Anda di halaman 1dari 15

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-15

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP


KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI DENGAN
PERILAKU TIDAK ETIS SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Nur Ratri Kusumastuti, Wahyu Meiranto 1

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT
The accounting fraud is frequent and increase in many countries and organization. It
brings a loss to firms and investors. This study aims to analyze the effect of Internal Control
Effectiveness, Suitability of Compensation, Compliance to Accounting Rules, Information
Asymmetry, and Morality of Management to Accounting Fraud Tendencies with Unethicl Behavior
as an intervening variable. More particularly, the research attempts to get the causal relationship
between the variables involved.
Questionaires are used for collecting the data from banking companies in the city of
Semarang. Total sampel used for this study are 49 sampels. The data obtained were analyzed by
using PLS analysis technique (Partial Least Square) through the PLS software.
The results showed that the internal control effectiveness, suitability of reward, compliance
to accounting rules, information asymmetry, and morality of management significantly affect to
unethical behavior. And than unethical behavior significantly affect to accounting fraud
tendencies. But this research showed that the internal control effectiveness, suitability of reward,
compliance to accounting rules, and information asymmetry not significantly affect to accounting
fraud tendencies. And than morality of management significantly affect to accounting fraud
tendencies.

Key Words : Internal Control Effectiveness, Suitability of Compensation, Compliance to


Accounting Rules, Information Asymmetry, Morality of Management, Accounting Fraud
Tendencies, Unethicl Behavior, Partial Least Square (PLS).

PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan akhir dari proses akuntansi yang dirancang untuk
memberikan informasi kepada calon investor, calon kreditor, pengguna laporan untuk pengambilan
keputusan bisnis (Fajria, 2010). Bagi pihak manajemen, laporan keuangan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menetapkan rencana kegiatan perusahaan untuk periode yang akan
datang. Sedangkan bagi investor laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang sangat
penting untuk mengambil keputusan. Selain itu, laporan keuangan juga bermanfaat bagi
manajemen untuk pelaksanaan kegiatan operasi sehari-hari. Informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan memberi dasar bagi manajemen untuk membuat perencanaan (Fajria, 2010). Dengan
demikian, informasi yang tersedia dalam laporan keuangan sangat penting bagi investor dan
manajemen sehingga harus dapat diandalkan.
Mengingat pentingnya laporan keuangan suatu perusahaan, maka laporan keuangan harus
disusun sebaik mungkin sesuai dengan data yang akurat sesuai aturan akuntansi yang berlaku.
Menurut PSAK No.01 tentang Penyajian Laporan Keuangan revisi tahun 2009 Paragraf ke 24
menyebutkan tentang karakteristik kualitatif laporan keuangan yang merupakan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai, yaitu : dapat dipahami,
relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.
Namun pada kenyataannya masih terjadi tindakan penyimpangan pada laporan keuangan
suatu perusahaan, sehingga informasi yang ada dalam laporan keuangan menjadi tidak relevan dan
tidak dapat diandalkan. Tindakan penyimpangan dalam laporan keuangan ini merupakan salah satu

1
Nur Ratri Kusumastuti, Wahyu Meiranto
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2

tindakan kecurangan akuntansi. Tindakan yang dilakukan dapat berupa penghilangan jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan. Wilopo
(2006) yang mengatakan bahwa kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai negara
termasuk di Indonesia.
Selain kecurangan akuntansi, perilaku tidak etis juga mempengaruhi banyaknya
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di Indonesia (Fauwzi, 2011). Perilaku tidak etis yaitu
perilaku menyimpang yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut
Fauwzi (2011) tindakan tidak etis dan tindakan curang dapat dipengaruhi oleh adanya sistem
pengendalian internal dan monitoring oleh atasan. Untuk mendapatkan hasil monitoring yang baik,
diperlukan pengendalian internal perusahaan yang efektif (Wilopo, 2006).
Wilopo (2006) mengatakan bahwa perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan
akuntansi juga disebabkan oleh hal yang substansial yaitu sikap dan tanggung jawab moral
perusahaan.Nicholson (1997: 487-489) mencatat bahwa tindakan yang dilakukan oleh manajemen
dipengaruhi oleh situasi asimetri informasi. Asimetri informasi disebabkan oleh permasalahan
keagenan yang terjadi bila prinsipal merasa kesulitan untuk menelusuri apa yang sebenarnya
dilakukan oleh agen. Menurut Prayogo (2009), adanya asimetri informasi antara manajer sebagai
(agent) dan pemilik (principal) menyebabkan kesenjangan pengetahuan keuangan internal
perusahaan sehingga pihak manajer bisa melakukan rekayasa demi meningkatkan laba untuk
mendapat kompensasi atau imbalan dari pemilik.Wilopo (2006) mengatakan bahwa untuk
mengatasi permasalahan keagenan seharusnya manajemen perusahaan melaksanakan aturan
akuntansi dengan benar.
Selain faktor-faktor yang telah diuraikan sebelumnya, kesesuaian kompensasi juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku tidak etis dan kecenderungan akntansi.
Kompensasi acapkali juga disebut penghargaan dan dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk
penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka
berikan kepada organisasi (Panggabean, 2002 dalam Dito, 2010). Dengan kompensasi yang sesuai,
perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi dapat berkurang. Individu diharapkan telah
mendapatkan kepuasan dari kompensasi tersebut dan tidak melakukan perilaku ridak etis serta
belaku curang dalam akuntansi untuk memaksimalkan keuntungan pribadi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: (1)Apakah keefektifan pengendalian internal berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi ? (2) Apakah kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi ? (3) Apakah ketaatan aturan akuntansi berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi ? (4) Apakah asimetri informasi berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi ? (5) Apakah moralitas manajemen berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi ? (6) Apakah perilaku tidak etis berpengaruh terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi ? (7) Apakah perilaku tidak etis merupakan variabel
intervening hubungan keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, ketaatan aturan
akuntansi, asimetri informasi, dan moralitas manajemen terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi ?
Berdasarkan permasalahan penelitian tersebut, manfaat dari penelitian iniadalah: (1)
Manfaat teoritis, untuk membantu para mahasiswa yang ingin berkarier di bidang akuntansi
untuk dapat mengetahui lebih jauh akan berbagai skandal akuntansi yang terjadi (2)
Manfaat praktis, diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pendidik di bidang akuntansi.
Pendidik diharapkan dapat mengembangkan konsep pendidikan etika dengan lebih
memperhatikan perkembangan moral ataupun perkembangan pertimbangan etis
mahasiswa.

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS


Teori keagenan (Jensen and Meckling, 1976) sering digunakan untuk menjelaskan
kecurangan akuntansi. Teori keagenan bermaksud memecahkan dua problem yang terjadi dalam
hubungan keagenan. Permasalahan yang timbul akibat adanya perbedaan kepentingan antara
prinsipal dan agen disebut dengan agency problems. Salah satu penyebab agency problems adalah
adanya asimetri informasi. Asimetri informasi adalah ketidakseimbangan informasi yang dimiliki
oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen,
2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3

sebaliknya agen memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan
perusahaan secara keseluruhan (Widyaningdyah, 2001 dalam Ningsaptiti, 2010). Hal tersebut
menyebabkan prinsipal merasa kesulitan untuk menelusuri apa yang sebenarnya dilakukan oleh
agen. Dalam keadaan seperti ini prinsipal membutuhkan informasi yang dimiliki oleh agen
mengenai keadaan perusahaan dan kinerja agen itu sendiri. Sehingga asimetri membuat manajemen
bertindak tidak etis dan cenderung berlaku curang dengan memberikan informasi yang bermanfaat
bagi prinsipal demi motivasi untuk memperoleh kompensasi bonus yang tinggi.
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang
berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan Kohlberg (1969) . Teori
ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai
enam perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti pekembangan dari keputusan moral
seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget (1958), yang menyatakan bahwa logika dan
moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg (1969) memperluas
pandangan dasar ini dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya
berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan. Kohlberg (1969)
menggunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya dan ia tertarik pada
bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam
persoalan moral yang sama. Kohlberg (1969) kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi
respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke
dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.
Manajemen merupakan kumpulan individu yang juga memiliki tahapan moral. Pada tahap
konvensional, pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum,
keadilan, dan kewajiban. Manajemen pada tahap ini mulai membentuk moralitas manajemennya
dengan menaati peraturan yang dalam penelitian ini adalah aturan akuntansi sebelum akhirnya
terbentuk kematangan moral manajemen yang tinggi pada tahap pasca-konvensional.
Manajemen pada tahapan pasca-konvensional menunjukkan kematangan moral manajemen
yang tinggi. Kematangan moral menjadi dasar dan pertimbangan manajemen dalam merancang
tanggapan dan sikap terhadap isu-isu etis. Perkembangan pengetahuan moral menjadi indikasi
pembuatan keputusan yang secara etis serta positif berkaitan dengan perilaku pertanggung-jawaban
sosial. Karena adanya tanggung jawab sosial, manajemen dengan moralitas yang tinggi diharapkan
tidak melakukan perilaku menyimpang dan kecurangan dalam kinerjanya. Termasuk adanya
perilaku tidak etis dari manajemen dan kecurangan akuntansi. Moralitas manajemen yang tinggi
diharapkan akan menurunkan perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi yang dilakukan
manajemen perusahaan.
Teori atribusi dikembangkan oleh Kelley (1967), kemudian Green serta Mitchell (1979).
Mereka berpandangan bahwa perilaku kepemimpinan disebabkan oleh atribut penyebab. Jadi teori
kepemimpinan atribut menjelaskan mengapa perilaku kepemimpinan terjadi. Teori ini tidak
terlepas dari perilaku orang dalam organisasi, yaitu perilaku pimpinan dan perilaku bawahan. Jadi
kepemimpinan tidak terlepas dari cara berpikir, berperasaan, bertindak, bersikap, dan berperilaku
dalam kerja di sebuah organisasi dengan bawahannya atau orang lain (Waworuntu, 2003).
Tindakan atau keputusan yang diambil oleh pemimpin ataupun orang yang diberikan wewenang
disebabkan oleh atribut penyebab. Termasuk tindakan tidak etis maupun kecurangan yang terjadi.
Faktor-faktor seperti pengendalian internal dan kompensasi merupakan beberapa faktor yang
menjadi penyebab terjadinya kecurangan tersebut.

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal Terhadap Perilaku Tidak Etis


Dalam teori atribusi menjelaskan bahwa tindakan seorang pemimpin maupun orang yang
diberikan wewenang dipengaruhi oleh atribut penyebab (Green and Mitchell, dalam Waworuntu,
2003). Dengan adanya pengendalian internal maka tindakan tidak etis akan berkurang. Jika
keefektifan pengendalian internal tinggi maka perilaku tidak etis akan menurun. AICPA (1947)
dalam Wilopo (2006) menjelaskan bahwa pengendalian internal sangat penting, antara lain untuk
memberikan perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi
kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan.
H1: Keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis

3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal dan kecenderungan kecurangan


Akuntansi
Teori atribusi menjelaskan bahwa tindakan seorang pemimpin maupun orang yang
diberikan wewenang dipengaruhi oleh atribut penyebab (Green and Mitchell, dalam Waworuntu,
2003). Oleh sebab itu, diperlukan sistem pengendalian untuk mengurangi penyebab terjadinya
tindakan yang tidak etis dan kecurangan akuntansi.
Kecenderungan kecurangan akuntansi dapat terjadi apabila ada peluang untuk melakukan hal
tersebut. Peluang yang besar membuat kecenderungan kecurangan akuntansi lebih sering terjadi.
Peluang tersebut dapat dikurangi dengan sistem pengendalian internal yang baik. Pengendalian
internal yang baik dapat mengurangi atau bahkan menutup peluang untuk melakuakan
kecenderungan kecurangan akuntansi. Smith et al., (1997) menyatakan bahwa pengendalian
internal yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi.
H2: Keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi

Pengaruh Kesesuaian Kompensasi Terhadap Perilaku Tidak Etis


Dalam teori atribusi, tindakan seorang pemimpin maupun orang yang diberikan wewenang
dipengaruhi oleh atribut penyebab (Green and Mitchell, dalam Waworuntu, 2003). Seseorang
cenderung akan melakukan suatu hal untuk mendapatkan kompensasi. Jika kompensasi diberikan
kepada manajemen, maka manajemen cenderung bertindak sesuai keinginan perusahaan dan
menghindari tindakan menyimpang agar tetap mendapatkan kompensasi.
Kompensasi yang sesuai menjadi bagian yang sangat penting bagi kinerja karyawan serta
keberhasilan organisasi (Luthans, 1998). Pendapat ini didukung oleh Wright (2003) yang
menyatakan bahwa insentif, pengawasan serta sistem yang berjalan dengan baik dapat mencegah
perilaku tidak etis manajemen perusahaan.
H3: Kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis

Pengaruh Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi


Dalam teori atribusi, tindakan sesorang dalam organisasi dipengaruhi oleh atribut penyebab
(Waworuntu, 2003). Tindakan curang yang dilakukan seseorang disebabkan oleh keinginan untuk
memaksimalkan keuntungan pribadi. Tindakan tersebut didorong oleh ketidakpuasan individu atas
imbalan yang mereka peroleh dari pekerjaan yang mereka kerjakan. Sistem kompensasi yang
sesuai diharapkan dapat membuat individu merasa tercukupi sehingga individu tidak melakukan
tindakan yang merugikan organisasi termasuk melakukan kecurangan akuntansi. Kompensasi yang
sesuain diharapkan mampu mengurangi adanya keinginan untuk melakukan tindakan curang.
H4: Kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi

Pengaruh Ketaatan Aturan Akuntansi Terhadap Perilaku Tidak Etis


Teori perkembangan moral berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar
dari perilaku tidak etis, mempunyai enam perkembangan yang dapat teridentifikasi. Dari keenam
tahap tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan : pra-konvensional. Konvensional, pasca-
konvensional.
Manajemen merupakan kumpulan individu yang juga memiliki tahapan moral. Pada tahap
konvensional, pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial, hukum-hukum,
keadilan, dan kewajiban. Manajemen pada tahap ini mulai membentuk moralitas manajemennya
dengan menaati peraturan yang dalam penelitian ini adalah aturan akuntansi sebelum akhirnya
terbentuk kematangan moral manajemen yang tinggi pada tahap pasca-konvensional. Dengan
menaati peraturan akuntansi, manajemen diharapkan tidak melakukaan tindakan-tindakan yang
tidak etis yang tidak sesuai dengan aturan akuntansi.
Roberts et al., (2002:23) berpendapat bahwa cara profesi diorganisir, melalui antara lain
kode etik, dan ketaatan atas aturan akuntansi, akan memberikan pengaruh serta mengendalikan
perilaku manajemen perusahaan. Dengan demikian semakin perusahaan taat pada aturan akuntansi,
semakin rendah perilaku tidak etis manajemen perusahaan.

4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5

H5: Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis

Pengaruh Ketaatan Aturan Akuntansi Terhadap Kecenderungan Kecurangan


Akuntansi
Pada teori perkembangan moral Kohlberg (1969), moralitas manajemen yang tinggi juga
didukung pada ketaatan aturan yang berlaku. Dalam teori tersebut pada tahap pasca konvensional,
manajemen berorientasi pada peraturan yang berlaku, sehingga ketaatan aturan akuntansi dapat
membentuk moralitas manajemen yang tinggi dan dapat menurunkan kecenderungan kecurangan
akuntansi yang dilakukan oleh manajemen. Wolk and Tearney (1997: 93-95) menjelaskan bahwa
kegagalan penyusunan laporan keuangan yang disebabkan karena ketidaktaatan pada aturan
akuntansi, akan menimbulkan kecurangan perusahaan yang tidak dapat dideteksi oleh para auditor.
H6: Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi

Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Perilaku Tidak Etis


Dalam teori keagenan menjelaskan tentang masalah yang terjadi antara prisipal dan agen.
Salah satunya adalah asimetri informasi. Asimetri informasi adalah ketidakseimbangan informasi
yang dimiliki oleh prinsipal dan agen, ketika prinsipal tidak memiliki informasi yang cukup tentang
kinerja agen sebaliknya, agen memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan
kerja dan perusahaan secara keseluruhan (Widyaningdyah, 2001 dalam Ningsaptiti, 2010).
Asimetri informasi ini membuat manajemen memanfaatkan ketidakselarasan informasi untuk
keuntungan mereka serta sekaligus merugikan pihak luar perusahaan, seperti membiaskan
informasi yang terkait dengan investor (Scott, 2003:7-8 dalam Wilopo, 2006). Hasil penelitian
Dunk (1993) dan M. van Dyck (2000) menunjukkan hubungan antara asimetri informasi dengan
perilaku yang tidak etis, baik yang dilakukan bawahan maupun pihak luar perusahaan (auditor
eksternal).
H7: Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap perilaku tidak etis

Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi


Teori keagenan (Jensen and Meckling, 1976) sering digunakan untuk menjelaskan
kecurangan akuntansi. Teori keagenan bermaksud memecahkan dua problem yang terjadi dalam
hubungan keagenan. Salah satunya adalah problem yang muncul bila keinginan atau tujuan dari
prinsipal dan agen bertentangan, dan juga disaat prinsipal merasa kesulitan untuk menelusuri apa
yang sebenarnya dilakukan oleh agen. Bila agen dan prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya
masing-masing, serta memiliki kenginan dan motivasi yang berbeda, maka agen (manajemen) tidak
selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal (pemegang saham). Keinginan, motivasi dan utilitas
yang tidak sama antara manajemen dan pemegang saham menimbulkan kemungkinan manajemen
bertindak merugikan pemegang saham. Bila terjadi asimetri informasi, manajemen perusahaan
membuat bias atau memanipulasi laporan keuangan sehingga dapat memperbaiki kompensasi dan
reputasi manajemen, serta ratio-ratio keuangan perusahaan (Scott, 2003:13 dalam Wilopo, 2006).
H8: Asimetri informasi berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi

Pengaruh Moralitas Manajemen Terhadap Perilaku Tidak Etis


Dalam teori perkembangan moral Kohlberg (1969) menyatakan bahwa moral berkembang
melalui tiga tahapan, yaitu tahapan prakonvensional, tahapan konvensional, dan tahapan
postkonvensional. Moralitas manajemen pada tahapan post konvensional menunjukkan
kematangan moral manajemen yang tinggi. Dalam kematangan moral ini menjadi dasar dan
pertimbangan manajemen dalam merancang tanggapan dan sikap terhadap isu-isu etis. Hasil
penelitian Trevino and Youngblood (1990) serta Goolsby and Hunt, (1992) menunjukkan bahwa
perkembangan pengetahuan moral menjadi indikasi pembuatan keputusan yang secara etis serta
positif berkaitan dengan perilaku pertanggung-jawaban sosial
H9: Moralitas manajemen berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis

5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6

Pengaruh Moralitas Manajemen Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi


Teori perkembangan moral Kohlberg (1969) menyatakan bahwa moral berkembang
melalui tiga tahapan, yaitu tahapan prakonvensional, tahapan konvensional, dan tahapan pasca
konvensional. Moralitas manajemen pada tahapan pasca konvensional menunjukkan kematangan
moral manajemen yang tinggi. Dalam kematangan moral ini menjadi dasar dan pertimbangan
manajemen dalam merancang tanggapan dan sikap terhadap isu-isu etis. Moralitas merupakan
faktor penting dalam timbulnya kecurangan. Kecenderungan kecurangan akuntansi juga
dipengaruhi oleh moralitas orang yang terlibat didalamnya. Dalam suatu perusahaan atau instansi
moralitas manajemen sangat berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi yang
mungkin timbul dalam perusahaan. Hasil penelitian Wilopo (2006) menunjukan bahwa dengan
meningkatkan moralitas manajemen dapat menurunkan kecenderungan kecurangan akuntansi.
H10: Moralitas manajemen berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan
akuntansi

Pengaruh Perilaku Tidak Etis Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi


Dalam teori perkembangan moral Kohlberg (1969) menyatakan bahwa moral berkembang
melalui tiga tahapan, yaitu tahapan prakonvensional, tahapan konvensional, dan tahapan
postkonvensional. Pada tahap postkonvensional merupakan akhir dari tahapan perkembangan
moral yang membentuk prinsip etika yang dimiliki manajemen. Prinsip tersebut menunjukan sikap
dari manajemen dalam pengelolaan perusahaan untuk menentukan keputusan yang baik atau buruk
bagi perusahaan. Prinsip etika suatu manajemen diwakili oleh prilaku manajemen dalam
pengelolaan perusahaan. Jika perilaku yang ditunjukan oleh manajemen cenderung tidak etis maka
dapat menyebabkan terjadinya tindakan kecurangan akuntansi. CIMA (2002) dalam Wilopo (2006)
berpendapat bahwa perusahaan dengan standar etika yang rendah memiliki risiko kecurangan
akuntansi yang tinggi.
H11: Perilaku tidak etis berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi

METODE PENELITIAN

Variable Penelitian
Dalam penelitian ini kecenderungan kecurangan akuntansi menjadi variabel dependen. IAI
(2001) menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai salah saji yang timbul dari kecurangan dalam
pelaporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva
(seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva
entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecenderungan
kecurangan akuntansi terdiri dari lima item pertanyaan yang dikembangkan oleh Wilopo (2006)
dari SPAP, seksi 316 IAI, 2001. Skala Likert 1–5 digunakan untuk mengukur respons dari
responden.
Perilaku tidak etis dalam penelitian ini berfungsi sebagai variabel intervening. Yakni,
variabel yang menjembatani antara variabel dependen dan independen. Menurut Tuckman dalam
Sugiyono (2007) variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan
tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela / antara variabel
independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Perilaku tidak etis diukur dengan
instrumen yang dikembangkan oleh Robinson (1995), dan Tang et al., (2003) dan diukur dengan
empat item pertanyaan. Skala Likert 1–5 digunakan untuk mengukur respons dari responden.
Sistem pengendalian internal merupakan proses yang dijalankan untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian keandalan laporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum,
dan efektivitas dan efisiensi operasi (Mulyadi dan Puradiredja, 1998 dalam Fauwzi, 2011).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengendalian internal terdiri dari lima item
pertanyaan yang dikembangkan oleh Wilopo (2006) dari IAI (2001) perihal pengendalian internal.
Respons dari responden diukur dengan skala Likert 1–5.

6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7

Menurut Mangkuprawira (2004), dalam Shopiadewi (2006), dalam Fauwzi (2011), sistem
kompensasi adalah sistem penghargaan financial (upah pembayaran) dirancang agar mampu
menarik perhatian, mempertahankan, dan mendorong karyawan agar bekerja dengan produktif.
Kesesuaian kompensasi diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Wilopo (2006) dari
Gibson, (1997: 182 – 185) perihal reward serta terdiri dari enam item pertanyaan. Respons dari
responden diukur dengan skala Likert 1 – 5.
Ketaatan aturan akuntansi diukur dengan delapan item pertanyaan. Instrumen ini
dikembangkan peneliti dari IAI (1998) perihal kode etik akuntan. Skala Likert 1 – 5 digunakan
untuk mengukur respons dari responden.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur asimetri informasi terdiri enam pertanyaan dari
instrumen yang dikembangkan dari Dunk (1993). Skala Likert 1 – 5 digunakan untuk mengukur
respons dari responden.
Moral management is not coincident with profit or value maximization because of the cost
of addressing the externality or the corporate redistribution (Baron, 2006 dalam Fauwzi, 2011).
Dengan kata lain, moralitas manajemen merupakan tindakan manajemen untuk melakukan hal yang
benar dan tidak berkaitan dengan keuntungan atau nilai. Pengukuran moralitas manajemen berasal
dari model pengukuran moral yang dikembangkan oleh Kohlberg (1969) dan Rest (1979) dalam
bentuk instrumen Defining Issues Test. Instrumen ini berbentuk kasus dilema etika. Moralitas
manajemen diukur melalui 6 (enam) butir instrumen yang mengukur tinggi rendahnya moralitas
manajemen melalui kasus dilema etika akuntansi. Hasil pengukuran atas dilema etika akuntansi ini
merupakan cerminan moralitas manajemen organisasi. Dalam penelitian ini variabel moralitas
manajemen merupakan observed variable.

Penentuan Sampel
Sampel dari penelitian ini yaitu kepala cabang, kepala bagian akuntansi, dan staff keuangan
bank umum yang ada di kota Semarang. Pemilihan sampel tersebut karena jabatan tersebut
bertanggung jawab dalam penyusunan laporan keuangan dan memiliki otoritas dalam mengelola
keuangan sebuah bank yang di dalamnya termasuk perencanaan, penggunaan, pencairan serta
pelaporan anggaran sehingga terdapat kesempatan yang cukup besar untuk melakukan tindak
kecurangan. Data penelitian ini dikumpulkan dengan mail survey melalui penyebaran kuesioner
kepada responden.

Metode Analisis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan pendekatan Structural Equation Model
(SEM) dengan menggunakan software Partial Least Square (PLS). Dalam analisis dengan
menggunakan PLS ada 2 hal yang dilakukan yaitu: Menilai outer model atau measurement model
dan Menilai Inner Model atau Structural Model

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Sampel Penelitian

Dari kuesioner yang telah diisi oleh responden didapat data identitas responden. Penyajian data
mengenai identitas responden di sini, yaitu untuk memberikan gambaran tentang keadaan diri dari
pada responden.

Tabel 1
Karakteristik Responden

Karakteristik Jumlah Persentase


JENIS KELAMIN
Pria 32 65,31
Wanita 17 34,69
UMUR
31 – 35 tahun 8 16,33

7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8

36 – 40 tahun 20 40,82
41 – 45 tahun 10 20,41
46 – 50 tahun 6 12,24
Diatas 50 tahun 5 10,20
JABATAN
Manajer Keuangan 8 16,33
Manajer Cabang 24 48,98
Staff Umum 17 34,69
LAMA DALAM JABATAN
Kurang dari 1 tahun 18 36,73
1 – 5 tahun 18 36,73
6 – 10 tahun 12 24,49
Lebih dari 10 tahun 1 2,04
LAMA KERJA
Kurang dari 5 tahun 6 12,24
6 – 10 tahun 19 38,78
11 – 15 tahun 15 30,61
16 – 20 tahun 8 16,33
Lebih dari 20 tahun 1 2,04
PENDIDIKAN
D3 2 4,08
S1 32 65,31
S2 15 30,61

Jumlah kuesioner yang dijadikan acuan pengolahan data berjumlah 75 buah yang telah
dikirimkan pada kepala cabang atau manajer cabang perusahaan perbankan di Semarang. Namun
demikian dari 75 kuesioner yang didistribusikan, hanya 49 saja yang dapat diolah karena
memenuhi kelengkapan data, dikarenakan 11 kuesioner tidak lengkap dan 15 kuesioner tidak
lengkap.

Tabel 2
Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Median Mean Std.
Deviation
KPI 49 11 25 19 19,73 4,071
KK 49 14 30 22 23,77 4,844
AI 49 7 35 22 20,82 6,149
KAA 49 14 35 25 26,59 6,089
KKA 49 5 25 13 12,22 4,925
MM 49 8 30 21 22,55 5,888
PTE 49 4 20 10 9,61 3,498

Berdasarkan data tersebut dapat ditunjukan bahwa variabel keefektifan pengendalian


internal mempunyai kisaran teoritis antara 11 sampai dengan 25 dengan nilai rata-rata sebesar
19,73 dan standar deviasi sebesar 4,071. Dengan nilai rata-rata sebesar 19,73 yang berada di atas
nilai median yaitu 19, dapat dikatakan bahwa secara rata-rata manajer perusahaan memiliki
keefektifan dalam pengendalian internal.
Variabel kesesuaian kompensasi mempunyai kisaran teoritis antara 14 sampai dengan 30
dengan nilai rata-rata sebesar 23,77 dan standar deviasi sebesar 4,844. Dengan nilai rata-rata
sebesar 23,77 yang berada di atas nilai median yaitu 22, dapat dikatakan bahwa secara rata-rata
manajer perusahaan memiliki kesesuaian dalam kompensasinya.
Variabel ketaatan aturan akuntansi mempunyai kisaran teoritis antara 14 sampai dengan 35
dengan nilai rata-rata sebesar 26,59 dan standar deviasi sebesar 6,089. Dengan nilai rata-rata
sebesar 26,59 yang berada di atas nilai median yaitu 25, dapat dikatakan bahwa secara rata-rata
manajer perusahaan memiliki ketaatan terhadap aturan akuntansi.

8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9

Variabel asimetri informasi mempunyai kisaran teoritis antara 7 sampai dengan 35 dengan
nilai rata-rata sebesar 20,82 dan standar deviasi sebesar 6,149. Dengan nilai rata-rata sebesar 20,82
yang berada di bawah nilai median yaitu 22, dapat dikatakan bahwa secara rata-rata manajer
perusahaan memberikan asimetri informasi yang tidak besar.
Variabel moralitas manajemen mempunyai kisaran teoritis antara 8 sampai dengan 30
dengan nilai rata-rata sebesar 22,55 dan standar deviasi sebesar 5,888. Dengan nilai rata-rata
sebesar 22,55 yang berada di atas nilai median yaitu 21, dapat dikatakan bahwa menunjukkan
bahwa secara umum diperoleh adanya moralitas yang baik dari manajer perusahaan.
Variabel perilaku tidak etis mempunyai kisaran teoritis antara 4 sampai dengan 20 dengan
nilai rata-rata sebesar 9,61 dan standar deviasi sebesar 3,498. Dengan nilai rata-rata sebesar 9,61
yang berada di bawah nilai median yaitu 10, dapat dikatakan bahwa secara rata-rata manajer
perusahaan memiliki perilaku tidak etis yang rendah.
Variabel kecenderungan kecurangan akuntansi mempunyai kisaran teoritis antara 5 sampai
dengan 25 dengan nilai rata-rata sebesar 12,22 dan standar deviasi sebesar 4,925. Dengan nilai
rata-rata sebesar 12,22 yang berada di bawah nilai median yaitu 13, dapat dikatakan bahwa secara
rata-rata manajer perusahaan memiliki kecenderungan kecurangan akuntansi yang rendah.

Pembahasan Hasil Penelitian


Penelitian ini menggunakan model analisis dengan PLS. Signifikansi parameter yang
diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel
penelitian. Dasar yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada output
result for inner weight adalah sebagai berikut:

Tabel 3
Hasil Uji Hipotesis

original
sample mean of Standard T-
estimate subsamples deviation Statistic Keterangan
KPI -> PTE -0.188 -0.192 0.049 3.804 H1 diterima
KK -> PTE -0.255 -0.266 0.077 3.292 H3 diterima
KAA -> PTE -0.190 -0.195 0.084 2.259 H5 diterima
AI -> PTE 0.192 0.176 0.069 2.774 H7 diterima
MM -> PTE -0.236 -0.230 0.067 3.516 H9 diterima
KPI -> KKA -0.038 -0.030 0.057 0.664 H2 ditolak
KK -> KKA -0.045 -0.048 0.108 0.412 H4 ditolak
KAA -> KKA -0.138 -0.146 0.079 1.755 H6 ditolak
AI -> KKA 0.053 0.043 0.055 0.977 H8 ditolak
MM -> KKA -0.219 -0.204 0.063 3.499 H0 diterima
PTE -> KKA 0.499 0.516 0.120 4.151 H11 diterima
Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Hasil pengujian pengaruh Keaktifan Pengendalian Internal (KPI) terhadap Perilaku Tidak
Etis (PTE) diperoleh nilai koefisien jalur sebesar -0,188 dengan nilai t sebesar 3,804. Nilai tersebut
lebih besar dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil perhitungan statistik,
dapat disimpulkan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif signifikan
terhadap perilaku tidak etis. Hal ini menunjukan bahwa keefektifan pengendalian internal yang
tinggi dapat mengurangi terjadinya perilaku tidak etis. AICPA (1947) dalam Wilopo (2006)
menjelaskan bahwa pengendalian internal sangat penting, antara lain untuk memberikan
perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan
kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan.
Hasil pengujian pengaruh Keaktifan Pengendalian Internal (KPI) terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi (KKA) diperoleh nilai koefisien jalur sebesar -0,038 dengan nilai t sebesar
0,664. Nilai tersebut lebih kecil dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil
perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh
negatif tetapi tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian ini
tidak konsisten dengan penelitian Smith et al., (1997) dalam Wilopo (2006) menyatakan bahwa
9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10

pengendalian internal yang efektif mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi. Alasan


penolakan hipotesis ini diduga karena sikap, cara berfikir, bertindak individu yang dalam penelitian
ini adalah pemimpin yang cenderung berbeda-beda dalam suatu organisasi perusahaan. Hal ini
akan menentukan tidakan atau keputusan yang akan diambil oleh pemimpin dalam mengelola
perusahaannya. Dengan jabatannya sebagai pemimpin yang memiliki kekuasaan, kemungkinan
dapat melakukan tindakan kecurangan tanpa memperhatikan prosedur yang ada di perusahaan.
Hasil pengujian pengaruh Kesesuaian Kompensasi (KK) terhadap Perilaku Tidak Etis
(PTE) diperoleh nilai koefisien jalur sebesar -0,255 dengan nilai t sebesar 3,292. Nilai tersebut
lebih besar dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil perhitungan statistik,
dapat disimpulkan bahwa kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif signifikan terhadap perilaku
tidak etis. Hal ini menunjukan bahwa kesesuaian kompensasi dapat mengurangi terjadinya perilaku
tidak etis. Jika kompensasi yang diberikan sesuai dengan kepuasan manajer, maka manajemen
cenderung bertindak sesuai keinginan perusahaan dan menghindari tindakan menyimpang agar
tetap mendapatkan kompensasi. Pendapat ini didukung oleh Wright (2003) yang menyatakan
bahwa insentif, pengawasan serta sistem yang berjalan dengan baik dapat mencegah perilaku tidak
etis manajemen perusahaan.
Hasil pengujian pengaruh Kesesuaian Kompensasi (KK) terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi (KKA) diperoleh nilai koefisien jalur sebesar -0,045 dengan nilai t sebesar
0,412. Nilai tersebut lebih kecil dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil
perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif tetapi
tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Wilopo (2006) yang menyatakan bahwa kesesuaian kompensasi tidak dapat
mengurangi kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil ini juga bertentangan dengan teori
keagenan yang selama ini berlaku secara luas dalam ilmu akuntansi yang menyebutkan dengan
pemberian kompensasi akan memecahkan masalah yang timbul antara agen dan prinsipal. Alasan
penolakan hipotesis ini diduga karena keinginan untuk memperoleh peningkatan bonus atau jabatan
yang lebih tinggi membuat manajemen berani mengkondisikan kecenderungan kecurangan
akuntansi di perusahaan dengan menggambarkan laba perusahaan yang terus meningkat. Jumlah
kompensasi dari perusahaan tidak sesuai dengan keinginan manajemen, serta hasil yang diperoleh
dari tindakan kecurangan akuntansi ini dapat lebih besar dibanding kompensasi perusahaan, serta
belum ada sistem kompensasi yang menjadi acuan organisasi di Indonesia, baik bagi perusahaan,
maupun pemerintahan. Tidak ada sistem kompensasi yang mendiskripsikan secara jelas hak dan
kewajiban, ukuran prestasi dan kegagalan dalam mengelola organisasi, serta ganjaran dan pinalti
yang dapat menghindarkan organisasi dari perilaku tidak etis pengelolanya (Wilopo, 2006).
Hasil pengujian pengaruh Ketaatan Aturan Akuntansi (KAA) terhadap Perilaku Tidak Etis
(PTE) diperoleh nilai koefisien jalur sebesar -0,190 dengan nilai t sebesar 2,259. Nilai tersebut
lebih besar dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil perhitungan statistik,
dapat disimpulkan bahwa ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif signifikan terhadap
perilaku tidak etis. Hal ini menunjukan bahwa ketaatan aturan akuntansi dapat mengurangi perilaku
tidak etis. Hasil ini didukung oleh penelitian Roberts et al., (2002:23) dalam Wilopo (2006) bahwa
cara profesi diorganisir, melalui antara lain kode etik, dan ketaatan atas aturan akuntansi, akan
memberikan pengaruh serta mengendalikan perilaku manajemen perusahaan.
Hasil pengujian pengaruh Ketaatan Aturan Akuntansi (KAA) terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi (KKA) diperoleh nilai koefisien jalur sebesar -0,138 dengan nilai t sebesar
1,755. Nilai tersebut lebih kecil dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil
perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa ketaatan aturan akuntansi berpengaruh negatif
tetapi tidak signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini menunjukan bahwa
ketaatan aturan akuntansi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi. Hasil penelitian ini tidak konsisten terhadap penelitian Wolk and Tearney
(1997: 93-95) dalam Wilopo (2006) bahwa kegagalan penyusunan laporan keuangan yang
disebabkan karena ketidaktaatan pada aturan akuntansi, akan menimbulkan kecurangan perusahaan
yang tidak dapat dideteksi oleh para auditor.
Alasan penolakan hipotesis ini diduga karena adanya faktor lain misalnya faktor tekanan
dalam suatu organisasi perusahaan. Tekanan untuk mencapai target laba yang sudah ditentukan
manajemen perusahaan dapat membuat manajer melakukan segala hal seperti manipulasi dan

10
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11

pemalsuan dokumen untuk mencapai target tersebut. Laporan keuangan akan disusun sebaik
mungkin sesuai aturan akuntansi sehingga laporan keuangan tersebut dapat menggambarkan
kondisi keuangan perusahaan sesuai tujuan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori
perkembangan moral, pada tahap konvensional suatu ketaatan tidak dapat menghindarkan
seseorang untuk berbuat curang sehingga tidak dapat menunjukan atau membentuk moralitas
seseorang.
Hasil pengujian pengaruh Asimetri Informasi (AI) terhadap Perilaku Tidak Etis (PTE)
diperoleh nilai koefisien jalur sebesar 0,192 dengan nilai t sebesar 2,774. Nilai tersebut lebih besar
dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat
disimpulkan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku tidak etis.
Hal ini menunjukan bahwa asimetri informasi dapat mendorong terjadinya perilaku tidak etis.
Asimetri informasi ini membuat manajemen memanfaatkan ketidakselarasan informasi untuk
keuntungan mereka serta sekaligus merugikan pihak luar perusahaan, sehingga membuat
manajemen bertindak tidak etis dengan memberikan informasi yang bermanfaat bagi prinsipal atau
membiaskan informasi yang terkait dengan investor. Healy P.M (2000) dan Lambert (2001) dalam
Wilopo (2006) menyatakan bahwa keberadaan asimetri informasi akan menimbulkan permasalahan
perilaku yang disfungsional bagi agen (manajemen perusahaan). Semakin tinggi asimetri informasi
maka akan meningkatkan perilaku tidak etis.
Hasil pengujian pengaruh Asimetri Informasi (AI) terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (KKA) diperoleh nilai koefisien jalur sebesar 0,053 dengan nilai t sebesar 0,977. Nilai
tersebut lebih kecil dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil perhitungan
statistik, dapat disimpulkan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini menunjukan bahwa asimetri informasi tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil ini
tidak sesuai dengan penelitian Wilopo (2006) yang menunjukan bahwa semakin tinggi asimetri
informasi pada perusahaan terbuka dan BUMN di Indonesia, maka semakin tinggi kecenderungan
kecurangan akuntansi perusahaan. Penolakan hipotesis ini membuktikan bahwa adanya asimetri
informasi tidak menjamin terjadinya kecurangan akuntansi. Hal ini diduga karena adanya regulasi
dari Bank Indonesia untuk bank umum dalam tata kelola manajemennya. Sehingga manajemen
(agen) tidak ingin mengambil resiko dalam pelaporan keuangan.
Hasil pengujian pengaruh Moralitas Manajemen (MM) terhadap Perilaku Tidak Etis (PTE)
diperoleh nilai koefisien jalur sebesar -0,236 dengan nilai t sebesar 3,516. Nilai tersebut lebih besar
dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil perhitungan statistik, dapat
disimpulkan bahwa moralitas manajemen berpengaruh negatif signifikan terhadap perilaku tidak
etis. Hal ini menunjukan bahwa moralitas manajemen dapat mengurangi terjadinya perilaku tidak
etis. Hasil penelitan ini konsisten dengan penelitian Fauwzi (2011) bahwa moralitas manajemen
yang tinggi dapat mengurangi perilaku tidak etis dalam suatu perusahaan.
Hasil pengujian pengaruh Perilaku Tidak Etis (PTE) terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi (KKA) diperoleh nilai koefisien jalur sebesar 0,499 dengan nilai t sebesar 4,151. Nilai
tersebut lebih besar dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil perhitungan
statistik, dapat disimpulkan bahwa moralitas manajemen berpengaruh negatif signifikan terhadap
perilaku tidak etis. Hal ini menunjukan bahwa moralitas manajemen dapat mengurangi
kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Wilopo
(2006) bahwa moralitas manajemen yang tinggi akan mengurangi kecenderungan kecurangan
akuntansi dalam suatu perusahaan.
Hasil pengujian pengaruh Moralitas Manajemen (MM) terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi (KKA) diperoleh nilai koefisien jalur sebesar -0,219 dengan nilai t sebesar
3,499. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel yaitu 1,96 (t hitung > t tabel 5%). Berdasarkan hasil
perhitungan statistik, dapat disimpulkan bahwa perilaku tidak etis berpengaruh positif signifikan
terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini menunjukan bahwa perilaku tidak etis dapat
mendorong terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian Dallas (2002) dalam Wilopo (2006) menyatakan bahwa berbagai kecurangan akuntansi
yang dilakukan oleh perusahaan Enron, WorldCom, Xerox, dan lain-lain di USA dikarenakan
perilaku tidak etis manajemen perusahaan. Demikian pula CIMA (2002) dalam Wilopo (2006)

11
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 12

berpendapat bahwa perusahaan dengan standar etika yang rendah memiliki risiko kecurangan
akuntansi yang tinggi.

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kefektifan pengendalian internal memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap perilaku
tidak etis.
2. Kefektifan pengendalian internal tidak memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi.
3. Kepuasan kompensasi memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap perilaku tidak etis.
4. Kepuasan kompensasi tidak memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.
5. Kefektifan ketaatan aturan akuntansi memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
perilaku tidak etis.
6. Kefektifan ketaatan aturan akuntansi tidak memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi.
7. Kefektifan asimetri informasi internal memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
perilaku tidak etis.
8. Kefektifan asimetri informasi internal tidak memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
kecenderungan kecurangan akuntansi.
9. Moralitas manajemen memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap perilaku tidak etis.
10. Moralitas manajemen tidak memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.
11. Perilaku tidak etis memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kecenderungan
kecurangan akuntansi.

Keterbatasan
Pelaksanaan penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu :
1. Kuesioner hanya didistribusikan di Bank Umum Kota Semarang saja. Cakupan penelitian
yang sempit menyebabkan hasil penelitian kurang dapat digeneralisasi.
2. Jumlah kuesioner yang kembali tidak maksimal , sehingga sampel penelitian yang dapat
diolah kurang dapat mewakili jawaban responden sebagai sampel penelitian
3. Pemilihan sampel kantor perbankan yang merupakan perusahaan yang menjaga
kerahasiaan sangat ketat menjadikan pendistribusian kuesioner tidak maksimal, karena
terdapat beberapa bank yang tidak bersedia mengisi kuesioner.

Saran
Berdasarkan keterbatasan dalam penelitian ini, diharapkan :
1. Sampel dalam penelitian ini hanya berasal dari 75 kantor bank umum di kota Semarang,
sehingga penelitian selanjutnya hendaknya dapat dilakukan dengan memperbanyak sampel
dengan memperluas jumlah kantor perbankan yang dijadikan objek penelitian.
2. Penelitian ini dilakukan pada lembaga perbankan. Masih perlu dilakukan penelitian
kembali pada populasi yang berbeda, misalnya instansi pemerintahan, perusahaan jasa,
sektor perdagangan dan manufaktur, atau lembaga keuangan lain selain di perbankan.

12
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 13

REFERENSI

Buckley, M. R., D. S. Wiese M. G. and Harvey, 1998. An Investigation into Dimensions of


Unethical Behavior. Journal of Education for Bussiness, 73 (5), pp: 284-290.

Christofel, Rendy. 2010. Moderasi Pengendalian Internal Pada Hubungan Pengaruh Keadilan
Organisasional Terhadap Tingkat Kecurangan (Fraud). Skripsi. Universitas Diponegoro.

Dallas, Lynne L., 2002. A Preliminary Inquiry into the Responcibility of Corporations and Their
Directors and Officers for Corporate Climate: The Psichology of Enron’s Climate.
Working Paper di-download dari Social Science Research Network.

Dito, Anoki Herdian. 2010. Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Slamet
Langgeng Purbalingga Dengan Motivasi kerja Sebagai Variabel Intervening. Skripsi.
Universitas Diponegoro.

Dunk, Alan S. 1993. The Effect of Budget Emphasis and Information Asymmetry on the Relation
Between Budgetary Participation and Slack. The Accounting Review, vol. 68 (April), pp:
400-410.

Fauwzi, Mohammad Glifandi Hari. 2011. Analisis Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal,
Persepsi Kesesuaian Kompensasi, Dan Moralitas Manajemen Terhadap Perilaku Tidak
Etis Dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Skripsi. Universitas Diponegoro.

Fajria, Annisa. 2010. Pengaruh Financial Leverage, Ukuran Perusahaan dan Jenis Kantor Akuntan
Publik Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Skripsi. Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran”.
nd
Foster, G., 1986. Financial Statement Analysis 2 edition. New Jersey, USA: Prentice Hall
International, Inc.

Ghozali, Imam. 2008. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least
Square. Edisi II. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

Green, B.P., and Thomas G. Calderon, 1999. Exploring Collusion through Consolidation of
Positions, Duties, and Controls as a Factor in Financial Statement Fraud. Working Paper.
www.ssrn.com

Hasbi, Moch. Anfal. 2009. Representasi Relativisme Kebudayaan Sebagai Pencerminan Moralitas
Kelompok Dalam Novel Sioux Dawn Karya Terry C. Johnston. Skripsi. Universitas
Diponegoro.

Healy, Paul M., and Khrisna G. Palepu, 2000. A Review of Disclosure Literature Working Paper.
www.ssrn.com

Ikatan Akuntan Indonesia, 1998. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.

_____________________,2001. Standar Akuntansi Keuangan. Kerangka Dasar Penyusunan dan


Penyajian Laporan Keuangan.

13
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 14

_____________________,2001. Standar Akuntansi Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan Nomor 1.

_____________________,2001. Standar Pemeriksaan Akuntan Publik. SA Seksi 316.


Pertimbangan Atas Kecurangan Dalam Audit Laporan Keuangan.

_____________________,2001. Standar Pemeriksaan Akuntan Publik. SA Seksi 319.

Jensen, and W. H. Meckling, 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and
ownership structure. Journal of Financial Economics, vol. 3 : 305-360.

Keraf, A. Sonny, 1998. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya, Edisi baru. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.

Kumalasari, Nova Riska. 2011. Pengaruh Pengendalian Intern Terhadap Pencegahan Fraud Pada
Pemerintahan Kota Bandung. Skripsi. Universitas Komputer Indonesia.

Kohlberg, L. 1969. Tahap Perkembangan Moral.


http://id.wikipedia.org/wiki/Tahap_perkembangan_moral_Kohlberg. Diakses tanggal 16
Oktober 2011.

Lambert, R. A., 2001. Contracting Theory and Accounting. Working Paper. www.ssrn.com
th
Luthans, F., 1998. Organizational Behavior 8 ed. Boston: Irwin McGraw-Hill.

Mayangsari, Sekar dan Wilopo. 2002. Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan
Discretionary Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham-Olhson (1996). Jurnal Riset
Akuntansi Indonesia, vol. 5 no. 3 (September), Hlmn: 291-310.
th
Nicholson, W., 1997. Intermediate Microeconomics and Its Application, 7 ed. Orlando: The
Dryden Press.

Ningsaptiti, Restie. 2010. Analisis Pengaruh Perusahaan Dan Mekanisme Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba. Skripsi. Universitas Dipoegoro.

Prasetyo, Andrian Budi. 2011. Kualitas Prosedur Pengendalian Internal : Antecedents Dan
Pengaruh Moderating Pada Keadilan Organisasional Dan Kecurangan Pegawai. Skripsi.
Universitas Diponegoro.

Prayogo, Subowo. 2009. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Roberts, Clare, Pauline Weetman, and Paul Gordon, 2002. International Financial Accounting: A
nd
Comparative Approach, 2 ed. Great Britain: Prentice Hall.

Ribstein, L. E., 2002. Market vs Regulatory Responses to Corporate Fraud: A Critique of the
Sarbanes-Oxley Act of 2002. Working paper, didown load dari Social Science Research
Network.

Robinson, S. L. and R. J. Bennet, 1995. A Typology of Deviant Workplace Behaviors: A


Multidimensional Scaling Study. Academy of Management Journal, vol. 38, no. 2 pp:
555-572.

14
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 15

Setiawati, Lilis dan Ainun Na’im. 2001. Bank Health Evaluation by Bank Indonesia and Earnings
Management in Banking Industry. Gadjah Mada International Journal of Business
Volume 3 No 2 May: 159-176.

Smith, R., Sam Tiras, and Stan Vichitlekarn, 1997. The Interaction Between Internal Control
Assessment and Substantive Testing in Audits for Fraud. Working Paper, di down load
dari Social Science Research Network.

Tang, T. L. P. and Randy K. Chiu, 2003. Income, Money Etic, Pay Satisfaction, Commitment, and
Unethical Behavior: Is the Love of Money the Root of Evil for Hong Kong Employees?
Journal of Business Ethics, 46, pp: 13-20.

Thoyibatun, Siti. dkk. 2009. Analysis The Influence of Internal Control Compliance and
Compensation System Against Unethical Behavior and Accounting Fraud Tendency
(Studies at State University in East Java). Simposium Nasional Akuntansi XII.
Palembang.

Ujiyanto, Muh.Arief. Asimetri Informasi Dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan Dalam Hubungan
Keagenan. www.freewebs.com/stiemuhpekl/asimetri%20informasi.doc. Diakses 26
Oktober 2011.

Waworuntu, Bob. 2003. Determinan Kepemimpinan. Makara Sosial Humaniora Volume 7 No.2.
Desember.

Wilopo. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan


Akuntansi: Studi Pada Perusahaan Publik Dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi VI. Padang.

Wilopo. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan


Akuntansi: Studi Pada Perusahaan Publik Dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 9 No. 3 : 346-366.

Wolk, H. I., and Michael G. Tearney, 1997. Accounting Theory: A Conceptual and Institusional
th
Approach 4 ed. Ohio, South-Western College Publishing.

Wright, Patrick M. 2003. Restoring Trust: The Role of HR in Corporate Governance. September,
2003. www.ilr.cornell.edu/cahrs.

15

Anda mungkin juga menyukai