Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL “OSTEOPOROSIS”

Disusun Oleh : Kelompok 2


Reski Ida Hastuti 1801069 Erni Hapid 1801086
Nur Amalia S 1801115 Ayu Lestari 1801112
Del Adriyati 1801073 Sulhandika 1801096
Nursalim 1801094

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL :
OSTEOPOROSIS
Makalah ini berisikan tentang informasi Konsep Dasar Teori tentang
Osteoporosis, Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien Osteoporosis.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Makassar, Juli 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................................... 2
B. Tujuan ................................................................................................ 2
C. Manfaat ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
A. KONSEP MEDIS ............................................................................... 3
1. Definisi........................................................................................... 3
2. Etiologi .......................................................................................... 3
3. Patofisiologi................................................................................... 5
4. Manifestasi klinis.......................................................................... 6
5. Pemeriksaan diagnositik.............................................................. 6
6. Komplikasi .................................................................................... 7
7. Penatalaksanaan .......................................................................... 7
B. KONSEP KEPERAWATAN ............................................................ 8
1. Pengkajian .................................................................................... 8
2. Diagnosa keperawatan ................................................................. 9
3. Intervensi ...................................................................................... 9
4. Evaluasi ......................................................................................... 9
5. Discharge planning ...................................................................... 16
BAB 3 TINJAUAN KASUS........................................................................... 17
A. Skenario kasus .................................................................................... 17
B. Daftar pertanyaan .............................................................................. 18
BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................. 19
A. Jawaban Pertanyaan .......................................................................... 19
B. Informasi Tambahan ......................................................................... 23
1. Jurnal ilmiah ................................................................................ 23
2. Diagnosa banding ......................................................................... 23

iii
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 26
A. KESIMPULAN ................................................................................... 26
B. SARAN ................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari
sindrom geriatrik, dalam arti insiden dan akibatnya pada usia lanjut yang
cukup signifikan. Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang
tulang secara linear. Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita dibanding
pria. Tingkat hilang tulang ini sekitar 0,5 – 1% per tahun dari berat tulang
pada wanita pasca menopause dan pada pria > 80 tahun. Hilang tulang ini
lebih mengenai bagian trabekula dibanding bagian korteks, dan pada
pemeriksaan histologik wanita dengan osteoporosis spinal pasca
menopause tinggal mempunyai tulang trabekula < 14% (nilai normal pada
lansia 14 – 24% ) . Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan
(dilaksanakan oleh sel osteoklas) dan pembentukan (dilakukan oleh sel
osteoblas) yang berjalan bersama-sama, sehingga tulang dapat membentuk
modelnya sesuai dengan pertumbuhan badan (proses remodelling).
Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa proses remodelling ini
akan sangat cepat pada usia remaja. Terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi pembentukan dan pengrusakan oleh kedua jenis sel
tersebut. Apabila hasil akhir perusakan (resorbsi/destruksi) lebih besar dari
pembentukan (formasi) maka akan timbul osteoporosis. Kondisi ini tentu
saja sangat mencemaskan siapapun yang peduli, hal ini terjadi karena
ketidaktahuan pasien terhadap osteoporosis dan akibatnya. Beberapa
hambatan dalam penanggulangan dan pencegahan osteoporosis antara lain
karena kurang pengetahuan, kurangnya fasilitas pengobatan, faktor nutrisi
yang disediakan, serta hambatan-hambatan keuangan. Sehingga diperluan
kerja sama yang baik antara lembaga-lembaga kesehatan, dokter dan
pasien. Pengertian yang salah tentang perawatan osteoporosis sering
terjadi karena kurangnya pengetahuan. Peran dari petugas kesehatan
dalam hal ini adalah dokter dan perawat sangatlah mutlak untuk

1
dilaksanakan. Karena dengan perannya akan membantu dalam mengatasi
peningkatan angka prevalensi dari osteoporosis.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan berperan dalam
upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian
osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan
osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu dan pemerataan
pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik
pasien serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis.
Peran yang terakhir adalah peningkatan kerja sama dan system rujukan
antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini akan memberi
nilai posistif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

B. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar medis tetang
osteoporosis.
2. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan
keperawatan osteoporosis.

C. Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami tentang osteoporosis, asuhan keperawatan pada klien dengan
osteoporosis.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan
densitas/matriks/massa tulang, peningkatan porositas tulang, dan
penurunan proses mineralisasi disertai dengan kerusakan arsitektur
mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan
tulang sehingga tulang menjadi mudah patah.
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang
progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang
terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang
menjadi keras dan padat.

2. Etiologi
a. Determinan Massa Tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh
berbagai faktor antara lain :
1) Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap kepadatan
tulang .
2) Faktor mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang,
bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan
berkurangnya massa tulang. Ada hubungan langsung dan nyata
antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut
menunjukkan respon terhadap kerja mekanik. Beban mekanik
yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga
massa tulang yang besar.

3) Faktor makanan dan hormon

3
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi
yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan
mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetic yang
bersangkutan
b. Determinan pengurangan massa tulang
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa
tulang pada usia lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur
osteoporosis pada dasarnya sama seperti pada faktor-faktor yang
mempengaruhi massa tulang.
1) Faktor genetic
Faktor genetik berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur.
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah
mendapat resiko fraktur dari seseorang denfan tulang yang
besar.
2) Faktor mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan
bertambahnya usia dan karena massa tulang merupakan fungsi
beban mekanik, massa tulang tersebut pasti akan menurun
dengan bertambahnya usia.
3) Faktor lain
- Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan
kalsium yang rendah dan absorbsinya tidak baik akan
mengakibatkan keseimbangan kalsium yang negatif begitu
sebaliknya.
- Protein
Protein yang berlebihan akan mengakibatkan
kecenderungan keseimbangan kalsium yang negative
- Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan

4
kalsium, karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari
makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium diginjal.
- Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung
akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih
bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme
pengaruh rokok terhadap penurunan massa tulang tidak
diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi
kalsium melalui urin maupun tinja.
- Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan
masukan kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi
lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang pasti belum
diketahui.

3. Patofisiologi
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan
meningkatkan massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik,
nutrisi, gaya hidup (merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik
mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan karena usia mulai
segera setelah tercapai puncaknya massa tulang. Menghilangnya
estrogen pada saat menopause mengakibatkan percepatan resorbsi
tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis.
Vitamin D penting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi
tulang normal. Diet mengandung kalsium dan vitamin D harus
mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi
tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama
bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang dan
pertumbuhan osteoporosis.

5
4. Manifestasi Klinik
a. Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata
b. Nyeri timbul secara mendadadak
c. Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)
d. Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan
sehari-hari atau karena pergerakan yang salah
e. Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak
f. Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur pada vertebra
g. Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra
h. Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di tempat tidur

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. X-ray
b. Bone Mineral Density (BMD) : untuk mengukur densitas tulang
c. Serum kalsium, posphor, alkalin fosfatase
d. Quantitative ultrasound (QUS) : mebgukur densitas tulang dengan
gelombang suara
Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin
bila sudah terjadi demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak
radiolusensi tulang. Ketika vertebra kolaps, vertebra torakalis
menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf.
Pemeriksaan laboratorium (misalnya kalsium serum, fosfat, serum,
fosfatase alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin
urine, hematokrit, laju endap darah), dan sinar-x dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan diagnosis medis lain (misalnya ;
osteomalasia, hiperparatiroidisme, dll) yang juga menyumbang
terjadinya kehilangan tulang. Absorbsiometri foton-tunggal dapat
digunakan untuk memantau massa tulang pada tulang kortikal pada
sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-foton, dual energy
x-ray absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu memberikan
informasi mengenai massa tulang pada tulang belakang dan

6
panggul. Sangat berguna untuk mengidentifikasi tulang
osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi. .

6. Komplikasi
a. Fraktur spontan
b. Syok, perdarahan atauemboli lemak

7. Penatalaksanaan
Penanganan yang dapat di lakukan pada klien osteoporosis
meliputi :
a. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup,
dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur
pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi tulang.
b. Pencegahan dengan menghindari faktor resiko osteoporosis
(mis. Rokok, mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati dalam
aktifitas fisik).
c. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.
d. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan
estrogen dan progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang
dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkan.
e. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani
osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium
etridonat. Efek samping (misal : gangguan gastrointestinal, aliran
panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya kadang-kadang
dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan
pembentukan tulang.
Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk
mengurangi nyeri punggung
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien

7
b. Keluhan utama
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit lainnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit lainnya.
e. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah
sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
f. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yangdipakai,
atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
Pemeriksaan Fisik
a. B1 (breathing )
Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang
belakang
Palpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki
b. B2 (blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin
dan pusing, adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan
pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan efek obat
c. B3 (brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah
klien dapat mengeluh pusing dan gelisah
d. B4 (Bladder)

8
Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan
padasistem perkemihan
e. B5 (bowel)
Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun
perlu dikaji juga frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses
f. B6 (Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien
osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau gibbus (dowager’s
hump) dan penurunan tinggi badan. Ada perubahan gaya berjalan,
deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi
fraktur yang terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3

2. Diagnosa Keperawatan NANDA


a. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
b. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan persepsi diri
d. Risiko cedera b.d hambatan fisik
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Domain 12: Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
Kenyamanan tindakan keperawatan 1400
Kelas 1. Kenyamanan klien diharapkan mampu Intervensi :
fisik. dengan outcomes : - Lakukan
Defisini : Pengalaman Tingkat Nyeri : 2102 pengkajian nyeri
sensori dan emosional Dengan kriteria hasil : yang
tidak menyenangkan - 210201 : nyeri komprehensif
berkaitan dengan dilaporkan tidak ada yang meliputi
kerusakan jaringan - 210204 : panjangnya lokasi,
aktual atau potensial, episode nyeri tidak karakteristik,
atau yang digambarkan ada durasi, frekuensi,
sebagai kerusakan - 210221 : menggosok kualitas, inensitas

9
(internasinal area yang terkena atau beratnya
association for the dampak tidak ada nyeri dan faktor
study of pain); awitan - 210206 : ekspresi pencetus.
yang tiba-tiba atau nyeri wajah tidak - Gali pengetahuan
lambat dengan ada dan kepercayaan
intensitas ringan hingga - 210208 : tidak bisa pasien mengenai
berat, dengan beristirahat tidak nyeri.
berakhirnya dapat ada. - Gali bersama
diantisipasi atau pasien faktor-
diprediksi. faktor yang dapat
DX : menurunkan dan
Nyeri akut b.d agens memperberat
cedera biologis nyeri.
Batasan karakteristik : - Kurangi atau
- Perilaku ekspresif eliminasi faktor-
- Ekspresi wajah faktor yang dapat
nyeri mencetus atau
- Sikap melindungi meningkatkan
area nyeri nyeri.
- Perilaku protektif - Dorong
- Laporan tentang istirahat/tidur yang
perilaku nyeri / adekuat untuk
perubahan aktivitas membantu
- Keluhan tentang menurunkan nyeri.
intensitas - Ajarkan teknik
menggunakan nonfarmakologi
standar skala nyeri seperti (biofeed
- Keluhan tentang back, relaksasi,
karakteristik nyeri hypnosis, dan
dengan terapi musik).
menggunakan

10
standar instrumen
nyeri

Domain 4 : Setelah dilakukan Terapi Aktivitas :


Aktivitas/Istirahat tindakan keperawatan 4310
Kelas 2 : klien diharapkan mampu Intervensi :
aktivitas/olahraga dengan outcomes : - Bantu klien dan
Definisi : Ambulasi : 0200 keluarga untuk
Keterbatasan dalam Dengan kriteria hasil : mengidentifikasi
gerakan fisik atau - 020001 : menopang kelemahan dalam
satu/lebih ekstremitas berat badan tidak level aktivitas
secara mandiri dan terganggu tertentu.
terarah. - 020014 : berjalan - Pertimbangkan
DX : Hambatan mengelilingi kamar kemampuan klien
mobilitas fisik b.d nyeri tidak terganggu dalam
Batasan Karakteristik - 02005 : berjalan berpartisipasi
: mengelilingi rumah melalui aktivitas
- Gangguan sikap tidak terganggu. spesifik.
berjalan - - Bantu klien untuk
- Penurunan mengekplorasi
keterampilan tujuan personal
motoric halus dari aktivitas-
- Penurunan aktivitas yang
keterampilan biasa dilakukan.
motoric kasar - Dorong aktivitas
- Penurunan rentang kreatif yang tepat.
gerak - Instruksikn pada
- Kesulitan mebolak pasien dan
balik posisi keluarga untuk
- Ketidaknyamanan mempertahankan

11
fungsi dan
kesehatan terkait
dengan peran
dalam beraktivitas
secara fisik, social,
spiritual dan
kognisi.
Instruksikan pasien
dan keluarga untuk
melakukan aktivitas
sesuai yang
diinginkan maupun
yang telah diresepkan.
Domain 6 : Persepsi Setelah dilakukan Peningkatan Citra
Diri tindakan keperawatan Tubuh : 5220
Kelas 3 : Citra tubuh klien diharapkan mampu Intervensi :
Definisi : dengan outcomes : - Tentukan harapan
Konfusi dalam Citra Tubuh : 1200 citra diri pasien
gambaran mental Dengan kriteria hasil : didasarkan pada
tentang diri-fisik - 120001 : gambaran tahap
individu internal diri perkembangan.
DX : gangguan citra konsisten positif - Gunakan
tubuh b.d perubahan - 120002 : kesesuaian bimbingan
persepsi diri. antara realitas dan antisipasif
Batasan Karakteristik idela tubuh dengan menyiapkan
: penampilan tubuh pasien terkait
- Tidak ada bagian konsisten positif. dengan perubahan-
tubuh - 120003 : deskripsi perubahan citra
- Perubahan fungsi bagian tubuh yang tubuh yang telah
tubuh terkena konsisten diprediksikan.
- Perubahan struktur positif. - Bantu pasien

12
tubuh - 120007 : menentukan
- Perubahan gaya penyesuaian keberlanjutan dari
hidup terhadap perubahan perubahan-
- Berfokus pada tampilan fisik perubahan actual
penampilan masa konsisten positif. dari tubuh atau
lalu tingkat fungsinya.
- Trauma terhadap - Bantu pasien
bagian tubuh yang mendiskusikan
tidak berfungsi. stressor yang
- Memperluas mempengaruhi
batasan tubuh. citra diri terkait
dengan kondisi
kongenital, cedera,
penyakit atau
pembedahan.
- Monitor apakah
pasien mampu
melihat bagian
tubuh mana yang
berubah.
Resiko Cedera Setelah dilakukan Pencegahan jatuh :
berhubungan dengan tindakan keperawatan 6494
hambatan fisik klien diharapkan mampu - Indentifikasi
Domain 11 dengan Outcome: kekuarangan
Kelas 2 Keparahan cedera fisik baik kognitif
Kode diagnosis 00035 tidak ada (1913) atau fisik dari
Dengan kriteria hasil: pasien yang
- Gangguan imobilitas mungkin
tidak ada (191316) meningkatkan
- Fraktur tulang potensi jatuh
punggung tidak ada pada lingkungan

13
(191310) tertentu
- Identifikasi
perilaku dan
faktor yang
mempengaruhi
resiko jatuh
- Monitor gaya
berjalan
(terutama
kecepatan),
keseimbangan
dan tingkat
kelelahan dengan
ambulasi
- Ajarkan pasien
untuk
beradaptasi
terhadap
modifikasi gaya
berjalan yang
telah disarankan
(terutama
kecepatan)
- Ajarkan pasien
bagaimana jika
jatuh, untuk
meminimalkan
cedera
Manajemen
lingkungan
keselamatan : 6489

14
- Identifikasi
kebutuhan
keamanan pasien
pasien
berdasarkan
fungsi fisik dan
kognitif serta
riwayat perilaku
di masa lalu
- Identifikasi hal-
hal yang
membahayakan
dilingkungan
(misalnya bahaya
fisik, biologi, dan
kimiawi)
- Sediakan alat
untuk beradaptasi
(misalnya, kursi
untuk pijakan dan
pegangan tangan)
- Bantu pasien saat
melakukan
perpindahan ke
lingkungan yang
lebih aman.

4. Discharge Planning

15
a. Anjurkan klien untuk melakukan aktivtas fisik ringan, untuk
memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat
demineralisasi tulang progresif.
b. Anjurkan klien untuk latihan isomatik untuk memperkuat batang
tubuh.
c. Anjurkan klien untuk diet tinggi kalsium dan banyak minum air
putih 1,5-2 liter/hari.
d. Anjurkan klien untuk berjemur dibawah sinat matahari di pagi hari
untuk mendapatkan vitamin D yang adekuat.
e. Hindari gerakan mendadak dan mengangkat beban berat.
f. Ciptakan lingkungan rumah yang aman, nyaman dan lantai tidak
licin
g. Berikan penerangan dalam rumah yang baik.

16
BAB III
TINJAUAN KASUS
Skenario 2 : Nyeri Punggung
Kasus :
Perempuan usia 52 tahun diraawat di bangsal rawat inap Rumah Sakit Mawar.
Pasien mengatakan nyeri punggung sejak tiga minggu yang lalu, tidak mampu
beraktivitas, dan hanya berbaring di kamar, sebelumnya bekerja sebagai penjual
ikan dipasar, riwayat menggunakan pil kontrasepsi sejak 42 tahun yang lalu, saat
ini sudah menopause, TD 130/80 mmHg, frekuensi nadi : 85x/I, frekuensi napas :
20x/i.
A. Kata Kunci
1. Usia
2. Nyeri Punggung
3. Tidak mampu beraktivitas
4. Riwayat menggunakan pil kontrasepsi
5. Menopause

B. Klarifikasi Kata Kunci


1. Jenis Kelamin yaitu,wanita berada pada risiko lebih besar terkena
osteoporosis dibandingkan pria. Satu dari dua wanita dan satu dari
delapan pria memiliki resiko patah tulang karena osteoporosis selama
hidup mereka.
2. Usia yaitu memasuki usia 40-an perempuan mengalami masa menopause
dimana masa itu siklus menstruasi dan kesuburan pada perempuan
berhenti dan tidak lagi memproduksi hormone estrogen sehingga
penurunan nilai kepadatan tulang.
3. Nyeri Punggung adalah nyeri atau kekakuan yang dapat dirasakan
disepanjang tulang belakang, dari dasar leher hingga ke tulang ekor.
Gejala paling umum penyakit osteoporosis yaitu nyeri pada bagian
punggung. Penyakit ini melemahkan vertebra pada tulang belakang dan
dapat menyebabkan patah tulang

17
4. Tidak mampu beraktivitas karena penderita osteoporosis mengalami
penurunan kekuatan tulang, kondisi lambat laun membuat tulang
kehilangan kekuatannya sehingga menjadi lebih rapuh dan bahkan patah
akibat trauma kecil.
5. Riwayat menggunakan pil kontrasepsi yaitu, salah satu efek samping dari
penggunaan kontrasepsi adalah penurunan nilai kepadatan tulang.
Semakin rendah kepadatan mineral tulang semakin besar risiko terjadinya
osteoporosis.
6. Menopause terjadi diakibatkan karena indung telu tidak lagi memproduksi
hormone estrogen dan progesterone, keduanya merupakan hormone yang
diperlukan untuk kesuburan pada perempuan. Selain untuk kesuburan
estrogen sendiri memiliki manfaat sebagai salah satu hormone yang
membantu pembentukan tulang, hormone estrogen bekerja sama dengan
vitamin D dan hormone lainnya dalam memperbaiki tulang. Mengalami
masa menopause, berarti terjadi beberapa penyakit tulang seperti
osteoporosis dan osteoarthtritis.

C. Pertanyaan Penting
1. Apa yang dimaksud dengan osteoporosis ?
2. Apa penyebab dari osteoporosis ?
3. Bagaimana proses terjadinya osteoporosis ?
4. Apa tanda dan gejala dari osteoporosis
5. Sebutkan pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pasien osteoporosis ?
6. Komplikasi apa saja yang bisa tejadi pada osteoporosis ?
7. Bagaimana penatalaksanaan osteoporosis

18
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Jawaban Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan osteoporosis ?
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa
tulang, peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi
disertai dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang
mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi
mudah patah.
2. Apa penyebab dari osteoporosis ?
a. Determinan Massa Tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai
faktor antara lain :
1) Faktor genetic
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang
2) Faktor mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya
beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya massa
tulang. Ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan
massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respon terhadap
kerja mekanik. Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan
massa otot besar dan juga massa tulang yang besar.
3) Faktor makanan dan hormone
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang
cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai
maksimal sesuai dengan pengaruh genetic yang bersangkutan
b. Determinan pengurangan massa tulang
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang pada
usia lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporosis pada

19
dasarnya sama seperti pada faktor-faktor yang mempengaruhi massa
tulang.
1) Faktor genetic
Faktor genetik berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur. Pada
seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat
resiko fraktur dari seseorang denfan tulang yang besar.
2) Faktor mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya
usia dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanik,
massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya
usia.
3) Faktor lain
- Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan
kalsium yang rendah dan absorbsinya tidak baik akan
mengakibatkan keseimbangan kalsium yang negatif begitu
sebaliknya.
- Protein
Protein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan
keseimbangan kalsium yang negative
- Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan
mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium,
karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan
dan juga menurunnya konservasi kalsium diginjal.
- Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung
akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila
disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh
rokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan

20
tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui
urin maupun tinja.
- Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan
masukan kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi lewat
urin yang meningkat. Mekanisme yang pasti belum diketahui.
3. Bagaimana proses terjadinya osteoporosis ?
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa
tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidup (merokok,
minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang.
Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknya massa
tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause mengakibatkan
percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca
menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D
penting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet
mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk
mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan
vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan
pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis.
4. Apa tanda dan gejala dari osteoporosis ?
a. Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata
b. Nyeri timbul secara mendadadak
c. Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)
d. Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan
sehari-hari atau karena pergerakan yang salah
e. Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak
f. Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur pada vertebra
g. Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra
h. Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di tempat tidur

21
5. Sebutkan pemeriksaan diagnostik apa saja yang dilakukan pada pasien
osteoporosis ?
a. X-ray
b. Bone Mineral Density (BMD) : untuk mengukur densitas tulang
c. Serum kalsium, posphor, alkalin fosfatase
d. Quantitative ultrasound (QUS) : mebgukur densitas tulang dengan
gelombang suara
Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin
bila sudah terjadi demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak
radiolusensi tulang. Ketika vertebra kolaps, vertebra torakalis
menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf.
Pemeriksaan laboratorium (misalnya kalsium serum, fosfat, serum,
fosfatase alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin
urine, hematokrit, laju endap darah), dan sinar-x dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan diagnosis medis lain (misalnya ;
osteomalasia, hiperparatiroidisme, dll) yang juga menyumbang
terjadinya kehilangan tulang. Absorbsiometri foton-tunggal dapat
digunakan untuk memantau massa tulang pada tulang kortikal pada
sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-foton, dual energy
x-ray absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu memberikan
informasi mengenai massa tulang pada tulang belakang dan
panggul. Sangat berguna untuk mengidentifikasi tulang
osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi. .

6. Komplikasi apa saja yang bisa tejadi pada osteoporosis ?


a. Fraktur spontan
b. Syok, perdarahan atauemboli lemak
7. Bagaimana penatalaksanaan osteoporosis ?
Penanganan yang dapat di lakukan pada klien osteoporosis meliputi :

22
a. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup,
dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan
dapat melindungi terhadap demineralisasi tulang.
b. Pencegahan dengan menghindari faktor resiko osteoporosis
(mis. Rokok, mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktifitas
fisik).
c. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.
d. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan
estrogen dan progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan
mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkan.
e. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani
osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium
etridonat. Efek samping (misal : gangguan gastrointestinal, aliran
panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya kadang-kadang
dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan
pembentukan tulang.
f. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk
mengurangi nyeri punggung

B. Informasi Tambahan
1. Jurnal Ilmiah
 Faktor Resiko Osteoporosis Pada Wanita Usia 40-80 Tahun: Status
Monopause Dan Obesitas
 Skrining Osteoporosis: Hubungan Usia Dan Jenis Kelamin Dengan
Kejadian Osteoporosis Di Desa Cajambu Kecamatan Tanjungsari
2. Diagnosa Banding
1. Osteomalacia
Osteomalacia adalah kondisi dimana tulang tidak dapat mengeras,
sehingga rentan untuk bengkok atau bahkan patah. Kondisi ini terjadi
akibat kekurangan vitamin D, kalsium, atau fosfot, yang dibutuhkan
untuk proses pengerasan tulang

23
Gejala Osteomalacia
Pada awalnya, penderita osteomalacia tidak merasakan gejala
apa pun. Ketika kondisi semakin buruk, tulang penderita akan menjadi
rapuh, yang ditandai dengan beberapa gejala berikut:
1. Nyeri pada beberapa bagian tubuh, terutama punggung bawah,
panggul, pangkal paha, kaki, dan tulang rusuk. Rasa nyeri akan
bertambah parah di malam hari atau ketika menahan beban berat.
2. Terhuyung-huyung saat berjalan, serta kesulitan untuk berdiri dan
naik tangga, akibat kelemahan pada otot.
3. Tubuh terasa mudah lelah.
Bila kondisi semakin berat, penderita dapat mengalami patah
tulang.
Selain keluhan di atas, kekurangan kalsium juga dapat
menimbulkan gejala berupa:
1. Mati rasa
2. Otot kaku dan tegang
3. Detak jantung tidak beraturan.

2. Osteopenia
Osteopenia adalah istilah yang dipakai untuk
menggambarkan kondisi peralihan tulang yang sehat
menuju osteoporosis. Tulang osteopenia mengalami penurunan
kepadatan secara perlahan sehingga menjadi lebih lemah dibandingkan
tulang normal, tetapi belum rentan untuk mengalami kerusakan dan
patah seperti gejala osteoporosis.
Osteopenia tidak memiliki gejala tertentu dan tidak menimbulkan
rasa nyeri, namun tulang yang rapuh akan mudah patah. Tulang yang
mudah patah kemungkinan besar dikarenakan kondisi osteopenia sudah
berkembang menjadi osteoporosis, terutama yang terjadi di sekitar
bagian pinggang dan tulang belakang.

24
Kerapuhan tulang juga dapat menimbulkan efek terhadap
kerusakan tulang belakang yang sulit dikenali karena tidak memiliki
gejala dan rasa nyeri spesifik. Meskipun demikian, seiring dengan
berjalannya waktu tulang belakang yang mengalami osteopenia
mengalami perubahan postur sehingga seseorang cenderung terlihat
membungkuk dan tampak berkurangnya tinggi badan. Itulah sebabnya
baik osteoporosis maupun osteopenia merupakan masalah kesehatan
tulang yang serius yang berpeluang menimbulkan komplikasi dan
membatasi pergerakan seseorang.
3. Osteoartritis
Osteoarthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan penurunan
fungsi persendian. Osteoarthritis merupakan tipe arthritis yang paling
sering terjadi. Osteoarthritis terjadi karena menipisnya bantalan pada
persendian sehingga menyebabkan rasa sakit, kaku, dan pembengkakan.
Gejala osteoarthritis umumnya berkembang secara perlahan-lahan dan
semakin parah seiring waktu. Tingkat keparahan gejala dan lokasi yang
diserang bisa berbeda-beda pada tiap penderita. Tanda dan gejala
osteoartritis meliputi:
1. Sendi terasa nyeri ketika digerakkan.
2. Sendi terasa bengkak dan gembur ketika Anda mencoba
menekannya.
3. Terdapat kekakuan sendi ketika bangun di pagi hari atau setelah
sendi tidak digerakkan dalam beberapa waktu.
4. Terasa patah-patah atau tidak lentur ketika menggunakan sendi
5. Adanya taji pada tulang. Merupakan pertumbuhan tulang tambahan
di ujung, terasa keras ketika ditekan, dan dapat memengaruhi sendi
yang terkena.

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoporosis adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit
volume, sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur
terhadap trauma minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh
berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya jumlah
maupun ukuran trabekula tulang .
B. Saran
Sebagai perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan berperan
dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian
osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan
osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu dan pemerataan
pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien
serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang
terakhir adalah peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai
tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

26
DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, I, 2007. Osteoporosis - Seri Kesehatan Populer. Jakarta : PT Bhuana


Ilmu Populer.
Lippincott dkk. 2011. Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta :
PT Indeks.
Lukman & Nurna Ningsih.2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskolokeletal. Jakarta : Salemba Medika.
Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3 Edisi 5. Jakarta :
Internal Publishing.
Tandra, H. 2009. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang
Osteoporosis Mengenal, Mengatasi dan Mencegah Tulang
Keropos. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

27

Anda mungkin juga menyukai