Anda di halaman 1dari 8

Wisdu (Wisata dan Edukasi) Perkebunan Teh Kayu Aro berbasis

Pengetahuan, Pemberdayaan dan Pengawasan sebagai Upaya Mewujudkan


Ekonomi Berkelanjutan

DEBAT NASIONAL 2018

DIUSULKAN OLEH

1. SONI AFRIANSYAH RSA1C115003 / 2015

2. DOSIL HENOFRA H1A116071 / 2016

3. YOGI SEFPRA PUTRA B10016017 / 2016

UNIVERSITAS JAMBI

KOTA JAMBI

2018
Tanduk (Wisata dan Edukasi) Perkebunan Teh Kayu Aro berbasis Pengetahuan,
Pemberdayaan dan Pengawasan sebagai Upaya Mewujudkan Ekonomi
Berkelanjutan

(Soni Afriansyah, Dosil Henofra, Yogi Sefpra Putra


)

Email : soniafriansyahvevo@gmail.com

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam yang sangat


luar biasa. Sehingga Indonesia juga menjadi negara dengan potensi pariwisata
yang sangat pontensial dari sabang sampai merauke. Kabupaten kerinci adalah
salah satu kabupaten di Provinsi Jambi yang memiliki potensi pariwisata yang tak
kalah luar biasa dari daerah lain yang ada di Indonesia. Kerinci memiliki banyak
pariwisata yang sangat indah salah satunya perkebunan teh kayu aro yang menjadi
perkebunan teh tertua di dunia.

Kayu aro merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kerinci
Provinsi Jambi dan terletak di pegunungan dan berada diantara bukit barisan
Sumatera. Karena letaknya di pegunungan sangat cocok dan strategis untuk
dijadikan areal perkebunan. Sehingga kayu terkenal karena terdapat perkebunan
teh yang sangat luas dan merupakan perkebunan teh tertinggi kedua di dunia
setelah perkebunan teh Darjeeling di Himalaya.

Perkebunan Teh Kayu Aro dibuka pertama kali oleh Perkebunan Belanda
NV. HVA (Namlodse Venoctchaaf Handle Veriniging Amsterdam) yang ditanami
mulai tahun 1929 dan disusul dengan pendirian pabrik pada tahun 1932. Sampai
saat ini 80% tanaman yang dikelola perkebunan merupakan tanaman yang telah
berusia lebih dari 70 tahun, sehingga usaha perawatan dan pemeliharaan sesuai
dengan kultur teknis budidaya tanaman teh, seperti pemupukan, pemangkasan,
pengendalian hama dan penyakit serta penanaman ulang menjadi perhatian
perusahaan. Saat ini rata-rata kerapatan tanaman sekitar 5.000 pohon/Ha, jauh dari
kerapatan normalnya 8.300 pohon/Ha (PTPN VI Kebun Kayu Aro, 2004).

Perkebunan dan Pabrik Teh Kayu Aro merupakan perkebunan dan pabrik
teh tertua di Indonesia yang telah berdiri sejak zaman kolonial Belanda tepatnya
pada tahun 1925 yang pada akhirnya diambil alih oleh PT Perkebunan Nusantara
VI (PTP Nusantara VI) pada tahun 1956 dan dikelola sampai sekarang. Produk teh
yang dihasilkan adalah teh hitam dan diberi nama Teh Kajoe Aro yang memiliki
aroma begitu harum dan rasa yang sangat khas.

Pabrik teh kayu aro ini sudah berdiri dan beroperasi sangat lama sempat
menjadi salah satu teh dengan kualitas terbaik di dunia dan menjadi konsumsi
Ratu Belanda. Untuk kualitas sendiri ada pembagiannya. Kualitas nomor satu
hanya khusus untuk ekspor dan yang bisa mengkonsumsi hanya para petinggi-
petinggi perusahaan saja. Sedangkan untuk kualitas nomor dua dan seterusnya
untuk konsumsi publik. Pekerja harian untuk memetik teh adalah penduduk
sekitar kayu aro.

Panorama alam kerinci sangatlah indah sehingga menjadi daya tarik


tersendiri untuk mengunjunginya, perkebunan teh kayu aro sangat indah dan
menjadi wisata yang wajib dikunjungi jika berada di kerinci, hamparan kebun teh
yang sangat luas bagaikan permadani hijau jika dilihat dari atas langit dan tertelak
dibawah kaki gunung kerinci yang merupakan salah satu gunung berapi tertinggi
di Indonesia yang sampai sekarang masih berstatus aktif. Tak heran jika
perkebunan teh kayu aro menjadi pariwisata favorit karena sebagian besar
wisatawan menginginkan back to nature.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan pengaruh besar


dalam perekonomian Indonesia. Pariwisata menjadi andalan utama sumber devisa
karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki beraneka ragam
jenis pariwisata yang tersebar dari sabang sampai merauke. Sektor pariwisata
merupakan penyumbang devisa negara yang cukup besar, hal tersebut bisa kita
lihat pada tabel dibawah ini :

Kontribusi Pariwisata dalam Perolehan Devisa di Indonesia Tahun 2002 – 2007


(Milliar US$).

No. Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 2007*


1 Minyak dan Gas 12,29 13,65 15,59 19,23 21,20 17,46
2 Pariwisata 4,30 4,03 4,79 4,52 4,44 5,34
3 Garment 3,57 33,89 4,27 4,99 5,60 4,73
4 Industri Kayu Lapis 1,62 3,16 3,41 3,08 3,32 1,15
5 Industri Elektronik - 3,12 3,23 4,36 4,44 3,94
Keterangan : Bulan Januari – Oktober 2007
Sumber : Badan Pusat Statistik (2007).

Berdasarkan tabel diatas sumber penerimaan devisa negara selama kurun


waktu 2002 – 2004, walaupun sempat menurun pada 2005 – 2006 tetapi pada
tahun 2007 sektor pariwisata kembali memberikan sumbangan devisa negara yang
cukup besar dibandingkan sektor yang lainnya.

Pariwisata harus terus dipelihara dan dijaga dengan baik agar menjadi
pariwisata yang berkelanjutan. Sehingga akan turut membantu memelihara
keseimbangan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan. Baik itu dari segi
lingkungan, sosial maupun ekonomi. Dari sisi lingkungan, alam dapat senantiasa
terjaga dengan baik keindahannya, dari segi sosial interaksi dapat terjalin dengan
baik, dan pada sektor ekonomi dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
sekitar, pendapatan daerah dan devisa negara.

Berbicara pariwisata berkelanjutan pasti berbicara mengenai pembangunan


berkelanjutan atau Sustainable Developments Goals (SDGs). Konsep SDGs itu
sendiri lahir pada kegiatan konferensi mengenai Pembangunan Berkelanjutan
yang dilaksanakan oleh PBB di Rio de Jainero tahun 2012. Tujuan yang ingin
dihasilkan dalam pertemuan tersebut adalah memperoleh tujuan bersama yang
universal yang mampu memelihara keseimbangan tiga dimensi pembangunan
berkelanjutan : lingkungan, sosial dan ekonomi. Dalam hal ini pariwisata
berkelanjutan menjadi bagian yang cukup penting untuk mendukung peubahan
taraf ekonomi masyarakat dan masyarakat bisa memiliki pekerjaan yang layak
dengan adanya program pariwisata dan membantu terwujudnya SDGs.

Pariwisata di kerinci sangat banyak sekali, namun di kayu aro wisata


edukasi masih kurang, tingkat pengawasan masih rendah sehingga kebersihan
kurang terjaga. Kebanyakan pengunjung dibiarkan begitu saja tanpa adanya
pengawasan sehingga dengan leluasanya mereka bisa membuang sampah
sembarangan. Selain pengawasan, pengetahuan yang diperoleh oleh wisatawan
juga sangat kurang. Dalam hal ini pengunjung yang datang hanya menikmati alam
saja tanpa mendapatkan edukasi.

Karena masih kurangnya pemberian pengetahuan terhadap wisatawan


yang berkunjung di pariwisata yang ada di kayu aro terutama perkebunan teh kayu
aro, maka sangat cocok dibuat pariwisata “Tanduk” (Wisata dan Edukasi) berbasis
P3 (Pengetahuan, Pemberdayaan dan Pengawasan). Harapannya selain bisa
memberikan edukasi kepada pengunjung, namun juga menjadi salah satu upaya
untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan sehingga bisa memelihara
kesinambungan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan, yaitu lingkungan, sosial
dan ekonomi. Berikut perwujudan Tanduk yang berbasis dengan P3 :

1. Pengetahuan

“Tanduk” merupakan pariwisata bernuansa edukasi yang bertujuan


memberikan pengetahuan kepada pengunjung selain mereka bisa mengunjungi
dan menikmati indahnya perkebunan teh yang hijau dan menenagkan namun
mereka juga mendapatkan edukasi mengenai perkebunan dan pabrik teh yang ada
dikayu aro. Nanti pengunjung akan diajak ke kebun teh untuk belajar mulai dari
sejarah, cara penanaman, lama waktu penanaman, umur teh atau berapa lama
tanaman teh dapat bertahan hidup, bagaimana cara memetik teh, proses produksi
teh di pabrik dan lain-lain sebagainya yang pastinya akan sangat bersifat edukatif.

2. Pemberdayaan

Selain memberikan edukasi kepada wisatawan, tujuan dari program ini


juga untuk memberikan pemberdayaan kepada masyarakat sekitar kayu aro.
Program pemberdayaannya berkaitan dengan agrowisata. Harapannya dengan
adanya pemberdayaan agrowisata ini bisa meningkatkan perekonomian
masyarakat sekitar kayu aro, meningkatkan pendapatan daerah dan devisa negara.

Karena kayu aro terletak di daerah pegunungan dan sebagian penduduknya


bermata pencaharian sebagai petani, maka dari itu perlu dibuat agrowisata. Selain
penghasil teh, kayu aro juga terkenal dengan hasil pertaniannya yaitu kentang.
Jadi petani tidak harus hanya menanam dan memanen kentang saja, namun juga
bisa untuk mengembangkan agrowisata kentang, dengan cara mengolah kentang
menjadi produk yang memiliki daya jual lebih tinggi bila dibandingan dengan
kentang mentah. Bisa dibuat dodol kentang, keripik kentang dan lain-lain
sebagainya. Hasil dari produk tadi bisa ditawarkan kepada wisatawan yang
berkunjung dan bisa juga dijual sebagai oleh-oleh khas dari kayu aro. Jadi, selain
wisatawan menikmati keindahan alam dan hijaunya perkebunan teh yang
menenangkan, namun juga mendapatkan pengetahuan tentang perkebunan teh dan
agrowisata serta bisa menikmati teh hangat ditemani dengan dodol kentang atau
keripik kentang ditengah-tengah hamparan kebun teh yang luas dan cuaca yang
dingin.

Dalam hal ini diperlukan peran mahasiswa kerinci terutama mahasiswa


fakultas pertanian untuk bisa mendorong, mengajak dan membimbing masyarakat
kayu aro untuk bisa mengembangkan agrowisata bersama-sama.

3. Pengawasan

Setelah wisatawan mendapatkan pengetahuan tentang perkebunan teh dan


agrowisata kayu aro serta menikmati pemandangan sambil meminum teh dan
mencicipi olahan dari kentang khas dari kayu aro pasti akan mendapatkan
pengalaman yang sangat luar biasa menyenangkan. Namun perlu juga dilakukan
pengawasan terhadap wisatawan agar selama berkunjung bisa tertib selama
mengikuti wisata edukasi bisa dan menjaga kebersihan dengan tidak merusak
objek wisata dan tidak membuang sampah sembarangan. Dengan dilakukan
pengawasan maka lingkungan akan terjaga dengan baik sehingga bisa
mewujudkan pariwisata berkelanjutan.

Selain memberikan manfaat pengetahuan dan pengalaman kepada para


wisatawan, wisata eduksi perkebunan teh dan agrowisata juga memberikan
manfaat untuk menambah lapangan pekerjaan sehingga bisa mengurangi
pengangguran penduduk yang ada disekitar kayu aro serta meningkatkan
perekonomian masyarakat dan pendapatan daerah.

Dengan adanya program wisdu (wisata dan edukasi) berbasis


Pengetahuan, Pemberdayaan, dan Pengawasan akan dapat membuat para
wisatawan merasakan sensasi yang berbeda dari biasanya. Selain wisatawan yang
mendapatkan pengetahuan seputar perkebunan teh dan agrowisata kayu aro,
masyarakat sekitar kayu aro mendapatkan pemberdayaan, lingkungan terjaga
dengan baik, perekonomian masyarakat kayu aro meningkat, pendapatan daerah
dan devisa negara juga meningkat. Sehingga akan terwujudnya pariwisata yang
membantu perekonomian masyarakat dan pekerjaan yang layak untuk
berkelanjutan.

Mengingat potensi pariwisata yang begitu besar yang dimiliki oleh kayu
aro, maka dari itu diperlukan upaya bagi penduduk kerinci khususnya kayu aro
untuk terus mengembangkan dan menjaga pariwisata yang telah ada agar menjadi
pariwisata yang mampu menyosong ekonomi berkelanjutan. Selain masyarakat
sekitar, pengunjung juga harus ikut menjaga lingkungan dengan tidak membuang
sampah sembarangan yang melakukan hal-hal yang bisa merusak pariwisata.
Dengan kita saling bekerja sama dengan baik maka bukan tidak mungkin akan
bisa tercapai tiga sendi pembangunan berkelanjutan, baik di segi lingkungan,
sosial ataupun ekonomi.

Dalam hal ini peran mahasiswa kerinci terutama generasi melenial juga
sangat diperlukan untuk mensosialisasikan wisata edukasi, agrowisata dan
pariwisata lain yang ada di kerinci khususnya kayu aro. Dengan begitu maka
pariwisata kerinci akan bisa lebih terkenal lagi dan banyak wisatawan yang akan
berkunjung sehingga mampu menaikkan perekonomian masyarakat sekitar dengan
pekerjaan yang layak di kebun the kayu aro, menaikkan pendapatan daerah dan
juga devisa negara.
Daftar Pustaka

Muswadi, Muswadi (2004). Kajian manajemen teknologi perusahaan teh: kasus


pada pt. perkebunan nusantara VI kebun kayu aro kabupaten kerinci, jambi.
Masters thesis, Institut Pertanian Bogor.

https://www.liputan6.com/citizen6/read/3199137/tertua-di-indonesia-indahnya-
kebun-teh-kayu-aro-kerinci

Ernaldi, E, M. (2010). Analisis strategi pengembangan agrowisata perkebunan


teh gunung mas PTPN VIII bogor, jawa barat. Departemen Agribisnis. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Ishartono & Raharjo, S, T (2016). Sustainable development goals (SDGs) dan


pengentasan kemiskinan. Social Work Jurnal. Vol. 6 (2): 154-272.

Anda mungkin juga menyukai