Di Susun Oleh :
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Susunan Acara Penyuluhan di Ruang 17 RSUD dr.Saiful Anwar Malang telah di setujui pada :
Hari : Jumat
Jam : 09:30
Kepala Ruangan
SAP
Topik/materi : Ca Rekti
Waktu : 20 menit
A. Pendahuluan
Ca. Recti adalah keganasan jaringan epitel pada daerah rektum. Karsinoma
Recti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum yang khusus
menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak
terkendali. Karsinoma rekti merupakan keganasan visera yang sering terjadi yang
biasanya berasal dari kelenjar sekretori lapisan mukosa sebagian besar kanker
kolonrektal berawal dari polip yang sudah ada sebelumnya. Karsinoma Rektum
merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid besar, yang tumbuh ke dalam
lumen dan dapat dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular
B. TujuanUmum
C. Tujuan Khusus
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian ca recti
2. Peserta mampu menjelaskan faktor resiko ca recti
3. Peserta mampu menjelaskan tanda dan gejala ca recti
4. Peserta mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang ca recti
5. Peserta mampu menjelaskan penatalaksanaan medis ca recti
D. Materi
Terlampir
1. Pengertian ca recti
2. Penyebab dan faktor resiko ca recti
3. Gejala-gejala ca recti
E. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
F. Media
1. Leaflet
2. LCD dan Laptop
3. Power Point
G. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab :
2. Moderator : Zoan Irma A
3. Penyaji : Syarifatussurur
4. Perlengkapan : Syahrudin
5. Fasilitator : Richo T. Malo
H. Kegiatan promosi kesehatan
NO KEGIATAN PENYULUH PENSERTA WAKTU
1. PEMBUKAAN 1. Pengucapan salam Menjawab salam 3 menit
pembukaan.
2. Memperkenalkan Memperhatikan
diri.
3. Mengkomunikasikan
tujuan.
4. Kontrak waktu
A. Definisi
Ca recti adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan jaringan abnormal
pada daerah rectum. Jenis terbanyak adalah adenokarsinoma (65%), banyak ditemui
pada usia 40tahun keatas dengan insiden puncaknya pada usia 60tahun (Price A,
Sylvia, 1995)
B. Etiologi
3. Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal
dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan
riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara
mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
6. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia
lebih tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis
setelah usia 50 tahun ke atas.
C. Manifestasi klinis
Perdarahan sejak perianal
- BAB berdarah segar
BAB berdarah lender
- Karena darah yang dikeluarkan oleh kanker tersebut telah bercampur dengan tinja
Obstruksi saluran pencernaan
- Perut kembung makin lama makin tegang
- Tidak dapat BAB dan tidak ada flatus
- Ukuran feses kecil seperti feses kambing
- Tenesmus rasa tidak puas setelah BAB
Lain-lain
- Anoreksia
- BA turun
- BAB tidak teratur
- Tenesmus rasa tidak puas setelah BAB dan terasa nyeri pada saat BAB
-
D. Klasifikasi
- Dukes dalam infiltrasu prognosis hidup setelah 5 tahun.
- Terbatas pada dinding usus 97%.
- Menembus lapisan muskularis mukosa 80%
- Metastasis ke kelenjar limfe
a. Beberapa kelenjar limfe (1-4 bh) 65%
b. Metastasis ke kelenjar limfe >5bh 35%
c. Metastasis ke organ lain ; hati 35%
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Dengan "RECTAL – TOUCHER" biasanya diketahui :
a. Tonus sfingterani keras/lembek.
b. Mukosa kasar,kaku biasanya tidak dapat digeser.
c. Ampula rektum kolaps/kembung terisi feses atau tumor yang dapat teraba
ataupun tidak.
2. Foto sinar X Pemeriksaan radiologis dengan barium enema dianjurkan sebagai
pemeriksaan rutin sebelum dilakukan pemeriksaan lain. Pada pemeriksaan ini akan
tampak filling defect biasanya sepanjang 5 – 6 cm berbentuk anular atau apple core.
Dinding usus tampak rigid dan gambaran mukosa rusak.
3. Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)Pemeriksaan CEA dapat dilakukan,
meskipun antigen CEA mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam
mendiagnosa kanker karena tidak semua lesi menyekresi CEA.
4. Tes-tes Khusus
a. Proktosigmoidoskopi Dilakukan pada setiap pasien yang dicurigai menderita
karsinoma usus besar. Jika tumor terletak di bawah, bisa terlihat langsung.
Karsinoma kolon di bagian proksimal sering berhubungan dengan adanya polip
pada daerah rektosigmoid.
b. Sistoskopi Indikasi sistoskopi adalah adanya gejala atau pemeriksaan yang
mencurigai invasi keganasan ke kandung kencing.
5. Tes darah samar pada feses/kotoran (Fecal Occult Blood Test – FOBT):Terkadang
kanker atau polip mengeluarkan darah, dan FOBT dapat mendeteksi jumlah darah
yang sangat sedikit dalam kotoran. Karena tes ini hanya mendeteksi darah, tes-tes
lain dibutuhkan untuk menemukan sumber darah tersebut. Kondisi jinak
(seperti hemoroid), juga bisa menyebabkan darah dalam kotoran.
6. Sigmoidoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan bagian bawah kolon dengan
tabung cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang dapat
menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
7. Kolonoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan seluruh kolon dengan
menggunakan tabung panjang bercahaya (kolonoskop). Jika ditemukan polip
(pertumbuhan jinak yang dapat menjadi kanker), maka polip bisa diangkat.
8. Enema barium kontras ganda (Double-contrast barium enema): Prosedur ini
mencakup pengisian kolon dan rektum dengan bahan cair putih (barium) untuk
meningkatkan kualitas gambar sinar X. Dengan demikian, ketidaknormalan (seperti
polip) dapat terlihat dengan jelas.
9. Pemeriksaan rektal secara digital: Pemeriksaan rektal seringkali menjadi bagian
pemeriksaan (check-up) fisik rutin. Dokter akan memasukkan jari dengan sarung
tangan yang telah dilumasi ke dalam rektum, untuk merasakan ketidaknormalan.
F. Penatalakssanaan
1. Pembedahan
Untuk kanker rectum atas dilakukan rekto sigmoidekroid dan dibuat
abastromosis decending kolakteral
Untuk kanker rectum bawah dilakukukan protakolektum dan dibuat
anastomosis kolocinal
2. Radiasi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk melakukan
radiasi dengan dosis adekuat
3. Kemoterapi
4. Kemoterapi yang bisa diberikan ialah 5 florourasil (5FU)
Daftar pustaka
Engram, B. (1995). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, ed.3. Jakarta : EGC