Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE SHOCK SINDROM

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Anak Profesi Ners STIKes ‘Aisyiyah
Bandung dengan dosen :
Yusi Sofiah, M.Kep, Ns.Sp.Kep.An

Disusun Oleh:

Acep Maskur 40201920149

PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN

“DENGUE SHOCK SYNDROME (DSS)”

A. Definisi
Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk sebagai
vektornya dengan karakteristik penyakit diantaranya seperti demam, sakit
kepala, nyeri otot dan sendi, adanya rash atau petechiae. Beberapa infeksi
dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) yang secara cepat dapat
menyebabkan penderita jatuh kedalam syok, yang disebut sebagai dengue
shock syndrome (DSS).
Definisi kasus untuk dengue shock syndrome (DSS) adalah penderita
demam berdarah dengue yang menderita syok ditandai oleh beberapa hal
berikut: nasi cepat dan lemah, penyempitan tekanan nadi ≤ 20 mmHg dan
hipotensi, misalnya 100/80, 90/70 mmHg, pengisian kapiler yang buruk > 2
detik, ekstremitas dingin, lembab dan gelisah (WHO, 2004).
Dengeu syok sindrom (DSS) adalah syok hipovolemik mengakibatkan
gangguan sirkulasi dan membuat penderita tidak sadar, hal ini dikarenakan
perembesan plasma.
Syok merupakan tanda kegawatan yang harus mendapat perhatian
serius, oleh karena bila tidak diatasi sebaik-baiknya dan secepatnya dapat
menyebabkan kematian.
Syok biasanya terjadi pada saat atau segera setelah demam turun, yaitu
antara hari ke 3-7. Dengan diagnosis dini dan penggantian cairan yang
adekuat biasaya syok bisa teratasi, namun bila terlambat dapat menimbulkan
penyulit lainnya antara lain: asidosis metabolic, perdarahan hebat saluran
cerna, infeksi (pneumonia, sepsis, phlebitis), over hidrasi gagal hati.

B. Etiologi
Syok merupakan keadaan kegawat daruratan pada penderita Demam Berdarah
Dengue (DBD), penyebabnya adalah :
a. Perembesan plasma lebih dari 30%
b. Perdarahan

C. Tanda dan Gejala


Mencakup semua kriteria Demam Berdarah Dengue (DBD) dan ditambah lagi
munculnya gangguan sirkulasi darah dengan tanda-tanda :
a. Denyut nadi cepat dan lemah
b. Menyempitnya pembuluh darah (< 20 mmHg)
c. Hipotensi berdasarkan umur
d. Perfusi perifer menurun
e. Kedinginan
f. Keringat dingin dan gelisah

D. Klasifikasi
Dengue Shock Syndrome (DSS) merupakan syok hipovolemik mengakibatkan
gangguan sirkulasi dan membuat penderita tidak sadar, hal ini disebabkan
hilangnya cairan plasma. Adapun klasifikasi dari dengeu syok sindome adalah:
a. Syok tingkat biasa
Penderita mula-mula terlihat letargi dan gelisah, kemudian jatuh kedalam
syok yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab sekitar mulut, nasi
cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mmHg dan hipotensi. Syok pada saat
ini penderita biasanya masih tetap sadar sekalipun sudah mendekati
stadium akhir.
b. Syok tingkat beras (profound syok)
Pada tingkat ini merupakan lanjutan dari syok pertama, dikarenakan
keterlambatan diketahui atau pengobatan tidak adekuat. Syok berat selain
tanda pada syok biasa juga ditemui tidak terabanya denyut nadi maupun
tekanan darah. kebanyakan penderita pada syok tingkat berat ini sudah
tidak sadar dan menimbulkan berbagai penyulit.
E. Patofisiologi
Patofisiologi yang utama pada dengue shock syndrome ialah reaksi
antigen-antibodi dalam sirkulasi yang mengakibatkan aktifnya system
komplemen C3 dan C5 yang melepaskan C3a dan C5a dimana 2 peptida
tersebut sebagai histamine tubuh yang merupakan mediator kuat terjadinya
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak sebagai
akiba terjadinya perembesan plasma dan elektrolit melalui endotel dinding
pembuluh darah dan masuk ke dalam ruang interstitial sehingga menyebabkan
hipotensi, peningkatan hemokonsentrasi, hipoproteinemia dan efusi cairan
pada rongga serosa.
Pada penderita dengan renjatan/shock berat maka volume plasma
dapat berkurang sampai kurang lebih 30% dan berlangsung selama 24 – 48
jam. Renjatan hipovolemia ini bila tidak ditangani segera akan berakibat
anoksia jaringan, asidosis metabolic sehingga terjadi pergeseran ion kalsium
dari intraseluler ke extraseluler. Mekanisme ini diikuti oleh penurunan
kontraksi otot jantung dan venous pooling sehingga lebih memperberat
kondisi renjatan/shock.Selain itu kematian penderita DSS ialah perdarahan
hebat saluran pencernaan yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung
lama dan tidak diatasi secara adekuat.
Terjadinya perdarahan ini disebabkan oleh: Trombositopenia hebat,
dimana trombosit mulai menurun pada masa demam DNA mencapai nilai
terendah pada masa renjatan, gangguan fungsi trombosit, kelainan system
koagulasi, masa tromboplastin partial, masa protrombin memanjang
sedangkan sebagian besar penderita didapatkan masa thrombin normal,
beberapa factor pembekuan menurun termasuk factor ,V,VII,IX,X,dan
fibrinogen, DIC /Desiminata Intravakuler Coagulasi.
Pada masa dini DBD peranan DIC tidak terlalu menonjol
dibandingkan dengan perembesan plasma, namun apabila penyakit memburuk
sehingga terjadi renjatan dan asidosis metabolic maka renjatan akan
mempercepat kejadian DIC sehingga peranannya akan menonjol. Renjatan
dan DIC salig mempengaruhi sehingga kejadian renjatan yang irreversible
yang disertai perdarahan hebat disemua organ vital dan berakhir dengan
kematian.
F. Pathway

Virus dengeu
Reaksi antigen-
antibodi
Demam Viremia Trombositopenia

Hipertermi Hematokrit meningkat Gang fungsi trombosit

Permeabilitas Kelainan system


vaskuler meningkat koagulasi

Efusi
C Cairan ke Rongga Fx. pembekuan darah
Kebocoran plasma
pleura pleura abdomen
DIC
Hipotensi
Ketidakefektifan Asites
pola napas Perdarahan berat
Hipovolemia
Respon
gaster Resiko
Metabolisme anaerob Anoksia jaringan ketidakefektifan
HCL perfusi jaringan otak
meningkat
Asidosis metabolik Hiperextensi saraf

Kejang/renjatan/shock Mual Muntah

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Anoreksia Kekurangan volume
kebutuhan tubuh cairan

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah :


a. Kegagalan pernapasan akibat edema paru atau kolaps paru
b. Efusi pleura
c. Ensefalopati dengeu
d. Kegagalan jantung
e. Sepsis

G. Penatalaksanaan
Penanganan penderita DBD pada dasarnya bersifat simptomatik dan suportif
yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
a. Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi :
1) Istirahat tptal ditempat tidur
2) Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air
ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak diberikan oleh karena
tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebih, maka cairan
intravena harus diberikan.
3) Berikan makanan lunak
4) Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat
diberikan kompres, antipiretik yang bersifat asetaminofera, eukinin
atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena dapat
menyebabkan perdarahan.
5) Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi
sekunder.
b. Penatalaksanaan pada pasien syok :
1) Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl,
ringer laktat dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi.
2) Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan
tiap jam, serta Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam
pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam. Nilai normal Hemoglobin:
Anak-anak (11,5-12,5 gr/100 ml), laki-laki dewasa (13-16 gr/100 ml),
wanita dewasa (12-14 gr/100 ml). Nilai normal Hematokrit: Anak-
anak (33-38 vol %), laki-laki dewasa (40-48 vol %), wanita dewasa
(37-43 vol %). Bila didapatkan pemeriksaan darah mengalami
penurunan kadar Hb dan Ht maka harus diberikan transfusi darah.
3) Terapi oksigen harus selalu diberikan pada semua pasien syok.
Dianjurkan pemberian oksigen dengan menggunakan masker
4) Pemeriksaan golongan darah dan cross-matching harus dilakukan
setiap pasien syok, terutama pada syok yang berkepanjangan
(prolonged shock). Transfusi diberikan pada keadaan manifestasi
pendarahan yang nyata.
5) Pemantauan tanda-tanda vital dan kadar hematocrit harus dimonitor
dan dievaluasi secara teratur untuk menilai hasil pengobatan.

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%, normal:
pria 40-50%; wanita 35-47%.
b. Uji torniquet: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara
tekanan systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit
untuk anak-anak. Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang 20 pada
diameter 2,5 inchi.
c. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan memakai
kertas saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu pasien
masuk rumah sakit, kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga
diambil 1-3 mg setelah pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan
pada suhu kamar sampai menunggu saat pengiriman.
d. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau
jaringanjaringan untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang untuk
penderita yang meninggal melalui autopay. Hal ini jarang dikerjakan.

I. Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, komunikasi dan data tentang pasien. Pengkajian ini didapat dari
dua tipe yaitu data subyektif dan persepsi tentang masalah kesehatan mereka
dan data obyektif yaitu pengamatan/pengukuran yang dibuat oleh
pengumpulan data.
Berdasarkan klasifikasi NANDA (Herdman, 2010), fokus pengkajian
yang harus dikaji tergantung pada ukuran, lokasi, dan etiologi kalkulus:
a. Aktivitas/ Istirahat
Gejala: keterbatasan aktivitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya,
pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi.
b. Sirkulasi
Tanda: peningkatan TD, HR, nadi, kulit hangat dan kemerahan.
c. Eliminasi
Gejala: riwayat ISK, obstruksi sebelumnya, penurunan volume urin,
rasa terbakar.
Tanda: oliguria, hematuria, piouria, perubahan pola berkemih.
d. Perencanaan
Tanda: mual-mual, muntah.
J. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi
b. Ketidakefektifan pola napas
c. Kekurangan volume cairan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Resiko ketidkefektifan perfusi jaringan otak
K. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan atau Kriteria hasil Intervensi


1. Hipertermi NOC NIC
Thermoregulation Fever treatment
Kriteri Hasil : 1. Monitor suhu sesering
- Suhu tubuh dalam mungking
rentang normal 2. Monitor warna dn suhu
- Nadi dan RR dalam kulit
rentang normal 3. Monitor tekanan darah,
- Tidak ada perubahan nadi dan RR
warna kulit dan 4. Monitor penurunan
tidak ada pusing tingkat kesadaran
5. Berikan pengobatan
untuk mengatasi
penyebab demam
6. Monitor intake dan output
7. Kolaborasi pemberian
cairan intravena
8. Berikan pengobatan
untuk mencegah
terjadinya mengigil
2. Ketidakefektifan NOC NIC
pola napas - Respiratory status: Airway Management
Ventilation 1. Posisikan pasien untuk
- Respiratory status: memaaksimalkan
Airway patency ventilasi
- Vital sign status 2. Identifikasi pasien
Kriteria Hasil : perlunya pemasangan alat
- Mendemonstrasikan jalan napas buatan
batuk efektif dan 3. Keluarkan sekret dengan
suara napas yang batuk atau suction
bersih, tidak ada 4. Auskultasi suara napas,
sianosis dan dyspneu catat adanya suara
(mampu tambahan
mengeluarkan 5. Atur intake untuk cairan
sputum, mampu mengoptimalkan dan
bernapas dengan status O2
mudah, tidak ada 6. Pertahankan jalan napas
pursed lips) yang paten
- Menunjukkan jalan 7. Monitor adanya
napas yang paten kecemasan pasien
(klien tidak merasa terhadap oksigenasi
tercekik, irama
napas, frekuensi
pernapasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
napas abnormal)
- Tanda-tanda vital
dlam rentang normal
(tekanan darah, nadi,
pernapasan)
5. Kekurangan volume NOC 1. Pertahankan catatan
cairan - Fluid balance intake dan output yang
- Hydration adekuat
- Nutritional Status: 2. Monitor staus hidrasi
Food and Fluid (kelembaban membran
- Intake mukosa, nadi adekuat,
Kriteria Hasil : tekanan darah
- Mempertahankan ortostatik), jika
urine output sesuai diperlukan
dengan usia dan BB, 3. Monitor vital sign
BJ urine normal, Ht 4. Monitor masukkan
normal makanan/cairan dan
- Tekanan darah, nadi, hitung intake kalori
suhu tubuh dalam harian
batas normal 5. Berikan cairan IV pada
- Tidak ada tanda- suhu ruangan
tanda dehidrasi 6. Dorong keluarga untuk
- Elastisitas turgor membantu pasien makan
kulit baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
yang berlebihan
6. Ketidakseimbangan NOC Nutrition Monitoring
nutrisi kurang dari  Nutritional status : (Monitor Nutrisi)
kebutuhan tubuh status nutrisi 1. BB pasien dalam batas
 Nutritional status : normal
food and fluid intake 2. Monitor adanya penurunan
= status nutrisi : berat badan
intake makanan dan 3. Monitor tipe dan jumlah
cairan aktifitas yang biasa
 Nutritional status : dilakukan
nutrient intake = 4. Monitor kulit kering dan
status nutrisi : intake perubahan pigmentasi
nutrisi 5. Monitor turgor kulit
 Weight control : 6. Monitor kekeringan,
pengendalian berat rambut kusan dan mudah
Kriteria hasil : patah
 Adanaya peningkatan 7. Monitor mual dan muntah
berat badan sesuai 8. Monitor pucat, kemerahan,
dengan tujuan dan kekeringan jaringan
 Berat badan ideal konjunctiva
9. Monitor kalori dan intake
sesuai dengan tinggi nutrisi
badan 10. Catat adanya edema,
 Mampu hiperemik, hipertonik
mengidentifikasi papila lidah dan cavitas
kebutuhan nutrisi oral
 Tidak ada tanda – 11. Catat jika lidah berwarna
tanda malnutrisi magenta, Scarlet
 Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
 Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti
7. Resiko NOC NIC
ketidkefektifan - Circulation status Peripheral Sensation
perfusi jaringan otak - Tissue Prefusion: Management (Manajemen
Cerebral sensasi perifer)
Kriteria Hasil : 1. Monitor adanya daerah
- Mendemonstrasikan tertentu yang hanya peka
status sirkulasi yang terhadap
ditandai dengan: panas/dingin/tajam/tumpul
- Tekanan systole dan 2. Instruksikan keluara untuk
diastole dalam mengobservasikan kulit
rentang yang jika ada isi atau laserasi
diharapkan 3. Monitor adanya paretese
- Tidak ada ortostatik 4. Monitor kemampuan BAB
hipertensi 5. Kolaborasi pemberian
- Tidak ada tanda- analgetik
tanda peningkatan 6. Monitor adanya
tekanan intrakranial tromboplebitis
(tidak lebih dari 15
mmHg)
- Mendemonstrasikan
kemampuan kognitif
yang ditandai
dengan:
- Berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
- Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi

Anda mungkin juga menyukai