Anda di halaman 1dari 15

EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BAGI BALITA DI POSYANDU

MELATI V RW V DI KELURAHAN LONTAR KECAMATAN SAMBIKEREP KOTA SURABAYA

Bening Tyas Arum Sari Dewi

S1 Ilmu Administrasi Negara, FIS, UNESA (Beningmly@gmail.com)

Tjitjik Rahaju, S.Sos, M.Si.

Abstrak

Kota Surabaya masih terdapat anak balita yang mengalami kekurangan gizi sehingga kondisi tersebut
mengakibatkan balita lebih mudah terserang penyakit bahkan hingga menyebabkan kematian. Pemerintah Kota
Surabaya telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah kesehatan anak balita salah satunya dibentuk
melalui Peraturan Walikota Nomor 34 Tahun 2012 tentang Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Bagi Balita Di
Posyandu. Program PMT yang dilaksanakan di Posyandu Melati V RW V masih memiliki 20 anak balita yang
mengalami kurang gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan evaluasi program PMT bagi Balita di
Posyandu Melati V RW V di Kelurahan Lontar Kecamatan Sambikerep Kota Surabaya. Evaluasi PMT ini diukur
melalui (1) efektifitas, (2) efisiensi, (3) kecukupan, (4) perataan,(5) responsivitas, dan (6) ketepatan.
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan data yang
dilakukan dengan menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi. Sampel yang digunakan berjumlah 59
responden dengan pengambilan sampel diambil secara proposional dengan menggunakan teknik insidental. Teknik
analisis data yang digunakan antara lain analisis data kuantitatif dan analisis data deskriptif.
Hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa evaluasi program PMT yang dilaksanakan di Posyandu Melati V
RW V berjalan dengan sangat baik atau sesuai dengan yang diharapkan dengan perolehan persentase sebesar
79,92%. Hal tersebut ditunjukkan melalui indikator yang memperoleh persentase paling tinggi adalah indikator
responsivitas dengan persentase sebesar 88,23%, indikator efektifitas dengan persentase sebesar 84,73%, indikator
ketepatan memperoleh persentase sebesar 79,23%, indikator efisiensi memperoleh persentase sebesar 78,95%,
indikator kecukupan memperoleh persentase sebesar 75,63%, dan indikator perataan yang memperoleh persentase
paling rendah sebesar 72,80%.
Adapun rekomendasi yang diberikan peneliti adalah 1) perlu penambahan anggaran agar para pelaksana
khususnya kader posyandu tidak merasa kebingungan, 2) memberikan pelatihan keterampilan terhadap kader
mengenai cara membuat PMT yang mudah, 3) meningkatkan keterampilan kader dalam menggunakan timbangan
ataupun pengukuran tinggi badan agar hasil yang didapat sesuai dan tepat, 4) perlu diupayakan untuk
mendistribusikan manfaat PMT bagi Balita di Posyandu Melati V RW V secara sama serta mendistribusikan PMT
secara merata, 5) kader posyandu lebih aktif memantau perkembangan anak balita dan melaporkan kasus-kasus
kesehatan balita yang terjadi agar dapat ditindak lanjuti oleh pihak puskesmas.

Kata Kunci : Evaluasi Program, Pemberian Makanan Tambahan, Balita.


EVALUATION OF PROGRAM SUPPLEMENTARY FEEDING FOR TODDLER IN THE INTEGRATED
SERVICE POST (POSYANDU) MELATI V RW V IN THE VILLAGE LONTAR, SUBDISTRICT OF
SAMBIKEREP, CITY OF SURABAYA

Bening Tyas Arum Sari Dewi

S1 Public Administration, FIS, UNESA (Beningmly@gmail.com)

Tjitjik Rahaju, S.Sos, M.Si.

Abstract

There is a lot of toddlers in Surabaya who experience malnutrition with the result that these conditions
cause the toddlers vulnerable to diseases even to cause death. Surabaya city government has conducted various
efforts to overcome toddler heath problems and one of the efforts is a regulation issued by the major Number 34
year 2012 in the matter of supplementary feeding for toddlers (PMT program) in the integrated service post
(posyandu). PMT program which is conducted in Posyandu “Melati” RW V still has 20 malnutrition toddlers. This
research aims to descript the evaluation of PMT program for toddlers in Posyandu “Melati” RW V in sub-district of
Lontar, district of Sambikerep, city of Surabaya. The evaluation of PMT is measured by (1) effectiveness, (2)
efficiency, (3) adequacy, (4) prevalence, (5) responsiveness, and (5) accuracy.
This is descriptive quantitative research. Data was collected by using questionnaire, interview and
observation. Amount of sample was 59 respondents with proportional, incidental sampling technique. Data is
analyzed by quantitative data analysis and descriptive data analysis.
Results of the research indicate that the evaluation of PMT program conducted in Posyandu “Melati” RW
V has been going so well and in line with the expectations by obtaining percentage of 79.92%. This is indicated
through indicators in which the indicator obtaining the highest percentage is responsiveness indicator with
percentage of 88.23%, effectiveness indicator with percentage of 84.73%, accuracy indicator with percentage of
79.23%, efficiency indicator with percentage of 78.95%, adequacy indicator with percentage of 75.63%, and
prevalence indicator with the smallest percentage of 72.80%.
Considering results of the research, the author gives recommendations as follow: (1) budget for the
executors mainly posyandu operators needs to be added thereby they feel no confused, (2) providing skill trainings
for the posyandu operators about how to make easy PMT, (3) improving skills of the posyandu operators in using
weigher and or height gauges so the obtained results are appropriate and correct, (4) it is important to distribute
evenly benefits of PMT for toddlers in Posyandu “Melati” RW V, (5) the posyandu operators should be more active
in monitoring growth of toddlers and making reports about health cases of toddlers thereby it can be followed up
by health center.

Keywords : program evaluation, supplementary feeding, toddler.

I. PENDAHULUAN ‘’Pemenuhan gizi yang buruk


A. LATAR BELAKANG dapat mengakibatkan pertumbuhan
Anak balita (0-5 tahun) merupakan kelompok otak anak menjadi tidak optimal,
umur yang paling sering menderita akibat sehingga kecerdasan anak rendah.
kekurangan gizi atau termasuk salah satu kelompok Disamping itu pula kekurangan
masyarakat yang rentan gizi menurut Djaeni gizi yang parah dapat mengancam
(Kurniawati, 2011:1). Anak-anak biasanya menderita sel otak anak sehingga otak tidak
bermacam-macam infeksi serta berada dalam status dapat bekerja normal’’(Jawapos,
gizi rendah menurut Suhardjo (Kurniawati, 2011:1). 12 Desember 2014).
Padahal taraf kesehatan balita adalah salah satu faktor Pemenuhan gizi merupakan hak setiap anak,
yang mempengaruhi pembangunan suatu negara. Hal upaya ini ditujukan untuk mempersiapkan generasi
ini karena anak-anak adalah generasi penerus bangsa akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta
dimasa mendatang (www.bappenas.go.id:2014). untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak
Berdasarkan data Unicef, dalam tiga menit satu balita (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
meninggal dunia. Jika ditotal 150 ribu balita Kesehatan). Masalah gizi pada balita yang diatasi
meninggal dunia di Indonesia salah satu penyebabnya oleh Pemerintah Indonesia belum mampu terlaksana
adalah kurang gizi yang dapat mengakibatkan daya secara optimal atau menghilangkan angka gizi kurang
tahan tubuh melemah dan penyakit mudah pada balita khususnya di Kota Surabaya. Pemerintah
menyerang, apalagi jika anak belum mendapatkan Kota Surabaya berupaya mengatasi masalah tersebut
vaksin imunisasi (Jawa Pos, 12 Desember 2014). Hal dengan membentuk suatu kebijakan melalui
serupa juga didukung pernyataan oleh Mundi Astuti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Balita di
selaku Pembantu Rektor II Akademi Gizi Surabaya Posyandu. Namun pemberian makanan tambahan
mengatakan bahwa : yang kurang tepat (waktu, jenis, jumlahnya) dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan, Tabel 1.1
gizi kurang maupun turunnya daya tahan tubuh Jumlah Penduduk Kecamatan Sambikerep
terhadap penyakit menurut Maseko dan Owaga Menurut Kelompok Umur 0-5 Tahun
(Sakti, 2013:2). Kelurahan Umur 0-5
Program ini diberikan untuk semua balita Made 1.436
yang ada di Surabaya. Mengingat bahwa kondisi Bringin 1.212
balita di Surabaya dengan jenis kelamin laki-laki dan Sambikerep 3.826
jenis kelamin perempuan secara keseluruhan pada Lontar 2.775
tahun 2011 sebanyak 203.773 balita sedangkan usia Jumlah 9.249
balita pada tahun 2012 sebanyak 221.138 balita dan Sumber : Kecamatan Sambikerep Dalam
pada tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi Angka 2013
224.543 balita (Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar, Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa
DKK Surabaya, 2014). Berdasarkan data jumlah kelompok usia 0-5 tahun di Kecamatan Sambikerep
balita tersebut bahwa balita mengalami kenaikan memiliki sebanyak 9.249 balita sedangkan pada
dikhawatirkan muncul masalah-masalah pada balita Kelurahan Lontar memiliki sebanyak 2.775 balita
yang berdampak pada status gizi balita. Status gizi meskipun jumlah balita yang paling tinggi adalah
anak balita dibedakan menjadi empat (4) kategori Kelurahan Sambikerep yang memiliki sebanyak
antara lain status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. 3.826 balita akan tetapi Kelurahan Lontar memiliki
Program meningkatkan kesehatan balita balita kurang gizi. Berikut ini adalah tabel balita
tersebut dibentuk oleh Pemerintah Kota Surabaya kurang gizi dalam Kecamatan Sambikerep :
melalui Peraturan Walikota Nomor 11 Tahun 2009 Tabel 1.2
tentang Penyelenggaraan Pemberian Makanan Jumlah Balita Kurang Gizi Dalam
Tambahan Bagi Balita di Posyandu, tetapi pada pada Kecamatan Sambikerep
tahun 2010 peraturan tersebut dihapus dan diganti Kelurahan Jumlah
dengan Peraturan Walikota Nomor 3 Tahun 2010 Made 15
tentang Penyelenggaraan Pemberian Makanan
Bringin 11
Tambahan Bagi Balita di Posyandu, selanjutnya pada
Sambikerep 9
tahun 2011 dihapus dan diganti dengan Peraturan
Lontar 20
Walikota Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Jumlah 55
Bagi Balita di Posyandu hingga pada tahun 2012 Sumber : Kecamatan Sambikerep Dalam
menjadi Peraturan Walikota Nomer 34 Tahun 2012 Angka 2013
tentang Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tabel 1.2 menunjukkan bahwa Kecamatan
Tambahan Bagi Balita di Posyandu. Sambikerep memiliki jumlah balita kurang gizi
Tahun 2013 hingga tahun 2014 Peraturan sebanyak 55 balita. Kelurahan Lontar memiliki balita
Walikota tersebut tidak dikeluarkan kembali, bahwa kurang gizi yang paling tinggi di Kecamatan
pelaksanaan program PMT bagi Balita di Posyandu Sambikerep sebanyak 20 balita. Balita kurang gizi
dilaksanakan melalui Perjanjian Kerjasama antara tersebut berada dalam kondisi berat badan rendah
Dinas Kesehatan Kota Surabaya dengan Posyandu serta tinggi badan yang pendek. Sedangkan kelurahan
yang ada di masing-masing kelurahan. Tujuan PMT yang memiliki jumlah balita kurang gizi paling
bagi Balita di Posyandu adalah meningkatkan rendah adalah Kelurahan Made sebanyak 9 balita.
kualitas gizi balita, namun secara tidak langsung Kelurahan Lontar Kecamatan Sambikerep
untuk meramaikan kunjungan ibu balita ke posyandu memiliki posyandu yang telah tersebar di beberapa
dengan biaya untuk setiap balita Rp. 3.300 yang rukun warga (RW) sebanyak 16 posyandu dengan
dipotong pajak sebesar 10% menjadi Rp 3.000 yang jumlah balita yang berada di masing-masing
diberikan kepada setiap balita per bulan selama satu posyandu. Posyandu yang berdiri hanya dibentuk
kali pemberian makanan tambahan (hasil wawancara oleh 10 RW dari 16 RW di Kelurahan Lontar, secara
Kasi PMT Balita Dinkes Kota Surabaya, 2014). rinci jumlah balita di Kelurahan Lontar akan
Kelurahan Lontar Kecamatan Sambikerep disajikan pada tabel berikut :
merupakan salah satu wilayah yang melaksanakan
program PMT Bagi Balita di Posyandu. Kelurahan
Lontar memiliki posyandu dengan nama Posyandu
Melati yang telah menjalankan program PMT bagi
Balita di Posyandu sejak tahun 2009. Berikut ini
adalah jumlah penduduk usia 0-5 tahun di Kecamatan
Sambikerep :
Tabel 1.3 tidak adanya partisipasi dari masyarakat sehingga hal
Jumlah Balita Pada Kelurahan Lontar Tahun tersebut belum mencapai perataan program PMT bagi
2014 Balita di Posyandu. Hal tersebut sesuai pernyataan
Posyan Jumlah Mbak Ratna selaku Ahli Gizi PMT bagi Balita
Kelurahan RW Total menyatakan :
du Balita ‘’RW yang aktif posyandu ada 10
Melati RW dari 16 RW tetapi
I 80
1 80 posyandunya dipecah karena
Melati jumlah balitanya banyak. Jarak
2 Pos 1 83 tempuh ke posyandu cukup jauh,
II 163
Melati kader juga kewalahan dalam
2 Pos 2 80 menjalankan kegiatan ini makanya
Melati dipecah. Sedangkan RW 10, 11,
3 Pos 1 100 12, 13, 15 dan 16 itu kawasan
III 160
Melati perumahan elit citraland jadi tidak
3 Pos 2 60 ada warganya yang mau jadi
Melati kader. Padahal sudah ada ajakan
4 Pos 1 70 untuk ke posyandu tapi tetep tidak
IV 130
Melati ada yang datang. Ya penduduknya
4 Pos 2 60 orang kaya buat apa ke posyandu
Melati ke rumah sakit yang mahal lebih
5 Pos 1 100 bagus’’(wawancara 4 November
LONTAR 2014).
Melati
V 235 Sehubungan dengan hasil wawancara diatas
5 Pos 2 60
Melati maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
5 Pos 3 75 pada lokasi tersebut. Bahwa Kelurahan Lontar masih
Melati memiliki balita kurang gizi sebanyak 20 balita serta
VI 85 Posyandu yang memiliki jumlah paling banyak di
6 85
Melati RW V yang memiliki 235 balita. Kegiatan PMT bagi
VII 100 Balita di Posyandu Melati Kelurahan Lontar ini
7 100
Melati dilaksanakan pada tanggal muda setiap bulannya
8 Pos 1 85 sesuai jadwal posyandu. Ketika PMT bagi Balita di
VIII 165 Posyandu berlangsung kegiatan yang dilakukan yaitu
Melati
8 Pos 2 80 (1) pendaftaran balita, (2) penimbangan balita, (3)
Melati pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), (4)
IX 100 penyuluhan dan pemberian makanan tambahan (5)
9 100
XI Melati penyuluhan petugas puskesmas. Kegiatan tersebut
80 rutin dilakukan di Posyandu. Awal mula kegiatan
V 14 80
PMT bagi Balita sebelum Pemerintah Kota Surabaya
16
menetapkan anggaran untuk PMT Balita, setiap
10 Posyan
masyarakat RW V wajib memberikan iuran untuk
Jumlah RW du 1298 1298
kegiatan PMT.
Sumber : Puskesmas Lontar Surabaya, 2014
Sesuai wawancara Mbak Ratna selaku Ahli Gizi
PMT bagi Balita di Puskesmas Lontar menyatakan :
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa Posyandu
‘’Sebelum adanya program PMT
Melati di Kelurahan Lontar memiliki 16 posyandu
balita dari Dinkes jadi dulunya itu
yang menjalankan program PMT bagi Balita dengan
urunan tiap RW, semua ditarik
jumlah sebanyak 1298 balita. Balita yang memiliki
bukan hanya yang punya ibu balita
jumlah paling banyak adalah Posyandu Melati V RW
saja. Urunan itu jadi satu seperti
V dengan jumlah sebanyak 235 balita sedangkan
iuran sampah, kematian, kas dan
jumlah balita yang paling rendah adalah Posyandu
lain-lain. Urunan/jimpitan itu buat
Melati RW I dan RW XIV dengan jumlah sebanyak
kasnya posyandu. Akhirnya setelah
80 balita.
ada dana dari dinkes ya puskemas
Posyandu yang melaksanakan program PMT
melaporkan jumlah balita yang ada
bagi Balita di Posyandu Melati terdiri dari RW 01,
biar dapet dana. Jadi sebelum dana
02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09 dan 14. Luasnya
turun harus mengusulkan ke dinas
wilayah jarak tempuh untuk ke Posyandu serta
kesehatan terlebih dahulu jumlah
banyaknya jumlah balita dalam setiap RW dan
balita yang ada, nanti dikroscek
keterbatasan kader dalam melaksanakan program
kalau kelebihan dana akan ditarik
tersebut, sehingga posyandu terbagi menjadi
kembali’’(wawancara pada 4
beberapa pos. Akan tetapi pada RW 10, 11, 12, 13,
November 2014).
15, dan 16 tidak melaksanakan program PMT karena
Berdasarkan pernyataan diatas menjelaskan judul ‘’Evaluasi Program Pemberian Makanan
permasalahan dalam menjalankan program PMT bagi Tambahan Balita Di Posyandu Melati V RW V Di
Balita di Posyandu Melati V. Sebagaimana Kelurahan Lontar Kecamatan Sambikerep Kota
pernyataan yang juga diungkapkan oleh Ketua Surabaya’’.
Posyandu Melati V pos 1 Ibu Darsono menyatakan : B. Rumusan Masalah
‘’Uangnya kurang mbak buat bikin Berdasarkan penjelasan dari latar belakang
makanan, cuma Rp 3000 tiap diatas maka peneliti memakai rumusan masalah
balita kalau tidak dibantu uang RT mengenai Bagaimana Evaluasi Program Pemberian
ya tidak cukup mbak, belum lagi Makanan Tambahan Bagi Balita Di Posyandu Melati
ibu balita yang waktu kegitan V RW V Di Kelurahan Lontar Kecamatan
posyandu ikut minta Sambikerep Kota Surabaya ?
makanannya,kalau kehabisan jajan C. Tujuan Penelitian
ya kita langsung beli snack kalau Berdasarkan rumusan masalah diatas maka
tidak ada jajannya ya ibu balita peneliti memiliki tujuan penelitian ini adalah untuk
tidak datang’’ (wawancara pada 4 mendeskripsikan Evaluasi Program Pemberian
Desember 2014). Makanan Tambahan Bagi Balita Di Posyandu Melati
Selain itu pula tingkat partisipasi ibu balita V RW V Di Kelurahan Lontar Kecamatan
untuk datang ke posyandu kurang aktif apabila menu Sambikerep Kota Surabaya.
makanan balita bukan biskuit dan bubur kacang D. Manfaat Penelitian
hijau. Hal tersebut sesuai wawancara Mbak Ratna a) Manfaat Teoritis
selaku Ahli Gizi PMT bagi Balita di Puskesmas Penelitian ini diharapkan dapat
Lontar menyatakan : memberikan pengetahuan dalam
‘’Jadi buat meramaikan kunjungan mengembangkan Ilmu Admininstrasi
ibu ke posyandu biar balitanya Negara khususnya yang berkaitan
gizinya dikasih PMT kayak bubur dengan penelitian evaluasi kebijakan.
kacang ijo atau biskuit ya.. b) Manfaat praktis
pokoknya ada jajannya. Tapi kalau a. Bagi Universitas Negeri Surabaya
antriannya lama ibu balita kadang Penelitian ini digunakan sebagi
pulang soalnya kelamaan nunggu koleksi ilmiah perpustakaan dan sumber
jadinya ya tidak efektif’’ referensi untuk penelitian selanjutnya
(wawancara pada 4 November yang serupa.
2014). b. Bagi Pelaksana Program PMT Bagi
Permasalahan tidak hanya hal itu saja namun Balita Di Posyandu
juga adanya kelemahan-kelemahan lainnya seperti Penelitian ini diharapkan agar
sumber daya manusia. Sesuai wawancara Mbak mampu memberikan informasi dan
Ratna selaku Ahli Gizi di Puskesmas Lontar umpan balik bagi Dinas Kesehatan Kota
menyatakan : Surabaya selaku pembuat program
‘’Kadernya tidak imbang mbak, kebijakan guna meningkatkan tujuan dari
jadi kayak posyandu melati V pos program PMT bagi Balita terutama di
1 itu banyak ya bagus tapi yang di Posyandu Melati V RW V Kelurahan
posyandu melati v pos 3 itu cuman Lontar Kecamatan Sambikerep.
5, susah buat ngajak ibu-ibu jadi Penelitian ini diharapkan pula dapat
kader ,ada yang bilangnya repot memberikan saran atau solusi bagi pihak
nanti dimarahin suami kalo Puskesmas dan Posyandu untuk
kecapekan’’(wawancara pada 4 mengambil langkah-langkah yang tepat
November 2014). dalam pelaksanaan dan tercapaiannya
Melihat permasalahan tersebut peneliti tertarik keberhasilan program PMT bagi Balita
mengangkat program PMT bagi Balita di Posyandu di Posyandu.
Melati V RW V Kelurahan Lontar Kecamatan c. Manfaat Mahasiswa
Sambikerep, yang dalam menjalankan kegiatan Penelitian ini dapat memberi
posyandu masih terdapat permasalahan yang dapat sumbangan pemikiran bagi
menghambat tujuan program dalam meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan dan
kualitas gizi pada balita, sehingga perlu dilakukan memberikan informasi serta referensi
evaluasi untuk mengetahui dan menilai pelaksanaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan
program kebijakan dalam mencapai sasaran tujuan khususnya dalam penelitian evaluasi
program atau hasil dari sebuah program tersebut. program PMT bagi Balita di Posyandu.
Maka evaluasi kebijakan untuk menilai
pelaksanaan program tersebut dengan menggunakan II. KAJIAN PUSTAKA
kriteria evaluasi menurut William N. Dunn A. Kebijakan Publik
(2003:429) meliputi efektifitas, efisiensi, kecukupan, Kebijakan publik (public policy) menurut Dye
perataan, responsivitas, dan ketepatan. Dari latar dalam Widodo (2013:12), diartikan sebagai
belakang diatas sehingga peneliti tertarik mengambil ‘’whatever governments choose to do or not do’’
atau kebijakan public adalah apapun yang pemerintah dalam spesifikasi objeknya, teknik-teknik
pilih untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. pengukurannya dan metode analisisnya. Jadi evaluasi
Sedangkan Edward III dan Sharkansky yang dikutip adalah aktivitas untuk menilai kebijakan publik
oleh Islamy dalam Widodo (2013:12), bahwa hanya saja spesifikasi mengacu pada tujuan dan
kebijakan publik adalah ‘’what government say and kriteria yang harus dievaluasi pada proses kebijakan
do, or not to do, It is the goals or purpose of publik.
government programs’’ atau kebijakan publik adalah William N. Dunn (2003:608), mendefinisikan
apa yang pemerintah katakan dan dilakukan atau bahwa evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran
tidak dilakukan. Kebijakan merupakan serangkaian (appraisal), pemberian angka (rating) dan penilain
tujuan dan sasaran dari program-program pemerintah. (assessment), kata-kata yang menyatakan usaha
Friedrich yang dikutip Wahab dalam Widodo untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan
(2013:13), mendefinisikan kebijakan publik sebagai nilainya.
suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang Secara keseluruhan dari penjelasan diatas
diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan adalah
dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan kegiatan menilai dan membandingkan kebijakan
adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari publik yang telah diimplementasikan menggunakan
peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau kriteria-kriteria tertentu serta melihat hasil yang
mewujudkan sasaran yang diinginkan. dicapai atau tujuan dari target kebijakan yang telah
Jadi kebijakan publik merupakan suatu dilaksanakan untuk melihat tingkat keberhasilan dan
tindakan yang diciptakan untuk mengatasi masalah kegagalan kebijakan publik.
yang ada disekitar serta mencari cara untuk 2. Tujuan Evaluasi Kebijakan
mengatasi hambatan-hambatan yang ada sehingga Menurut Subarsono (2008:120), evaluasi
tercapai tujuan dari suatu kebijakan publik yang kebijakan memiliki beberapa tujuan yang dapat
dibentuk. Agar tujuan dari kebijakan dapat tercapai dirinci sebagai berikut :
dan terwujud maka tidak hanya diperlukan adanya a. Menentukan tingkat kinerja suatu
tindakan tetapi juga perlu dibentuk peraturan sebagai kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat
landasan hukum agar sifatnya mengikat. diketahui derajad pencapaian tujuan
Salah satu bentuk dari kebijakan publik yang dan sasarn kebijakan.
dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Surabaya adalah b. Mengukur tingkat efisien suatu
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Bagi Balita kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat
Di Posyandu. Program Pemberian Makanan diketahui berapa biaya dan manfaat
Tambahan (PMT) Bagi Balita Di Posyandu adalah dari suatu kebijakan.
kebijakan Pemerintah Kota Surabaya yang c. Mengukur tingkat keluaran (outcome)
melibatkan masyarakat dalam proses pelaksanaannya. suatu kebijakan. Salah satu tujuan
PMT bagi Balita di Posyandu sebagai salah evaluasi adalah mengukur berapa besar
satu kebijakan publik yang telah diimplementasikan dan kualitas pengeluaran atau putput
dalam suatu program. Program Pemberian Makanan dari suatu kebijakan.
Tambahan Balita di Posyandu memiliki tujuan yaitu d. Mengukur dampak suat kebijakan.
meningkatkan kualitas gizi balita (Perwali No. 34 Pada tahap lebih lanjut, evaluasi
Tahun 2012), namun secara tidak langsung untuk ditunjukkan untuk melihat dampak dari
meningkatkan kunjungan ibu balita ke posyandu suatu kebijakan, baik dampak positif
(berdasarkan hasil wawancara Kasi PMT Balita maupun negatif.
Dinas Kesehatan Kota Surabaya). PMT bagi Balita di e. Untuk mengetahi apabila ada
Posyandu sebagai salah satu program yang telah penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan
diimplementasikan maka untuk mengetahui untuk mengatahui adanya
keberhasilan program, sehingga perlu dilakukan penyimpangan yang mungkin terjadi,
evaluasi kebijakan publik. Berikut akan diuraikan dengan cara membandingkan antara
beberapa tinjauan evaluasi kebijakan publik. tujuan dan sasaran dengan pencapaian
target.
B. Evaluasi Kebijakan Publik f. Sebagai bahan masukan/input untuk
1. Definisi Evaluasi Kebijakan Publik kebijakan yang akan datang. Tujuan
Muhadjir dalam Widodo (2013:112), akhir dari evaluasi adalah untuk
mengatakan bahwa evaluasi kebijakan publik memberikan masukan bagi proses
merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh kebijakan ke depan agar dihasilkan
suatu kebijakan dapat membuahkan hasil yaitu kebijakan yang lebih baik.
dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh 3. Fungsi Evaluasi kebijakan
dengan tujuan atau target kebijakan publik yang Evaluasi memiliki fungsi dalam analis
ditentukan. kebijakan menurut Dunn (2003:609), antara lain
Jones dalam Widodo (2013:113), mengatakan sebagai berikut :
bahwa evaluasi sebagai suatu aktivitas yang a. Evaluasi memberi informasi yang valid
dirancang untuk menilai hasil kebijakan pemerintah dan dapat dipercaya mengenai kinerja
yang mempunyai perbedaan yang sangat penting kebijakan, yaitu seberapa jauh
kebutuhan, nilai dan kesempatan telah pencapaian tujuan-tujuan dan target
dapat dicapai melalui tindakan publik. formal
b. Evaluasi memberi sumbangan pada 3. Evaluasi Keputusan Teoritis
klasifikasi dan kritik terhadap nilai- Evaluasi keputusan teoritis
nilai yang mendasari pemilihan tujuan (decision-theoretic evaluation) adalah
dan target. pendekatan yang menggunakan metode-
c. Evaluasi memberikan sumbangan pada metode deskriptif untuk menghasilkan
aplikasi metode-metode analisis informasi yang dapat dipertanggung
kebijakan lainnya, termasuk perumusan jawabkan dan valid mengenai hasil-hasil
masalah dan rekomendasi. kebijakan yang secara eksplisit dinilai
oleh berbagai macam pelaku kebijakan.
C. Pendekatan Evaluasi Kebijakan Perbedaan pokok antara evaluasi teoritis
Dalam melakukan evaluasi kebijakan selain keputusan di satu sisi, dan evaluasi semu
menentukan tipe evaluasi tetapi juga harus dan evaluasi formal disisi lainnya, adalah
menentukan pendekatan-pendekatan apa yang akan bahwa evaluasi keputusan teoritis
digunakan dalam melakukan evaluasi kebijakan. berusaha untuk memunculkan dan
Menurut Dunn (2003:613) pendekatan-pendekatan membuat eksplisit tujuan dan target dari
dalam evaluasi tersebut adalah sebagai berikut : pelaku kebijakan baik yang tersembunyi
1. Pendekatan evaluasi semu atau dinyatakan. Ini berarti bahwa tujuan
Evaluasi semu (pseudo evaluation) dan target dari para pembuat kebijakan
adalah pendekatan yang menggunakan dan administrator merupakan salah satu
metode-metode deskriptif untuk sumber nilai karena semua pihak yang
menghasilkan informasi yang valid dan mempunyai andil dalam
dapat dipercaya mengenai hasil memformulasikan dan
kebijakan, tanpa berusahan untuk mengimplementasikan kebijakan
menanyakan tentang manfaat atau nilai dilibatkan dalam merumuskan tujuan dan
dari hasil-hasil tersebut terhadap target dimana kinerja nantinya akan
individu, kelompok, atau masyarakat diukur.
secara keseluruhan. Asumsi utama dari D. Tipe Evaluasi Kebijakan Publik
evalusi semu adalah bahwa ukuran Evaluasi kebijakan publik dibedakan dalam
tentang manfaat atau nilai merupakan dua macam tipe menurut Widodo (2013:112), yaitu
sesuatu yang dapat terbukti sendiri atau sebagai berikut :
tidak controversial.
2. Pendekatan evaluasi formal 1. Evaluasi hasil (outcomes of publik policy
Evaluasi formal (formal implementation) merupakan riset yang
evaluation) merupakan pendekatan mendasarkan diri pada tujuan kebijakan.
yang menggunakan metode deskriptif Ukuran keberhasilan pelaksanaan
untuk menghasilkan informasi yang kebijakan adalah sejauh mana apa yang
valid dan cepat dipercaya mengenail menjadi tujuan program dapat dicapai.
hasil-hasil kebijakan, tetapi 2. Evaluasi proses (process of publik policy
mengevaluasi hasil tersebut atas dasar implementation) merupakan riset
tujuan program kebijakan yang telah evaluasi yang mendasarkan diri pada
diumumkan secara formal oleh petunjuk pelaksanaan (juklak) dan
pembuat kebijakan dan administrator petunjuk teknis (juklis). Ukuran
program. Asumsi utama dari evaluasi keberhasilan pelaksanaan suatu
formal adalah bahwa tujuan dan target kebijakan adalah kesesuaian proses
diumumkan secara formal adalah implementasi suatu kebijakan dengan
merupakan ukuran yang tepat untuk garis petunjuk (guide lines) yang telah
manfaat atau nilai kebijakan program. ditetapkan.
Dalam pendekatan formal terdapat dua
tipe untuk memahami evaluasi lebih E. Kriteria Evaluasi Kebijakan Publik
lanjut, yaitu : Tipe Pertanyaan Ilustrasi
a. Evaluasi sumatif yaitu evaluasi Kriteria
yang meliputi usaha untuk Efektifi Apakah hasil yang di Unit
memantau pencapaian tujuan dan tas inginkan telah tercapai ? Pelayanan
target formal setelah suatu Efisien Seberapa banyak usaha Unit
kebijakan atau program diterapkan si diperlukan untuk Efisiensi
jangka waktu tertentu. mencapai hasil yang biaya
b. Evaluasi formatif yaitu evaluasi diinginkan?
yang meliputu usaha-usaha untuk
secara terus menerus memantau
Kecuku Seberapa jauah Biaya tetap berorientasi pada perataan adalah
pan pencapaian hasil yang (masalah kebijakan yang akibatnya (misalnya unit
diinginkan memecahkan tipe I) pelayanan atau manfaat moneter) atau
masalah ? Efektifitas usaha (misalnya biaya moneter) secara
(masalah adil didistribusikan. Suatu program
tipe II) tertentu mungkin efektif, efisien dan
Perata Aapakah biaya dan Kriteria mencukupi, namun mungkin ditolak
an manfaat didistribusikan Pareto karena menghasilkan distribusi biaya dan
dengan merata kepada Kriteria manfaat yang tidak merata. Hal ini
kelompok yang berbeda Paldor terjadi karena mereka yang
? Kriteria membutuhkan tidak meneriman
Rawls pelayanan sesuai dengan jumlah mereka,
Respon Apakah hasil kebijakan Konsistensi mereka yang paling tidak mampu
sivitas memuaskan kebutuhan dengan membayar dibebani biaya yang tidak
atau nilai kelompok- survey proposional atau mereka yang paling
kelompok tertentu ? warga menerima manfaat tidak membayar
Negara ongkos.
Ketepa Apakah hasil (tujuan) Program 5. Responsitivas
tan yang diinginkan benar- publik harus Responsitivitas berkenaan dengan
benar berguna atau merata dan seberapa jauh suatu kebijakan dapat
bernilai ? efisien memuaskan kebutuhan preferensi atau
Sumber Dunn (2003:610) nilai kelompok masyarakat tertentu.
Kriteria ini penting karena analis yang
Kriteria untuk mengevaluasi kebijakan publik dapat memuaskan semua criteria lainnya
menurut Dunn (2003:429) merumuskan 6 (enam) efektifitas, efisiensi, kecukupan,
criteria dalam evaluasi adalah sebagai berikut : kesamaan masih gagal jika belum
1. Efektifitas menanggapi kebutuhan aktual dari
Efektifitas berkenaan dengan kelompok yang semestinya diuntungkan
apakah suatu kebijakan yang dari adanya suatu kebijakan.
dilaksanakan mencapai hasil yang 6. Ketepatan
diharapkan. Efektifitas yang Ketepatan berhubungan erat
berhubungan dengan rasionalitas teknis, dengan rasionalistas subtansif karena
selalu diukur dari unit peroduk atau pertanyaan ketepatan kebijakan tidak
layanan atau nilai moneternya. berkenaan dengan satu criteria individu,
2. Efisiensi tetapi dua atau lebih criteria sacara
Efisiensi berkenaan dengan jumlah bersama-sama. Ketepatan merujuk pada
usaha yang diperlukan untuk nilai atau harga dari tujuan program dan
menghasilkan tingkat usaha tertentu. kepada kuatnya asumsi yang melandasi
Efisiensi yang sinonim dengan tujuan-tujuan tersebut. Kriteria ketepatan
rasionalitas ekonomi merupakan mempertanyakan apakah tujuan tersebut
hubungan antara ekeftivitas dan usah tepat untuk suatu masyarakat.
yang umumnya diukur dengan biaya Penelitian Evaluasi Program Pemberian
moneter. Efisiensi biasanya ditentukan Makananan Tambahan Bagi Balita di Posyandu
melalui perhitungan biaya per unit Melati V RW V di Kelurahan Lontar Kecamatan
produk atau layanan. Kebijakan yang Sambikerep ini akan menggunakan pendekatan
menvapai efejtivitas tertinggi dengan evaluasi formal dengan tipe evaluasi formatif, yaitu
biaya terkecil dinamakan efisiensi. evaluasi yang dilakukan karena program berjalan
3. Kecukupan secara terus-menerus serta untuk mengetahui hasil
Kecukupam berkenaan dengan dari program selesai dilaksanakan, serta hasil dari
seberapa jauh suatu tingkat efektifitas program tujuan yang telah ditetapkan oleh pembuat
memuaskan kebutuhan, nilsi atau kebijakan. Berkaitan dengan penjelasan mengenai
kesempatan yang menumbuhkan berbagai tipe serta kriteria evaluasi, maka peneliti
masalah. Kriteria ini menekankan tidak bermaksud untuk meneliti keseluruhan tahapan
kuatnya hubungan antara alternative kebijakan, melainkan hanya tahap penilaian hasilnya
kebijakan dan hasil yang dicapai. saja (evaluasi hasil) yaitu untuk mengetahui
4. Kesamaan keberhasilan pelaksanaan program yang dapat diukur
Kesamaan berkaitan erat dengan berdasarkan evaluasi kebijakan yang dikemukakan
rasionalitas legal dan social dan oleh Dunn.
menunjuk pada distribusi akibat dan
usaha antara kelompok yang berbeda III. METODE PENELITIAN
dalam masyarakat. Kebijakan yang Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini berlokasi Tamat 4 7%
di Posyandu Melati V RW V Kelurahan Lontar Perguruan
Kecamatan Sambikerep Kota Surabaya. Pada Tinggi
penelitian ini yang menjadi populasi adalah ibu balita Jumlah 59 100%
yang menerima program PMT bagi Balita di Sumber : Data primer yang diolah, 2015
Posyandu V RW V Kelurahan Lontar Kecamatan
Sambikerep Kota Surabaya dengan jumlah Tabel 4.10
populasinya sebanyak 235 orang. Pengambilan Pengelompokan Responden Berdasarkan
anggota sampel dalam penelitian ini dengan Pekerjaan
menggunakan rumus Arikunto dan jumlah data yang Pekerjaan Jumlah Persentase
akan dijadikan sebagai sampel penelitian adalah 25% PNS 0 0%
dari total populasi yaitu menjadi 59 responden. Pegawai 9 15%
Teknik penentuan sampel berdasarkan swasta
kebetulan atau insidental, yaitu siapa saja yang secara Wirausaha 4 7%
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat Ibu Rumah 46 78%
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang Tangga
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber Jumlah 59 100 %
data (Sugiyono (2012:96). Pengambilan data dalam Sumber : Data primer yang diolah, 2015
penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara untuk
memperoleh data, yaitu pengumpulan data primer Tabel 4.11
dalam penelitian ini didapatkan menggunakan Pengelompokan Berdasarkan Jenis
instrument penelitian, yaitu kuesioner, observasi dan Kelamin Anak
wawancara (Sugiyono, 2012:156) dan pengumpulan Jenis Jumlah Persentase
data sekunder berupa literature yang bersumber dari Kelamin
buku-buku, referensi jurnal, arsip atau dokumentasi, Laki-laki 25 42%
penelitian terdahulu dan sebagaianya. Sedangkan Perempuan 34 58%
teknik analis data menggunakan analisis data Jumlah 59 100%
kuantitatif dan analisis deskriptif. Sumber : Data primer yang diolah, 2015
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.12
Berdasarkan hasil penelitian, anggota sampel Pengelompokan Berdasarkan Umur Anak
berjumlah 59 responden yang telah di ambil tersebut
Umur anak Jumlah Persentase
dapat diidentifikasikan menurut umur reponden,
pendidikan terakhir, pekerjaan, jenis kelamin anak, ≤1 9 15%
umur anak, berat badan anak, dan tinggi badan anak. 1-2 30 51%
Pengelompokan responden tersebut dapat dilihat pada
tabel dibawah ini : 3-4 19 32%
Tabel 4.8 5-<6 1 2%
Pengelompokan Responden Berdasarkan Usia Jumlah 59 100%
Usia Responden Jumlah Persentase Sumber : Data primer yang diolah, 2015
<20 1 2%
Tabel 4.13
21-25 19 32% Pengelompokan Responden Berdasarkan
26-30 23 39% Berat
Badan Anak
31-35 11 19%
Berat badan anak Jumlah Persentase
36-40 5 8%
Sangat rendah 0 0%
41-45 0 0%
Rendah 11 19%
Jumlah 59 100%
Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Normal 39 66%
Lebih 9 15%
Tabel 4.9
Pengelompokan Responden Berdasarkan Jumlah 59 100%
Pendidikan Sumber : Data primer yang diolah, 2015
Pendidikan Jumlah Persentase
Responden
Tidak sekolah 1 2%
Tamat SD 5 8%
Tamat SMP 20 34 %
Tamat 29 49 %
SMA/SMK
Tabel 4.13 . posyandu dalam Baik
Pengelompokan Responden Berdasarkan menggunakan alat
Tinggi Badan Anak pengukur tinggi badan
Tinggi badan anak Jumlah Persentase 14 Keterampilan kader 90,6% Sangat
. posyandu dalam Baik
Sangat pendek 1 2% mencatat kartu KMS
Pendek 10 17% 15 Kesesuaian kader 75% Baik
Normal 35 59% . posyandu dalam
memanggil nomer
Jangkung 13 22% absensi PMT
Jumlah 59 100% 16 Kader posyandu 87,7% Sangat
Sumber : Data primer yang diolah, 2015 . melakukan kegiatan Baik
dengan waktu yang tepat
Berdasarkan hasil penelitian mengenai skor 17 PMT yang diberikan 80,9% Sangat
jawaban dari 59 responden pada setiap indikator . tanpa pengawet makanan Baik
evaluasi program PMT Bagi Balita Di Posyandu 18 PMT yang diberikan 70,7% Baik
Melati V RW V yang telah dipersentasikan dan . tanpa pemanis makanan
dimasukkan kedalam kelas interval sesuai dengan 19 PMT yang diberikan 75,8% Baik
kategori kriteria interpretasi skor yang telah . tanpa pengenyal
ditentukan. Nilai pada kelas interval dinyatakan makanan
dengan kategori Sangat Baik, Baik, Cukup Baik, dan 20 PMT yang diberikan 72% Baik
Tidak Baik. . tanpa penyedap makanan
21 PMT yang diberikan 72,8% Baik
Tabel 4.32
. tanpa pewarna makanan
Kategori Persentase Nilai Skor Pada Variabel
22 Jumlah makanan PMT 80% Sangat
Evaluasi PMT Bagi Balita Di Posyandu Melati
. memenuhi kebutuhan Baik
V RW V
23 Jenis makanan PMT 79,6% Sangat
N Pertanyaan Persen Katego
. mengandung gizi Baik
o tase ri
% 24 Alat-alat penunjang 72,8% Baik
. kegiatan PMT (meja,
1. Kesehatan anak setelah 77,9% Sangat
diberi PMT Baik kursi, penimbang berat
badan, pengukur tinggi
2. Peningkatan tinggi badan 78,8% Sangat
badan)
anak Baik
25 Manfaat yang sama 82,2% Sangat
3. Peningkatan berat badan 72,4% Baik
. dirasakan ibu balita Baik
anak
26 Kader posyandu 75% Baik
4. Minat ibu balita ke 85,5% Sangat
. memberikan jenis PMT
posyandu Baik
yang sama
5. Kader posyandu 89,8% Sangat
27 Kader posyandu 76,2% Baik
memberikan pelayanan Baik
. memberikan jumlah
yang sesuai
PMT yang sama
6. Bidan memberikan 87,7% Sangat
28 Kader posyandu 60,1% Baik
pelayanan yang sesuai Baik
. memberikan jatah PMT
7. Kader posyandu 96,6% Sangat
pada ibu balita yang
melayani dengan sikap Baik
tidak hadir
yang ramah
29 PMT memberikan respon 88,1% Sangat
8. Bidan melayani dengan 95,7% Sangat
. yang baik pada ibu balita Baik
sikap yang ramah Baik
30 Kader posyandu 86% Sangat
9. Kader posyandu 83,8% Sangat
. menanggapi keluhan ibu Baik
mengajak untuk datang Baik
balita
ke kegiatan PMT balita
31 Bidan menanggapi 90,6% Sangat
10 Ketetapan jumlah 73,7% Baik
. keluhan ibu balita Baik
. anggaran yang
32 PMT sesuai kebutuhan 80,9% Sangat
digunakan untuk PMT
. anak balita Baik
11 Jumlah kader posyandu 82,2% Sangat
33 Pemahaman ibu balita 82,2% Sangat
. untuk kegiatan PMT Baik
. mengenai penyuluhan Baik
12 Keterampilan kader 83,8% Sangat
PMT oleh kader
. posyandu dalam Baik
posyandu
menggunakan alat
34 Pemahaman ibu balita 77,5% Sangat
penimbangan
. mengenai penyuluhan Baik
13 Keterampilan kader 85,5% Sangat
PMT oleh ahli gizi
35 Pemahaman ibu balita 79,6% Sangat tersebut menunjukkan ketercapaian pelayanan kader
. memilih bahan makanan Baik posyandu yang selalu melayani dengan sangat baik
untuk anak akan tetapi tetapi harus tetap mempertahankan agar
36 Pemahaman ibu cara 74,5% Baik para ibu balita tetap merasa nyaman.
. mengelola makanan Begitu pula ketika bidan memberikan
untuk anak pelayanan pada saat kegiatan PMT yang terdapat
37 Pemahaman ibu 73,7% Baik pada no item 6 menunjukkan bahwa pelayanan yang
. memvariasi makanan diberikan bidan selalu sesuai dengan keinginan ibu
untuk anak. balita dengan perolehan persentase sebesar 87,7%,
Sumber : Data primer diolah, 2015 meskipun begitu bidan harus tetap mempertahankan
hal tersebut agar ibu balita tetap merasa nyaman.
Hasil dari penelitian diatas mengenai Evaluasi Ketika pelaksanaan kegiatan PMT kader posyandu
Program PMT Bagi Balita Di Posyandu Melati V juga melayani dengan sikap yang ramah dengan
RW V Di Kelurahan Lontar Kecamatan Sambikerep persentase 96,6% atau sangat baik.
Kota Surabaya telah memperoleh hasil presentase Jawaban responden mengenai kader posyandu
rata-rata pada masing-masing indikator efektifitas, melayani dengan sikap yang ramah pada no. item 7
efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas dan memperoleh prosentase paling tinggi pada indikator
ketetapan. efektifitas sebesar 96,6%. Sedangkan pada no item 8
Hasil penelitian yang didapat dari indikator mengenai bidan melayani dengan sikap yang ramah
efektifitas memperoleh persentase rata-rata sebesar juga tidak jauh berbeda dengan memperoleh skor
84,73% atau berada pada kategori sangat baik. presentase sebesar 95,7%. Disamping itu pula kader
Presentase tersebut diperoleh melalui jawaban posyandu mengajak ibu balita untuk datang ke
responden pada no. item 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. kegiatan PMT pada no. item 9 dengan memperoleh
Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil yang persentase sebesar 83,8%. Pelaksana khususnya
diinginkan telah tercapai, pada no. item 1 mengenai kader posyandu telah senantiasa mengajak para ibu
kesehatan anak balita setelah diberi PMT balita untuk datang ke posyandu walaupun terkadang
mendapatkan persentase sebanyak 77,9%. Responden para kader sibuk akan tetapi kader posyandu telah
merasa bahwa pemberian makanan tambahan pada berupaya untuk melaksanakan tugas untuk mengajak
balita di Posyandu Melati V RW V anak menjadi para ibu ke posyandu. Hal tersebut yang telah
sehat, serta PMT yang diberikan di posyandu sebagai dilakukan kader posyandu maupun bidan dalam
makanan selingan antara makan pagi hingga makan kegiatan PMT memberikan hasil yang sangat baik
siang mampu memenuhi asupan makanan untuk kepada ibu balita sehingga usaha yang dilakukan
tubuh anak balita. telah mencapai hasil yang diinginkan.
Efektifitas juga mengenai pada meningkatnya Hasil penelitian selanjutnya berdasarkan
tinggi badan anak balita setiap bulannya dapat indikator efisiensi memperoleh rata-rata skor
dipersepsikan bahwa tinggi badan anak setiap presentase sebesar 78,95% atau berada pada kategori
bulannya selalu bertambah dengan pencapaian sangat baik. Hasil prosentase tersebut diperoleh dari
persentase sebanyak 78,8%. Dari hasil pada no. item jawaban responden no. item 10, 11, 12, 13, 14, 15
2 tersebut diharapkan pihak posyandu terutama para dan 16. Hal tersebut ditunjukkan melalui ketetapan
pelaksana kegiatan PMT tetap memantau jumlah anggaran yang digunakan untuk PMT pada
perkembangan tumbuh tinggi anak agar setiap no. item 10 mendapatkan presentase paling rendah
bulannya berat badan balita naik. Namun jawaban dari indikator efisiensi sebanyak 73,7%. Kategori
responden pada no item 3 mengenai meningkatnya tersebut menunjukkan bahwa pada anggaran yang
berat badan anak setiap bulannya mendapatkan digunakan untuk PMT dikatakan sering mencukupi
presentase skor paling rendah dari indikator untuk kegiatan PMT akan tetapi belum berada pada
efektifitas dengan memperoleh prosentase skor kategori selalu mencukupi, dikarenakan anggaran
sebesar 72,4%. Meskipun persentase tersebut berada yang digunakan membutuhkan dana lain seperti uang
pada kategori baik, namun pihak kader posyandu jimpitan dari para ibu balita yang datang ketika
maupun pihak puskesmas harus tetap memantau pelaksanaan kegiatan PMT.
perkembangan berat badan anak dikhawatirkan akan Selanjutnya mengenai jumlah kader posyandu
muncul permasalahan status gizi balita yang kurang untuk kegiatan PMT mendapatkan persentase
baik. sebanyak 82,2%. Walaupun pada no. item 11 tersebut
Kegiatan PMT bagi Balita di Posyandu Melati jumlah kader pada saat kegiatan PMT selalu
V RW V telah memberikan partisipasi yang sangat memenuhi kebutuhan PMT akan tetapi pada
baik kepada ibu balita untuk datang ke posyandu Posyandu Melati 5 pos 2 dan pos 3 hanya terdapat 5
dengan persentase sebesar 85,5%. Hasil pada no. kader, sehingga perlu penambahan kader agar pada
item 4 tersebut menunjukkan bahwa dengan PMT saat pelaksanan kegiatan PMT dapat mengurangi
yang diberikan saat posyandu berlangsung dapat tugas masing-masing.
menarik kehadiran ibu balita untuk selalu datang Usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil
keposyandu. Selanjutnya pada no. item 5 mengenai yang diinginkan dari program PMT juga mengenai
kader posyandu memberikan pelayanan yang sesuai keterampilan kader posyandu dalam menggunakan
memperoleh prosentase skor sebesar 89,9%. Hasil alat penimbangan pada no. item 12 yang memperoleh
prosentase skor sebesar 83,8%.. Walaupun persentase balita. Selanjutnya, mengenai PMT yang diberikan
skor berada pada kriteria sangat baik yang artinya tanpa menggunakan pengenyal makanan dengan
bahwa kader posyandu selalu terampil dalam perolehan prosentase skor tersebut hanya 75,8%,
menimbang berat badan anak, namun hal tersebut dikarenakan hasil pada no. item 19 menunjukkan
juga masih banyaknya ibu balita yang menimbang bahwa kader posyandu dalam membuat PMT sering
anaknya sendiri karena kader kewalahan dalam terbebas dari pengenyal makanan, Meskipun kader
menimbang berat badan anak balita yang posyandu masih menggunakan pengenyal yang tidak
dikhawatirkan hasil penimbangan berat badan tidak berbahaya, diharapkan tidak lagi menggunakan
tepat. pengenyal makanan karena dapat menganggu
Sisi efisiensi juga ditunjukkan mengenai pencernaan dan tumbuh kembang anak balita.
keterampilan kader posyandu dalam menggunakan Hal serupa mendapatkan kategori yang baik
alat pengukur tinggi badan bahwa dalam mengukur mengenai PMT yang diberikan tanpa menggunakan
tinggi badan anak para kader posyandu selalu penyedap makanan pada no. item 20 mendapatkan
terampil menimbang berat badan anak. dengan prosentase sebesar 72%. Untuk itu para kader
perolehan persentase 85,5%. Walaupun pada no. item posyandu dalam membuat PMT harus terbebas dari
13 memperoleh prosentase sangat baik, namun perlu penyedap makanan dan dianjurkan hanya
adanya penambahan alat ukur tinggi badan agar anak menggunakan garam beriodium saja karena apabila
balita tidak mengantri lama. tetap menggunakan penyedap makananan dapat
Perolehan hasil dari indikator efisiensi mengganggu tumbuh kembang anak. Hasil
mengenai keterampilan kader posyandu dalam selanjutnya mengenai PMT yang diberikan tanpa
mencatat kartu KMS pada no. item 14 ini pewarna makanan juga memperoleh prosentase skor
memperoleh presentase sebesar 90,6%. Persentse yang tidak jauh berbeda sebesar 72,8% atau berada
tersebut merupakan nilai paling tinggi pada indikator pada kategori baik. Pada no. item 21 ini
efisiensi bahwa kader selalu terampil dalam mencatat menunjukkan bahwa kader posyandu dalam membuat
kartu KMS secara cepat dan tepat meskipun begitu makanan sering terbebas dari pewarna makanan,
para kader posyandu harus tetap teliti dalam mencatat meskipun begitu dihimbau agar kader tetap
kartu KMS agar tidak terjadi kekeliruan. menggunakan bahan alami yang diolah sendiri agar
Namun berbeda pada no. item 15 mengenai warna dari makanan tetap aman dan sehat.
kesesuaian kader posyandu dalam memanggil nomer Pencapaian hasil kecukupan selanjutnya
absensi PMT yang memperoleh presentase paling mengenai jumlah makanan PMT memenuhi
rendah. Perolehan presentase skor tersebut hanya kebutuhan anak balita pada no item 22 memperoleh
75%, dikarenakan banyaknya ibu balita yang skor sebesar 80%. Kader posyandu selalu
mengantri dan membuat antrian menumpuk sehingga memberikan PMT untuk anak balita bahkan kader
pemanggilan absensi tidak sesuai. Usaha yang membuat PMT dilebihkan untuk cadangan apabila
dilakukan kader posyandu untuk mencapai hasil yang ada balita yang datang terlambat. Jenis makanan
diinginkan juga mengenai kader posyandu melakukan PMT yang dibuat oleh kader posyandu mengandung
kegiatan PMT dengan waktu yang tepat dengan gizi juga dikatakan selalu memenuhi kandungan gizi.
perolehan persentase 87,7%. Usaha yang dilakukan Hal tersebut diperoleh dengan persentase 79,6%,
kader tersebut pada no. item 16 menunjukkan bahwa Akan tetapi pada no item 23 ini pengetahuan kader
kader posyandu selalu melakukan kegiatan dengan posyandu lebih ditingkatkan lagi mengingat bahwa
tepat waktu, meskipun begitu para kader posyandu dalam pembuatan PMT para kader posyandu tidak
harus tetap datang lebih awal agar selalu siap. tahu kandungan gizi yang baik untuk balita hanya
Hasil penelitian selanjutnya dari indikator berdasarkan kemampuan kader posyandu untuk
kecukupan memperoleh rata-rata skor presentase membuat PMT.
sebesar 75,63% atau berada pada kategori baik. Hasil Sedangkan jawaban responden pada no item
prosentase tersebut diperoleh dari jawaban responden 24 mengenai alat-alat penunjang kegiatan PMT
no. item 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23 dan 24. Prosentase misalnya, (meja, kursi, penimbang berat badan,
yang paling tinggi mengenai PMT yang diberikan pengukur tinggi badan) memperoleh skor sebesar
tanpa menggunakan pengawet makanan yang 72,2%. Kategori tersebut menunjukkan bahwa alat-
memperoleh presentase sebesar 80,9% atau berada alat tersebut sering memenuhi kegiatan PMT
pada kriteria sangat baik. No item 17 tersebut walaupun kondisi alat-alat tersebut belum mampu
menunjukkan bahwa pembuatan makanan PMT memenuhi kegiatan PMT.
selalu terbebas dari pengawet makanan yang Hasil penelitian selanjutkan dari indikator
mengandung bahan kimia. perataan memperoleh rata-rata skor presentase
Jawaban responden selanjutnya pada no. item sebesar 72,80% atau berada pada kategori baik. Hasil
18 mengenai PMT yang diberikan tanpa pemanis prosentase tersebut diperoleh dari jawaban responden
makanan memperoleh skor sebesar 70,7%. Hasil pada no. item 25, 26, 27, dan 28. Perolehan
tersebut menunjukkan bahwa kader posyandu ketika presentase yang paling tinggi adalah manfaat yang
membuat PMT sering terbebas dari pemanis makanan dirasakan ibu balita melalui kegiatan PMT bahwa ibu
meskipun begitu kader posyandu diharapkan tidak dapat mengetahui kesehatan anak balita, dapat
menggunakan pemanis makanan karena dapat memantau perkembangan anak serta ibu balita dapat
menganggu pencernaan dan tumbuh kembang anak memahami PMT yang baik dan benar, pada jawaban
responden no. item 25 ini memperoleh persentase program PMT yang diinginkan dapat berguna bagi
sebesar 82,2%. ibu balita.
Akan tetapi sisi perataan pada no. item 26 Pemberian makanan tambahan yang
mengenai kader posyandu memberikan jenis PMT ditargetkan kepada kebutuhan sasaran telah sesuai
yang sama hanya memperoleh presentase skor untuk kebutuhan anak balita dengan perolehan hasil
sebesar 75%. Para kader posyandu memang sering yang sangat baik. Pada no item 32 ini ditunjukkan
memberikan jenis PMT yang sama kepada ibu balita, dengan presentase skor sebesar 80,9% . Sehingga
meskipun terkadang para ibu mendapatkan bermacam pemahaman ibu balita mengenai penyuluhan PMT
jenis makanan yang berbeda dikarenakan kehabisan oleh kader posyandu juga memperoleh hasil yang
jatah PMT serta diharapakn kader posyandu sangat baik sebesar 82,2%. Walaupun pada no. 33 ini
memberikan menu makanan PMT yang berbeda berada pada kriteria sangat baik dalam memahami
setiap bulannya. penyuluhan yang diberikan kader namun kader
Kader posyandu juga memberikan jumlah posyandu harus tetap memberikan penyuluhan
PMT yang sama kepada ibu balita yang tidak jauh dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh ibu balita
berbeda dengan perolehan prosentase sebesar 76,2%. agar para ibu dapat memahami apa yang disampaikan
Pada no. item 27 ini menunjukkan bahwa kader oleh kader posyandu.
posyandu selalu memberikan jumlah PMT sebanyak Jawaban responden selanjutnya pada no. item
dua macam kepada setiap ibu balita, diharapkan 34 mengenai pemahaman ibu balita mengenai
kader posyandu selalu memberikan jatah PMT yang penyuluhan PMT oleh ahli gizi juga memperoleh
sama dan merata kepada ibu balita. Namun, kader kategori sangat baik. Hasil tersebut menunjukkan
posyandu dalam memberikan jatah PMT pada ibu sebesar 77,5% bahwa para ibu selalu memahami
balita yang tidak hadir pada no. item 28 ini hanya penyuluhan yang diberikan oleh ahli gizi mengenai
mendapatakan persentase sebanyak 60,1%. Skor PMT, akan tetapi ahli gizi harus tetap memberikan
tersebut merupakan skor terendah pada indikator penyuluhan yang mudah dimengerti oleh para ibu
perataan. Kader posyandu memang tidak selalu balita agar ibu balita dapat memahami apa yang
memberikan jatah PMT kepada ibu balita yang tidak disampaikan oleh kader posyandu.
datang karena kesibukan para kader serta tenaga yang Pemahaman ibu balita memilih bahan
tidak mencukupi untuk mendistribusikan PMT secara makanan untuk anak juga memperoleh hasil yang
merata setelah kegiatan PMT berlangsung. sangat baik dengan prosentase skor sebanyak 79,6%.
Hasil penelitian selanjutnya dari indikator Dari no. item 35 ini diharapkan ibu balita selalu
responsivitas memperoleh rata-rata skor presentase memahami cara memilih bahan makanan yang benar
sebesar 88,23% atau berada pada kategori sangat agar kandungan gizi pada bahan makanan yang
baik. Hasil prosentase tersebut diperoleh dari dipilih tepat. Selanjutnya jawaban responden
jawaban responden pada no. item 29, 30 dan 31. mengenai pemahaman ibu cara mengelola makanan
Pelaksanaan PMT telah memberikan respon yang untuk anak pada no. item 36 memperoleh presentase
sanagat baik pada ibu balita dengan memperoleh skor paling rendah sebanyak 74,5% dengan kategori
prosentase skor sebesar 88,1%. Pada no. item 29 ini baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu balita
para kader posyandu menyampaikan kegiatan PMT sering memahami cara mengelola makanan yang
dengan baik sehingga para ibu balita tidak keberatan benar untuk balitanya, untuk itu para pelaksana tetap
dengan adanya kegiatan PMT ini akan tetapi kader memberikan penyuluhan agar para ibu selalu
posyandu lebih mendekatkan diri kepada ibu balita memahami cara mengelola bahan makanan untuk
agar ibu balita lebih menerima kegiatan tersebut yang anak balita. Namun dari sisi ketepatan mengenai
dilaksanakan setiap bulannya. pemahaman ibu balita memvariasi makanan dengan
Hasil kebijakan PMT dapat memuaskan memperoleh skor paling rendah dengan presentase
kebutuhan atau nilai kelompok mengenai kader skor sebanyak 73,7%. Walaupun pada no. item 37 ini
posyandu menanggapi keluhan ibu balita yang masuk kedalam kategori baik, pemahaman ibu balita
memperoleh 86%. Walaupun nilai item no. item 30 mengenai cara memvariasi makanan harus
ini berada pada kriteria sangat baik, para kader ditingkatkan agar para ibu dapat selalu membuat
posyandu harus selalu senantiasa dapat menerima makanan sendiri dirumah.
keluhan ataupun keinginan ibu balita. Sedangkan
bidan ketika menanggapi keluhan ibu balita V. PENUTUP
memperoleh presentase skor paling tinggi sebesar A. Kesimpulan
90,6% atau berada pada kriteria sangat baik. No. item Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul
31 ini menunjukkan bahwa bidan selalu menerima ‘’Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan
keluhan ibu balita dan memberikan penyampaian Bagi Balita di Posyandu Melati V RW V di
yang benar kepada ibu balita. Kelurahan Lontar Kecamatan Sambikerep Kota
Hasil penelitian selanjutnya dari indikator Surabaya’’ dapat disimpulkan hasil penelitian ini
ketepatan memperoleh rata-rata skor presentase diperoleh persentase rata-rata keseluruhan sebesar
sebesar 79,23% atau berada pada kategori sangat 79,92 % atau berada pada kategori sangat baik,
baik. Hasil prosentase tersebut diperoleh dari artinya bahwa evaluasi program PMT bagi Balita di
jawaban responden pada no. item 32, 33, 34, 35, 36 Posyandu Melati V RW V telah menghasilkan
dan 37. Indikator ketepatan merupakan hasil dari pelaksanaan yang sesuai dengan yang diharapkan.
Hasil persentase tersebut telah dihitung pada cara membuat PMT yang mudah agar
bab sebelumnya yang memperoleh pencapaian kemampuan kader dalam membuat PMT tidak
persentase paling tinggi adalah indikator monoton sehingga akan memberikan menu-manu
responsivitas dengan prensentase sebesar 88,23% baru yang sesuai dengan kandungan gizi untuk
atau kategori sangat baik artinya bahwa hasil dari balita.
program PMT bagi Balita di Posyandu Melati V RW 3. Berdasarkan wawancara dengan kader posyandu
V telah memuaskan kebutuhan atau nilai-nilai Melati V RW V maka perlu meningkatkan
kelompok sasaran. Indikator yang kedua adalah keterampilan dan kemampuan kader dalam
indikator efektifitas dengan persentase sebesar menggunakan timbangan ataupun pengukuran
84,73% atau dengan kategori sangat baik. Indikator tinggi badan agar hasil yang didapat sesuai dan
efektifitas menunjukkan bahwa hasil dari program tepat.
PMT bagi Balita di Posyandu Melati V RW V yang 4. Berdasarkan indikator perataan, perlu diupayakan
diinginkan telah tercapai. untuk mendistribusikan manfaat program PMT
Indikator yang ketiga yaitu indikator ketepatan bagi Balita di Posyandu secara sama serta
memperoleh persentase sebesar 79,23% atau kategori mendistribusikan PMT secara merata. Hal ini
sangat baik artinya bahwa hasil program dari PMT dikarenakan indikator perataan memperoleh skor
bagi Balita di Posyandu Melati V RW V dapat paling rendah diantara indikator evaluasi lainnya.
berguna dan bernilai bagi kelompok sasaran. 5. Peneliti juga memberikan rekomendasi pada
Selanjutnya indikator yang keempat adalah indikator kasus gizi buruk bahwa kader posyandu lebih
efisiensi yang memperoleh persentase sebesar aktif memantau perkembangan anak balita
78,95% atau ketegori sangat baik. Indikator efisiensi terutama anak pada kondisi status gizi kurang
ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan untuk ataupun gizi buruk serta segera membuat tindakan
mencapai hasil yang diinginkan dari program PMT lebih lanjut dengan melaporkan kasus-kasus yang
bagi Balita di Posyandu Melati V RW V telah terjadi pada balita agar dapat ditindak lanjuti oleh
tercapai. pihak puskesmas
Indikator yang kelima adalah indikator
kecukupan memperoleh persentase sebesar 75,63% DAFTAR PUSTAKA
dengan kategori baik artinya bahwa pencapaian hasil
program telah memecahkan masalah yang mampu Daftar Rujukan Buku
mencukupi kebutuhan. Sedangkan indikator terakhir Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
adalah indikator perataan memperoleh persentase Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
yang paling rendah sebesar 72,80% atau kategori Cipta.
baik. Indikator perataan menunjukkan bahwa manfaat Aritonang, Irianton.1996. Pemantauan Pertumbuhan
dari program PMT bagi Balita di Posyandu Melati V Balita. Yogyakarta :Kanisius.
RW V telah didistribusikam secara merata. Dengan Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis
demikian bahwa PMT bagi Balita di Posyandu Melati Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada
V RW V masih terdapat kekurangan dalam University Press.
menjalankan kegiatannya, hal tersebut sesuai Kerdjati, Sri dkk. 1985. Aspek Kesehatan dan Gizi
perolehan hasil indikator yang telah diuraikan Anak Balita. Yayasan Obor Indonesia.
sebelumnya. Nugroho, Riant. 2012. Public Policy. Jakarta : PT.
B. Saran Elex Media Komputindo.
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan Publik.
’Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Bagi Balita di Posyandu Melati V RW V di Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrasi.
Kelurahan Lontar Kecamatan Sambikerep Kota Bandung : Alfabeta.
Surabaya’’, maka peneliti memberikan saran untuk Widodo, Joko. 2013. Analisis Kebijakan Publik.
melaksanakan PMT Bagi Balita di Posyandu Malang : Bayu Media Publishing.
walaupun secara keseluruhan pelaksanaan program Winarno, Budi. 2005. Teori dan Proses Kebijakan
tersebut masuk dalam kategori sangat baik. Adapun Publik. Yogyakarta : Media Pressindo.
saran-saran tersebut yang dapat digunakan yaitu :
Daftar Rujukan Skripsi
1. Meningkatkan anggaran PMT bagi Balita di Arianti, Dyan Dewi. 2014. Evaluasi Program
Posyandu, karena pada indikator efisiensi terdapat Sekolah Lapangan Pengendalian Hama
item pertanyaan mengenai ketetapan jumlah Terpadu (SLPHT). Surabaya : Program Strata
anggaran yang digunakan untuk PMT yang 1 Universitas Negeri Surabaya
memperoleh presentasi paling rendah pada Cynthia, Ike Octarisqi Siagian. 2014. Efektifitas Tiket
indikator ini sehingga perlu penambahan Online Berbasis Rail Ticket System (RTS) Di
anggaran agar para pelaksana khususnya kader PT. KAI DOP 8 Stasiun Besar Surabaya
posyandu tidak merasa kebingungan. Gubeng. Surabaya : Program Strata 1
2. Berdasarkan wawancara dengan kader posyandu Universitas Negeri Surabaya.
Melati V RW V maka perlu memberikan Isnanto, Rizal Digda. 2012. Evaluasi Program PNPM
pelatihan keterampilan terhadap kader mengenai Mandiri Generasi Cerdas Di Desa
Kurungrejo Kecamatan Prambon Kabupaten Badan Pusat Statistik. 2015. Surabaya Dalam Angka
Nganjuk. Surabaya : Program Strata 1 Tahun 2013, (online),
Universitas Negeri Surabaya. (http://surabayakota.bps.go.id/ diakses pada
Rosalina, Iga. 2014. Efektifitas Pelaksanaan 15 Januari 2015).
Program Nasional Pemberdayaan Badan Perencanaan Nasional. 2015. Rencana Aksi
Masyarakat Mandiri-Perkotssn Pada Pangan Nasional Dan Gizi Tahun 2011-2015,
Kelompok Pinjaman Bergulir Di Desa (online),
Mantren Kecamatan Karangrejo Kabupaten http://bappenas.go.id/files/3513/5022/6052/fa
Magetan. Surabaya : Program Strata 1 ktor-faktor-yang-mempengaruhi-
Universitas Negeri Surabaya. kelangsungan-hidup-
anak2010090310302027480__201105181009
Daftar Rujukan Dokumen Resmi Pemerintahan 43__3049__0.pdf diaskes pada 28 Maret
Kecamatan Sambikerep. 2013. Kecamatan 2015).
Sambikerep Dalam Angka Tahun 2013. Faizah, Nur. 2012. Imunisasi Pencegahan Penyakit
Surabaya : Badan Pusat Statistik Kota Pada Bayi, (online)
Surabaya. (http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/u
Kelurahan Lontar. 2014. Data Profil Kelurahan ploads/downloads/2011/01/Materi-Advokasi-
Lontar Tahun 2014. Surabaya. BBL.pdf. diaskes pada 22 November 2014).
Pendampingan Perempuan Sadar Gizi, (online)
Puskesmas Lontar. 2014. Jumlah Balita Kelurahan (http://www.salimah.or.id/pendampingan-
Lontar Tahun 2014. Surabaya. perempuan-sadar-gizi-2/ diaskes pada tanggal
1 November 2014).
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 34 Tahun 2012 Fitri .2012. Berat Lahir Sebagai Factor Dominan
Tentang Penyelenggaraan Pemberian Terjadinya Stunting Pada Balita (12-59) Di
Makanan Tambahan Bagi Balita Di Posyandu. Sumatra (Analisis Data Riskesdas 2010),
Surabaya : Jaringan Dokumentasi Informasi (http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=
dan Hukum Kota Surabaya. &esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=
Perjanjian Kerjasama Antara Dinas Kesehatan Kota 8&ved=0CCAQFjAA&url=http%3A%2F%2F
Surabaya Dengan Posyandu Balita Tentang lib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F202
Pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan 98098-T30071-
Bagi Balita Di Posyandu. 2014. Surabaya : Fitri.pdf&ei=fnYkVYXkBea1sATV-
Dinas Kesehatan Kota Surabaya. ICQDQ&usg=AFQjCNF29aM8PvU2S3z3VX
Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2009 Tentang h_l4eUFxRLKA&bvm=bv.90237346,d.cWc
Kesehatan. Surabaya : Kemenkes.go.id. diaskes pada tanggal 28 Maret 2015).
Sakti, Eka R, 2013, Pola Hubungan Pemberian MP-
Daftar Rujukan Lainnya : ASI Dengan Status Gizi Anak Usia 6-23 Bulan
Tabel Penentuan Status Gizi Bagi Anak Balita Baik Di Wilayah Pesisir Kecamatan Tallo Kota
Laki-Laki Maupun Perempuan Berdasarkan Makassar Tahun 2013,
Z-Score Baku NCHS. 2004. Surabaya : Dinas (http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/
Kesehatan Kota Surabaya. 123456789/5480/JURNAL_MKMI_%20RIS
Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. 2012. KY%20EKA%20SAKTI%20%28K21109274
Surabaya : Kementrian Kesehatan RI. %29.pdf?sequence=1 diaskes pada tanggal 28
Rahayu, Budi dkk. Buku Pegangan Kader Posyandu. Maret 2015).
2009. Surabaya : Dinas Kesehatan Propinsi Fidiantoro, Tedy Setiadi. 2013. Model Penentuan
Jawa Timur. Status Gizi Balita Di Puskesmas. (online)
Adiningsih, Sri. Pendampingan Balita Kurang Gizi. (http://download.portalgaruda.org/article.php?
2007. Surabaya : Pemerintah Kota Surabaya. article=123639&val=5555. Diaskes 16 April
2015).
Media Massa
Jawa Pos. 2014. Gizi Harus Jadi Prioritas.
Diterbitkan Jumat 12 Desember 2014.

Daftar Rujukan Online


Kuniawati, Rindyanita Risky. 2011. Pola Hubungan
Antara Status Gizi Balita Dan Faktor Sosial
Ekonomi Terhadap Tingkat Kesejahteraan
Keluarga Pada Keluarga Nelayan Di
Surabaya Timur, (online)
(http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-
3100011042525/15169/balita.pdf diaskes 22
maret 2015).

Anda mungkin juga menyukai