sopor, GCS: E=2 M=2 V= 2.
BB 95 kg dan TB 157 cm, dan klien tampak lemah. Hasil pemeriksaan tekanan darah
pasien 201/133 mmHg.

Sebelum sakit pasien sering mengonsumsi gorengan, jerohan, dan dalam seminggu
bisa 3 kali mengonsumsi telur ayam. Serhari-hari ia membutuhkan bantuan seseorang
untuk menyiapkan makanan karena tubuhnya bagian kanannya sudah mengalami
kelumpuhan sehingga untuk berjalan pun membutuhkan bantuan seseorang.

Keluarga pasien mengatakan 8 hari yang lalu tiba tiba pasien tidak bisa bangun dan
tidak bisa berbicara. Kemudian keluarga langsung membawa pasien ke rumah sakit, 7
hari pasien dirawat di bangsal tetapi tidak ada kemajuan sehingga di pindah ke ICU.
Saat ini Ny. H mengasup makanan yang disediakan rumah sakit berupa peptisol atau
diabetasol melalui NGT.

Menurut keluarga 7 bulan yang lalu pasien pernah dirawat dirumah sakit ketika
dilakukan pembedahan pada kaki kanannya akibat luka yang ditimbulkan oleh penyakit
Diabetes Melitus yang diderita Pasien. Menurut keluarga pasien, dalam keluarga tidak
ada yang menderita stroke, akan tetapi keponakan pasien menyebutkan bahwa ayah dari
pasien menderita DM semasa hidupnya. Kedua orang tua pasien telah meninggal,
pasien hidup sendiri, dia dirumah bersama seorang yang mengurusinya. Sedangkan
orang orang terdekat adalah, keponakannya, akan tetapi mereka sudah berkeluarga dan
tinggal di luar kota untuk mengurus usahanya.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium (23 Mei 2013) :

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


Glukosa sewaktu 138 mg/dl 70-140
Urea 17 mg/dl 10-50
Kreatinin 1,08 mg/dl 0,5-1,2
Cholesterol 293 mg/dl 50-250
HDL Cholesterol 58 mg/dl 0-55
LDL Cholesterol 395 mg/dl 0-150
Trigliserida 129 mg/dl 0-150
2
SGOT 19 u/L 0-37
SGPT 10 u/L 0-42
Asam urat 5,0 mg/dl 3,4-7
K 3,3 mmol/L 3,4-5,4
Na 145 mmol/L 135-155
Cl 113 mmol/L 95-108
HbsAg - Negatif

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


WBC 7,36 103/UL 4,8-10,8
RBC 4,47 106 /UL P : 4,7 – 6,1
W : 4,2-5,4
HGB 12,0 gr/dl P : 14-18 gr/dl
W : 12-16 gr/dl
HCT 7,0 % P : 42-52 %
W : 37-47%
PLT 356 103/UL 150-400

Pemeriksaan Urinalisa (23 Mei 2013)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Warna Kuning Kuning Muda-Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1017 1015-1030
pH 5,5 4,0-7,8
Leukosit 2+ -
Nitrit - -
Protein 3+ -
Glukosa - -
Keton - -
Urobilinogen - -
Eritrosit 3+ -
Sedimen
- Sel epitel 1 1
- Leukosit 10-15 0-5/LPB
- Eritrosit 15-25 0-2/LPB
- Kristal - -
- Silinder
Hyalin + -
Granula + -

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Skrining gizi

Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko malnutrisi atau
kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelainan
metabolik hemodialisa anak, geriatrik, dengan kemoterapi atau radiasi, luka bakar,
pasien dengan imunitas, sakit kritis. Sebagian besar alat skrining terdiri dari 3
pertanyaan: penurunan BB, penurunan asupan makanan, dan tingkat keparahan
penyakit.1

Alat skrining di medik antara lain: MUST (Malnutrition Universal Screening Tools),
NRS 2002 (Nutritional Risk Screening), MNA (Mini Nutritional Asessment), SNAQ
(Short Nutritional Asessment Quisioner), STAMP (Screening Tools Asessment of
Malnutrition in Pediatric), PNI (Prognostic Nutritional Indexs) dan SGA (Subjective
Global Assesment).3

Pada kasus ini kami memilih untuk menggunakan alat skrining MUST. MUST
adalah alat skrining yang bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang malnutrisi atau
berisiko untuk malnutrisi. Alat ini bisa digunakan untuk memprediksi lama seseorang
dirawat di rumah sakit terutama untuk orang dewasa. 1,2 MUST menggunakan 3 kriteria
dalam penggunaannya, yang tiap-tiap kriteria akan diberi skor tergantung pada standar
yang telah ditetapkan3,4;

1. IMT : berdasarkan standar internasional yang telah disepakati


2. Penurunan berat badan : berdasarkan batas kira-kira antara perubahan berat
badan yang dianggap normal dan abnormal
3. Efek penyakit akut : pemberian skor 2 apabila penyakit yang diderita
mengganggu asupan gizi selama lebih dari lima hari
Setiap kriteria memiliki skor dan skor-skor tersebut akan dijumlah. Jumlah skor
inilah yang dipakai untuk melihat apakah orang tersebut berisiko untuk malnutrisi atau
tidak. Jika jumlah skor adalah nol, maka orang tersebut risiko malnutirisinya adalah
rendah. Jika jumlah skor adalah satu, maka orang tersebut risiko malnutrisinya adalah
sedang. Jika jumlah skor adalah dua, maka orang tersebut risiko malnutrisinya adalah

4
tinggi. Berdasarkan hasil skrining pasien dengan menggunakan MUST diperoleh hasil
sebagai berikut 2 :

Step Interpretasi Skor

1 BMI = 38.54 kg/m2 (> 30 obese) 0

2 Tidak ada penurunan berat badan -

3 Pasien dengan penyakit yang tergolong akut 2

4 Hasil skrining (tinggi risiko malnutrisi) 2

2.2. Assesment

Domain Data Interpretasi Data Kesimpulan

FH 1.2.2.5 Variasi Konsumsi telur,


Makanan gorengan dan jerohan

FH 1.3.1.1 Asupan Asupan peptisol / NGT diberikan karena


Enteral diabetasol Ny H mengalami
menggunakan NGT penurunan kesadaran
sehingga tidak dapat
mengasup makanan
melalui oral

FH 2.1.3.3 Caregiver Pasien tinggal


bersama pengasuhnya

FH 5.4.1 Durasi Biasa makan 2x/hari


Makan
FH 7.3.1 Riwayat Aktivitas fisik
Aktivitas Fisik minimum karena
kelemahan

AD 1.1.1 Tinggi 157 cm


- -

5
Badan
AD 1.1.2 Berat Badan 95 kg
- -

AD 1.1.5 BMI 38,54 kg/m2 - Obesitas

BD 1.2.2 Kreatinin 1,08 mg/dl (Normal: 0,5-1,2 Normal


mg/dl)

BD 1.2.6 Klorida 113 mmol/L (Normal: 95-108 Tinggi


mmol/L)

BD 1.5.2 Glukosa 138 mg/dl (Normal: 70-140 Normal


mg/dl)

(Normal: 50-250 Tinggi


BD 1.7.1 Serum 293 mg/dl
mg/dl)
Kolesterol

(Normal: 0-55 mg/dl) Tinggi


BD 1.7.2 Kolesterol 58 mg/dl
HDL

(Normal: 0-150 Tinggi


BD 1.7.3 Kolesterol 395 mg/dl
mg/dl)
LDL

(Normal: 0-150 Normal


BD 1.7.7 Serum 129 mg/dl
mg/dl)
Trigliserida

(Normal: 12-16 gr/dl) Normal


BD 1.10.1 12 gr/dl
Hemoglobin

(Normal: 37-47%) Rendah


BD 1.10.2 Hematokrit 7%

Kuning muda-kuning Normal


BD 1.12.1 Warna Kuning
Urine

PD 1.1.1 Penampilan Fisik lemah dengan


Keseluruhan tingkat kesadaran
sopor

6
Ekstremitas atas dan  Ekstremitas atas
PD 1.1.4 Ekstremitas,
kanan: Terdapat
Otot dan Tulang ekstremitas bawah
pembengkakan dan
terpasang IVFD
 Ekstremitas Atas
Kiri : Nampak
sedikit bengkak
 Ekstremitas kanan
bawah: terdapat
luka bekas
debridement ulkus
DM, bagian paha
terdapat
penggelapan warna
kulit akibat bedtres
yang lama.
Terdapat udema
 Ekstremitas kiri
bawah: terdapat
penggelapan warna
kulit akibat bedtres
yang lama.
Terdapat udema

PD 1.1.5 Sistem Pemeriksaan pada  Mulut: mukosa


Pencernaan mulut, abdomen, bibir lembab,
genetalia dan perineal mulut kotor, gigi
tidak lengkap

 Abdomen: perut
nampak besar
(penumpukan
lemak)

 Genetalia dan

7
perineal: terpasang
selang kateter

Terdapat luka lecet


PD 1.1.8 Kulit Turgor kulit buruk
pada paha kanan,
tangan kanan dan kiri
serta terdapat luka
bekas debridement 7
bulan yang lalu pada
kaki kanan.
(Normal: 120/80 Tinggi
PD 1.1.9.1 Tekanan 210/133 mmHg
mmHg)
Darah

(Normal: 60-100 Normal


PD 1.1.9.2 Heart Rate 64 kali/menit
kali/menit)
(Normal: 14-20 Tinggi
PD 1.1.9.3 Laju 24 kali/menit
kali/menit)
Respirasi

Normal
PD 1.1.9.4 Suhu 37,1 °C

- -
CH 1.1.1 Umur 60 tahun

CH 1.1.2 Jenis Wanita


Kelamin

CH 1.1.10 Mobilitas Aktivitas minimun


karena kelemahan
tangan dan kaki
sebelah kanan

CH 2.1.14 lain-lain Riwayat Diabetes


Melitus

CH 2.2.2 Operasi Operasi debriment 7


bulan lalu pada kaki

8
kanan

CS 1.1.1 Perkiraan 1363,89 kkal Disesuaikan dengan


total kebutuhan energi kondisi pasien dan
daya terima pasien.

CS 1.1.2 Metode Perhitungan BMR = (10 x


perhitungan kebutuhan energy bisa BBI) + (6,25 x
kebutuhan energi mengunakan Mifflin- TB) – (5 x U) -
St. Joer dengan 161
disertai factor kondisi
= (10 x 51.3) +
yang dialami pasien
(6,25 x 157) – (5
x 60 ) - 161

= 1033.25

AF = 20% x
1033.25 =
206.65

SDA = 10% x
(1033.25+206.6
5) = 123.99

TEE =1033.25 +
206.65 + 123.99
= 1363.89

CS 2.1 Perkiraan Disesuaikan dengan (20% x 1363.89)


kebutuhan lemak kondisi pasien dan : 9 = 30.31 gram
daya terima pasien

CS 2.2 Perkiraan Disesuaikan dengan (20% x 1363.89)


kebutuhan protein kondisi pasien dan : 4 = 68.19 gram
daya terima pasien

CS 2.3 Perkiraan Disesuaikan dengan (60% x 1363.89)


kondisi pasien dan : 4 = 204.58

9
kebutuhan karbohidrat daya terima pasien gram

Dari data assessment diatas, diperoleh beberapa masalah gizi dari domain intake,
klinis dan perilaku yaitu kelebiihan asupan mineral, peningkatan nilai laboratorium terkait
gizi dan rendahnya aktivitas fisik.

2.3. Diagnosis

Berdasarkan data assessment dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa masalah
yang harus diselesaikan yaitu:

1. Obesitas berkaitan dengan asupan energi yang berlebih ditandai dengan BMI 38,
kadar kolesterol serum sebesar 293 mg/dL, kolesterol LDL sebesar 395 mg/dL, dan
sering mengonsumsi gorengan, jeroan, dan telur ayam.

2. Ketidakmampuan mengasup makanan secara oral berkaitan dengan adanya gangguan


motorik (stroke) ditandai dengan dysfagia.

2.4. Intervensi

a. Tujuan

1. Memberikan asupan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi pasien
dengan memperhatikan kondisi fisik/klinis dan komplikasi penyakit yang ada.

2. Memberikan makanan dengan kandungan zat gizi yang adekuat untuk mencapai
status gizi yang optimal dan mencapai berat badan normal (51,3 kg).

3. Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.

4. Membantu menurunkan tekanan darah penderita hingga mencapai normal


(Normal: 120/80 mmHg).

5. Membantu menurunkan kadar kolestrol pasien hingga mencapai normal, yakni


serum kolesterol 50-250 mg/dl mg/dl, kolesterol HDL 0-55 mg/dl, kolesterol
LDL 0-150 mg/dl.

6. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai pola makan yang


seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pasien.

10
b. Preskripsi
Terdapat dua tahap perencanaan diet yang kami berikan kepada Ny. H yaitu diet
tahap 1 atau fase akut dan pada saat pemulihan. Hal ini bertujuan agar Ny. H dapat
memenuhi asupan sesuai dengan kebutuhan dan daya terima pasien.
1. Perencanaan Diet Tahap 1 (Fase Akut)
a. Modifikasi asupan dari segi jumlah

i. Kebutuhan energi yaitu 24-25 kkal/kgBB.5 Pada fase akut energi diberikan
1100-1500 kkal/hari dalam bentuk enteral.

ii. Kebutuhan lemak sebanyak 20-25% yaitu 30,31 gram.

iii.Kebutuhan protein sebanyak 0,8-1g/kgBB.

iv. Kebutuhan karbohidrat sebanyak 60-70% kebutuhan energi yaitu 204.58


gram. Diutamakan karbohidrat kompleks.5

v. Kolesterol diberikan sebanyak < 300 mg/hari.

vi. Pembatasan asupan natrium dengan pemberian 5 gram garam dapur/hari.

b. Modifikasi asupan dari segi jadwal yakni makanan diberikan sering dengan
porsi kecil tiap 2-3 jam. Lama pemberian makanan disesuaikan dengan
keadaan pasien.5
c. Modifikasi asupan dari segi jenis, yakni dengan pemberian makanan enteral
(NGT), bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien (fase akut), dan
bentuk makanan merupakan kombinasi cair jernih dan cair kental, saring,
lunak dan biasa (fase pemulihan).5
d. Serat 20-30 gr/hari.2
e. Cairan diberikan cukup, yaitu 6-8 gelas per hari, untuk mencegah terjadinya
konstipasi dan menurunkan absorbsi lemak dari dinding usus. 5
f. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien (keadaan pasien pada
saat ini adalah pada fase akut) atau diet stroke 1 dengan gangguan fungsi
menelan. Makanan diberikan dalam bentuk cair kental yang diberikan secara
oral atau NGT sesuai dengan keadaan penyakit.
Selain itu kami juga memberikan edukasi gizi kepada keluarga guna menunjang
proses penyembuhan pasien. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

11
a. Topik : Menjelaskan dan memotivasi keluarga tentang kondisi dan kebutuhan
gizi pasien

b. Sasaran : Keluarga

c. Waktu : Selama melakukan intervensi

d. Tempat : Ruang inap

e. Durasi : 15 – 20 menit

f. Metode : Tanya jawab, diskusi dan ceramah

g. Materi : Kondisi dan status gizi pasien serta kebutuhan dan tatalaksana gizi
pada pasien stroke

2. Perencanaan Diet Tahap 2 (Fase Pemulihan)


a. Modifikasi asupan dari segi jumlah

i. Kebutuhan energi yaitu 1500 kkal berdasarkan perhitungan dengan


rumus Mifflin.

ii. Kebutuhan lemak sebanyak 20-25% yaitu 33 gram.

iii. Kebutuhan protein sebanyak 75 gram.

iv. Kebutuhan karbohidrat sebanyak 60-70% kebutuhan energi yaitu 225


gram. Diutamakan karbohidrat kompleks. 5

v. Kolesterol diberikan sebanyak < 300 mg/hari.

vi. Serat diberikan sebesar 20 – 30gr/hari

vii. Pembatasan asupan natrium dengan pemberian 5 gram garam


dapur/hari.

viii. Cairan diberikan cukup, yaitu 6-8 gelas per hari, untuk mencegah
terjadinya konstipasi dan menurunkan absorbsi lemak dari dinding
usus.

b. Modifikasi asupan dari segi jenis


Bentuk makanan yang diberikan adalah makanan lunak dan biasa.
Setelah pasien berada pada fase pemulihan, kami memberikan konseling gizi yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga. Konseling gizi juga

12
dapat diberikan saat pasien rawat jalan. Adapun perencanaan konseling gizi yang akan
diberikan adalah sebagai berikut:
a. Topik : Menjelaskan tata cara diet dan pemilihan bahan makanan

b. Sasaran : Pasien dan keluarga

c. Waktu : Selama melakukan home visit

d. Tempat : di rumah

e. Durasi : 15 – 20 menit

f. Metode : Observasi dan tanya jawab

g. Alat bantu : Daftar bahan makanan penukar

h. Materi :

1. Menjelaskan tentang tata cara diet dan pemilihan bahan makanan yang
dianjurkan.
2. Memberikan contoh menu sehari kepada pasien.
3. Memotivasi pasien dan keluarga untuk berkomitmen dalam menjalani diet.
4. Menghimbau kepada keluarga untuk melakukan pengawasan terhadap
pasien.
Berikut ini adalah materi bahan penukar sesuai kebutuhan pasien :
Bahan Makanan yang Dianjurkan Pada Diet Stroke
Jenis Bahan Makanan Penukar

Sumber karbohidrat ½

Sumber protein hewani* 1

Sumber protein nabati -

Sumber lemak (susu tanpa lemak) 5/6

Buah 2

Sayuran A Sekehendak

Gula 7

Minyak 4

Susu tinggi lemak 1

13
c. Implementasi diet

Contoh menu pada fase akut atau diet stroke 1 adalah makanan diberikan dalam porsi
kecil tiap 2 – 3 jam. Lama pemberian makanan dapat disesuaikan dengan keadaan
pasien.

Contoh Menu Sehari dengan 1300 kkal

Waktu Menu Bahan Penukar Berat


makan makanan makanvfb an

Pagi 07.00 Susu formula Formula A - 1 gls

Snack Pagi Susu Tepung susu 1 susu 20 gr


skim
10. 00 Sari buah
Pepaya 1 bh 190 gr

Gula 1 gula 13 gr

Siang 13.00 Susu formula Formula B - 1 gls

Snack sore Susu Tepung susu 1 susu 20 gr

15.00 Sari buah skim

Pepaya

Gula 1 bh 190 gr

1 gula 13 gr

Malam Susu formula Formula C - 1 gls

18.00

Malam Susu formula Formula D - 1 gls

21.00

Ket : Formula A+B+C+D bahan : susu skim 80 gr, susu penuh bubuk 25gr, tepung mizena 25 gr,
telur ayam 50 gr( 1p hewani*). Minyak jagung 20 gr, gula pasir 65 gr, dicairkan menjadi 4 gelas.

14
Diet stroke fase pemulihan dengan 1700 kkal
Waktu makan Menu masakan Bahan makanan Penukar (p) Berat (gr)

Pagi Bubur sum sum Tepung beras ½ karbohidrat 25 gr


(+susu skim)
07.00 Susu skim 1 susu 20 gr
Saus gula merah
Gula merah 1 gula 13 gr
Telur
Telur ayam 1 protein hewani 55 gr
rebus+mayonaise
lemak sedang
Teh

Snack pagi Susu Tepung susu 1 susu 20 gr


skim
10.00
Gula pasir
1 gula 13 gr
Buah
pepaya 1 buah 190 gr

Siang Bubur saring Tepung beras 1 karbohidrat 50 gr

12.00 Sup daging Daging 1 protein hewani 35 gr


saring

Tahu bumbu
Tahu ½ nabati 55 gr
tomat saring

Sayur bening
bayam saring Sayuran B ½ Sayuran 50 gr

Pepaya saring Buah 1 Buah 110 gr

Minyak jagung minyal 3 minyak 15 gr

Snack sore Puding maizena Tepung susu 1 susu 20 gr


skim
14.00

15
Gula pasir 1 gula 13 gr

Tepung maizena ½ karbohidrat 25 gr

Malam Bubur saring Tepung beras 1 karbohidrat 50 gr

19.00 Sup ayam saring Ayam tanpa kulit 1 protein hewani 40 gr


rendah lemak

½ protein nabati
Gadon tahu Tempe 25 gr
saring

Sup wortel ½ sayuran


Sayuran B 50 gr
saring

1 buah
Buah 110 gr
Air jeruk
2 minyak
Minyak jagung 10 gr

Snack malam Susu Susu skim 1 susu 20 gr

21.00 Gula pasir 1 gula 13 gr

2.5 Monitoring dan Evaluasi

No. Diagnosis Intervensi Monitoring dan Evaluasi

1 Obesitas a. Modifikasi asupan dari a. Melakukan pemantauan


segi jumlah kecukupan asupan
b. Menentukan kebutuhan kalori, protein,
asupan kalori, protein, karbohidrat, dan lemak.
karbohidrat dan lemak b. Melakukan pemantauan
c. Karbohidrat dalam nilai lab profil lipid.
bentuk kompleks c. Melakukan pemantauan

16
d. Modifikasi asupan dari asupan kolesterol
segi jadwal d. Melakukan pemantauan
e. Modifikasi asupan dari nilai lab serum
segi jenis kolesterol (nilai normal
: 50-250 mg/dl), HDL
(nilai normal : 0-55
mg/dl), LDL (nilai
normal : 0-150 mg/dl)
dan serum trigliserida
(nilai normal : 0-150
mg/dl)
e. Melakukan pemantauan
berat badan pasien,
mencapai IMT normal
secara perlahan.
2 Ketidakmampuan a. Modifikasi asupan dari a. Melakukan pemantauan
mengasup makanan segi jumlah kebutuhan asupan.
secara oral
b. Menentukan kebutuhan
asupan kalori, protein,
karbohidrat dan lemak
c. Modifikasi asupan dari
segi jadwal
d. Modifikasi asupan dari
segi jenis, NGT
(enteral)

a. Pembahasan Kasus

Langkah pertama yang dilakukan untuk menangansi kasus Ny. H adalah melakukan
skrining gizi, karena skrining gizi sangat berpengaruh pada status kesehatan Ny H.
Skrining gizi dilakukan dengan melihat gejala dan tanda-tanda fisik maupun klinis yang
dialami oleh Ny H untuk menentukan penanganan selanjutnya dan waktu penanganan
yang harus diberikan. Skrining bertujuan untuk menilai kondisi pasien dan menapis
adanya masalah supaya dapat dilakukan upaya preventif untuk mencegah terjadinya
17
kondisi yang lebih buruk. Dalam kasus ini, skrining dilakukan menggunakan MUST
karena mempertimbangkan kebiasaan makan, penurunan berat badan, dan tingkat
keparahan penyakit. Skrining dalam kasus ini menunjukkan bahwa pasien berisiko tinggi
mengalami malnutrisi. Oleh karena itu, pasien perlu dengan segera ditangani oleh ahli gizi.
Langkah selanjutnya dilakukan pengkajian data antropometri untuk mengetahui status
gizi pasien. Data yang diperlukan antara lain berat badan dan tinggi badan. Kemudian
dilakukan penghitungan BB ideal (BBI) dan diperoleh hasil BBI Ny H 51,3 kg ± 62.7 kg.
BB aktual Ny H tergolong obesitas karena berada diatas kisaran BMI normal menurut
perhitungan7 :
BMI =

= 95/ (1,57)2
= 38,54 kg/m2
Setelah mengetahui status gizi Ny H, kemudian dilakukan pengkajian data asupan,
biokimia, pemeriksaan fisik, riwayat penyakit pasien dan keluarga pasien. Data yang
terkumpul kemudian dikategorikan sesuai domain yang terdapat di lembar pengkajian.
Pada domain asupan terdapat kebiasaan-kebiasaan makan dan minum Ny H sehari-hari
yaitu sering mengonsumsi gorengan, jeroan dan telur, makanan-makanan tersebut
merupakan faktor risiko terjadinya peningkatan kolesterol darah, dan obesitas. Hal ini
merupakan salah satu penyebab masalah yang muncul pada kasus ini. Semenjak terjadi
penurunan kesadaran, Ny H dirawat di rumah sakit dan mengasup makanan melalui
saluran naso gastric tube (NGT), hal ini dikarenakan orang yang tidak sadar akan kesulitan
mengasup makanan melaui oral. Di rumah sakit Ny H mengasup peptisol atau diabetasol.
Pada domain data biokimia, ditemukan adanya kolesterol (serum, LDL, HDL) dan yang
tinggi dalam darah. Dari data pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa tekanan darah Ny H
tinggi, hal ini dapat disebakan karena adanya kolesterol darah yang tinggi membuat
jantung harus memompa darah lebih kuat sehingga tekanan darah meningkat. 9
Dari data-data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa masalah yang
harus diselesaikan, masalah pertama yaitu obesitas. Terjadinya kelebihan asupan energi
tampak pada berat badan Ny H yang berlebih, BMI yang berada diatas batas normal,
kolesterol serum dan kolestrol LDL yang tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena
kurangnya pengetahuan mengenai makanan dan zat gizi yang benar dan sesuai dengan
kebutuhan pasien, serta kesenangan pasien mengonsumsi makanan berlemak dan
berkolesterol tinggi (gorengan, jeroan, kuning telur). Masalah yang kedua adalah
18
ketidakmampuan mengasup makanan secara oral, hal ini terjadi karena adanya gangguan
motorik akibat penyakit stroke yang diderita pasien. Penyakit stroke ini mempengaruhi
kerja saraf kranial (V, VII, IX, X, XI, XII) yang berpengaruh pada kemampuan menelan.
Langkah selanjutnya adalah intervensi diet yang bertujuan memberikan asupan yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi Ny. H dengan memperhatikan kondisi
fisik/klinis dan komplikasi penyakit yang ada, memberikan makanan dengan kandungan
zat gizi yang adekuat untuk mencapai status gizi yang optimal dan mencapai berat badan
normal (51,3 kg), memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit, membantu
menurunkan tekanan darah penderita hingga mencapai normal (Normal: 120/80 mmHg),
serta membantu menurunkan kadar kolestrol pasien hingga mencapai normal, yakni serum
kolesterol 50-250 mg/dl mg/dl, kolesterol HDL 0-55 mg/dl, kolesterol LDL 0-150 mg/dl.
Dengan mempertimbangkan kondisi pasien saat ini, kami memberikan perencanaan diet
yang dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah pemberian diet stroke 1 dengan
menggunakan NGT serta edukasi gizi untuk keluarga. Pada fase akut, jumlah energi yang
diberikan 1100-1500 kkal/hari dengan porsi kecil tiap 2-3 jam. Dikarenakan Ny. H
mengalami sulit menelan, maka kami memberikan makanan dengan bentuk cair kental
secara enteral menggunakan NGT sesuai dengan keadaan penyakit. Lama pemberian
makanan disesuaikan dengan keadaan pasien.
Intervensi tahap kedua dilakukan pada fase pemulihan. Intervensi diet yang diberikan
berupa makanan lunak hingga makanan biasa, hal ini diharapkan supaya pasien dapat lebih
mencukupi kebutuhan sehari-harinya bila dibandingkan dengan menggunakan asupan
makanan cair pada fase akut, karena makanan biasa dapat disesuaikan jumlahnya dengan
kebutuhan secara bertahap. Energi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan Ny H
menggunakan rumus mifflin yaitu 1300 kkal, lemak yang diberikan jumlahnya 20-25%
dari total energi sesuai dengan kebutuhan orang normal, protein yang diberikan 68.19
gram dan karbohidrat 60-70% dari total energi. Selain itu, asupan diet yang diberikan
pada fase pemulihan untuk Ny H juga diharapkan dapat menurunkan berat badan secara
perlahan mendekati berat badan normal.
Setelah intervensi selesai dilakukan, langkah selanjutnya yaitu kegiatan monitoring dan
evaluasi untuk mengetahui dan mengontrol sejauh mana perkembangan kondisi pasien.
Parameter yang digunakan yaitu asupan, gejala fisik klinis, antropometri, serta kondisi
umum pasien dan perilaku saat keadaan pasien telah membaik. Monitoring yang dilakukan
diantaranya adalah pemantauan berat badan pasien, memantau asupan yang dapat diterima
19
pasien, dengan makanan berbentuk cair atau enteral. Parameter nilai lab yang perlu di
monitoring dan evaluasi adalah penurunan tensi darah dan kadar kolesterol pasien dengan
memantau hasil laboratorium dan tensi pasien perharinya sehingga mengembalikan
keadaan pasien menjadi normal secara bertahap.
Setelah keadaan pasien membaik dan pasien mulai dapat beraktifitas, parameter domain
perilaku yang dimonitor adalah pengetahuan dan informasi yang diperoleh dari pendidikan
dan konseling gizi yang kemudian diimplementasi ke dalam perubahan perilaku menuju
gaya hidup sehat dan pola makan seimbang. Untuk parameter fisik klinis, pasien memiliki
kondisi tubuh yang mulai kembali normal, yakni dapat menghabiskan makanan dalam
bentuk normal/padat yang diberikan pada saat intervensi maka intervensi dapat dikatakan
berhasil selain di ikuti perubahan nilai biokimia kolesterol dan tensi pasien menjadi
normal.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian antropometri, biokimia, fisik, riwayat gizi dan


kesehatan pasien, maka di rumuskan diagnosis utama yakni obesitas berkaitan
dengan asupan energi yang berlebih ditandai dengan BMI 38,54 kg/m2, kadar
kolesterol serum sebesar 293 mg/dL, kolesterol LDL sebesar 395 mg/dL, dan sering
mengonsumsi gorengan, jeroan, dan telur ayam. Dan ketidakmampuan mengasup
makanan secara oral berkaitan dengan adanya gangguan motorik (stroke) ditandai
dengan dysfagia

Intervensi yang di lakukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi


pasien dengan memperhatikan kondisi fisik/klinis, komplikasi penyakit yang ada,
mencapai status gizi yang optimal, mencapai berat badan normal (51,3 kg),
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit, menurunkan tekanan darah
penderita hingga mencapai normal dan membantu menurunkan kadar kolestrol
pasien hingga mencapai normal. Selain itu juga diberikan edukasi dan konseling
untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai pola makan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pasien

Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui dan mengontrol sejauh


mana perkembangan kondisi pasien dengan beberapa parameter. Monitoring yang
dilakukan diantaranya adalah pemantauan berat badan pasien, memantau asupan
yang dapat diterima pasien, dengan makanan berbentuk cair atau enteral. Parameter
nilai lab yang perlu di monitoring dan evaluasi adalah penurunan tensi darah dan
kadar kolesterol pasien dengan memantau hasil laboratorium. Untuk tahap akhir,
ketika pasien sudah membaik kondisi tubuhnya, beberapa perubahan yang di
monitoring dan evaluasi adalah perubahan perilaku dan pengetahuan.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Nutrition Screening Method in Hospital with MST is More Effective than SGA
Herawati, Triwahyu S, Arief Alamsyah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar
Malang Rumah Sakit Islam Unisma Malang Program Magister Manajemen Rumah
Sakit Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, Jurnal Kedokteran
Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014

2. Status Gizi Berdasarkan Subjective Global Assessment Sebagai Faktor yang


Mempengaruhi Lama Perawatan Pasien Rawat Inap Anak, Fina Meilyana, Julistio
Djais, Herry Garna Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, Sari Pediatri, Vol. 12, No. 3,
Oktober 2010, Sari Pediatri 2010;12(3):162-7

3. Anthony, P.S., 2014. Nutrition screening tools for hospitalized patients. Nutrition in
clinical practice : official publication of the American Society for Parenteral and
Enteral Nutrition, 23(4), pp.373–82. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18682588 [Accessed March 20, 2014].)

4. Thresia Dewi KB, Aswita Amir, Hendrayati, Sri Dara Ayu. Studi Komparasi Metode
Penilaian Status Gizi Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Subjektif Global Assesment
(SGA) Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit DR WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR, Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Makassar, Media Gizi Pangan, Vol.
XI, Edisi 1, Januari – Juni 2011

5. Sarwono W, Kartini S, Suharyati. Daftar Bahan Makanan Penukar. 3rd ed. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2010

6. American Dietetic Association. Stroke nutrition teraphy. Available from :


http://www.greenhosp.org/upload/docs/factsheets/english/stroke_nutrition_therapy.pdf

7. Nelms M. Nutrition Therapy and Pathophysiology, 2e. Kathrine P Sucher KL, Sara
Long Roth, editor. United States Wadsworth, Cengage Learning; 2011.

8. WAHYUNINGTYAS ES. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital 2013 [cited 2014 29


September].

22
9. Egan B, Li J, Qanungo S, Wolfman T. Blood pressure and cholesterol control in
hypertensive, hypercholesterolemic patients : National Health and Nutrition
Examination Surveys 1988-2010. American Heart Association. 2013. 128:29-41

23

Anda mungkin juga menyukai