Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP

RESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUANG KENARI


RS.KHUSUS DAERAH PROVINSI SUL-SEL

Elshy Pangden Rabba1, Dahrianis2, Sri Purnama Rauf3


1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3
Poltekkes Kemenkes Makassar

(Alamat Respondensi: Elshypangden@yahoo.com/085343939453)

ABSTRAK

Gangguan jiwa ialah gejala-gejala patologik domain berasal dari unsur psike. Hal ini tidak
berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia
seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya. Menurut Keliat & Akemat,
(2012), Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. Perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah
yang tak terkontrol (Kusumawati dan Hartono, 2010). Tujuan penelitian ini adalah Untuk Mengetahui
Hubungan Antara Pasien Halusinasi Pendengaran Terhadap Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang
Kenari di RS. Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel. Desain penelitian penelitian cross sectional, dimana
peneliti melakukan observasi atau pengukuran variable pada satu saat. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 63 responden. Penelitin dilaksanakan mulai dari bulan april-juni 2013. Tehnik sampling
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik non probability sampling dengan uji purposive
sampling. Instrument penelitian menggunakan Lembar Observasi. Dari 64 sampel, ditemukan
sebanyak ada 36 responden (56.2%) yang mengalami halusinasi pendengaran dan dari 36
responden tersebut ada 32 responden (50%) yang melakukan tindakan perilaku kekerasan dan 4
responden (6.2%) yang tidak melakukan tindakan kekerasan. Sedangkan ada 28 responden (43.8%)
yang tidak mengalami halusinasi, dan dari 28 responden tersebut 8 responden ( 12.5%) yang
melakukan tindakan perilaku kekerasan. dan 20 responden (31.2%) yang tidak melakukan tindakan
perilaku kekerasan. Berdasarkan uji statistic chi-square di peroleh nilai p= 0,000. Dengan demikian
p˂α (0,05) sehingga hipotesis Alternatif (Ha) diterima dan Hipotesis (Ho) ditolak dengan interpretasi “
Ditemukan adanya “ Hubungan antara pasien halusinasi pendegaran terhadap perilaku kekerasan di
ruang kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel.

Kata Kunci : Halusinasi Pendengaran, Perilaku Kekerasan

PENDAHULUAN Kesehatan jiwa menurut Undang-


Manusia bereaksi secara keseluruhan, Undang No 3 tahun 1966, adalah suatu
secara holistic, atau dapat dikatakan juga, kondisi yang memungkinkan perkembangan
secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari fisik, intelektual dan emosional yang optimal
penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur dari seseorang dan perkembangan itu selaras
ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa ialah dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan
gejala-gejala patologik domain berasal dari jiwa mempunyai sifat yang harmonis dan
unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur memperhatikan segi kehidupan manusia dan
yang lain tidak terganggu. Sekali lagi, yang cara berhubungan dengan orang lain.
sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya Sedangkan menurut ANA keperawatan jiwa
dan bukan hanya badannya, jiwanya atau merupakan satu bidang spesialistik praktik
lingkungannya. keperawatan yang menerapkan teori perilaku
Hal-hal yang dapat mempengaruhi manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri
perilaku manusia ialah keturunan dan sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (
kontitusi, umur dan jenis kelamin, keadaan Riyadi & Purwanto 2009).
badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat Direktur Jenderal Pembinaan
istiadat, kebudayaan orang yang dicintai, Kesehatan Masyarakat (Binkesmas)
agresi, rasa permusuhan, hubungan antara Depertemen Kesehatan dan World Health
manusia, dan sebagainya. Organization (WHO) tahun 2010

470
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
memperkirakan tidak kurang dari 450 juta atau bergabung dengan seseorang
penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. dikehidupan sesudah mati. Suara dapat
Bahkan berdasarkan data studi World Bank berkisar dari suara yang sederhana sampai
dibeberapa negara menunjukkan 8,1% dari suara orang bicara.
kesehatan global masyarakat (Global Burden Korban trauma atau penganiayaan
Disease) menderita gangguan jiwa. dapat dipastikan mengalami cedera fisik yang
Depertemen Kesehatan Republik memerlukan penanganan medis, tetapi
Indonesia tahun 2010, menyatakan jumlah mereka juga mengalami cedera psikologis
penderita gangguan jiwa di Indonesia yang dapat mencakup respons dalam lingkup
mencapai 2,5 juta. Dari 150 juta populasi luas. Beberapa korban mungkin mengalami
orang dewasa Indonesia, berdasarkan data agitasi dan tampak kecewa, korban yang lain
Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 menarik diri dan menyendiri, yang tampak
juta orang mengalami gangguan mental hilang rasa atau tidak menyadari lingkungan
emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah sekitarnya.
tersebut terlambat berobat dan tidak Ketika berhubungan dengan orang lain,
tertangani akibat kurangnya layanan untuk reaksi emosional mereka cenderung tidak
penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia stabil, intens dan dianggap tidak dapat
yang semakin berat mendorong jumlah diperkirakan. Melibatkan dalam hubungan
penderita gangguan jiwa di dunia, dan intim dapat memicu respons emosional yang
Indonesia khususnya kian meningkat, ektsrem, misalnya ansietas, panik, takut, atau
diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari teror (Videbeck, 2008).
penduduk Indonesia mengalami gangguan Perilaku kekerasan merupakan suatu
jiwa. keadaan dimana sesorang melakukan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh tindakan yang dapat membahayakan secara
Jukarnain (2011) di Rumah Sakit Khusus fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun maupun lingkungan (Nita Fitria cit Stuart dan
2010, sebanyak 7.897 klien gangguan jiwa Sundeen, 2009 dalam
dan sebanyak 1.467 orang atau 65% http://fatamotganapio.blogspot.com/2011/12/kt
halusinasi,dan yang perawatan dirinya kurang i-perilaku-kekerasan-bab-1.html).
sebanyak 2.257 orang atau 18.6%. Buktinya lainnya, berdasarkan data
Di RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel, statistik, angka penderita gangguan kesehatan
data pasien yang menderita halusinasi pada jiwa memang menghawatirkan. Secara global,
periode Januari sampai Desember tahun 2010 dari sekitar 450 juta orang yang mengalami
sebanyak 5.909 orang klien (45,75%) dari gangguan mental, sekitar satu juta orang
12914 orang klien yang menderita gangguan diantaranya meninggal karena bunuh diri
jiwa tersebut. dan pada periode Januari setiap tahunnya. Angka ini lumayan kecil jika
sampai Desember tahun 2011 pasien dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari
sebanyak 5.966 orang klien (47,35%) dari para penderita kejiwaan yang mencapai 20
13247 orang klien menderia gangguan jiwa, juta jiwa setiap tahunnya. ( Yosep Iyus, 2009).
sedangkan yang menderita pada periode Halusinasi merupakan bentuk yang
Januari sampai Desember tahun 2012 paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk
sebanyak 6.977 orang klien (51%) dari 14008 halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang
orang klien yang menderita gangguan jiwa. bising atau mendengung, tapi yang paling
Data ini diperoleh dari (medical rekor) Rumah sering berupa kata-kata yang tersusun dalam
Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya
Selatan tanggal 1 April. kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan
Diperkirakan lebih dari 90% klien pasien sedih atau yang dialamatkan pada
dengan skizofrenia mengalami halusinasi. pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar
Halusinasi yang dialami klien jenisnya atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa
bervariasi, tetapi sebagian besar klien pula pasien terlihat seperti bersikap dalam
skizofrenia mengalami halusinasi mendengar atau bicara keras-keras seperti
pendengaran. Suara dapat berasal dari dalam bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau
individu atau dari luar individu. Suara yang bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang
didengar klien dapat dikenalnya, suara dapat pasien menganggap halusinasi datang dari
tunggal atau multipel atau bisa juga semacam setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi
bunyi bukan suara yang mengandung arti. Isi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya
suara dapat memerintahkan tentang perilaku bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain.
klien sendiri dan klien sendiri merasa yakin
bahwa suara itu ada (Trimelia, 2011). BAHAN DAN METODE
Halusinasi dalam hal ini yang menyuruh Lokasi, populasi, dan sampel penelitian
pasien untuk melakukan sesuatu, seperti Dalam penelitian ini peneliti
membunuh dirinya sendiri, melukai orang lain, menggunakan desain penelitian cross

471
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
sectional, dimana peneliti melakukan c. Membuat tabulasi.
observasi atau pengukuran variable pada satu Data di kelompokkan ke dalam
saat, artinya tiap subjek hanya diobservasi suatu tabel menurut sifat-sifat yang
satu kali saja dan pengukuran variabel subjek dimiliki, kemudian dianalisa secara
dilakukan pada saat pemeriksaan. Setelah statistik
data diperoleh, kemudian dilakukan analisis 1. Analisa Data
untuk mencari ada tidaknya hubungan antara Untuk keperluan ini digunakan:
pasien halusinasi pendengaran terhadap Analisa Univariat, yang dilakukan pada
resiko perilaku kekerasan. tiap Variabel independen dari hasil
Lokasi penelitian dilaksanakan di Ruang penelitian.
Kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel. a. Analisa Bivariat, yang dilakukan
Waktu penelitian disesuaikan dan pada tiap variabel independen dan
pengumpulan data dilakukan setelah dependen yang diduga berhubungan
mendapat izin dari pihak terkait. Populasi atau berkorelasi untuk mengetahui
dalam penelitian ini adalah semua pasien hubungan tiap variabel independen
yang berada diruang Kenari RS. Khusus dan variabel dependen yang diuji
Daerah Provinsi Sul-Sel sebanyak 176 jiwa. dengan uji satistik Chi-squer.
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien b. Analisa multivariat, yang dilakukan
yang di rawat di Ruang Kenari RS.Khusus terhadap beberapa variabel bebas
Daerah Provinsi Sul-Sel. Selama waktu yaitu halusinasi pendengaran.
penelitian dengan tanda dan gejala halusinasi 2. Pengujian Hipotesis
pendengaran yang memenuhi kriteria inklusi. Bila α ≤ 0.05 berarti ada
Besar sampel dalam penelitian ini adalah 64 hubungan yang bermakna antara dua
jiwa yang di dapat dengan menggunakan variabel yang diukur. Maka Ha diterima
rumus (Nur salam 2009). dan H0 ditolak, analisis statistik ini
Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan menggunakan SPSS 16.0.
kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut Bila p < 0,05 Ho ditolak dan Ha
menentukan dapat atau tidaknya sampel diterima sedangkan, bila p > 0,05 maka
tersebut digunakan (Hidayat, 2007). Ho diterima dan Ha ditolak.
1) Kriteria inklusi : Ho ditolak dan Ha diterima, ada
a. Pasien yang mengalami halusinasi hubungan antara pasien halusinasi
pendengaran khusus di ruang kenari. pendengaran terhadap resiko perilaku
b. Pasien yang berumur 20-40 tahun kekerasan di ruang kenari RS.Khusus
c. Pasien yang dirawat di RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel.
Daerah Provinsi Sul-Sel Sedangkan Ho diterima dan Ha
2) Kriteria eksklusi : ditolak, berarti tidak ada hubungan
a. Pasien yang tidak mengalami antara pasien halusinasi pendengaran
halusinasi pendengaran terhadap resiko perilaku kekerasan di
b. Pasien yang pulang diambil oleh ruang kenari RS.Khusus Daerah
keluarganya Provinsi Sul-Sel.
c. Pasien yang di bawah umur 20 tahun
d. Pasien yang tidak dirawat di HASIL PENELITIAN
RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel 1. Analisis Univariat
Tabel 5.1 Data Demografi Responden
Pengumpulan data Berdasarkan Umur Responden di Ruang
Peneliti mengumpulkan data dengan Kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel
menggunakan observasi dan sebagai subjek Umur n %
penelitian adalah pasien yang mengalami 20 - 30 30 46.9
halusinasi pendengaran di Ruang Kenari 31 - 40 34 53.1
RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel yang Total 64 100.0
memenuhi kriterian inklusi. Pengolahan data
dilakukan dengan: Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa
a. Editing Data. responden berumur 20-30 tahun sebanyak
Editing (mengedit data) adalah 30 orang (46.9%) dan umur 31-40 tahun
upaya untuk memeriksa kembali sebanyak 34 orang (54.1%).
kebenaran data yang dikumpulkan.
b. Coding. Tabel 5.2 Data Demografi Responden
Untuk memudahkan pengolahan Berdasarkan Pendidikan Responden di
data. Semua data atau jawaban Ruang Kenari RS.Khusus Daerah Provinsi
disederhanakan dengan mamberikan Sul-Sel
simbol untuk setiap jawaban.

472
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Pendidikan n % Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Perilaku
Kekerasan di Ruang Kenari RS.Khusus
SD 27 42.2 Daerah Provinsi Sul-Sel
SMP 17 26.6 Perilaku Kekerasan n %
SMA 13 20.3 Terjadi 40 62.5
D3-D4 2 3.1 Tidak Terjadi 24 37.5
Tidak Sekolah 5 7.8 Total 64 100.0
Total 64 100.0
Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa
Dari tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebanyak 40 responden (62.5%) yang
responden yang pendidikan SD 27 orang mengalami perilaku kekerasan, sedangkan
(42,2%), pendidikan SMP 17 orang responden yang tidak mengalami perilaku
(26.6%), pendidikan SMA 13 orang kekerasan sebanyak 24 responden (37.5%).
(20.3%), dan pendidikan D3-D4 2 orang
(3.1%), sedangkan yang Tidak Sekolah 5 2. Analisa Bivariat
orang (7.8%). Tabel 5.7. Hubungan antara halusinasi
pendengaran terhadap perilaku kekerasan
Tabel 5.3 Data Demografi Responden di ruang kenari RS.khusus daerah Provinsi
Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Sul-Sel
Kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel Perilaku kekerasan
Jenis Kelamin n % Halusinasi Tidak Total
pendengaran Terjadi terjadi
Laki-laki 64 100.0
n % n % n %
Total 64 100.0
Nampak 32 4 6.2 36 56.2
50.0
Dari tabel 5.3 dapat diketahui bahwa Tidak
jumlah responden laki-laki yaitu 64 orang 8 12.5 20 31.2 28 43.8
Nampak
(100.0%). Total 40 62.5 24 37.5 64 100.0
p= 0.000
Tabel 5.4. Data Demografi Responden
Berdasarkan agama Responden di Ruang Dari tabel 5.7 menunjukkan bahwa
Kenari RS.Khusus Daerah Provinsi Sul-Sel
dari 64 responden, ada 36 responden
Agama n % (56.2%) yang mengalami halusinasi
Islam 62 96.9 pendengaran dan dari 36 responden
Kristen 2 3.1 tersebut ada 32 responden (50%) yang
Total 64 100.0 melakukan tindakan perilaku kekerasan
dan 4 responden (6.2%) yang tidak
Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa melakukan tindakan perilaku kekerasan.
responden yang beragama Islam 62 orang Sedangkan ada 28 responden
(96.9%) dan responden yang beragama (43.8%) yang tidak mengalami halusinasi,
Kristen 2 orang (3.1%). dan dari 28 responden tersebut 8
responden ( 12.5%) yang melakukan
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Halusinasi tindakan perilaku kekerasan. dan 20
Pendengaran di Ruang Kenari RS.Khusus responden (31.2%) yang tidak melakukan
Daerah Provinsi Sul-Sel tindakan perilaku kekerasan.
Halusinasi Berdasarkan uji statistic chi-square di
n %
Pendengaran peroleh nilai p= 0,000. Dengan demikian
Nampak 36 56.2 p˂α (0,05) sehingga hipotesis Alternatif
Tidak Nampak 28 43.8 (Ha) diterima dan Hipotesis (Ho) ditolak
Total 64 100.0 dengan interpretasi “ Ditemukan adanya “
Hubungan antara pasien halusinasi
Dari tabel 5.5 dapat diketahui bahwa pendegaran terhadap perilaku kekerasan di
sebanyak 36 responden (56.2%) yang ruang kenari RS.Khusus Daerah Provinsi
Nampak mengalami halusinasi Sul-Sel.
pendengaran, sedangkan responden yang
tidak Nampak mengalami halusinasi PEMBAHASAN
pendengaran sebanyak 28 responden Halusinasi adalah persepsi klien
(43.8%). terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata artinya klien menginterpretasikan
sesuatu yang nyata tanpa stimulus atau
rangsangan dari luar. Halausinasi merupakan

473
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
distorsi persepsi yang muncul dari berbagai dan sebanyak 24 orang (37.5%) yang tidak
indera (Trimelia, 2011). melakukan perilaku kekerasan.
Menurut NAMI (National Alliance For Berdasarkan hasil uji statistic chi-square
Mentally III ) halusinasi dapat terjadi pada diperoleh nilai p=0,000. Dengan demikian p˂α
seseorang yang bukan penderita gangguan (0,05) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak
jiwa. Pada umumnya terjadi pada klien yang dengan interpretasi “ Ditemukan Adanya
mengalami stress yang berlebihan atau “Hubungan Antara Pasien Halusinasi
kelelahan bisa juga karena pengaruh obat- Pendengaran Terhadap Resiko Perilaku
obatan (Halusinasinogenik). Kekerasan di Ruang Kenari RS.Khusus
Perilaku kekerasan merupakan suatu Daerah Provinsi Sul-Sel”.
keadaan dimana sesorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara KESIMPULAN
fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain 1. Ditemukan adanya hubungan antara pasien
maupun lingkungan (Nita Fitria Cit Stuart dan halusinasi pendengaran terhadap resiko
Sundeen,2009:139). perilaku kekerasan dimana pasien yang
Hal ini berarti kondisi emosional atau mengalami halusinasi pendengaran maka
perilaku kekerasan pasien dipengaruhi oleh akan rentan untuk melakukan perilaku
kemampuan pasien dalam mengontrol kekerasan.
halusinasinya. 2. Kondisi emosional atau perilaku kekerasan
Halusinasi bersifat menaklukan. pasien dipengaruhi oleh kemampuan
Halusinasi menjadi lebih rumit dan klien pasien dalam mengontrol halusinasinya.
mengalami gangguan dalam menilai Halusinasi bersifat menaklukan. Halusinasi
lingkungannya. Pengalaman sensorinya menjadi lebih rumit dan klien mengalami
menjadi terganggu, halusinasi berubah gangguan dalam menilai lingkungannya.
mengancam, memerintah, memarahi, dan Pengalaman sensorinya menjadi
menakutkan apabila tidak mengikuti terganggu, halusinasi berubah
perintahnya, sehingga klien mulai terasa mengancam, memerintah, memarahi, dan
mengancam. menakutkan apabila tidak mengikuti
Hasil penelitian sebelumnya yang perintahnya, sehingga klien mulai terasa
dilakukan oleh Jukarnain (2011) di Rumah mengancam.
Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan pada tahun 2010, sebanyak 7.897 SARAN
klien gangguan jiwa dan sebanyak 1.467 Adapun saran dalam penelitian ini adalah
orang atau 65% halusinasi,dan yang sebagai berikut.
perawatan dirinya kurang sebanyak 2.257 1. Diharapkan dapat menjadi masukan pada
orang atau 18.6%. pelayanan keperawtan tentang hubungan
Hasil dari penelitian ini ditemukan halusinasi terhadap resiko perilaku
kebanyakan dari responden berumur 31-40 kekerasan agar lebih meningkatkan
tahun sebanyak 34 orang (53.1%) dan umur pelayanan keperawatan baik kepada
20-30 tahun sebanyak 30 orang (46.9%). klien,keluarga dan lingkungan dimana kita
Sedangkan untuk pendidikan responden dari berada.
pendidikan tingkat SD ada 27 orang (42.2%), 2. Merupakan pengalaman yang sangat
SMP 17 orang (26.6%), sedangkan SMA 13 berharga dalam rangka menambah
orang (20.3%), D3-D4 2 orang (3.1%), dan wawasan pengetahuan dan sebagai wadah
Tidak sekolah 5 orang (7.8%). Sebanyak 64 latihan dan pengembangan keilmuan yang
orang (100.0%) adalah laki-laki, agama islam diperoleh serta mengaplikasikannya dalam
sebanyak 62 orang (96.9%) dan Kristen 2 mengidentifikasi pengaruh kejadian
orang (3.1%). halusinasi terhadap perilaku kekerasan bila
Dari 64 sampel, di temukan sebanyak sudah terjadi.
36 orang (56.2%) yang mengalami halusinasi 3. Memberikan pendidikan kesehatan pada
pendengaran dan 28 orang (43.8%) yang tidak keluarga akan pentingnya menjauhkan
mengalami halusinasi. Sedangkan dari 64 klien terhadap hal-hal yang dapat
sampel di temukan sebanyak 40 orang menyebabkan terjadinya perilaku
(62.5%) yang melakukan perilaku kekerasan, kekerasan dan dapat langsung
mengaplikasikannya.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. A. 2008. Riset keperawatan dan teknik penulisa ilmiah.Salemba Medika: Jakarta

Keliat & Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Professional jiwa. EGC:Jakarta

474
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Kusumawati & Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika:Jakarta

Maramis. 2004. Ilmu Kedoteran Jiwa. Airlangga Universitas Pres:Surabaya

Riyadi & Purwanto. 2009. Asuhan Keperawata Jiwa. Graha Ilmu:Yogyakarta

Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Trans Info Media:Jakarta

Yosep iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama:Bandung

Videbeck,Sheila.2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa, hal 3.EGC:Jakarta)

(Stuart dan Sundeen, 1998 dalam http : // fatamot ganapio. blogspot. Com / 2011 / 12 / askep-halusinasi. html).

(Stuart dan Sundeen, 2002, dalam http://trullyen.blogspot.com/.../asuhan-keperawatan-jiwa.com).

(Intansari, 2008 dalam http://fatamotganapio.blogspot.com/2011/12/kti-perilaku-kekerasan-bab-1.html).

(http://www.trullyen.blogspot.com/.../asuhankeperawatan-jiwa.)

475
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

Anda mungkin juga menyukai