RADIOFARMASI
Dosen Pengampu : Hendy Ristiono MPH.,Apt.
KELAS II A
FAKULTAS FARMASI
Puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan
banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu Resep
yang berjudul “Radiofarmasi” dengan baik.
Makalah ini telah kami selesaikan berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah
berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku penyusun menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Dengan karya ini kami berharap dapat
membantu pembaca untuk lebih mengetahui mengenai radiofarmasi saat ini.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Disadari atau tidak, ilmu dan teknologi nuklir memainkan peranan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia sekarang,jauh lebih besar dari sekedar sebagai sumber energy listrik
yang dihasilkan dari pembangkit tenaga nuklir( PLTN ). Hasil survey ekonomi di Amerika
Serikat pada tahun 1992 menunjukkan bahwa,profit ekonomi yang diperoleh dari pekerjaan
sejenisnya mencapai 4 – 5 kali lebih besar dari benefit ekonomi yang dihasilkan oleh PLTN.
kemajuan baik dalam ilmu dan teknologi nuklir itu sendiri maupun pengaruh kemajuan bidang
– bidang lain. Karena banyak persoalan interdisiplin yang hanya bisa dipecahkan dengan
melibatkan teknologi nuklir. Salah satu bidang interdisiplin dari hasil simbiosis antara
teknologi nuklir dan biologi serta farmasi yang selanjutnya melahirkan bidang lain adalah
Pencegahan dan pengobatan penyakit merupakan fokus utama dari Kedokteran Nuklir.
Beberapa penyakit yang lazim diobati dengan terapi kedokteran nuklir adalah Thyroid (
kelenjar gondok ), kankes prostat, hyperthyroidism, polycythaemia ( kelainan sel darah merah
dan kenaikan jumlah darah ), dan leukemia ( kenaikan jumalh sel darah putih ) serta banyak
penyakit lainnya. Untuk Eropa terapi Kedokteran Nuklir bahkan sudah lazim diterapkan dalam
pengobatan arthritis ( radang sendi ). Aplikasi secara klinis dari isotop radioaktif dimulai tahun
1. Mengetahui dan memahami tentang Radio Farmasi Rumah Sakit dan Kedokteran
Nuklir.
C.RUMUSAN MASALAH
6. Efek radiofarmasi
BAB II
PEMBAHASAN
yang digunakan baik untuk tujuan diagnosis maupun terapi. Radio farmasi atau Farmasi nuklir
juga didefinisikan sebagai penggunaan prinsip dan cara-cara farmasi dan radiokimia untuk
pembuatan obat yang mengandung atom radioaktif ( radiofarmaka) bagi keperluan diagnosis
dan penyembuhan (terapi) penyakit yang diidap oleh pasien. Senyawa kimia atu obat , yang
salah satu atom penyusun strukturnya adalah nuklida radioaktif ,untuk keperluan diagnosis
atau penyembuhan(terapi) suatu penyakit dan dapat diberikan kepada pasien secara
dalam berbagai wujud kimia dan fisika untuk mengarahkan keradioaktifan ke bagian-bagian
tertentu dari tubuh dengan harapan bahwa radiasi yang dipancarkan dari radiofarmaka diagnosa
denagn mudah akan keluar dari tubuh sehingga memungkinkan deteksi dan pengukuran
isotop radioaktif secara aman, tanpa sakit,dan murah, baik untuk pencitraan,maupun untuk
pencegahan dan pengobatan penyakit. Jadi ada 2 fokus utama dalam kedokteran nuklir, yaitu
pencitraan organ tubuh serta pencegahan dan pengobatan penyakit. Pencitraan di sini unik
karena dapat menggambarkan fungsi dan struktur organ tubuh sekaligus,sehingga banyak
penyakit yang bisa diseteksi lebih dini ,dengan demikian pengobatannya pun dapat lebih
efektif. Untuk tujuan pencegahan dan oengobatan penyakit/ diagnosa , digunakan senyawa
spesifik yang akan masuk ke dalam organ yang akan di diagnosa dimana senyawa tersebut
sebelumnya telah ditandai dengan isotop. Kemudian senyawa tersebut dimasukkan ke dalam
organ yang akan di peiksa ,lalu pasien difoto dengan kamera khusus. Senyawa yang telah
ditandai dengan isotop memiliki waktu paruh yaitu waktu dimana konsentrasi dalam tubuh
tersisa setengahnya. Setiap selang waktu itu, kadar senyawa tersebut berkurang setengahnya
sehingga akhirnya tersisa dalam jumlah yang amat kecil dan akan habis diekskresikan melalui
urin. Selama waktu tersebut pasien harus di observasi di rumah sakit. Tindakan ini hanya dapat
dilakukan di rumah sakit yang memiliki sarana kedokteran nuklir,dan bangunan serta system
masyarakat.
Dunia medis erat kaitannyadengan diagnosis dan pengobatan (terapi) suatu penyakit.
Berbagai cara dan teknologi diterapkan untuk melakukan keduanya. Ada yang menggunakan
digunakan adalah sinar X untuk rontgen. Selain itu ,saat ini juga ada teknologi dengan
menggunakan sinar gamma dan materi bermuatan( alfa dan beta ). Penggunaannya melalui
Universitas Wurzburg,Jerman. Saat itu beliau melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal
dari Kristal Barium Platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Pada
tahun 1901 beliau mendapat nobel atas penemuan tersebut. Akhir Desember 1895 dan awal
Januari 1896 , Dr. Otto Walkhoff adalah dokter gigidan orang pertama pertama yang memakai
sinar X pada foto gigi ( premolar bawah ) dengan waktu penyinaran 25 menit. Kemudian
seorang ahli fisika Walter Koenig menjadikan waktu penyinaran menjadi 9 menit,dan sekarang
dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Penggunaan sinar X adlah sesuatu yang sangat
penting untuk diagnosa gigi geligi serta jaringan sekitarnya dan pemakaiannya paling banyak
pada diagnostic imaging system. Perbedaan antara sinar X dengan sinar elektromagnetik
lainnya terletak pada panjang gelombang dimana panjang gelombang pada sinar X lebih
pendek yaitu :
Lebih pendek panjang gelombang dan lebih besar frekuensinya maka energy yang diberikan
lebih banyak. Energy pada sinar X memberikan kemampuan untuk penetrasi khususnya
Sinar X tidak dapat dilihat mata,bergerak lurus yang mana kecepatannya sama dengan
kecepatan cahaya,tidak dapat difraksikan dengan lensa atau prisma tetapi dapat difraksikan
dengan kisi Kristal. Dapat diserap oleh timah hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam
atau benda padat,mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi. Sinar X juga mempunyai
1.Daya Tembus
Sinar X dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus yang
sangat besar seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung( besarnya KV )yang
digunakan,makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu
2.Pertebaran
Apabila berkas sinar X melalui suatu bahan atau suatu zat,maka berkas sinar tersebut
akan bertebaran ke seluruh arah,menimbulkan radiasi sekunder( radiasi hambur ) pada bahan
atau zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan terjadi gambar radiograf atau pada film akan
tampak pengaburan kelabu senyara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat dari radiasi hambur
ini maka diantara subjek dengan sinar diletakkan timah hitam(grid) yang tipis.
3.Penyerapan
Sinar X salam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai berat atom atau kepadatan
bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatan atau berat atomnya maka makin besar
penyerapannya.
4.Fluoresensi
Sinar X menyebabkan bahan- bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zinc sulfide
5.Ionisasi
Efek primer dari sinar X adalah apabila mengenai suatu bahan atau suatu zat dapat
6.Efek Biologi
Sinar X yang sering ditemui di rumah sakit adalah pada pesawat rontgen. Suatu tabung
Tabung sinar X terdiri dari tabung gelas hampa udara,elektroda positif disebut anoda
dan elektroda positif disebut katoda. Katoda dibalut dengan filament,bila diberi arus beberapa
mA bisa melepaskan elektron. Dengan memberi tegangan tinggi antara anoda dan katoda maka
elektron katoda ditarik ke anoda. Arus electron ini kemudian dikonsentrasikan dalam satu
berkas dengan bantuan sebuah silinder( focusing cup ). Antikatoda menempel pada anoda
dibuat dari logam dengan titik permukaan lebih tinggi,berbentuk cekungan seperti mangkuk.
antikatoda,terjadilah sinar X. makin tinggi nomot atom katoda maka makin tinggi kecepatan
electron,akan makin besar daya tembus sinar X yang terjadi. Antikatoda umumnya dibuat dari
tungsten,sebab elemen ini nomor atomnya tinggi dan titik leburnya juga tinggi(3400`C). Hanya
sebagian kecil energy electron yang berubah menjadi sinar X,kurang dari 1% pada tegangan
100kV dan sebagian besar berubah menjadi panas waktu menumbuk antikatoda. Panas yang
tiga kategori:
keradioaktifan di dalam tubuh. Dua kajian utama dalam pemberian informasi imaging dalam
letak organ atau adanya lesi yang menempati ruang,dan dalam beberapa kasus
mengenai fungsi relatif. Pola distribusi radiofarmaka dalam suatu organ bervariasi dan
tergantung organ yang diamati dan ada atau tidak adanya penyakit.
Adapun 2 jenis pengamatan yang dilakukan melalui imaging atau pencitraan adalah:
1. Citra ( image ) dalam bentuk “ hot spots “ atau adanya keradioaktifan yang merata
disebabkan radiofarmaka terkonsentrasi dengan mudah di dalam organ yang sehat atau
tersebut dan lesion muncul dalam bentuk citra yang “cold spots”. Misalnya pada
terdapat di liver. Bila tumor atau lesi lain berada di dalam liver,maka sel-sel yang
2. Citra (image) dalam bentuk “hot spots”atau adanya keradioaktifan yang merata
radiofarmaka tersbut sehingga citra muncul sebagai “cold spots”. Misalnya penatahan
lesi.
mengakumulasikan baik pada tingkat yang lebih tinggi lagi bila fungsi organ berlebihan atau
meningkat,maupun pada tingkat yang lebih rendah daripada organ normal apabila fungsi organ
131 melalui fungsi normal,tetapi kelenjar yang sakit dengan jaringan thyroid yang
sendiri harus tidak mempengaruhi ,dalam cara apapun,fungsi system organ yang sedang diukur.
Cara ini tidak memerlukan pencitraan,tetapi analisis dan interpretasi didasarkan atas
pencacahan keradioaktifan yang muncul baik secara langsung dari organ-organ yang berada di
dalam tubuh atau dari cuplikan darah atau urin yang dicacah secara in vitro.
3.Prosedur terapi
terhadap suatu penyakit setelah tegaknya diagnose. Penggunaan radiofarmaka dapat secara
oral,intravena,intratekal,intraperitoneal,ataupun inhalasi.
Meluruh melalui electron capture atau isomeric transition. Radiasi yang mempunyai
daya tembus rendah,seperti partikel alfa dan beta tidak diinginkan,karena : linear energy
transfer ( LET ) tinggi,fraksi energy yang didepositkan per cm jarak tempuh sangat tinggi,yang
mengakibatkan absorpsi kuantitatif di dalam tubuh ataupun sedikit partikel yang sampai ke
detector,sehinnga partikel alfa dan beta tidak memberikan citra. Partikel dengan LET yang
Umumnya peralatan imaging ( kamera gamma ) didisain untuk berfungsi dengan baik
Batasan waktu ini memberikan kesesuaian antara keinginan meminimalkan dosis yang
diterima pasien dan memaksimalkan dosis yang diinjeksikan agar statistic pencacahan dan
kualitas citra memberikan hasil yang optimal. Gas mulia yang digunakan untuk ventilation
study merupakan pengecualian. Radiofarmaka harus bisa dikeluarkan dari tubuh secara
menunjukkan pola “clearance” eksponensial sehingga waktu paruh efektifnya cukup panjang.(
Jika ratio tidak cukup tinggi,hasil scan menunjukkan adanya “nondiagnostic scan” dan
ini menyulitkan atau tidak memungkinkan untuk membedakan organ berpenyakit dari latar
belakang. Misalnya, untuk “tyrhoid scan “ , idealnya semua radioaktifitas berada dalam thyroid
dan tidak ada di tempat lain di sekitar leher. Rendahnya ratio juga menimbulkan radiasi yang
mempertahankan dosis radiasi serendah mungkin yang dapat dicapai. Dengan konsep ini telah
meskipun dosisi radiasi yang diinjeksikan ke pasien harus sekecil mungkin,tetapi harus
konsisten memberikan kualitas citra yang baik. Untuk pekerja radiasi,Maximum Permissible
Dose(MPD) untuk keseluruhan tubuh adalah 1 Rem per tahun untuk tiap tahun umur pekerja
tersebut.
6.Keselamatan pasien
Misalnya mengapa kita tidak mempersoalkan Tl dalam bentuk thallous klorida ( TlCl ) yang
sering digunakan pada pasien dengan diagnose kelainan jantung? Dimana diketahui bahwa ion
thallous merupakan kardiotoksin yang potent. Hal ini bisa diterima karena dalam praktek
sehari-hari , karena keaktifan jenis Tl yang bebas pengemban adalah sangat tinggi dan jumlah
Tl yang terkandung dalam sediaan dengan aktifitas 3 mCi hanya sekitar 42 ng, sutau jumlah
yang sangat kecil dan berada di bawah tingkat yang signifikan untuk dapat memberikan respon
7.Reaktivitas kimia
Harus tersedia substrat atau tempat di dalam molekul dimana memungkinkan reaksi
penandaan dengan atom radioaktif dapat dilakukan. Tidak setiap senyawa dapat ditandai
dengan setiap isotop. Dalam kenyataannya penandaan sering memerlukan suatu posisi yang
selektif di dalam molekul atau senyawa. Senyawa ynag menunjukkan biodistribusi yang dapat
diterima ,sering menjadi tidak berguna bila telah ditandai logam radioaktif atau telah
mengalami iodinasi. Bahkan perubahan sedikit saja yang dilakukan terhadap struktur molekul
Radiofarmaka harus stabil baik sebelum dan sesudah proses penandaan. Apabila suatu
senyawa tertentu memperlihatkan kinerja yang baik untuk suatu prosedur tertentu.dan hanya
tersedia di suatu rumah sakit besar,maka penggunaannya dengan jelas akan sangat terbatas.
Karena itu dengan melihat kondisi ekonomi saat ini,maka radiofarmaka yang sangat mahal
tentu penggunaannya akan terbatas dan tidak popular, apalagi bila ada metode alternative yang
lebih murah.
9.Penyiapan serta kendali kualitasnya sederhana jika dibuat di tempat ( Rumah Sakit )
Penyiapan suatu obat tentu harus sederhana dengan tahapan pengerjaan yang relatif
sedikit. Prosedur dengan tahapan lebih dari tiga tahap umumnya tidak memenuhi persyaratan
ini. Disamping itu tidak diperlukan suatu peralatan yang rumit dan tidak ada tahap dengan
waktu pengerjaan yang lama. Jika radiofarmaka dibuat di tempat, maka sangatlah penting
kendali kauliti (quality control) dilaksanakan untuk setiap batch yang disiapkan dalam upaya
menjamin bahwa tiap-tiap sediaan akan memberikan citra( image) kualitas tinggi dan bisa
Penggunaan radiofarmasi untuk terapi mungkin membuat orang awam khawatir pada
efek sampingnya. Namun kenyataannya,jumlah radioaktif yang dimasukkan ke aliran darah itu
sangat kecil dan radiasinya akan hilang seiring selesainya ia bertugas. Masa paruh radioaktif
untuk terapi sekitar dua hari. Sedangkan untuk diagnosis,waktu paruhnya sekitar dua hingga
enam jam. Sistem ini sudah dirancang sedimikian rupa sehingga tidak memberikan efek
farmakologis di tubuh. Ini berbeda dengan obat yang memberikan efek samping . uji toksisitas
telah dilakukan ,hasilnya bahwa toksisitas berada pada tingkat aman untuk terapi
PENUTUP
KESIMPULAN
terapi..
2. Radiofarmaka adalah senyawa kimia atau obat yang salah satu atom
inhalasi.
utama kedokteraan nuklir adalah pencitraan organ tubuh serta pencegahan dan
pengobatan penyakit.
Leswara ND. 2008. Buku Ajar Radiofarmasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Saha,GB. 2004. Fundamentals of Nuclear Pharmacy 5th ed. New York : Springer
International Atomic Energy Agency. 2006. Nuclear Medicine Resources Manual. Austria:
IAEA