Disusun oleh:
Kelompok 7
Siti Majidah (22030112120001)
Irfa Eka Angraresti (22030112120011)
Gardinia Nugrahani (22030112130017)
Nurul Riau Dwi S (22030112140033)
Agung Dwi Prasetyo (22030112130041)
Affini Nurratri U (22030112140061)
Dziky Muhammad (22030112140101)
Amanda Rambu Yuliana (22030112140109)
1.1. Kasus
Sebelum sakit pasien sering mengonsumsi gorengan, jerohan, dan dalam seminggu
bisa 3 kali mengonsumsi telur ayam. Serhari-hari ia membutuhkan bantuan seseorang
untuk menyiapkan makanan karena tubuhnya bagian kanannya sudah mengalami
kelumpuhan sehingga untuk berjalan pun membutuhkan bantuan seseorang.
Keluarga pasien mengatakan 8 hari yang lalu tiba tiba pasien tidak bisa bangun dan
tidak bisa berbicara. Kemudian keluarga langsung membawa pasien ke rumah sakit, 7
hari pasien dirawat di bangsal tetapi tidak ada kemajuan sehingga di pindah ke ICU.
Saat ini Ny. H mengasup makanan yang disediakan rumah sakit berupa peptisol atau
diabetasol melalui NGT.
Menurut keluarga 7 bulan yang lalu pasien pernah dirawat dirumah sakit ketika
dilakukan pembedahan pada kaki kanannya akibat luka yang ditimbulkan oleh penyakit
Diabetes Melitus yang diderita Pasien. Menurut keluarga pasien, dalam keluarga tidak
ada yang menderita stroke, akan tetapi keponakan pasien menyebutkan bahwa ayah dari
pasien menderita DM semasa hidupnya. Kedua orang tua pasien telah meninggal,
pasien hidup sendiri, dia dirumah bersama seorang yang mengurusinya. Sedangkan
orang orang terdekat adalah, keponakannya, akan tetapi mereka sudah berkeluarga dan
tinggal di luar kota untuk mengurus usahanya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko malnutrisi atau
kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelainan
metabolik hemodialisa anak, geriatrik, dengan kemoterapi atau radiasi, luka bakar,
pasien dengan imunitas, sakit kritis. Sebagian besar alat skrining terdiri dari 3
pertanyaan: penurunan BB, penurunan asupan makanan, dan tingkat keparahan
penyakit.1
Alat skrining di medik antara lain: MUST (Malnutrition Universal Screening Tools),
NRS 2002 (Nutritional Risk Screening), MNA (Mini Nutritional Asessment), SNAQ
(Short Nutritional Asessment Quisioner), STAMP (Screening Tools Asessment of
Malnutrition in Pediatric), PNI (Prognostic Nutritional Indexs) dan SGA (Subjective
Global Assesment).3
Pada kasus ini kami memilih untuk menggunakan alat skrining MUST. MUST
adalah alat skrining yang bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang malnutrisi atau
berisiko untuk malnutrisi. Alat ini bisa digunakan untuk memprediksi lama seseorang
dirawat di rumah sakit terutama untuk orang dewasa. 1,2 MUST menggunakan 3 kriteria
dalam penggunaannya, yang tiap-tiap kriteria akan diberi skor tergantung pada standar
yang telah ditetapkan3,4;
4
tinggi. Berdasarkan hasil skrining pasien dengan menggunakan MUST diperoleh hasil
sebagai berikut 2 :
2.2. Assesment
5
Badan
AD 1.1.2 Berat Badan 95 kg
- -
6
Ekstremitas atas dan Ekstremitas atas
PD 1.1.4 Ekstremitas,
kanan: Terdapat
Otot dan Tulang ekstremitas bawah
pembengkakan dan
terpasang IVFD
Ekstremitas Atas
Kiri : Nampak
sedikit bengkak
Ekstremitas kanan
bawah: terdapat
luka bekas
debridement ulkus
DM, bagian paha
terdapat
penggelapan warna
kulit akibat bedtres
yang lama.
Terdapat udema
Ekstremitas kiri
bawah: terdapat
penggelapan warna
kulit akibat bedtres
yang lama.
Terdapat udema
Abdomen: perut
nampak besar
(penumpukan
lemak)
Genetalia dan
7
perineal: terpasang
selang kateter
Normal
PD 1.1.9.4 Suhu 37,1 °C
- -
CH 1.1.1 Umur 60 tahun
8
kanan
= 1033.25
AF = 20% x
1033.25 =
206.65
SDA = 10% x
(1033.25+206.6
5) = 123.99
TEE =1033.25 +
206.65 + 123.99
= 1363.89
9
kebutuhan karbohidrat daya terima pasien gram
Dari data assessment diatas, diperoleh beberapa masalah gizi dari domain intake,
klinis dan perilaku yaitu kelebiihan asupan mineral, peningkatan nilai laboratorium terkait
gizi dan rendahnya aktivitas fisik.
2.3. Diagnosis
Berdasarkan data assessment dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa masalah
yang harus diselesaikan yaitu:
1. Obesitas berkaitan dengan asupan energi yang berlebih ditandai dengan BMI 38,
kadar kolesterol serum sebesar 293 mg/dL, kolesterol LDL sebesar 395 mg/dL, dan
sering mengonsumsi gorengan, jeroan, dan telur ayam.
2.4. Intervensi
a. Tujuan
1. Memberikan asupan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi pasien
dengan memperhatikan kondisi fisik/klinis dan komplikasi penyakit yang ada.
2. Memberikan makanan dengan kandungan zat gizi yang adekuat untuk mencapai
status gizi yang optimal dan mencapai berat badan normal (51,3 kg).
10
b. Preskripsi
Terdapat dua tahap perencanaan diet yang kami berikan kepada Ny. H yaitu diet
tahap 1 atau fase akut dan pada saat pemulihan. Hal ini bertujuan agar Ny. H dapat
memenuhi asupan sesuai dengan kebutuhan dan daya terima pasien.
1. Perencanaan Diet Tahap 1 (Fase Akut)
a. Modifikasi asupan dari segi jumlah
i. Kebutuhan energi yaitu 24-25 kkal/kgBB.5 Pada fase akut energi diberikan
1100-1500 kkal/hari dalam bentuk enteral.
b. Modifikasi asupan dari segi jadwal yakni makanan diberikan sering dengan
porsi kecil tiap 2-3 jam. Lama pemberian makanan disesuaikan dengan
keadaan pasien.5
c. Modifikasi asupan dari segi jenis, yakni dengan pemberian makanan enteral
(NGT), bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien (fase akut), dan
bentuk makanan merupakan kombinasi cair jernih dan cair kental, saring,
lunak dan biasa (fase pemulihan).5
d. Serat 20-30 gr/hari.2
e. Cairan diberikan cukup, yaitu 6-8 gelas per hari, untuk mencegah terjadinya
konstipasi dan menurunkan absorbsi lemak dari dinding usus. 5
f. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan pasien (keadaan pasien pada
saat ini adalah pada fase akut) atau diet stroke 1 dengan gangguan fungsi
menelan. Makanan diberikan dalam bentuk cair kental yang diberikan secara
oral atau NGT sesuai dengan keadaan penyakit.
Selain itu kami juga memberikan edukasi gizi kepada keluarga guna menunjang
proses penyembuhan pasien. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
11
a. Topik : Menjelaskan dan memotivasi keluarga tentang kondisi dan kebutuhan
gizi pasien
b. Sasaran : Keluarga
e. Durasi : 15 – 20 menit
g. Materi : Kondisi dan status gizi pasien serta kebutuhan dan tatalaksana gizi
pada pasien stroke
viii. Cairan diberikan cukup, yaitu 6-8 gelas per hari, untuk mencegah
terjadinya konstipasi dan menurunkan absorbsi lemak dari dinding
usus.
12
dapat diberikan saat pasien rawat jalan. Adapun perencanaan konseling gizi yang akan
diberikan adalah sebagai berikut:
a. Topik : Menjelaskan tata cara diet dan pemilihan bahan makanan
d. Tempat : di rumah
e. Durasi : 15 – 20 menit
h. Materi :
1. Menjelaskan tentang tata cara diet dan pemilihan bahan makanan yang
dianjurkan.
2. Memberikan contoh menu sehari kepada pasien.
3. Memotivasi pasien dan keluarga untuk berkomitmen dalam menjalani diet.
4. Menghimbau kepada keluarga untuk melakukan pengawasan terhadap
pasien.
Berikut ini adalah materi bahan penukar sesuai kebutuhan pasien :
Bahan Makanan yang Dianjurkan Pada Diet Stroke
Jenis Bahan Makanan Penukar
Sumber karbohidrat ½
Buah 2
Sayuran A Sekehendak
Gula 7
Minyak 4
13
c. Implementasi diet
Contoh menu pada fase akut atau diet stroke 1 adalah makanan diberikan dalam porsi
kecil tiap 2 – 3 jam. Lama pemberian makanan dapat disesuaikan dengan keadaan
pasien.
Gula 1 gula 13 gr
Pepaya
Gula 1 bh 190 gr
1 gula 13 gr
18.00
21.00
Ket : Formula A+B+C+D bahan : susu skim 80 gr, susu penuh bubuk 25gr, tepung mizena 25 gr,
telur ayam 50 gr( 1p hewani*). Minyak jagung 20 gr, gula pasir 65 gr, dicairkan menjadi 4 gelas.
14
Diet stroke fase pemulihan dengan 1700 kkal
Waktu makan Menu masakan Bahan makanan Penukar (p) Berat (gr)
Tahu bumbu
Tahu ½ nabati 55 gr
tomat saring
Sayur bening
bayam saring Sayuran B ½ Sayuran 50 gr
15
Gula pasir 1 gula 13 gr
½ protein nabati
Gadon tahu Tempe 25 gr
saring
1 buah
Buah 110 gr
Air jeruk
2 minyak
Minyak jagung 10 gr
16
d. Modifikasi asupan dari asupan kolesterol
segi jadwal d. Melakukan pemantauan
e. Modifikasi asupan dari nilai lab serum
segi jenis kolesterol (nilai normal
: 50-250 mg/dl), HDL
(nilai normal : 0-55
mg/dl), LDL (nilai
normal : 0-150 mg/dl)
dan serum trigliserida
(nilai normal : 0-150
mg/dl)
e. Melakukan pemantauan
berat badan pasien,
mencapai IMT normal
secara perlahan.
2 Ketidakmampuan a. Modifikasi asupan dari a. Melakukan pemantauan
mengasup makanan segi jumlah kebutuhan asupan.
secara oral
b. Menentukan kebutuhan
asupan kalori, protein,
karbohidrat dan lemak
c. Modifikasi asupan dari
segi jadwal
d. Modifikasi asupan dari
segi jenis, NGT
(enteral)
a. Pembahasan Kasus
Langkah pertama yang dilakukan untuk menangansi kasus Ny. H adalah melakukan
skrining gizi, karena skrining gizi sangat berpengaruh pada status kesehatan Ny H.
Skrining gizi dilakukan dengan melihat gejala dan tanda-tanda fisik maupun klinis yang
dialami oleh Ny H untuk menentukan penanganan selanjutnya dan waktu penanganan
yang harus diberikan. Skrining bertujuan untuk menilai kondisi pasien dan menapis
adanya masalah supaya dapat dilakukan upaya preventif untuk mencegah terjadinya
17
kondisi yang lebih buruk. Dalam kasus ini, skrining dilakukan menggunakan MUST
karena mempertimbangkan kebiasaan makan, penurunan berat badan, dan tingkat
keparahan penyakit. Skrining dalam kasus ini menunjukkan bahwa pasien berisiko tinggi
mengalami malnutrisi. Oleh karena itu, pasien perlu dengan segera ditangani oleh ahli gizi.
Langkah selanjutnya dilakukan pengkajian data antropometri untuk mengetahui status
gizi pasien. Data yang diperlukan antara lain berat badan dan tinggi badan. Kemudian
dilakukan penghitungan BB ideal (BBI) dan diperoleh hasil BBI Ny H 51,3 kg ± 62.7 kg.
BB aktual Ny H tergolong obesitas karena berada diatas kisaran BMI normal menurut
perhitungan7 :
BMI =
= 95/ (1,57)2
= 38,54 kg/m2
Setelah mengetahui status gizi Ny H, kemudian dilakukan pengkajian data asupan,
biokimia, pemeriksaan fisik, riwayat penyakit pasien dan keluarga pasien. Data yang
terkumpul kemudian dikategorikan sesuai domain yang terdapat di lembar pengkajian.
Pada domain asupan terdapat kebiasaan-kebiasaan makan dan minum Ny H sehari-hari
yaitu sering mengonsumsi gorengan, jeroan dan telur, makanan-makanan tersebut
merupakan faktor risiko terjadinya peningkatan kolesterol darah, dan obesitas. Hal ini
merupakan salah satu penyebab masalah yang muncul pada kasus ini. Semenjak terjadi
penurunan kesadaran, Ny H dirawat di rumah sakit dan mengasup makanan melalui
saluran naso gastric tube (NGT), hal ini dikarenakan orang yang tidak sadar akan kesulitan
mengasup makanan melaui oral. Di rumah sakit Ny H mengasup peptisol atau diabetasol.
Pada domain data biokimia, ditemukan adanya kolesterol (serum, LDL, HDL) dan yang
tinggi dalam darah. Dari data pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa tekanan darah Ny H
tinggi, hal ini dapat disebakan karena adanya kolesterol darah yang tinggi membuat
jantung harus memompa darah lebih kuat sehingga tekanan darah meningkat. 9
Dari data-data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa masalah yang
harus diselesaikan, masalah pertama yaitu obesitas. Terjadinya kelebihan asupan energi
tampak pada berat badan Ny H yang berlebih, BMI yang berada diatas batas normal,
kolesterol serum dan kolestrol LDL yang tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena
kurangnya pengetahuan mengenai makanan dan zat gizi yang benar dan sesuai dengan
kebutuhan pasien, serta kesenangan pasien mengonsumsi makanan berlemak dan
berkolesterol tinggi (gorengan, jeroan, kuning telur). Masalah yang kedua adalah
18
ketidakmampuan mengasup makanan secara oral, hal ini terjadi karena adanya gangguan
motorik akibat penyakit stroke yang diderita pasien. Penyakit stroke ini mempengaruhi
kerja saraf kranial (V, VII, IX, X, XI, XII) yang berpengaruh pada kemampuan menelan.
Langkah selanjutnya adalah intervensi diet yang bertujuan memberikan asupan yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi Ny. H dengan memperhatikan kondisi
fisik/klinis dan komplikasi penyakit yang ada, memberikan makanan dengan kandungan
zat gizi yang adekuat untuk mencapai status gizi yang optimal dan mencapai berat badan
normal (51,3 kg), memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit, membantu
menurunkan tekanan darah penderita hingga mencapai normal (Normal: 120/80 mmHg),
serta membantu menurunkan kadar kolestrol pasien hingga mencapai normal, yakni serum
kolesterol 50-250 mg/dl mg/dl, kolesterol HDL 0-55 mg/dl, kolesterol LDL 0-150 mg/dl.
Dengan mempertimbangkan kondisi pasien saat ini, kami memberikan perencanaan diet
yang dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah pemberian diet stroke 1 dengan
menggunakan NGT serta edukasi gizi untuk keluarga. Pada fase akut, jumlah energi yang
diberikan 1100-1500 kkal/hari dengan porsi kecil tiap 2-3 jam. Dikarenakan Ny. H
mengalami sulit menelan, maka kami memberikan makanan dengan bentuk cair kental
secara enteral menggunakan NGT sesuai dengan keadaan penyakit. Lama pemberian
makanan disesuaikan dengan keadaan pasien.
Intervensi tahap kedua dilakukan pada fase pemulihan. Intervensi diet yang diberikan
berupa makanan lunak hingga makanan biasa, hal ini diharapkan supaya pasien dapat lebih
mencukupi kebutuhan sehari-harinya bila dibandingkan dengan menggunakan asupan
makanan cair pada fase akut, karena makanan biasa dapat disesuaikan jumlahnya dengan
kebutuhan secara bertahap. Energi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan Ny H
menggunakan rumus mifflin yaitu 1300 kkal, lemak yang diberikan jumlahnya 20-25%
dari total energi sesuai dengan kebutuhan orang normal, protein yang diberikan 68.19
gram dan karbohidrat 60-70% dari total energi. Selain itu, asupan diet yang diberikan
pada fase pemulihan untuk Ny H juga diharapkan dapat menurunkan berat badan secara
perlahan mendekati berat badan normal.
Setelah intervensi selesai dilakukan, langkah selanjutnya yaitu kegiatan monitoring dan
evaluasi untuk mengetahui dan mengontrol sejauh mana perkembangan kondisi pasien.
Parameter yang digunakan yaitu asupan, gejala fisik klinis, antropometri, serta kondisi
umum pasien dan perilaku saat keadaan pasien telah membaik. Monitoring yang dilakukan
diantaranya adalah pemantauan berat badan pasien, memantau asupan yang dapat diterima
19
pasien, dengan makanan berbentuk cair atau enteral. Parameter nilai lab yang perlu di
monitoring dan evaluasi adalah penurunan tensi darah dan kadar kolesterol pasien dengan
memantau hasil laboratorium dan tensi pasien perharinya sehingga mengembalikan
keadaan pasien menjadi normal secara bertahap.
Setelah keadaan pasien membaik dan pasien mulai dapat beraktifitas, parameter domain
perilaku yang dimonitor adalah pengetahuan dan informasi yang diperoleh dari pendidikan
dan konseling gizi yang kemudian diimplementasi ke dalam perubahan perilaku menuju
gaya hidup sehat dan pola makan seimbang. Untuk parameter fisik klinis, pasien memiliki
kondisi tubuh yang mulai kembali normal, yakni dapat menghabiskan makanan dalam
bentuk normal/padat yang diberikan pada saat intervensi maka intervensi dapat dikatakan
berhasil selain di ikuti perubahan nilai biokimia kolesterol dan tensi pasien menjadi
normal.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Nutrition Screening Method in Hospital with MST is More Effective than SGA
Herawati, Triwahyu S, Arief Alamsyah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar
Malang Rumah Sakit Islam Unisma Malang Program Magister Manajemen Rumah
Sakit Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, Jurnal Kedokteran
Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014
3. Anthony, P.S., 2014. Nutrition screening tools for hospitalized patients. Nutrition in
clinical practice : official publication of the American Society for Parenteral and
Enteral Nutrition, 23(4), pp.373–82. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18682588 [Accessed March 20, 2014].)
4. Thresia Dewi KB, Aswita Amir, Hendrayati, Sri Dara Ayu. Studi Komparasi Metode
Penilaian Status Gizi Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Subjektif Global Assesment
(SGA) Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit DR WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR, Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Makassar, Media Gizi Pangan, Vol.
XI, Edisi 1, Januari – Juni 2011
5. Sarwono W, Kartini S, Suharyati. Daftar Bahan Makanan Penukar. 3rd ed. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2010
7. Nelms M. Nutrition Therapy and Pathophysiology, 2e. Kathrine P Sucher KL, Sara
Long Roth, editor. United States Wadsworth, Cengage Learning; 2011.
22
9. Egan B, Li J, Qanungo S, Wolfman T. Blood pressure and cholesterol control in
hypertensive, hypercholesterolemic patients : National Health and Nutrition
Examination Surveys 1988-2010. American Heart Association. 2013. 128:29-41
23