ABSTRAK
ABSTRACT
In developing countries, fishermen are a group of society experiencing social problems such as
poverty and education. The marine high posttension of Indonesia should heve made the
fishermen wealthy. In contrast, their economic condition is still so far from wealth, so they
really need empowerment in order to reach their better future. Kotabaru Lanal Station is one of
the institutions conducting empowerment for the fishermen in the its responsibility area through
the empowering programs. To conduct the empowering programs, Kotabaru Lanal Station
cooperates with Kotabaru Regency Government, the empowerment partner.
This qualitative research uses the main theory of George Edward III Implementation consisting
of four variables, i.e. communication, bureaucracy structure, resources, and disposition. The
policy implementation of Kotabaru Lanal Station in fishermen community empowerment has
been done well through socialization activities, social assistances, and training, that impacting
positively to Kotabaru fishermen development. The blocking factors to conduct the programs
are the minimal budget and the limited human resources of Kotabaru Naval Station. The
supporting factors to conduct the programs are the supports of Kotabaru Naval Station
personnels, Kotabaru Regency Government, and the fishermen.
Rumusan Masalah
Atas dasar fakta tersebut, malalui penelitian, ingin dijawab sejumlah pertanyaan
terhadap topik penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana implementasi kebijakan Lanal Kotabaru dalam pemberdayaan
masyarakat nelayan?
2. Bagaimana pendukung dan penghambat Lanal Kotabaru dalam pemberdayaan
masyarakat nelayan?
3. Bagaimana rekomendasi kedepan Kebijakan Lanal Kotabaru dalam pemberdayaan
masyarakat nelayan?
Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah secara umum ingin mengetahui bagaimana
keberadaan Lanal Kotabaru dalam pemberdayaan masyarakat nelayan, dan tujuan dari
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami implementasi kebijakan Lanal Kotabaru dalam
pemberdayaan masyarakat nelayan;
2. Mengidentifikasi secara komparatif pendukung dan penghambat Lanal Kotabaru
dalam pemberdayaan masyarakat nelayan;
3. Untuk mengidentifikasi rekomendasi kebijakan Lanal Kotabaru dalam pemberdayaan
masyarakat nelayan.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan manfaat dunia
pendidikan sebagai bentuk penelitian tentang kebijakan publik, serta sebagai rumusan
kebijakan kedepan, dan untuk sebagai bentuk bahan mendukung kajian-kajian berikutnya
yang dilakukan kampus maupun peneliti lainnya.
Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan manfaat dalam bentuk
pengambilan kebijakan kedepan yang dilakukan Lanal Kotabaru atau sebagai program
rujukan serta dimasukan dalam program nasional untuk menunjang kebijakan yang
diambil kedepan.
Good Governance
Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa, Latin, yaitu
Gubernare yang diserap oeh bahasa Inggris menjadi govern, yang berarti steer
(menyetir, mengendalikan), direct (mengarahkan), atau rule (memerintah). Penggunaan
utama istilah ini dalam bahasa Inggris adalah to rule with authority, atau memerintah
dengan kewenangan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa perkataaan governance pada
mulanya digunakan dalam dunia usaha dan konsep governance ini mempunyai arti yang
penting dalam keberhasilan usaha, sehingga konsep Good Governance menjadi populer,
dan lembaga-lembaga dunia seperti PBB, Bank Dunia dan IMF meletakkan Good
Governance sebagai kriteria negara-negara yang baik dan berhasil dalam pembangunan.
Bahkan lebih dari itu dijadikan sebagai standar untuk memperoleh bantuan yang
optimal.Good Governance juga dianggap sebagai istilah standar untuk organisasi publik
dalam pemerintahan.
Bintoro Tjokroamidjojo memandang Good Governance sebagai suatu bentuk
manajemen pembangunan yang juga disebut sebagai adminstrasi pembangunan dengan
menempatkan peran pemerintah sebagai agent of change dari masyarakat berkembang
di dalam suatu negara berkembang. Karena perubahan yang dikehendakinya
merupakan hal yang direncanakan, maka hal tersebut menjadi planned change
(perubahan yang direncanakan), sehingga selanjutnya pemerintah disebut juga sebagai
Agent of Development. Sebagai Agent of Development pemerintah berperan sebagai
pendorong proses pembangunan dan perubahan masyarakat dan bangsa.
Dalam Sistem Administrasi Indonesia, penerapan Good Governance
dilaksanakan menurut pengertian UNDP (United Nation Development Program).
Berdasarkan dokumen kebijakan UNDP dalam “Tata Pemerintahan Menunjang
Pembangunan Manusia Berkelanjutan” yang dikutip dari Buletin Informasi Proggram
Tata Pemerintahan di Indonesia (Partnership for governance Reform in Indonesia)
Januari 1997, disebutkan bahwa Tata pemerintahan adalah penggunaan wewenang
ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan Negara pada semua
tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga
dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka.
Beberapa karakteristik Good Governance, yaitu :
1. Legitimasi politik,
2. Kerjasama dengan institusi masyarakat sipil,
3. Kebebasan berasosiasi dan partisipasi,
4. Akuntabilitas birokratis dan keuangan (financial),
5. Manajemen sektor publik yang efisien,
6. Kebebasan informasi
7. Ekspresi,
8. Sistem yudisial yang adail dan dapat dipercaya.
Kebijakan Publik
Kebijakan (policy) adalah sebuah instrumen pemerintahan, bukan saja dalam arti
government, dalam arti hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula governance
yang menyentuh berbagai bentuk kelembagaan, baik swasta, dunia usaha maupun
masyarakat madani (civil society). Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-
keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan
dan pendistribusian sumberdaya alam, finansial dan manusia demi kepentingan publik,
yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara. Kebijakan merupakan
hasil dari adanya sinergi, kompromi atau bahkan kompetisi antara berbagai gagasan,
teori, ideologi, dan kepentingan-kepentingan yang mewakili sistem politik suatu negara.
Banyak sekali definisi mengenai kebijakan publik. Sebagian besar ahli memberi
pengertian kebijakan publik dalam kaitannya dengan keputusan atau ketetapan
pemerintah untuk melakukan suatu tindakan yang dianggap akan membawa dampak
baik bagi kehidupan warganya. Bahkan, dalam pengertian yang lebih luas, kebijakan
publik sering diartikan sebagai „apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan
atau tidak dilakukan‟. Kadang-kadang, kebijakan publik menunjuk pada istilah atau
konsep untuk menjelaskan pilihan-pilihan tindakan tertentu yang sangat khas atau
spesifik, seperti kepada bidang-bidang tertentu dalam sektor-sektor fasilitas umum,
transportasi, pendidikan, kesehatan, perumahan atau kesejahteraan. Urusan-urusan yang
menyangkut kelistrikan, air, jalan raya, sekolah, rumah-sakit, perumahan rakyat,
lembaga-lembaga rehabilitasi sosial adalah beberapa contoh yang termasuk dalam
bidang kebijakan publik. Sebagai contoh, kebijakan sosial secara ringkas dapat diartikan
sebagai salah satu bentuk kebijakan publik yang mengatur urusan kesejahteraan.
Kebijakan sosial secara khusus sejatinya adalah kebijakan kesejahteraan.
Istilah policy (kebijakan) seringkali penggunaannya saling dipertukarkan dengan
istilah-istilah lain seperti tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang,
ketentuan-ketentuan, usulan-usulan dan rancangan-rancangan besar. (Abdul Wahab,
1999). United Nations atau Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB dalam Abdul Wahab
(1999) mengartikan kebijakan sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman ini boleh
jadi amat sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit, kabur
atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitatif, publik atau privat,
kebijakan dalam maknanya seperti ini mungkin berupa deklarasi mengenai suatu dasar
pedoman bertindak, suatu arah tindak tertentu, suatu program mengenai aktivitas-
aktivitas tertentu atau suatu rencana.
James E. Anderson (2000) mendefinisikan kebijaksanaan itu adalah “apurposive
course of action followed by an actor or set actors in dealing with aproblem or metter
of concern” (serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan
dilaksanakan oleh seseorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu
masalah tertentu). Sedangkan Amara Raksasataya menyebutkan bahwa kebijaksanaan
adalah suatu taktik dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.Oleh
karena itu suatu kebijaksanaan harus memuat 3 (tiga) elemen, yaitu :
1. Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai.
2. Taktik atau strategi dari berbagai langkah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
3. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara nyata
dari taktik atau strategi.
Sedangkan pemahaman mengenai kebijakan publik sendiri masih terjadi adanya
silang pendapat dari para ahli. Namun dari beberapa pendapat mengenai kebijakan
publik terdapat beberapa persamaan, diantaranya yang disampaikan oleh Thomas R.
Dye (Islamy; 2001) yang mendifinisikan kebijakan publik sebagai “is what ever
government chose to door not to do” (apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk
dilakukan atau tidak dilakukan). Apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu,
maka harus ada tujuannnya (obyektifnya) dan kebijakan negara itu harus meliputi
semua “tindakan” pemerintah, jadi bukan semata-mata merupakan pernyataan
keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah saja. Disamping itu, “sesuatu yang tidak
dilaksanakan” oleh pemerintahpun termasuk kebijaksanaan negara. Hal ini disebabkan
karena “sesuatu yang tidak dilakukan” oleh pemerintah akan mempunyai pengaruh
(dampak) yang sama besarnya dengan sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah.
Proses penetapan kebijakan atau yang sering dikenal dengan policymaking
process, menurut Shafrits dan Russel dalam Keban (2006) yang pertama merupakan
agenda setting dimana isu-isu kebijakan diidentifikasi, (2) keputusan untuk melakukan
atau tidak melakukan kebijakan, (3) tahap implementasi kebijakan, (4) evaluasi program
dan analisa dampak, (5) feedback yaitu memutuskan untuk merevisi atau menghentikan.
Proses kebijakan diatas bila diterapkan akan menyerupai sebuah siklus tahapan
penetapan kebijakan.
Pemberdayaan
Makna dari konsep pemberdayaan pada dasarnya lebih luas dari hanya pemenuhan
kebutuhan dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses
kemiskinan lebih lanjut (safety needs), namun subtansi pemberdayaan adalah mendorong
masyarakat dalam membangun potensi yang dimiliki agar dapat berkembang sesuai
dengan tuntutan kebutuhannya. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu
anggota masyarakatmelainkan juga pranata-pranatannya.
Sehubungan dengan pembahasan konsep pemberdayaan dalam kajian ini, maka
akan diutamakan dua konsep pemberdayaan yakni pemberdayaan secara Top Down dan
Bottom Up. Pemberdayaan (empowering) merupakan upaya peningkatkan kekuatan atau
posisi tawar masyarakat agar mereka bisa mengambil keputusan untuk dirinya sendiri,
serta ikut menentukan dan mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan pihak
lain dan berpengaruh terhadap dirinya (misalnya program pembangunan dan perumusan
kebijakan desa).
Pemberdayaan adalah sebuah konsep yang terkait dengan kekuasaan (power), dan
konsep kekuasaan ini terkait dengan konsep lainnya yaitu demokrasi. Dalam konsepsi
pemberdayaan masyarakat, secara lugas dapat diartikan sebagai suatu proses yang
membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat,
perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Dari pengertian
tersebut terlihat ada 3 tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat yaitu
mengembangkan kemampuan masyarakat mengubah perilaku masyarakat dan
mengorganisir masyarakat.Sebagaimana pemberdayaan dalam penelitian ini adalah
kemampuan untuk mengelola kegiatan dalam bidang sumberdaya perikanan.
Menurut Nasikun (2000), aspek penting dalam suatu program pemberdayaan
masyarakat adalah program yang disusun sendiri oleh masyarakat, mampu menjawab
kebutuhan dasar masyarakat, mendukung keterlibatan kaum miskin dan kelompok yang
terpinggirkan lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal, sensitif terhadap nilai-nilai
budaya lokal, memperhatikan dampak lingkungan tidak menciptakan ketergantungan,
berbagai pihak terkait terlibat (instansi pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi,
LSM.Sedangkan faktor kekuatan pemberdayaan masyarakat pesisir berada pada
banyaknya masyrakat pesisir yaitu nelayan, pembudidaya, pengelola dan pedagang ikan
yang perlu diberdayakan baik dari apek ekonomi social dan politik.Sementara peluang
adalah faktor yang paling rendah dalam pemberdayaan ini.Meskipun demikian perhatian
pemerintah yang cukup tinggi terhadap masyarakat pesisir merupakan peluang yang
paling utama, sehingga dengan demikian pemberdayaan masyarakat pesisir masih
tergantung pada dukungan pemerintah.
Nelayan merupakan kelompok social yang selama ini terpinggirkan, baik secara
sosial, ekonomi, maupun politik.Inipun merupakan kecenderungan diberbagai Negara.Di
India identik dengan kasta rendahan.Di Kanada nelayan firs nation juga marjinal secara
ekonomi dan politik.Sementara di Jepang persepsi nelayan identik dengan kitani, kitsui,
kiken yang artinya kotor, keras dan membahayakan.Akan tetapi nelayan di Jepang
meskipun secara social rendahan, tidak secara ekonomi dan politik, mereka tetap
diperhitungkan sehingga banyak kebijakan pembangunan yang berpihak kepada
nelayan.Sementara di Indonesia nelayan masih belum berdaya secara ekonomi dan
politik.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Tipe Penelitian
Penelitian ini pada dasarnya menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, metode ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara riil mengenai
situasi tertentu atau keterkaitan hubungan antara berbagai fenomena secara actual dan
teratur. Seperti dikemukakan oleh Sugiyono (2005) dengan mengutip pendapat Nasution
bahwa penelitian kualitatif pada hahekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan
hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka
tentang dunia sekitarnya.
Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, siat-sifat serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki. Dalam data kualitatif dapat diperoleh
kejelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat dan kita dapat
mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam
lingkup pikiran orang-orang setempat dan memperoleh penjelasan yang banyak dan
bermanfaat.
Fokus Penelitian
Fokus penelitian merupakan suatu batasan-batasan yang digunakan dalam
sebuah penelitian yang berfungsi untuk menjaga agar penelitian tetap pada jalur yang
telah di tentukan dan tidak menyimpang dari pokok bahasan yang akan diteliti.
Adapun yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah Implementasi
kebijakan Lanal Kotabaru dalam pemberdayaan masyarakat nelayanyang dilakukan
dengan :
1. Secara formal / terstruktur.
2. Secara informal / tidak terstruktur.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Lanal Kotabaru Kabupaten Kotabaru Provinsi
Kalimantasn Selatan dengan melibatkan masyarakat nelayan sekitar wilayah kerja Lanal
Kotabaru. Pemahaman atas kondisi lokasi penelitian akan membantu mempermudah
dalam perolehan data dan informasi terkait obyek peneltian. Oleh karena itu telah
ditentukan sesuai dengan lokus penelitian berada di Lanal Kotabaru dan masyarakat
nelayan di area Lanal Kotabaru.
Subyek / Informan
Pada penelitian ini, penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik
Purposive sampling.Menurut Sugiyono (2010) Purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu
ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi
obyek/situasi yang diteliti. Oleh karena itu untuk kebutuhan penelitian ini digunakan
informan penelitan sebagaimana tabel di bawah ini meliputi :
Tabel 3.1 Informan Penelitian
Sampling
Fokus
Informan Kunci / Key Informan Jumlah
Implementasikebijakan 1. Paspotmar 1
Lanal Kotabaru dalam 2. Perwira Lanal 3
pemberdayaan masyarakat 3. Masyarakat Nelayan Kotabaru 5
nelayan
Jumlah Seluruh Informan / Key Informan 14
Data Data
Colecction Display
Data conclucions
Reduction
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan dapat diketahui beberapa hasil atas
masalah yang telah dijelaskan pada pendahaluan penelitian ini. Evaluasi kebijakan
dengan menggunakan konsep dari Edwar III menunjukkan hasil yang positif. Hal ini
dibuktikan pertama dengan berjalannya dengan baik dan tuntas setiap program kerja
yang ada. Program kerja yang ada meruoakan program kerja yang berhubungan dengan
pemberdayaan nelayan oleh Lanal Kotabaru.
Melihat pada keempat varibel yang disampaikan oleh Edward III bahwa secara
komunikasi dari atas kebawah Lanal Kotabaru sangat berhasil. Keberhasilan ini
didukung oleh kuatnya garis komando di Lanal Kotabru, antara atasan dan bawahan.
Sehingga apa yang menjadi kebijakan lanal akan dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh oleh setiap prajurit yang ada di Lanal Kotabaru. Arus komunkasi yang baik
juga dibangun oleh Lanal Kotabaru kepada setiap stakeholder yang terlibat dalam
pelaksanaan pemberdayaan nelayan ini.
Dari segi struktur organisasi dan susunan anggota memiliki tugas pokok dan
fungsi masing-masing yang sangat jelas. Sehingga memudahkan dalam pelaksanaan
program kerja yang ada. Dengan adanya berbagai macam bidang yang ada namu
memiliki satu kesatuan yang utuh menjadikan kepemimpinan di Lanal kotabaru menjadi
kunccinya. Dengan berbekal kepeipinan dari Komandan Lanal Kotabaru inilah
timpelaksana kegiatan menjadi lebih maksimal.
Kelemahan yang masih dimiliki Lanal kotabaru dalam pemberdayaan nelayan
adalah masih lemahnya anggaran yang tersedia. Hal ini berakibat kepada sarana dan
prasaran pendukung yang masih butuh untuk ditingkatkan kembali. Namun dengan
semangat korsanya TNI AL Lanal Kotabaru selalu siap sedia dalam melaksanakan tugas
dan tanggungjawabnya.
Disposisi yang ada dalam pelaksanaan pemberdayaan nelayan adalah keinginan
untuk melaksanakan tugas dari atasan yang dominan. Karena kepatuhan atas jenjang
kepangkatan itulah membuat jajaran pelaksana porgram selau berbuat sebaik mungkin
dalam pelaksanaan program kerja.
Rekomendasi
Rekomendasi yang diberikan adalah untuk meningkatkan kembali anggran dan
saran prasarana yang ada. Mengingat pentingnya wilayah laut membuat segenap
kegiatan harus dilaksanakn dengan baik. Potensi alam laut yang luar biasa di Kotabaru
coba untuk ditingkatkan oleh Lanal Kotabaru melalui pelaksanaan kegiatan di Lanal
Kotabaru terhadap nelayan yang ada di Kotabaru. Anggaran untuk membina nelayan
perlu untuk ditingkat setiap tahunnya, kemudian dilanjutkan dengan terus berkolaborasi
dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait penting dilakukan.
Penambahan prajurit yang masih kurang juga perlu untuk ditingkatkan lagi.
Dengan adanya persoalan atas kurangnya personil sesuai dengan DSP yang ada harus
segera ditangani oleh Lanal Kotabaru melalui penambahan jumlah prajurit.
DAFTAR PUSTAKA
AgusDwiyanto.2006.ReformasiBirokrasiPublikdiIndonesia.Yogyakarta:Gajah
MadaUniversityPress.
Bagong Suyanto &Sutinah. 2007. Metode Penelitian Sosial: Berbagai AlternatifPendekatan.
Edisi Pertama cetakan ke3. Jakarta:KencanaPrenadaMediaGroup.
Ekowati, Lilik. 2005. Perencanaan, Implementasidan Evaluasi atau Program.Surakarta :
Pustaka Cakra
Iqbal Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta.
GaliaIndonesia
JokoWidodo. 2007.AnalisisKebijakan Publik. Malang: Banyumedia Publishing.2008.Birokrasi
Berbasis Kinerja. Malang: BayumediaPublishing.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Lexy J. Moleong. 2001. Metodologi PenelitianKualitatif. Cet. ke15. Bandung:
RemajaRosdakarya.
UU No 27 Tahun 2007 tentang Pengelolalaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Sedarmayanti dan Syaifudin Hidayat, 2002.Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju.
Moleong, L.J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Bungin, Burhan, 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis Ke Arah
Ragam Varian Kontemporer). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Koentjaraningrat, 1980.Sejarah Teori Antropologi Edisi ke-1. Jakarta: UI Press.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Website
http://www.tnial.mil.id/tabid/79/articleType/ArticleView (tanggal 2-15-2016)
http://banjarmasin.tribunnews.com/2015/10/05/lanal-kotabaru-bagikan-paket-sembako-ke-
nelayan-binaan (tanggal 2-15-2016)
http://kalsel.antaranews.com/berita/26404/dewan-undang-tni-al-terkait-permen-no22015
(tanggal 2-15-2016)