http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
ABSTRACT
The accounting fraud is frequent and increase in many countries and organization. It
brings a loss to firms and investors. This study aims to analyze the effect of Internal Control
Effectiveness, Suitability of Compensation, Compliance to Accounting Rules, Information
Asymmetry, and Morality of Management to Accounting Fraud Tendencies with Unethicl Behavior
as an intervening variable. More particularly, the research attempts to get the causal relationship
between the variables involved.
Questionaires are used for collecting the data from banking companies in the city of
Semarang. Total sampel used for this study are 49 sampels. The data obtained were analyzed by
using PLS analysis technique (Partial Least Square) through the PLS software.
The results showed that the internal control effectiveness, suitability of reward, compliance
to accounting rules, information asymmetry, and morality of management significantly affect to
unethical behavior. And than unethical behavior significantly affect to accounting fraud
tendencies. But this research showed that the internal control effectiveness, suitability of reward,
compliance to accounting rules, and information asymmetry not significantly affect to accounting
fraud tendencies. And than morality of management significantly affect to accounting fraud
tendencies.
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan akhir dari proses akuntansi yang dirancang untuk
memberikan informasi kepada calon investor, calon kreditor, pengguna laporan untuk pengambilan
keputusan bisnis (Fajria, 2010). Bagi pihak manajemen, laporan keuangan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menetapkan rencana kegiatan perusahaan untuk periode yang akan
datang. Sedangkan bagi investor laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang sangat
penting untuk mengambil keputusan. Selain itu, laporan keuangan juga bermanfaat bagi
manajemen untuk pelaksanaan kegiatan operasi sehari-hari. Informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan memberi dasar bagi manajemen untuk membuat perencanaan (Fajria, 2010). Dengan
demikian, informasi yang tersedia dalam laporan keuangan sangat penting bagi investor dan
manajemen sehingga harus dapat diandalkan.
Mengingat pentingnya laporan keuangan suatu perusahaan, maka laporan keuangan harus
disusun sebaik mungkin sesuai dengan data yang akurat sesuai aturan akuntansi yang berlaku.
Menurut PSAK No.01 tentang Penyajian Laporan Keuangan revisi tahun 2009 Paragraf ke 24
menyebutkan tentang karakteristik kualitatif laporan keuangan yang merupakan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai, yaitu : dapat dipahami,
relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.
Namun pada kenyataannya masih terjadi tindakan penyimpangan pada laporan keuangan
suatu perusahaan, sehingga informasi yang ada dalam laporan keuangan menjadi tidak relevan dan
tidak dapat diandalkan. Tindakan penyimpangan dalam laporan keuangan ini merupakan salah satu
1
Nur Ratri Kusumastuti, Wahyu Meiranto
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2
tindakan kecurangan akuntansi. Tindakan yang dilakukan dapat berupa penghilangan jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan. Wilopo
(2006) yang mengatakan bahwa kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai negara
termasuk di Indonesia.
Selain kecurangan akuntansi, perilaku tidak etis juga mempengaruhi banyaknya
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di Indonesia (Fauwzi, 2011). Perilaku tidak etis yaitu
perilaku menyimpang yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut
Fauwzi (2011) tindakan tidak etis dan tindakan curang dapat dipengaruhi oleh adanya sistem
pengendalian internal dan monitoring oleh atasan. Untuk mendapatkan hasil monitoring yang baik,
diperlukan pengendalian internal perusahaan yang efektif (Wilopo, 2006).
Wilopo (2006) mengatakan bahwa perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan
akuntansi juga disebabkan oleh hal yang substansial yaitu sikap dan tanggung jawab moral
perusahaan.Nicholson (1997: 487-489) mencatat bahwa tindakan yang dilakukan oleh manajemen
dipengaruhi oleh situasi asimetri informasi. Asimetri informasi disebabkan oleh permasalahan
keagenan yang terjadi bila prinsipal merasa kesulitan untuk menelusuri apa yang sebenarnya
dilakukan oleh agen. Menurut Prayogo (2009), adanya asimetri informasi antara manajer sebagai
(agent) dan pemilik (principal) menyebabkan kesenjangan pengetahuan keuangan internal
perusahaan sehingga pihak manajer bisa melakukan rekayasa demi meningkatkan laba untuk
mendapat kompensasi atau imbalan dari pemilik.Wilopo (2006) mengatakan bahwa untuk
mengatasi permasalahan keagenan seharusnya manajemen perusahaan melaksanakan aturan
akuntansi dengan benar.
Selain faktor-faktor yang telah diuraikan sebelumnya, kesesuaian kompensasi juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku tidak etis dan kecenderungan akntansi.
Kompensasi acapkali juga disebut penghargaan dan dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk
penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka
berikan kepada organisasi (Panggabean, 2002 dalam Dito, 2010). Dengan kompensasi yang sesuai,
perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi dapat berkurang. Individu diharapkan telah
mendapatkan kepuasan dari kompensasi tersebut dan tidak melakukan perilaku ridak etis serta
belaku curang dalam akuntansi untuk memaksimalkan keuntungan pribadi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: (1)Apakah keefektifan pengendalian internal berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi ? (2) Apakah kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi ? (3) Apakah ketaatan aturan akuntansi berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi ? (4) Apakah asimetri informasi berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi ? (5) Apakah moralitas manajemen berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi ? (6) Apakah perilaku tidak etis berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi ? (7) Apakah perilaku tidak etis merupakan variabel
intervening hubungan keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, ketaatan aturan
akuntansi, asimetri informasi, dan moralitas manajemen terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi ?
Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut, manfaat dari penelitian iniadalah: (1)
Manfaat teoritis, untuk membantu para mahasiswa yang ingin berkarier di bidang akuntansi
untuk dapat mengetahui lebih jauh akan berbagai skandal akuntansi yang terjadi (2)
Manfaat praktis, diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pendidik di bidang akuntansi.
Pendidik diharapkan dapat mengembangkan konsep pendidikan etika dengan lebih
memperhatikan perkembangan moral ataupun perkembangan pertimbangan etis
mahasiswa.
sebaliknya agen memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan
perusahaan secara keseluruhan (Widyaningdyah, 2001 dalam Ningsaptiti, 2010). Hal tersebut
menyebabkan prinsipal merasa kesulitan untuk menelusuri apa yang sebenarnya dilakukan oleh
agen. Dalam keadaan seperti ini prinsipal membutuhkan informasi yang dimiliki oleh agen
mengenai keadaan perusahaan dan kinerja agen itu sendiri. Sehingga asimetri membuat manajemen
bertindak tidak etis dan cenderung berlaku curang dengan memberikan informasi yang bermanfaat
bagi prinsipal demi motivasi untuk memperoleh kompensasi bonus yang tinggi.
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang
berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan Kohlberg (1969) . Teori
ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai
enam perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti pekembangan dari keputusan moral
seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget (1958), yang menyatakan bahwa logika dan
moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg (1969) memperluas
pandangan dasar ini dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya
berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan. Kohlberg (1969)
menggunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya dan ia tertarik pada
bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam
persoalan moral yang sama. Kohlberg (1969) kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi
respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke
dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.
Manajemen merupakan kumpulan individu yang juga memiliki tahapan moral. Pada tahap
konvensional, pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum,
keadilan, dan kewajiban. Manajemen pada tahap ini mulai membentuk moralitas manajemennya
dengan menaati peraturan yang dalam penelitian ini adalah aturan akuntansi sebelum akhirnya
terbentuk kematangan moral manajemen yang tinggi pada tahap pasca-konvensional.
Manajemen pada tahapan pasca-konvensional menunjukkan kematangan moral manajemen
yang tinggi. Kematangan moral menjadi dasar dan pertimbangan manajemen dalam merancang
tanggapan dan sikap terhadap isu-isu etis. Perkembangan pengetahuan moral menjadi indikasi
pembuatan keputusan yang secara etis serta positif berkaitan dengan perilaku pertanggung-jawaban
sosial. Karena adanya tanggung jawab sosial, manajemen dengan moralitas yang tinggi diharapkan
tidak melakukan perilaku menyimpang dan kecurangan dalam kinerjanya. Termasuk adanya
perilaku tidak etis dari manajemen dan kecurangan akuntansi. Moralitas manajemen yang tinggi
diharapkan akan menurunkan perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi yang dilakukan
manajemen perusahaan.
Teori atribusi dikembangkan oleh Kelley (1967), kemudian Green serta Mitchell (1979).
Mereka berpandangan bahwa perilaku kepemimpinan disebabkan oleh atribut penyebab. Jadi teori
kepemimpinan atribut menjelaskan mengapa perilaku kepemimpinan terjadi. Teori ini tidak
terlepas dari perilaku orang dalam organisasi, yaitu perilaku pimpinan dan perilaku bawahan. Jadi
kepemimpinan tidak terlepas dari cara berpikir, berperasaan, bertindak, bersikap, dan berperilaku
dalam kerja di sebuah organisasi dengan bawahannya atau orang lain (Waworuntu, 2003).
Tindakan atau keputusan yang diambil oleh pemimpin ataupun orang yang diberikan wewenang
disebabkan oleh atribut penyebab. Termasuk tindakan tidak etis maupun kecurangan yang terjadi.
Faktor-faktor seperti pengendalian internal dan kompensasi merupakan beberapa faktor yang
menjadi penyebab terjadinya kecurangan tersebut.
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4
4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5
H5: Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis
5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6
METODE PENELITIAN
Variable Penelitian
Dalam penelitian ini kecenderungan kecurangan akuntansi menjadi variabel dependen. IAI
(2001) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai salah saji yang timbul dari kecurangan dalam
pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva
(seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva
entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecenderungan
kecurangan akuntansi terdiri dari lima item pertanyaan yang dikembangkan oleh Wilopo (2006)
dari SPAP, seksi 316 IAI, 2001. Skala Likert 1–5 digunakan untuk mengukur respons dari
responden.
Perilaku tidak etis dalam penelitian ini berfungsi sebagai variabel intervening. Yakni,
variabel yang menjembatani antara variabel dependen dan independen. Menurut Tuckman dalam
Sugiyono (2007) variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan
tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela / antara variabel
independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Perilaku tidak etis diukur dengan
instrumen yang dikembangkan oleh Robinson (1995), dan Tang et al., (2003) dan diukur dengan
empat item pertanyaan. Skala Likert 1–5 digunakan untuk mengukur respons dari responden.
Sistem pengendalian internal merupakan proses yang dijalankan untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian keandalan laporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum,
dan efektivitas dan efisiensi operasi (Mulyadi dan Puradiredja, 1998 dalam Fauwzi, 2011).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengendalian internal terdiri dari lima item
pertanyaan yang dikembangkan oleh Wilopo (2006) dari IAI (2001) perihal pengendalian internal.
Respons dari responden diukur dengan skala Likert 1–5.
6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7
Menurut Mangkuprawira (2004), dalam Shopiadewi (2006), dalam Fauwzi (2011), sistem
kompensasi adalah sistem penghargaan financial (upah pembayaran) dirancang agar mampu
menarik perhatian, mempertahankan, dan mendorong karyawan agar bekerja dengan produktif.
Kesesuaian kompensasi diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Wilopo (2006) dari
Gibson, (1997: 182 – 185) perihal reward serta terdiri dari enam item pertanyaan. Respons dari
responden diukur dengan skala Likert 1 – 5.
Ketaatan aturan akuntansi diukur dengan delapan item pertanyaan. Instrumen ini
dikembangkan peneliti dari IAI (1998) perihal kode etik akuntan. Skala Likert 1 – 5 digunakan
untuk mengukur respons dari responden.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur asimetri informasi terdiri enam pertanyaan dari
instrumen yang dikembangkan dari Dunk (1993). Skala Likert 1 – 5 digunakan untuk mengukur
respons dari responden.
Moral management is not coincident with profit or value maximization because of the cost
of addressing the externality or the corporate redistribution (Baron, 2006 dalam Fauwzi, 2011).
Dengan kata lain, moralitas manajemen merupakan tindakan manajemen untuk melakukan hal yang
benar dan tidak berkaitan dengan keuntungan atau nilai. Pengukuran moralitas manajemen berasal
dari model pengukuran moral yang dikembangkan oleh Kohlberg (1969) dan Rest (1979) dalam
bentuk instrumen Defining Issues Test. Instrumen ini berbentuk kasus dilema etika. Moralitas
manajemen diukur melalui 6 (enam) butir instrumen yang mengukur tinggi rendahnya moralitas
manajemen melalui kasus dilema etika akuntansi. Hasil pengukuran atas dilema etika akuntansi ini
merupakan cerminan moralitas manajemen organisasi. Dalam penelitian ini variabel moralitas
manajemen merupakan observed variable.
Penentuan Sampel
Sampel dari penelitian ini yaitu kepala cabang, kepala bagian akuntansi, dan staff keuangan
bank umum yang ada di kota Semarang. Pemilihan sampel tersebut karena jabatan tersebut
bertanggung jawab dalam penyusunan laporan keuangan dan memiliki otoritas dalam mengelola
keuangan sebuah bank yang di dalamnya termasuk perencanaan, penggunaan, pencairan serta
pelaporan anggaran sehingga terdapat kesempatan yang cukup besar untuk melakukan tindak
kecurangan. Data penelitian ini dikumpulkan dengan mail survey melalui penyebaran kuesioner
kepada responden.
Metode Analisis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan pendekatan Structural Equation Model
(SEM) dengan menggunakan software Partial Least Square (PLS). Dalam analisis dengan
menggunakan PLS ada 2 hal yang dilakukan yaitu: Menilai outer model atau measurement model
dan Menilai Inner Model atau Structural Model
Dari kuesioner yang telah diisi oleh responden didapat data identitas responden. Penyajian data
mengenai identitas responden di sini, yaitu untuk memberikan gambaran tentang keadaan diri dari
pada responden.
Tabel 1
Karakteristik Responden
7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8
36 – 40 tahun 20 40,82
41 – 45 tahun 10 20,41
46 – 50 tahun 6 12,24
Diatas 50 tahun 5 10,20
JABATAN
Manajer Keuangan 8 16,33
Manajer Cabang 24 48,98
Staff Umum 17 34,69
LAMA DALAM JABATAN
Kurang dari 1 tahun 18 36,73
1 – 5 tahun 18 36,73
6 – 10 tahun 12 24,49
Lebih dari 10 tahun 1 2,04
LAMA KERJA
Kurang dari 5 tahun 6 12,24
6 – 10 tahun 19 38,78
11 – 15 tahun 15 30,61
16 – 20 tahun 8 16,33
Lebih dari 20 tahun 1 2,04
PENDIDIKAN
D3 2 4,08
S1 32 65,31
S2 15 30,61
Jumlah kuesioner yang dijadikan acuan pengolahan data berjumlah 75 buah yang telah
dikirimkan pada kepala cabang atau manajer cabang perusahaan perbankan di Semarang. Namun
demikian dari 75 kuesioner yang didistribusikan, hanya 49 saja yang dapat diolah karena
memenuhi kelengkapan data, dikarenakan 11 kuesioner tidak lengkap dan 15 kuesioner tidak
lengkap.
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Median Mean Std.
Deviation
KPI 49 11 25 19 19,73 4,071
KK 49 14 30 22 23,77 4,844
AI 49 7 35 22 20,82 6,149
KAA 49 14 35 25 26,59 6,089
KKA 49 5 25 13 12,22 4,925
MM 49 8 30 21 22,55 5,888
PTE 49 4 20 10 9,61 3,498
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9
Variabel asimetri informasi mempunyai kisaran teoritis antara 7 sampai dengan 35 dengan
nilai rata-rata sebesar 20,82 dan standar deviasi sebesar 6,149. Dengan nilai rata-rata sebesar 20,82
yang berada di bawah nilai median yaitu 22, dapat dikatakan bahwa secara rata-rata manajer
perusahaan memberikan asimetri informasi yang tidak besar.
Variabel moralitas manajemen mempunyai kisaran teoritis antara 8 sampai dengan 30
dengan nilai rata-rata sebesar 22,55 dan standar deviasi sebesar 5,888. Dengan nilai rata-rata
sebesar 22,55 yang berada di atas nilai median yaitu 21, dapat dikatakan bahwa menunjukkan
bahwa secara umum diperoleh adanya moralitas yang baik dari manajer perusahaan.
Variabel perilaku tidak etis mempunyai kisaran teoritis antara 4 sampai dengan 20 dengan
nilai rata-rata sebesar 9,61 dan standar deviasi sebesar 3,498. Dengan nilai rata-rata sebesar 9,61
yang berada di bawah nilai median yaitu 10, dapat dikatakan bahwa secara rata-rata manajer
perusahaan memiliki perilaku tidak etis yang rendah.
Variabel kecenderungan kecurangan akuntansi mempunyai kisaran teoritis antara 5 sampai
dengan 25 dengan nilai rata-rata sebesar 12,22 dan standar deviasi sebesar 4,925. Dengan nilai
rata-rata sebesar 12,22 yang berada di bawah nilai median yaitu 13, dapat dikatakan bahwa secara
rata-rata manajer perusahaan memiliki kecenderungan kecurangan akuntansi yang rendah.
Tabel 3
Hasil Uji Hipotesis
original
sample mean of Standard T-
estimate subsamples deviation Statistic Keterangan
KPI -> PTE -0.188 -0.192 0.049 3.804 H1 diterima
KK -> PTE -0.255 -0.266 0.077 3.292 H3 diterima
KAA -> PTE -0.190 -0.195 0.084 2.259 H5 diterima
AI -> PTE 0.192 0.176 0.069 2.774 H7 diterima
MM -> PTE -0.236 -0.230 0.067 3.516 H9 diterima
KPI -> KKA -0.038 -0.030 0.057 0.664 H2 ditolak
KK -> KKA -0.045 -0.048 0.108 0.412 H4 ditolak
KAA -> KKA -0.138 -0.146 0.079 1.755 H6 ditolak
AI -> KKA 0.053 0.043 0.055 0.977 H8 ditolak
MM -> KKA -0.219 -0.204 0.063 3.499 H0 diterima
PTE -> KKA 0.499 0.516 0.120 4.151 H11 diterima
Sumber : Data primer yang diolah, 2012
Hasil pengujian pengaruh Keaktifan Pengendalian Internal (KPI) terhadap Perilaku Tidak
Etis (PTE) diperoleh nilai koefisien jalur sebesar -0,188 dengan nilai t sebesar 3,804. Nilai tersebut
lebih besar dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil perhitungan statistik,
dapat disimpulkan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif signifikan
terhadap perilaku tidak etis. Hal ini menunjukan bahwa keefektifan pengendalian internal yang
tinggi dapat mengurangi terjadinya perilaku tidak etis. AICPA (1947) dalam Wilopo (2006)
menjelaskan bahwa pengendalian internal sangat penting, antara lain untuk memberikan
perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan
kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan.
Hasil pengujian pengaruh Keaktifan Pengendalian Internal (KPI) terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi (KKA) diperoleh nilai koefisien jalur sebesar -0,038 dengan nilai t sebesar
0,664. Nilai tersebut lebih kecil dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil
perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh
negatif tetapi tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian ini
tidak konsisten dengan penelitian Smith et al., (1997) dalam Wilopo (2006) menyatakan bahwa
9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10
10
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11
pemalsuan dokumen untuk mencapai target tersebut. Laporan keuangan akan disusun sebaik
mungkin sesuai aturan akuntansi sehingga laporan keuangan tersebut dapat menggambarkan
kondisi keuangan perusahaan sesuai tujuan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori
perkembangan moral, pada tahap konvensional suatu ketaatan tidak dapat menghindarkan
seseorang untuk berbuat curang sehingga tidak dapat menunjukan atau membentuk moralitas
seseorang.
Hasil pengujian pengaruh Asimetri Informasi (AI) terhadap Perilaku Tidak Etis (PTE)
diperoleh nilai koefisien jalur sebesar 0,192 dengan nilai t sebesar 2,774. Nilai tersebut lebih besar
dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat
disimpulkan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku tidak etis.
Hal ini menunjukan bahwa asimetri informasi dapat mendorong terjadinya perilaku tidak etis.
Asimetri informasi ini membuat manajemen memanfaatkan ketidakselarasan informasi untuk
keuntungan mereka serta sekaligus merugikan pihak luar perusahaan, sehingga membuat
manajemen bertindak tidak etis dengan memberikan informasi yang bermanfaat bagi prinsipal atau
membiaskan informasi yang terkait dengan investor. Healy P.M (2000) dan Lambert (2001) dalam
Wilopo (2006) menyatakan bahwa keberadaan asimetri informasi akan menimbulkan permasalahan
perilaku yang disfungsional bagi agen (manajemen perusahaan). Semakin tinggi asimetri informasi
maka akan meningkatkan perilaku tidak etis.
Hasil pengujian pengaruh Asimetri Informasi (AI) terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (KKA) diperoleh nilai koefisien jalur sebesar 0,053 dengan nilai t sebesar 0,977. Nilai
tersebut lebih kecil dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil perhitungan
statistik, dapat disimpulkan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini menunjukan bahwa asimetri informasi tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil ini
tidak sesuai dengan penelitian Wilopo (2006) yang menunjukan bahwa semakin tinggi asimetri
informasi pada perusahaan terbuka dan BUMN di Indonesia, maka semakin tinggi kecenderungan
kecurangan akuntansi perusahaan. Penolakan hipotesis ini membuktikan bahwa adanya asimetri
informasi tidak menjamin terjadinya kecurangan akuntansi. Hal ini diduga karena adanya regulasi
dari Bank Indonesia untuk bank umum dalam tata kelola manajemennya. Sehingga manajemen
(agen) tidak ingin mengambil resiko dalam pelaporan keuangan.
Hasil pengujian pengaruh Moralitas Manajemen (MM) terhadap Perilaku Tidak Etis (PTE)
diperoleh nilai koefisien jalur sebesar -0,236 dengan nilai t sebesar 3,516. Nilai tersebut lebih besar
dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat
disimpulkan bahwa moralitas manajemen berpengaruh negatif signifikan terhadap perilaku tidak
etis. Hal ini menunjukan bahwa moralitas manajemen dapat mengurangi terjadinya perilaku tidak
etis. Hasil penelitan ini konsisten dengan penelitian Fauwzi (2011) bahwa moralitas manajemen
yang tinggi dapat mengurangi perilaku tidak etis dalam suatu perusahaan.
Hasil pengujian pengaruh Perilaku Tidak Etis (PTE) terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (KKA) diperoleh nilai koefisien jalur sebesar 0,499 dengan nilai t sebesar 4,151. Nilai
tersebut lebih besar dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil perhitungan
statistik, dapat disimpulkan bahwa moralitas manajemen berpengaruh negatif signifikan terhadap
perilaku tidak etis. Hal ini menunjukan bahwa moralitas manajemen dapat mengurangi
kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Wilopo
(2006) bahwa moralitas manajemen yang tinggi akan mengurangi kecenderungan kecurangan
akuntansi dalam suatu perusahaan.
Hasil pengujian pengaruh Moralitas Manajemen (MM) terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi (KKA) diperoleh nilai koefisien jalur sebesar -0,219 dengan nilai t sebesar
3,499. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil
perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa perilaku tidak etis berpengaruh positif signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini menunjukan bahwa perilaku tidak etis dapat
mendorong terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian Dallas (2002) dalam Wilopo (2006) menyatakan bahwa berbagai kecurangan akuntansi
yang dilakukan oleh perusahaan Enron, WorldCom, Xerox, dan lain-lain di USA dikarenakan
perilaku tidak etis manajemen perusahaan. Demikian pula CIMA (2002) dalam Wilopo (2006)
11
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 12
berpendapat bahwa perusahaan dengan standar etika yang rendah memiliki risiko kecurangan
akuntansi yang tinggi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kefektifan pengendalian internal memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap perilaku
tidak etis.
2. Kefektifan pengendalian internal tidak memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi.
3. Kepuasan kompensasi memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap perilaku tidak etis.
4. Kepuasan kompensasi tidak memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.
5. Kefektifan ketaatan aturan akuntansi memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
perilaku tidak etis.
6. Kefektifan ketaatan aturan akuntansi tidak memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi.
7. Kefektifan asimetri informasi internal memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
perilaku tidak etis.
8. Kefektifan asimetri informasi internal tidak memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi.
9. Moralitas manajemen memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap perilaku tidak etis.
10. Moralitas manajemen tidak memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.
11. Perilaku tidak etis memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.
Keterbatasan
Pelaksanaan penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu :
1. Kuesioner hanya didistribusikan di Bank Umum Kota Semarang saja. Cakupan penelitian
yang sempit menyebabkan hasil penelitian kurang dapat digeneralisasi.
2. Jumlah kuesioner yang kembali tidak maksimal , sehingga sampel penelitian yang dapat
diolah kurang dapat mewakili jawaban responden sebagai sampel penelitian
3. Pemilihan sampel kantor perbankan yang merupakan perusahaan yang menjaga
kerahasiaan sangat ketat menjadikan pendistribusian kuesioner tidak maksimal, karena
terdapat beberapa bank yang tidak bersedia mengisi kuesioner.
Saran
Berdasarkan keterbatasan dalam penelitian ini, diharapkan :
1. Sampel dalam penelitian ini hanya berasal dari 75 kantor bank umum di kota Semarang,
sehingga penelitian selanjutnya hendaknya dapat dilakukan dengan memperbanyak sampel
dengan memperluas jumlah kantor perbankan yang dijadikan objek penelitian.
2. Penelitian ini dilakukan pada lembaga perbankan. Masih perlu dilakukan penelitian
kembali pada populasi yang berbeda, misalnya instansi pemerintahan, perusahaan jasa,
sektor perdagangan dan manufaktur, atau lembaga keuangan lain selain di perbankan.
12
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 13
REFERENSI
Christofel, Rendy. 2010. Moderasi Pengendalian Internal Pada Hubungan Pengaruh Keadilan
Organisasional Terhadap Tingkat Kecurangan (Fraud). Skripsi. Universitas Diponegoro.
Dallas, Lynne L., 2002. A Preliminary Inquiry into the Responcibility of Corporations and Their
Directors and Officers for Corporate Climate: The Psichology of Enron’s Climate.
Working Paper di-download dari Social Science Research Network.
Dito, Anoki Herdian. 2010. Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Slamet
Langgeng Purbalingga Dengan Motivasi kerja Sebagai Variabel Intervening. Skripsi.
Universitas Diponegoro.
Dunk, Alan S. 1993. The Effect of Budget Emphasis and Information Asymmetry on the Relation
Between Budgetary Participation and Slack. The Accounting Review, vol. 68 (April), pp:
400-410.
Fauwzi, Mohammad Glifandi Hari. 2011. Analisis Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal,
Persepsi Kesesuaian Kompensasi, Dan Moralitas Manajemen Terhadap Perilaku Tidak
Etis Dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Fajria, Annisa. 2010. Pengaruh Financial Leverage, Ukuran Perusahaan dan Jenis Kantor Akuntan
Publik Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Skripsi. Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”.
nd
Foster, G., 1986. Financial Statement Analysis 2 edition. New Jersey, USA: Prentice Hall
International, Inc.
Ghozali, Imam. 2008. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least
Square. Edisi II. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Green, B.P., and Thomas G. Calderon, 1999. Exploring Collusion through Consolidation of
Positions, Duties, and Controls as a Factor in Financial Statement Fraud. Working Paper.
www.ssrn.com
Hasbi, Moch. Anfal. 2009. Representasi Relativisme Kebudayaan Sebagai Pencerminan Moralitas
Kelompok Dalam Novel Sioux Dawn Karya Terry C. Johnston. Skripsi. Universitas
Diponegoro.
Healy, Paul M., and Khrisna G. Palepu, 2000. A Review of Disclosure Literature Working Paper.
www.ssrn.com
13
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 14
Jensen, and W. H. Meckling, 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and
ownership structure. Journal of Financial Economics, vol. 3 : 305-360.
Keraf, A. Sonny, 1998. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya, Edisi baru. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Kumalasari, Nova Riska. 2011. Pengaruh Pengendalian Intern Terhadap Pencegahan Fraud Pada
Pemerintahan Kota Bandung. Skripsi. Universitas Komputer Indonesia.
Lambert, R. A., 2001. Contracting Theory and Accounting. Working Paper. www.ssrn.com
th
Luthans, F., 1998. Organizational Behavior 8 ed. Boston: Irwin McGraw-Hill.
Mayangsari, Sekar dan Wilopo. 2002. Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan
Discretionary Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham-Olhson (1996). Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, vol. 5 no. 3 (September), Hlmn: 291-310.
th
Nicholson, W., 1997. Intermediate Microeconomics and Its Application, 7 ed. Orlando: The
Dryden Press.
Ningsaptiti, Restie. 2010. Analisis Pengaruh Perusahaan Dan Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Universitas Dipoegoro.
Prasetyo, Andrian Budi. 2011. Kualitas Prosedur Pengendalian Internal : Antecedents Dan
Pengaruh Moderating Pada Keadilan Organisasional Dan Kecurangan Pegawai. Skripsi.
Universitas Diponegoro.
Prayogo, Subowo. 2009. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Roberts, Clare, Pauline Weetman, and Paul Gordon, 2002. International Financial Accounting: A
nd
Comparative Approach, 2 ed. Great Britain: Prentice Hall.
Ribstein, L. E., 2002. Market vs Regulatory Responses to Corporate Fraud: A Critique of the
Sarbanes-Oxley Act of 2002. Working paper, didown load dari Social Science Research
Network.
14
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 15
Setiawati, Lilis dan Ainun Na’im. 2001. Bank Health Evaluation by Bank Indonesia and Earnings
Management in Banking Industry. Gadjah Mada International Journal of Business
Volume 3 No 2 May: 159-176.
Smith, R., Sam Tiras, and Stan Vichitlekarn, 1997. The Interaction Between Internal Control
Assessment and Substantive Testing in Audits for Fraud. Working Paper, di down load
dari Social Science Research Network.
Tang, T. L. P. and Randy K. Chiu, 2003. Income, Money Etic, Pay Satisfaction, Commitment, and
Unethical Behavior: Is the Love of Money the Root of Evil for Hong Kong Employees?
Journal of Business Ethics, 46, pp: 13-20.
Thoyibatun, Siti. dkk. 2009. Analysis The Influence of Internal Control Compliance and
Compensation System Against Unethical Behavior and Accounting Fraud Tendency
(Studies at State University in East Java). Simposium Nasional Akuntansi XII.
Palembang.
Ujiyanto, Muh.Arief. Asimetri Informasi Dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan Dalam Hubungan
Keagenan. www.freewebs.com/stiemuhpekl/asimetri%20informasi.doc. Diakses 26
Oktober 2011.
Waworuntu, Bob. 2003. Determinan Kepemimpinan. Makara Sosial Humaniora Volume 7 No.2.
Desember.
Wolk, H. I., and Michael G. Tearney, 1997. Accounting Theory: A Conceptual and Institusional
th
Approach 4 ed. Ohio, South-Western College Publishing.
Wright, Patrick M. 2003. Restoring Trust: The Role of HR in Corporate Governance. September,
2003. www.ilr.cornell.edu/cahrs.
15