Disusun oleh :
Angela Belladova Arundina 11/313202/GE/07000
Dyah Wuri Khairina 11/316480/GE/07059
Hillary Reinhart 10/296676/TK/36191
Akmal Vidia Anindita 11/312755/TK/37629
Ardi Nur Prasetya 11/312758/TK/37632
Valentina Seli Bonusa Gracia 11/313247/TK/37853
Hardina Dwi Lestari 11/313108/TK/37794
Iffatul Izza Siftianida 11/313404/TK/37895
Awang Febri Ciptani 11/319904/TK/38935
Puji syukur penulis panjatkan atas berkah dan rahmat Tuhan Yang Maha
Esa sehingga penulis mampu menyelesaikan Laporan Penelitian Kegiatan dengan
judul “Pemetaan Air Tanah untuk Analisis Cadangan dan Pola Persebaran Aliran
Di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung”. Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan
penelitian ini, yaitu :
1. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Gadjah Mada
(LPPM UGM) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
membuat laporan penelitian ini
2. Bapak Chairul Amri Rani selaku Direktur Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Sejiran Setason beserta staf yang telah memberikan
dukungan baik materi maupun moral sehingga kegiatan pemetaan ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar
3. Bapak Amar selaku pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Bangka Barat yang telah berbaik hati meminjamkan GPS
(Global Positioning System) dan memberikan data-data penunjang dalam
kegiatan pemetaan air tanah
4. Seluruh tim pemetaan air tanah yang saling membantu dan memberikan
semangat satu sama lain
5. Warga Kelurahan Tanjung dan sekitarnya yang dengan berbaik hati
mengizinkan sumur di rumahnya dijadikan bahan penelitian sehingga
kegiatan Pemetaan Air Tanah ini dapat berjalan dengan lancar
6. Seluruh pihak yang telah membantu kegiatan Pemetaan Air Tanah mulai
dari tahap persiapan hingga tahap akhir yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu .
Dalam penyusunan laporan penelitian pemetaan air tanah ini mungkin
masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan agar pada kesempatan yang lain
i
penulis dapat membuat karya yang lebih baik lagi. Semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak yang membacanya.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 5
iii
3.3.1. Tahap Persiapan .................................................................................. 13
BAB IV ................................................................................................................. 19
BAB V................................................................................................................... 44
iv
LAMPIRAN .......................................................................................................... 47
v
ABSTRAK
Penelitian air tanah dilakukan di Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok,
Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Penelitian ini dilatarbelakangi dari
kebutuhan sumber air bersih masyarakat yang sangat terbatas jumlahnya. Sumber
air bersih penduduk di Kota Muntok terdiri dari air tanah, air sungai, dan air
kolong. Air tanah merupakan air yang banyak digunakan oleh penduduk
dibandingkan dengan air permukaan seperti air sungai dan air kolong. Air bawah
tanah atau yang biasa disebut sebagai air tanah adalah air yang terletak di bawah
permukaan tanah pada zona atau lapisan jenuh air. Air bawah tanah sebagai
sumber daya air sangat penting karena merupakan salah satu alternatif sumber
baku pasokan kebutuhan air untuk berbagai keperluan baik untuk air minum
maupun keperluan rumah tangga lainnya, irigasi, industri, dan sebagainya.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui dinamika perubahan
ketinggian air tanah untuk analisis cadangan air tanah di Kelurahan Tanjung,
mengkaji pola aliran air tanah untuk mengetahui wilayah yang potensial
menyimpan cadangan air tanah di Kelurahan Tanjung dan mengkaji hubungan
antara dinamika perubahan air tanah dengan faktor-faktor fisik yaitu hujan dan
perlapisan batuan (formasi geologi). Metode penelitian yang digunakan yaitu
observasi, survei dan pengukuran lapangan dengan pengambilan sampel secara
random sampling. Tahapan penelitian dibagi menjadi tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, serta tahap analisis data, pengolahan data, dan pelaporan akhir.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pola aliran air permukaan
dan air tanah yang ada di Kelurahan Tanjung cenderung mengarah dari arah utara
ke selatan. Potensi cadangan air tanah yang cukup banyak terletak di sekitar
wilayah sumur 2, sumur 3, sumur 4, sumur 5, sumur 11, sumur 17, sumur 21,
sumur 23, sumur 25, sumur 26, sumur 35, sumur 37, sumur 40, sumur 50, dan
sumur-sumur di bagian selatan Kelurahan Tanjung terutama di Kampung Teluk
Rubiyah. Faktor yang mempengaruhi cadangan air tanah di Kelurahan Tanjung
yaitu perbedaan formasi geologi, periode/waktu dan intensitas curah hujan, serta
penggunaan air.
Kata kunci : pemetaan, air tanah, air permukaan, cadangan air tanah, pola aliran
vi
ABSTRACT
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sumber air bersih penduduk di Kota Muntok terdiri dari air tanah, air
sungai, dan air kolong. Air tanah merupakan air yang banyak digunakan oleh
penduduk dibandingkan dengan air permukaan seperti air sungai dan air kolong.
Air bawah tanah atau yang biasa disebut sebagai air tanah adalah air yang terletak
di bawah permukaan tanah pada zona atau lapisan jenuh air. Air bawah tanah
sebagai sumber daya air sangat penting karena merupakan salah satu alternatif
sumber baku pasokan kebutuhan air untuk berbagai keperluan baik untuk air
minum maupun keperluan rumah tangga lainnya, irigasi, industri, dan sebagainya.
Sebagai sumber daya air, air bawah tanah memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan sumber daya yang lain karena faktor-faktor sebagai berikut
(Suharyadi, 1984) :
1. Air bawah tanah lebih baik kualitasnya atau lebih sehat karena telah
mengalami proses filtrasi alamiah lebih jauh.
2. Ketersediaan air bawah tanah lebih stabil sepanjang tahun dan tidak
memperlukan tempat untuk penyimpannya (reservoir) yang besar dan
memakan ruang di permukaan tanah.
3. Di daerah yang tersedia air bawah tanah, mudah memperoleh dan tidak
memperlukan sarana untuk penyalurannya.
Air tanah di daratan memiliki presentase sebesar 0,76 % dari total air secara
global di dunia. Presentase paling besar dimiliki oleh air laut berupa air asin
sebesar 96,54 %. (UNEP - Global Environment Outlook 3 - GEO 3 : 2002).
Presentase air asin setelah lautan adalah air tanah payau sebesar 0,93 % dan danau
air asin sebesar 0,006 %. Walaupun airtanah hanya mempunyai presentase 0,76
%, presentase tersebut merupakan presentase nomer dua terbesar ketersediaan air
di daratan setelah glaciers, tutupan salju permanen dengan presentase sebesar 0,74
%. Oleh karena itu ketersediaan air tanah di daratan mampu menjadi alternatif
pemenuhan kebutuan hidup selain air permukaan dan dapat diambil untuk
mencukupi kebutuhan sehari - hari. (Permonojati, 2013).
Kajian mengenai air tanah sangat penting mengingat di Kota Muntok
terutama di Kelurahan Tanjung merupakan salah satu wilayah dengan kegiatan
penambangan timah yang tergolong sangat aktif. Kegiatan penambangan timah
2
tersebut tentunya berpotensi untuk menurunkan kualitas dan cadangan air bersih.
Kajian air tanah terutama dalam hal dinamika cadangan air tanah juga perlu dikaji
dari faktor-faktor seperti lapisan batuan dan curah hujan.
3
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk bahan referensi bagi Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) dalam pemenuhan kebutuhan / pasokan air bersih
terutama di bulan-bulan tertentu, misalnya di musim hujan dan musim kemarau.
Penelitian ini juga berguna bagi pihak-pihak lainnya yang akan melakukan
penelitian tentang air tanah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Gambar 1 Pergerakan Air Tanah (Linsley dkk., 1989)
6
Gambar 2 Jaring-jaring Aliran Air Tanah (Linsley dkk, 1989)
7
kelulusan lapisan pengurunganya akuifer tertekan dapat dibedakan
menjadi akuifer setengah tertekan (semi-confined aquifer) atau tertekan
penuh (confined aquifer) dan dapat disebut pula dengan akuifer dalam
(Kodoatie dan Sjarief, 2005).
8
Gambar 4 Akuifer Terangkat (perched aquifer)
9
Gambar 5 Valley Aquifer pada daerah humid dan arid
3. Alluvial Aquifer
Merupakan akuifer yang terjadi akibat proses fisik baik
pergeseran sungai maupun perubahan kecepatan penyimpanan yang
beragam dan heterogen disepanjang daerah aliran sungai atau daerah
genangan (flood plains). Akibatnya kapasitas air di akuifer ini
menjadi besar dan umumnya air tanahnya seimbang (equillibrium)
dengan air yang ada di sungai. Didaerah hulu DAS umumya air
sungai meresap ke tanah (infiltrasi) dan mengisi akuifer ini.
Sedangkan di hilir muka air tanah di akuifer lebih tinggi dari dasar
sungai, dan akuifer mengisi sungai terutama pada musim kemarau.
10
Gambar 7 Potongan Melintang Beberapa Akuifer (Davis and DeWiest, 1966 dalam
Kodoatie dan Sjarief, 2005)
11
BAB III
METODE PENELITIAN
12
Pipa
Semen putih / dempul
Cutter
Gunting
Botol bekas air mineral untuk sampel air
Buku catatan lapangan dan checklist
Kamera digital / handphone untuk dokumentasi
Bahan Penelitian
Sumur di Kelurahan Tanjung
Air Sumur warga di Kelurahan Tanjung
13
3.3.2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan yang dilakukan setelah tahap
persiapan. Tahap pelaksanaan ini dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
Pengukuran tahap I (Kondisi sumur bulan Juli)
Pengukuran tahap II (Kondisi sumur setelah hujan)
Pengukuran tahap III ( Kondisi sumur bulan Agustus)
Tahap I telah dilakukan pada tanggal 21-25 Juli 2014. Pada tahap ini
beberapa mahasiswa melakukan pengukuran pada 50 sumur yang telah dipilih.
Pengukuran tersebut meliputi kedalaman sumur sampai dasar, kedalaman
permukaan air sumur dari bibir sumur, tinggi bibir sumur sampai permukaan
tanah, jenis sumur serta letak koordinat sumur.
Tahap II telah dilakukan pada tanggal 31 Juli – 2 Agustus 2014. Tahap ini
dilakukan setelah turun hujan lebat dimana adanya hujan ini mempengaruhi
kondisi permukaan air sumur. Pada tahap ini hanya dilaku kan pengukuran
kedalaman permukaan air sumur dari bibir sumur. Hal ini dikarenakan data-data
yang lain adalah data yang bersifat permanen.
Tahap III telah dilakukan pada tanggal 20-22 Agustus 2014. Tahap ini
dilakukan karena kami ingin mengetahui bagaimana kondisi air sumur setelah 1
bulan. Pada tahap ini parameter yang diukur sama dengan pengukuran pada tahap
II yaitu pengukuran kedalaman permukaan air sumur dari bibir sumur.
Tahapan pelaksanaan juga meliputi pemantauan sampel air. Pemantauan
sampel air ini dilakukan dengan mengambil air sumur sekitar 500 ml pada
masing-masing sumur saat pengukuran tahap III. Pemantaun sample air sumur ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kekeruhan pada masing-masing wilayah
sumur. Saat pengukuran tahap III, kami ditemani oleh 2 orang dari PDAM yang
pada saat itu juga membawa alat untuk mengukur tingkat kekeruhan air sumur.
Alat yang digunakan untuk pengukuran tingkat kekeruhan air yaitu turbidity
meter. Hasil dari pengukuran ini dapt memeberikan penjelasan dimana wilayah
yang mempunyai cadangan air bersih dan dimana wilayah yang airnya masih
keruh. Melalui turbidity meter, kita bisa mengetahui bahwa kualitas air yang baik
14
dan dapat digunakan sebagai air bersih dan air minum memiliki tingkat kekeruhan
kurang dari 1 (satu).
15
3.4. Diagram Alir Penelitian
Studi Literatur
Letak Koordinat Jenis Sumur Ketinggian Bibir Sumur Kedalaman permukaan Kedalaman air sumur Kualitas Air
Sumur dari permukaan tanah air dari bibir sumur (hingga dasar) Sumur
16
3.5. Jadwal Penelitian
Bulan Juli Bulan Agustus
No Tahap Penelitian Tanggal
15 16 17 18 19 21 22 23 24 25 27 31 1 2 19 20 21 22 25 26 27
Tahap Persiapan
1 Rapat Pemetaan Air Tanah
Permintaan Data Administrasi dan data pendukung
2
dalam pemetaan ke Bappeda Bangka Barat
3 Persiapan alat dan pembelian alat
4 Pembuatan Alat Tahap I (Multimeter)
5 Pembuatan Surat Peminjaman Alat ke Bappeda
6 Pembelian Kabel untuk Pembuatan Multimeter
7 Pembuatan Alat Tahap II (Multimeter)
8 Peminjaman Alat ke Bappeda (GPS)
9 Fiksasi Alat (Persiapan Alat Pengukuran)
Tahap Pelaksanaan
1 Observasi Lapangan
2 Penentuan dan Plotting Lokasi Sampel Sumur di
17
Kelurahan Tanjung
Pengukuran Sumur (kedalaman muka air tanah,
kedalaman sumur, tinggi bibir sumur, jenis sumur,
3
dsb); pengambilan sampel air sumur; serta wawancara
dengan pemilik sumur
4 Pengukuran Sumur Tambahan
5 Rapat pemetaan air tanah
Pengukuran sumur setelah hujan dan wawancara
6
dengan pemilik sumur
Pengukuran sumur Bulan Agustus dan wawancara
7
dengan pemilik sumur
Tahap Analisis, Pengolahan dan Pelaporan Akhir
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
Apabila dilihat dari persebaran formasi geologinya (Peta Formasi Geologi
dan Persebaran Sumur Sampel di Kelurahan Tanjung), maka kawasan yang
dilakukan pemetaan ini berada pada 2 formasi batuan yang cukup berbeda jika
dilihat dari umur maupun penciri batuannya. Kedua formasi tersebut adalah
Formasi Granit Klabat dan Formasi Tanjunggenting. Formasi yang lebih tua
adalah Formasi Granit Klabat yang terdiri dari granit, granodiorit, adamalit, diorit
dan diorit kuarsa, setempat dijumpai retas aplit dan pegmatit. Formasi ini
terkekarkan dan tersesarkan, dan menerobos diabas penyambung. Sedangkan
umur dari hasil analisa radiometri menunjukkan umur formasi ini berada sekitar
trias akhir. Sedangkan formasi yang lebih muda adalah Formasi Tanjunggenting
yang terdiri atas perselingan batupasir malih, batupasir, batupasir lempungan dan
batulempung dengan lensa batugamping, setempat dijumpai oksida besi. Formasi
ini berlapis baik, terlipat kuat, terkekarkan, dan tersesarkan dengan tebal 250-1250
meter. Sedangkan dalam batugamping yang dijumpai ditemukan adanya fosil
Montlivaultia molukkana, J. Wanner, Peronidella G. Willkess, Entrochus sp, dan
Encrinus sp. Kumpulan fosil tersebut menunjukkan umur trias dengan lingkungan
pengendapan berupa laut dangkal.
Kedua formasi yang telah dijabarkan di atas tersebut cukup berbeda kondisi
maupun umurnya sehingga implikasi terdahap kondisi air tanahnya pun cukup
berbeda. Diperkirakan dari interpretasi geologinya, formasi Tanjunggenting akan
memiliki cadangan air yang lebih besar dibandingkan Formasi Granit Klabat. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan litologinya. Litologi yang ada pada Formasi
Tanjunggenting lebih cenderung memiliki porositas dan permeabilitas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan litologi yang ada pada Formasi Granit Klabat.
Namun, interpretasi ini tidak bisa hanya dijadikan alasan tunggal untuk
mengobservasi kondisi hidrogeologi suatu daerah. Perlu diadakan studi-studi
terkait lainnya supaya kondisi hidrogeologi daerah yang sedang diamati dapat
terpetakan dengan baik.
20
21
4.3. Hasil Pengukuran Bulan Juli
Pemetaan air tanah dilakukan pada tiga tahapan pengukuran yaitu Bulan
Juli, sesudah hujan, dan di Bulan Agustus. Parameter yang dibutuhkan untuk
menganalisis cadangan air tanah (air bersih) di Kelurahan Tanjung yaitu
kedalaman muka air tanah, kedalaman sumur, tinggi bibir sumur dari permukaan
tanah, serta ketinggian permukaan tanah dari muka air laut rata-rata. Parameter
22
yang dibutuhkan tersebut dibuat menjadi peta kontur untuk mengetahui lokasi-
lokasi yang mempunyai ketinggian permukaan air tanah yang sama.
Hasil dari pengukuran dengan menggunakan 50 sampel sumur diketahui
persebaran lokasi-lokasi sumur dengan kedalaman permukaan air yang sama.
Kedalaman muka air tanah semakin dalam di bagian utara Kelurahan Tanjung,
sementara kedalaman muka air tanah semakin rendah menuju ke arah selatan di
Kelurahan Tanjung. Pada bagian utara Kelurahan Tanjung, kedalaman muka air
tanah sekitar 5,5 hingga 10,5 meter, sementara menuju ke arah selatan, kedalaman
muka air tanah berkisar dari angka 0 hingga 3 meter (seperti yang terdapat pada
Peta Kontur Muka Air Tanah Bulan Juli di Kelurahan Tanjung)
Pengaruh ketinggian, topografi, serta lereng berperan dalam membentuk
fenomena aliran air tanah di Kelurahan Tanjung. Di bagian utara, sumur-sumur
sampel berada pada elevasi yang cukup tinggi karena terletak di kaki Bukit
Menumbing. Sementara itu, sumur-sumur sampel di bagian selatan merupakan
sumur yang dekat dengan pantai sehingga elevasinya rendah dan muka air
tanahnya dangkal (kedalaman rendah). Namun, untuk beberapa kasus terdapat
anomali dimana ada sumur yang terletak pada elevasi yang sangat rendah
walaupun lokasi sumur belum terlalu dekat dengan pantai. Sumur 39 mempunyai
elevasi yang rendah yaitu 1,81 mdpal sedangkan kedalaman muka air tanah pada
sumur 39 yaitu 4,83 m. Sumur 39 mempunyai air tanah yang payau karena sumur
tersebut mempunyai kedalaman air tanah yang hampir sama dengan permukaan
air laut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kedalaman muka air tanah adalah
elevasi dari muka air laut rata-rata, curah hujan, dan kedalaman sumur. Semakin
tinggi curah hujan di suatu wilayah maka semakin tinggi kedalaman muka air
tanah di wilayah tersebut. Akan tetapi, kedalaman muka air tanah dipengaruhi
juga oleh faktor kedalaman sumur. Tinggi rendahnya kedalaman sumur
dipengaruhi oleh seberapa dalam sumur yang digali oleh pemilik sumur. Sumur
53 mempunyai kedalaman air tanah yang sangat rendah dapat disebabkan oleh
pemilik sumur yang menggali sumur tidak dalam. Hal tersebut juga disebabkan
oleh ada batuan-batuan yang menghalangi sumur yang tidak dalam. Sumur 5
23
mempunyai kedalaman sumur yang terdalam yaitu 16,02 m dengan kedalaman
muka air tanah yang cukup dalam dan elevasi yang tinggi sehingga elevasi
mempengaruhi tingkat kedalaman sumur. Sumur 14 mempunyai kedalaman
sumur yang terdangkal yaitu 2,23 m. Sumur 19 mempunyai kedalaman muka air
tanah yang cukup dalam dan tidak jauh berbeda dengan sumur 5
24
Berdasarkan hasil pengukuran tebal muka air tanah, terdapat beberapa
anomali pengukuran yaitu terdapat nilai negatif pada hasil pengukuran tebal muka
air tanah. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kesalahan pengukuran dan kurang
teliti dalam melakukan pengukuran atau karena beberapa sumur bertambah
kedalamannya namun tidak dilakukan pengukuran kedalaman ulang. Tebal air
menggambarkan potensi air tanah yang terdapat pada sumur tersebut. Semakin
tebal muka air tanah semakin besar potensi air tanah sedangkan semakin tipis
muka air tanah semakin rendah potensi air tanah. Tebal muka air tanah juga
dipengaruhi oleh kebutuhan air warga dan kedalaman sumur. Ada beberapa sumur
yang menunjukkan bahwa tebal muka air tanah semakin meningkat setelah adanya
hujan, namun adapula tebal muka air tanah pada sumur sampel yang menurun.
Intensitas hujan, lamanya hujan yang turun, dan penggunaan air tanah di
Kelurahan Tanjung menjadi penyebab muka air tanah meningkat atau menurun
setelah terjadinya hujan
Peta Kontur Air Tanah setelah hujan di Kelurahan Tanjung menunjukkan
hasil pengukuran rata-rata kedalaman muka air tanah pada sumur setelah turun
hujan deras. Hasil dari pengukuran dengan menggunakan 50 sampel sumur dapat
diketahui persebaran lokasi-lokasi sumur dengan kedalaman permukaan air yang
sama menggunakan Peta Kontur. Kedalaman muka air tanah semakin dalam di
bagian utara Kelurahan Tanjung, sementara kedalaman muka air tanah semakin
rendah menuju ke arah selatan di Kelurahan Tanjung. Pada bagian utara
Kelurahan Tanjung, kedalaman muka air tanah sekitar 3 hingga 10,5 meter,
sementara menuju ke arah selatan, kedalaman muka air tanah berkisar dari angka
0 hingga 3 meter. Peta kontur muka air tanah juga dapat menunjukkan wilayah-
wilayah yang potensial mempunyai cadangan air tanah dilihat dari pola garis
kontur. Garis kontur yang tertutup menunjukkan suatu cekungan atau puncak
punggungan dan diperkirakan mempunyai cadangan air tanah yang banyak.
Sumur yang berpotensi mempunyai cadangan air tanah yang cukup banyak yaitu
sumur 5, sumur 10, sumur 11, sumur 12, sumur 17, sumur 21, sumur 23, sumur
25, sumur 26, sumur 30, sumur 40, dan sumur 50.
25
4.5. Hasil Pengukuran Bulan Agustus
Pengukuran pada bulan Agustus dilakukan pada tanggal 20 – 22 Agustus
2014. Dari hasil pengukuran sumur, sebagian sumur mengalami kenaikan
kedalaman muka air tanah sehingga nilai kedalaman muka air tanah berkurang
seperti contohnya pada sumur 3 yang memiliki hasil pengukuran kedalaman muka
26
air tanah setelah hujan sebesar 10 m sedangkan hasil pengukuran kedalaman muka
air tanah pada bulan Agustus sebesar 9,82 m. Hal tersebut disebabkan oleh sumur
tersebut kurang digunakan oleh warga sehingga sumur tersebut menampung
banyak air hujan. Ada beberapa sumur yang mengalami penurunan kedalaman
muka air tanah seperti sumur 1 yang mempunyai hasil pengukuran kedalaman
muka air tanah setelah hujan sebesar 11,68 m sedangkan hasil pengukuran
kedalaman muka air tanah pada bulan Agustus sebesar 11,96 m. Hal tersebut
disebabkan oleh banyaknya kebutuhan air di beberapa kawasan permukiman
menjelang hari raya Idul Fitri sehingga banyak air yang berkurang karena telah
digunakan warga.
Perbedaan pengukuran kedalaman sumur antara bulan Agustus dan setelah
hujan tidak mengalami perbedaan yang cukup signifikan. Perbedaan-perbedaan
tersebut disebabkan oleh formasi batuan. Formasi batuan granit mempunyai
permeabilitas yang rendah sehingga sulit dalam meloloskan air. Formasi batuan
granit biasanya mempunyai tekstur lempung. Formasi batuan tersebut cenderung
menyebabkan kedalaman sumur setelah hujan tidak berkurang dari bulan Juli
sedangkan formasi batuan yang mempunyai tekstur pasir mempunyai
permeabilitas yang tinggi sehingga dapat meloloskan air. Formasi batuan yang
dapat meloloskan air cenderung mempunyai potensi yang menyebabkan
perubahan pada kedalaman sumur.
Berdasarkan hasil pengukuran tebal muka air tanah, terdapat beberapa
anomali pengukuran yaitu terdapat nilai negatif pada hasil pengukuran tebal muka
air tanah. Hal tersebut disebabkan oleh kesalahan pengukuran dan kurang teliti
dalam melakukan pengukuran. Tebal air menggambarkan potensi air tanah yang
terdapat pada sumur tersebut. Semakin tebal muka air tanah semakin besar potensi
air tanah sedangkan semakin tipis muka air tanah semakin rendah potensi air
tanah. Tebal muka air tanah juga dipengaruhi oleh kebutuhan air warga dan
kedalaman sumur. Ada beberapa sumur yang menunjukkan bahwa tebal muka air
tanah semakin meningkat setelah adanya hujan.
27
Peta Kontur Air Tanah Bulan Agustus di Kelurahan Tanjung menunjukkan
hasil pengukuran rata-rata kedalaman muka air tanah pada di Bulan Agustus.
Hasil dari pengukuran dengan menggunakan 50 sampel sumur dapat diketahui
persebaran lokasi-lokasi sumur dengan kedalaman permukaan air yang sama
menggunakan Peta Kontur. Kedalaman muka air tanah semakin dalam di bagian
utara Kelurahan Tanjung, sementara kedalaman muka air tanah semakin rendah
28
menuju ke arah selatan di Kelurahan Tanjung. Pada bagian utara Kelurahan
Tanjung, kedalaman muka air tanah sekitar 6,5 hingga 11,5 meter, sementara
menuju ke arah selatan, kedalaman muka air tanah berkisar dari angka 0 hingga 4
meter. Peta kontur muka air tanah juga dapat menunjukkan wilayah-wilayah yang
potensial mempunyai cadangan air tanah dilihat dari pola garis kontur. Garis
kontur yang tertutup menunjukkan suatu cekungan atau puncak punggungan dan
diperkirakan mempunyai cadangan air tanah yang banyak. Sumur yang berpotensi
mempunyai cadangan air tanah yang cukup banyak yaitu sumur 5, sumur 10,
sumur 11, sumur 12, sumur 17, sumur 21, sumur 23, sumur 25, sumur 26, sumur
30, sumur 40, dan sumur 50.
29
Grafik Batang
Kedalaman Muka Air Tanah Bulan Juli
16
14
12
10
8
Kedalaman Muka Air Tanah
6
4
2
0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
Kedalaman muka air tanah setelah hujan di beberapa sumur sampel dapat
dilihat dari Grafik Batang Kedalaman Muka Air Tanah Setelah Hujan.
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui kedalaman muka air tanah sumur-
sumur sampel. Sumur dengan kedalaman yang paling dalam yaitu sumur 4 dan
sumur dengan kedalaman yang paling rendah yaitu sumur 21. Sumur dengan
kedalaman muka air tanah yang tinggi kemungkinan mempunyai pasokan air
tanah yang tidak terlalu banyak dibandingkan dengan sumur dengan kedalaman
air tanah yang rendah.
Grafik Batang
Kedalaman Muka Air Tanah Setelah Hujan
14
12
10
8
6 kedalaman muka air tanah
4
2
0
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
30
Kedalaman muka air tanah pada Bulan Agustus di beberapa sumur sampel
dapat dilihat dari Grafik Batang Kedalaman Muka Air Tanah di Bulan Agustus.
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui kedalaman muka air tanah sumur-
sumur sampel. Sumur dengan kedalaman yang paling dalam yaitu sumur 4 dan
sumur dengan kedalaman yang paling rendah yaitu sumur 14. Sumur dengan
kedalaman muka air tanah yang tinggi kemungkinan mempunyai pasokan air
tanah yang tidak terlalu banyak dibandingkan dengan sumur dengan kedalaman
air tanah yang rendah. Sumur-sumur yang mempunyai potensi cadangan air yang
cukup banyak yaitu sumur 13, sumur 14, sumur 17, sumur 27, sumur 28, sumur
42, dan sumur 43. Sedangkan sumur-sumur dengan perkiraan cadangan air tanah
yang tidak terlalu banyak antara lain sumur 1, sumur 4, sumur 19, sumur 21,
sumur 44, sumur 45, dan sumur 46.
Grafik Batang
Kedalaman Muka Air Tanah Bulan Agustus
16
14
12
10
8
kedalaman muka
6
4
2
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49
31
Grafik Perbandingan
Fluktuasi Tebal Air Tanah
6
4
2 Juli
0
pasca-hujan
-2 1 4 7 10 13
16 19 22 25 Juli
-4 29 32 36 39 agustus
42 45 48
52
32
4.7. Pola Aliran Air Tanah
4.7.1. Pola Aliran Air Permukaan dan Faktor-faktor yang
Berpengaruh
Air permukaan merupakan aliran air yang ada di permukaan. Air
permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa dan badan air
lain yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Aliran air permukaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lereng, topografi, tanah, vegetasi, dan
curah hujan. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi arah, kecepatan, dan pola
aliran air permukaan.
Faktor lereng merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan dan
arah aliran. Semakin tinggi kemiringan lereng suatu permukaan tanah, maka
laju/kecepatan aliran permukaan juga akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya
apabila semakin rendah kemiringan lerengnya (hampir datar) maka laju kecepatan
aliran permukaan juga akan semakin rendah. Lereng juga menentukan kemana air
permukaan akan mengalir (arah aliran). Selain faktor lereng, faktor topografi juga
berpengaruh terhadap arah dan pola aliran aliran permukaan. Topografi berkaitan
dengan ketinggian rata-rata permukaan tanah sehingga menentukan arah aliran air
permukaan. Arah-arah aliran permukaan tersebut tentunya akan membentuk pola
sehingga diketahui secara lebih jelas kecenderungan (trend) aliran dari air
permukaan.
Faktor vegetasi, tanah, dan curah hujan merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap aliran permukaan selain faktor lereng dan topografi.
Vegetasi mempunyai peranan dalam menahan laju/kecepatan aliran permukaan.
Vegetasi dengan kerapatan tinggi berperan aktif dalam memperlambat laju aliran.
Aliran permukaan terutama berasal dari air hujan yang turun ke permukaan tanah
dan mengalir mengikuti topografi, arah lereng dan kemiringan lereng. Faktor
tanah juga berperan dalam menentukan aliran permukaan terutama dalam hal
infiltrasi aliran permukaan menjadi air bawah tanah (air tanah). Tekstur tanah
menentukan cepat lambatnya aliran permukaan mengisi muka air tanah melalui
proses infiltrasi.
33
Aliran permukaan akan berperan dalam mengisi cadangan air tanah yang
nantinya digunakan untuk keperluan sehari-hari. Aliran permukaan ini dihitung
berdasarkan ketinggian/elevasi dari tempat dimana sumur-sumur sampel diambil
sehingga diketahui arah aliran permukaannya. Hasil pengukuran menunjukkan
bahwa aliran air permukaan mengalir dari sumur 41 (dari arah utara) menuju
sumur 9 dan mengisi cadangan air tanah di sumur 24. Aliran dari sumur 24
34
mengisi cadangan air di sumur 26 dan kemudian mengisi cadangan air tanah di
sumur 25. Sumur 5 mengisi cadangan air ke arah selatan dan ke arah timur yaitu
ke sumur 1,2,3, dan 4 serta ke sumur 25. Arah aliran dari sumur 5 dan sumur 24
menuju sumur 25 dapat diprediksikan bahwa terdapat cadangan air tanah yang
cukup banyak di sekitar sumur 25. Berdasarkan Peta Aliran Permukaan di
Kelurahan Tanjung, lokasi sumur dengan potensi cadangan air tanah yang cukup
melimpah juga dapat ditemui di sekitar sumur 4, sumur 3, sumur 13, sumur 15,
dan sumur 37.
35
penyusun berupa batu lempung memiliki potensi air tanah yang cukup (tidak
terlalu banyak) dengan waktu tinggal air yang lama.
Air tanah dan air permukaan memiliki perbedaan dari segi pergerakan yang
sangat lambat dan waktu tinggal yang sangat lama. Pergerakan air tanah dapat
mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Pergerakan air tanah yang sangat lambat
dan waktu yang tinggal lama tersebut menyebabkan air tanah akan sulit untuk
pulih kembali jika mengalami pencemaran. Untuk mengetahui pola aliran air
bawah tanah maka dilakukan pengukuran terhadap sumur-sumur warga khususnya
di Kelurahan Tanjung. Berdasarkan hasil pengukuran kedalaman sumur, maka
dapat diketahui pola aliran air bawah tanah dimana aliran bawah tanah tersebut
biasanya dekat dengan batuan induk.
Pola aliran air bawah tanah di Kelurahan Tanjung secara keseluruhan
mengarah dari utara ke selatan. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa aliran air
permukaan mengalir dari sumur 41 (dari arah utara) menuju sumur 9 dan mengisi
cadangan air tanah di sumur 24. Aliran dari sumur 24 mengisi cadangan air di
sumur 26 dan kemudian mengisi cadangan air tanah di sumur 25. Berdasarkan
peta aliran bawah tanah, dapat diketahui pula bahwa aliran air ada yang cenderung
mengarah pada suatu titik sumur sampel yaitu di sekitar sumur 2, sumur 3, sumur
4, sumur 25, sumur 35, dan sumur 37. Arah aliran air bawah tanah yang mengarah
pada suatu titik sumur tersebut, kemungkinan besar mempunyai potensi cadangan
air tanah yang cukup banyak.
36
37
4.7.3. Pola Aliran Air Tanah Bulan Juli
Peta di atas merupakan peta aliran air tanah bulan Juli. Peta tersebut
menunjukkan pola aliran air tanah di Bulan Juli dengan cakupan wilayah
Kelurahan Tanjung. Untuk membuat peta aliran tanah tersebut, diperlukan data
ketinggian rata-rata muka air tanah dari pengukuran sampel sumur di Kelurahan
Tanjung pada Bulan Juli. Berdasarkan hasil pengukuran sampel sumur, diketahui
38
pola aliran air tanah di Kelurahan Tanjung cenderung mengarah dari utara ke
selatan.
Aliran air tanah pada Bulan Juli di Kelurahan Tanjung dimulai dari arah
utara yaitu sumur 41 menuju ke sumur 40, sumur 39, dan sumur 24. Aliran air
tanah dari sumur 26 dan sumur 4 serta sumur 5 mengarah ke sumur 25 dan sumur
27. Selain itu, arah aliran air tanah pada Bulan Juli juga terdapat pada sumur 11
dan sumur 31 kemudian berkumpul di sumur 30. Berdasarkan arah aliran ini maka
dapat diketahui wilayah-wilayah sekitar sumur sampel yang mempunyai cadangan
air tanah yang banyak. Peta Aliran Air Tanah Setelah Hujan di Kelurahan Tanjung
menunjukkan bahwa aliran air tanah banyak mengarah menuju sumur 25, sumur
30, sumur 23, dan sumur 27. Pertemuan aliran-aliran air tanah tersebut
diprediksikan menyimpan cadangan air tanah yang cukup banyak.
39
menunjukkan bahwa aliran air tanah banyak mengarah menuju sumur 1, sumur 2,
sumur 3, sumur 17 sumur 25, sumur 26, dan sumur 27. Pertemuan aliran-aliran air
tanah tersebut diprediksikan menyimpan cadangan air tanah yang cukup banyak.
40
tidak sama dan penggunaan air oleh penduduk yang juga tidak sama akan
menyebabkan perubahan kenaikan muka air tanah. Perubahan kenaikan muka air
tanah akan menyebabkan pola aliran air tanah kemungkinan akan ikut berubah.
41
Hasil pengukuran sampel sumur salah satunya yaitu peta aliran. Peta Aliran
Air Tanah pada Bulan Agustus merupakan peta yang dibuat untuk mengetahui
pola aliran tanah di Bulan Agustus dengan cakupan wilayah Kelurahan Tanjung.
Untuk membuat peta aliran tanah tersebut, diperlukan data ketinggian rata-rata
muka air tanah dari pengukuran sampel sumur di Kelurahan Tanjung pada Bulan
Agustus. Berdasarkan hasil pengukuran sampel sumur, diketahui pola aliran air
tanah di Kelurahan Tanjung cenderung mengarah dari utara ke selatan.
Aliran air tanah pada Bulan Agustus di Kelurahan Tanjung dimulai dari arah
utara yaitu sumur 41 menuju ke sumur 40, sumur 39, dan sumur 24. Aliran air
tanah dari sumur 24 dan sumur 4 serta sumur 5 mengarah ke sumur 24, sumur 25
dan sumur 27. Selain itu, arah aliran air tanah pada Bulan Agustus juga terdapat
pada sumur 11 dan sumur 31 kemudian berkumpul di sumur 30 dan sumur 12.
Berdasarkan arah aliran ini maka dapat diketahui wilayah-wilayah sekitar sumur
sampel yang mempunyai cadangan air tanah yang banyak. Peta Aliran Air Tanah
Bulan Agustus di Kelurahan Tanjung menunjukkan bahwa aliran air tanah banyak
mengarah menuju sumur 12, sumur 24, sumur 25, sumur 26, sumur 27, sumur 30,
sumur 39, dan sumur 40. Pertemuan aliran-aliran air tanah tersebut diprediksikan
menyimpan cadangan air tanah yang cukup banyak.
42
(Nephelometric Turbidity Unit). Nilai 8-12 menunjukkan tanda-tanda air berada
pada keadaan tidak keruh. Sebagai perbandingan, air keran toilet di perkotaan
memiliki tingkat kekeruhan sekitar 5 NTU, sedangkan air tadah hujan memiliki
nilai sekitar 80 NTU.
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Telah dilakukan pengambilan data dan analisis dinamika air tanah di
Kelurahan Tanjung dengan 50 sampel sumur dan pemodelan
menggunakan perangkat lunak Surfer 11 untuk pengukuran di Bulan Juli,
setelah hujan, dan di Bulan Agustus. Hasil pengukuran menunjukkan
sebagian besar sumur mengalami kenaikan muka air tanah setelah hujan
deras sehingga tebal air tanah juga meningkat. Namun, ada beberapa
anomali dari hasil pengukuran dimana tebal muka air tanah setelah hujan
menjadi menurun daripada tebal air tanah di Bulan Juli. Kejadian ini dapat
disebabkan karena perbedaan intensitas hujan yang turun dan lamanya
hujan yang turun di Kelurahan Tanjung.
2. Berdasarkan hasil pemetaan, pola aliran air permukaan dan air tanah yang
ada di Kelurahan Tanjung mengarah dari arah utara ke selatan.
Potensi cadangan air tanah yang banyak terletak di sekitar wilayah sumur
2, sumur 3, sumur 4, sumur 5, sumur 11, sumur 17, sumur 21, sumur 23,
sumur 25, sumur 26, sumur 35, sumur 37, sumur 40, sumur 50, dan sumur-
sumur di bagian selatan Kelurahan Tanjung terutama di Kampung Teluk
Rubiyah.
3. Daerah penelitian terdiri atas dua formasi yakni Formasi Granitklabat
mempunyai sifat permeabilitas yang rendah (kedap air) sehingga potensi
cadangan air tanahnya tidak banyak dan Formasi Tanjunggenting memiliki
cadangan air tanah yang cukup namun waktu tinggal air tidak lama. Faktor
lain yang berpengaruh terhadap cadangan air tanah yaitu curah hujan dan
penggunaan air oleh penduduk. Curah hujan di Kelurahan Tanjung dengan
waktu dan intensitas yang tidak sama dan penggunaan air oleh penduduk
yang juga tidak sama akan menyebabkan perubahan kedalaman muka air
tanah.
44
5.2. Saran
1. Alat ukur kedalaman sebaiknya lebih reliable dengan pembacaan digital
dan sensitivitas yang lebih tinggi sehingga hasil pengukuran dapat lebih
akurat.
2. Pengambilan titik sampel harus merata agar modeling topografi mencapai
tingkat akurasi yang cukup.
45
DAFTAR PUSTAKA
Kodoatie, Robert J., dan Sjarief Roestam, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu . Penerbit Andi, Yogyakarta.
Linsley, R. K. dan Franzini, J. B., 1989. Teknik Sumber Daya Air Edisi Ketiga
Jilid 1. Jakarta. Alih Bahasa : Ir. Djoko Sasongko, M.Sc.
Mori, Kiyotoka, 1999. Hidrologi untuk Pengairan. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Penerjemah : L. Taulu, Editor : Ir. Suyono Sosrodarsono dan Kensaku
Takeda.
Susiloputri, S., Farida S. N., 2009, Laporan Tugas Akhir Pemanfaatan Air Tanah
Untuk Memenuhi Air Irigasi di Kabupaten Kudus Jawa Tengah.
Semarang : Universitas Diponegoro.
Usmar, H., Hakin, R. T., 2006. Laporan Tugas Akhir Pemanfaatan Air Tanah
Untuk Keperluan Air Baku Industri di Wilayah Kota Semarang Bawah.
Pare-pare: Universitas Muhammadiyah Pare-pare.
46
LAMPIRAN
Nomor Nama Elevasi 48 M Y Jenis Kedalaman Kedalaman Sumur Tinggi Bibir Pemilik Alamat
Sumur (m) Terkoreksi (m) Sumur (m)
1 sumur01 45.07 517192 9773525 Bata 14.5 14.62 0.76
2 sumur02 51.08 517058 9773565 Bata 9.9 10.02 0.73
3 sumur03 44.83 516967 9773530 Bata 11 11.12 0.66
4 sumur04 53.48 516858 9774033 Bata 12.29 12.41 0.61
5 sumur05 58.04 516869 9773928 Gorong- 15.9 16.02 0.88
Gorong
6 sumur06 48.43 517035 9773065 Bata 10.41 10.53 0.73
7 sumur07 33.77 517375 9772277 Bata 10.13 10.25 0.84 Bapak Harto Kp Baru
8 sumur08 49.39 516556 9772608 Bata 7.74 7.86 0.73
9 sumur09 39.54 516325 9772334 Bata 10.31 10.43 0.89
10 sumur10 26.56 516846 9771953 Gorong- 8.61 8.73 0.91 Bapak Yayan
Gorong Mulyana
11 sumur11 35.93 517433 9771992 12.44 12.56 0.81 Ibu Eriyani Kp Baru
12 sumur12 13.34 517854 9771583 Bata 10 10.12 0.76 Bapak yayan Teluk Rubiah
13 sumur13 10.46 517600 9771303 Gorong- 2.92 3.04 0.85 Bapak Abdul Kp Tanjung
Gorong Kadir
14 sumur14 15.99 517111 9771491 Gorong- 2.11 2.23 0.51 Bapak Anwar Kp Sawah
Gorong
15 sumur15 27.76 517616 9772306 Bata 9.57 9.69 0.66 Bapak Kp Kranggan
Sukarman Tengah
16 Sumur16 19.11 515289 9771245 Bata 5.59 5.71 0.8 Tri Mulyati Muntok Asin
17 Sumur17 19.59 515796 9771855 Bata 5.1 5.22 0.65 Jaka
18 Sumur18 43.38 515864 9772549 Bata 10.84 10.96 0.73
19 Sumur19 60.45 516829 9772953 Bata 13.85 13.97 0.69 Asimah Kranggan Atas
20 Sumur20 52.76 516904 9772680 Gorong- 10.98 11.1 0.88
Gorong
21 Sumur21 35.45 516781 9772394 Bata 2.88 3 0.68
22 Sumur22 52.04 516869 9772602 Gorong- 12.05 12.17 0.68
Gorong
23 Sumur23 45.79 517269 9772548 Bata 7.12 7.24 0.77
24 Sumur24 54.20 517112 9774671 Bata 9.15 9.27 0.69
25 Sumur25 45.55 517559 9773988 Bata 10.15 10.27 0.76 Pak Isnaini Ggg Sirsak, Air
Samak
26 Sumur26 49.87 517330 9774229 Gorong- 7.29 7.41 0.75 Pak Dedi Istiadi Air Samak
Gorong
27 Sumur27 50.11 517457 9773710 Bata 2.76 2.88 0.58 Bu Kartini Teluk Rubiah
28 Sumur29 17.91 518399 9771290 Bata 2.4 2.52 0.44 Bapak Purwati Teluk Rubiah
29 Sumur30 39.30 518511 9771524 Gorong- 9.9 10.02 0.87 sumur umum
Gorong
30 Sumur31 20.79 518033 9771765 Bata 3.98 4.1 0.6 Ibu Satya Kampung Ulu
31 Sumur32 33.05 518149 9772036 Bata 7.89 8.01 0.68 Bapak Nurul Tanjung
Kasni
32 Sumur34 39.30 515771 9772571 Bata 10.64 10.76 0.69 sumur umum
33 Sumur35 49.87 517090 9773223 Bata 8.77 8.89 0.9 sumur TK Menjelang Baru
34 Sumur36 46.03 516930 9773419 Gorong- 10.35 10.47 0.92 Luthfi Menjelang Baru
Gorong
35 Sumur37 44.59 517206 9772974 Batako 10.67 10.79 0.75 Salma
36 Sumur38 35.69 517208 9772854 Bata 11.44 11.56 0.72 Julian
37 Sumur39 1.81 516990 9771759 Bata 7.05 7.17 0.64 Muhammad
38 Sumur40 5.17 516995 9771378 Gorong- 4.37 4.49 0.66 Bapak Adi Kampung Sawah
Gorong
39 Sumur41 54.92 517130 9774917 Bata 8 8.12 0.65 Bapak Subandi Air Samak RT
3/RW 13
40 Sumur42 54.68 517044 9774871 Bata 6.96 7.08 0.48 Ibu Desi Air Samak
41 Sumur43 59.25 517290 9775664 Bata 8.07 8.19 0.45 Ibu Mery Batu Balai
42 Sumur44 21.03 517243 9771603 Bata 4.37 4.49 0.81 sumur umum
43 Sumur45 15.51 517362 9771290 Semen 3 3.12 0.8 Suryanti Tanjung Sawah
44 Sumur46 17.43 517367 9771306 Semen 2.22 2.34 0.63 Bapak Taci Tanjung Sawah
45 Sumur47 47.47 516974 9772934 Bata 12.85 12.97 0.83 Ibu Rosna Gang Mayor
Kranggan
46 Sumur48 42.42 516324 9772516 Bata 11.11 11.23 0.69 Aman Tanjung Kelian
47 Sumur49 39.30 516089 9772464 Bata 11.8 11.92 0.6 Rozak Gg. Jati, Tanjung
Kelian
48 Sumur50 34.97 515992 9772411 Bata 9.13 9.25 0.64 Mislen Jl Tanjung Kelian
RT 03/RW10
49 Sumur51 33.05 516014 9772400 Bata 7.17 7.29 0.52 Ceri Nugraha Kebon Jati, Jalan
Tanjung Kelian
50 Sumur52 28.24 516821 9772154 Gorong- 6.8 6.92 0.693 M. Reza Kampung Sawah
Gorong Dalam
51 Sumur53 12.86 517281 9771265 Bata 2.79 2.91 0.273 Pak Dani Kampung Tanjung
Ujung no 189
Tabel 2. Pengukuran Muka Air Tanah pada Bulan Juli
Kedalaman
Kedalaman Tebal Muka
Sumur
Nama Muka Air Air Tanah
Terkoreksi
Tanah (m) (m)
(m)
sumur01 11 14.62 3.62
sumur02 9.9 10.02 0.12
sumur03 8.09 11.12 3.03
sumur04 10.8 12.41 1.61
sumur05 13.78 16.02 2.24
sumur06 8.32 10.53 2.21
sumur07 6.36 10.25 3.89
sumur08 6.78 7.86 1.08
sumur09 10.16 10.43 0.27
sumur10 8.51 8.73 0.22
sumur11 8.54 12.56 4.02
sumur12 7.94 10.12 2.18
sumur13 2.33 3.04 0.71
sumur14 1.42 2.23 0.81
sumur15 6 9.69 3.69
Sumur16 3.64 5.71 2.07
Sumur17 2.2 5.22 3.02
Sumur18 10.25 10.96 0.71
Sumur19 10.81 13.97 3.16
Sumur20 10.29 11.1 0.81
Sumur21 1 3 2
Sumur22 11.49 12.17 0.68
Sumur23 4.78 7.24 2.46
Sumur24 8.4 9.27 0.87
Sumur25 5.84 10.27 4.43
Sumur26 3.87 7.41 3.54
Sumur27 1.82 2.88 1.06
Sumur29 1.65 2.52 0.87
Sumur30 5.96 10.02 4.06
Sumur31 2.51 4.1 1.59
Sumur32 4.57 8.01 3.44
Sumur34 10.07 10.76 0.69
Sumur35 7.67 8.89 1.22
Sumur36 6.22 10.47 4.25
Sumur37 7.39 10.79 3.4
Sumur38 6.52 11.56 5.04
Sumur39 4.83 7.17 2.34
Sumur40 2.32 4.49 2.17
Sumur41 7.33 8.12 0.79
Sumur42 5.81 7.08 1.27
Sumur43 7.96 8.19 0.23
Sumur44 3.1 4.49 1.39
Sumur45 1.77 3.12 1.35
Sumur46 1.92 2.34 0.42
Sumur47 11.31 12.97 1.66
Sumur48 10.35 11.23 0.88
Sumur49 11.78 11.92 0.14
Sumur50 7.25 9.25 2
Sumur51 5.77 7.29 1.52
Sumur52 6.58 6.92 0.34
Sumur53 0.96 2.91 1.95
Tabel 3. Pengukuran Muka Air Tanah Setelah Hujan
Tebal Muka
Nama Kedalaman Kedalaman Air Tanah
Muka (m) Sumur (m) (m)
sumur01 11.96 14.62 2.66
sumur02 8.92 10.02 1.1
sumur03 9.82 11.12 1.3
sumur04 14.64 12.41 -2.23
sumur05 10.91 16.02 5.11
sumur06 10.03 10.53 0.5
sumur07 6.6 10.25 3.65
sumur08 6.91 7.86 0.95
sumur09 10.1 10.43 0.33
sumur10 8.4 8.73 0.33
sumur11 8.15 12.56 4.41
sumur12 7.97 10.12 2.15
sumur13 1.95 3.04 1.09
sumur14 1.5 2.23 0.73
sumur15 6.18 9.69 3.51
Sumur16 3.88 5.71 1.83
Sumur17 2.18 5.22 3.04
Sumur18 10.32 10.96 0.64
Sumur19 13.2 13.97 0.77
Sumur20 10.48 11.1 0.62
Sumur22 11.7 12.17 0.47
Sumur23 5.16 7.24 2.08
Sumur24 7.76 9.27 1.51
Sumur25 6.75 10.27 3.52
Sumur26 4.09 7.41 3.32
Sumur27 1.94 2.88 0.94
Sumur29 1.65 2.52 0.87
Sumur30 9.04 10.02 0.98
Sumur31 2.29 4.1 1.81
Sumur32 4.82 8.01 3.19
Sumur34 10.08 10.76 0.68
Sumur35 7.12 8.89 1.77
Sumur36 5.79 10.47 4.68
Sumur37 8.85 10.79 1.94
Sumur38 7.23 11.56 4.33
Sumur39 4.78 7.17 2.39
Sumur40 2.55 4.49 1.94
Sumur41 7.63 8.12 0.49
Sumur42 5.88 7.08 1.2
Sumur43 9.23 8.19 -1.04
Sumur44 3.1 4.49 1.39
Sumur45 1.72 3.12 1.4
Sumur46 1.85 2.34 0.49
Sumur47 11.73 12.97 1.24
Sumur48 10.49 11.23 0.74
Sumur49 11.2 11.92 0.72
Sumur50 7.39 9.25 1.86
Sumur51 5.72 7.29 1.57
Sumur52 6.34 6.92 0.58
Sumur53 3.91 2.91 -1