Anda di halaman 1dari 10

PROSES PENUAAN

A. Pengertian lanjut Usia


Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap
orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah
60 tahun. Proses menua (aging process) merupakan suatu proses biologis yang tidak
dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menurut Paris
Constantinides, 1994 Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan
mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injury
(termasuk infeksi) tidak seperti pada saat kelahirannya,
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan
jaraingan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseotang
mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda,
baik dalam hal pencapaian puncak maupun saat menurunnya. Namun umumnya
fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur 20– 30 tahun. Setelah
mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa
saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya umur.
B. Batasaan umur lanjut usia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun Fitriani (70900115001) | 3
3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun 4. Usia sangat tua (very old) di atas 90
tahun
Depkes, membagi lansia sebagai berikut :
1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas
2. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
3. Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium
C. Teori tentang Proses menua
1. Teori Biologik
a. Teori Genetik dan Mutasi Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi
b. Pemakaian dan Rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
c. Autoimun Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d. Teori stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal
dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
e. Teori radikal bebas Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi
bahan bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini Fitriani
(70900115001) | 4 menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
2. Teori Sosial
a. Teori aktifitas Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan social
b. Teori Pembebasan Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur
mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas.
Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :
1). Kehilangan peran
2) . Hambatan kontrol sosial
3) . Berkurangnya komitmen
c. Teori Kesinambungan Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam
siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu
saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok dari
teori kesinambungan adalah :
1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam proses
penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih peran
apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
3. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow Menurut teori ini, setiap
individu memiliki hirarki dari dalam diri, Fitriani (70900115001) | 5 kebutuhan
yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 11111954). Kebutuhan ini
memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah
terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan
yang paling tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
b. Teori individual jung Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan
kepribadian dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa
muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia. Kepribadian
individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan ketidaksadaran bersama.
Menurut teori ini kepribadian digambarkan terhadap dunia luar atau ke arah
subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri (introvert). Keseimbangan
antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang
paling penting bagi kesehatan mental.
D. Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada Lansia
1. Perubahan fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya
cairan intra dan extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon
waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran,
presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena
meningkatnya keratin
c. Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon
terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatny
ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi, Fitriani (70900115001) |
6 menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku ,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah
berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningg.
e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan
menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas
residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk,
indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera
pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk
rasa manis dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai
ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-
ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga
vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia
urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva
terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan
menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas
tiroid menurun sehingga menurunkan basal Fitriani (70900115001) | 7
metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron,
estrogen dan testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan
lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut
dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh
menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine
vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga
lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor.
2. Perubahan Mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan
perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta
situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara umum makin mundur terutama
faktor penolakan abstrak mulai lupa terhadap kejadian baru, masih terekam baik
kejadian masa lalu.
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya
perasaan tidak aman dan cemas, merasa terancam akan timbulnya suatu
penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya perasaan
kurang mampu untuk mandiri serta cenderung bersifat entrovert.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum Fitriani (70900115001) | 8
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b. kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial
Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat beragam,
tergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Pada saat ini orang
yang telah menjalani kehidupan nya dengan bekerja mendadak diharapkan
untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila ia cukup beruntung dan
bijaksana, mempersiapkan diri untuk masa pensiun dengan menciptakan bagi
dirinya sendiri berbagai bidang minat untuk memanfaatkan waktunya, masa
pensiunnya akan memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya.
Tetapi bagi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-
teman yang akrab dan disingkirkan untuk duduk-duduk dirumah atau bermain
domino di klub pria lanjut usia.
Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat mereka
merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna. Fitriani (70900115001) | 9
a. Minat
Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah dalam kuantitas
maupun kualitas pada masa lanjut usia. Lazimnya minat dalam aktifitas fisik
cendrung menurun dengan bertambahnya usia. Kendati perubahan minat
pada usia lanjut jelas berhubungan dengan menurunnya kemampuan fisik,
tidak dapat diragukan bahwa hal hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor
sosial.
b. Isolasi dan Kesepian
Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut usia terisolasi dari
yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu mengikuti aktivitas yang
melibatkan usaha. Makin menurunnya kualitas organ indera yang
mengakibatkan ketulian, penglihatan yang makin kabur, dan sebagainya.
Selanjutnya membuat orang lanjut usia merasa terputus dari hubungan
dengan orang-orang lain.
Faktor lain yang membuat isolasi makin menjadi lebih parah lagi adalah
perubahan sosial, terutama mengendornya ikatan kekeluargaan. Bila orang
usia lanjut tinggal bersama sanak saudaranya, mereka mungkin bersikap
toleran terhadapnya, tetapi jarang menghormatinya. Lebih sering terjadi
orang lanjut usia menjadi terisolasi dalam arti kata yang sebenarnya, karena
ia hidup sendiri.
Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan mengendalikan perasaan dengan
akal melemah dan orang cendrung kurang dapat mengekang dari dalam
prilakunya. Frustasi kecil yang pada tahap usia yang lebih muda tidak
menimbulkan masalah, pada tahap ini membangkitkan luapan emosi dan
mereka mungkin bereaksi dengan ledakan amarah atau sangat tersinggung
terhadap peristiwa-peristiwa Fitriani (70900115001) | 10 yang menurut kita
tampaknya sepele.
c. Peranan Iman
Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut memungkinkan orang
yang sudah tua tidak begitu membenci dan merasa kuatir dalam memandang
akhir kehidupan dibanding orang yang lebih muda. Namun demikian, hampir
tidak dapat disangkal lagi bahwa iman yang teguh adalah senjata yang paling
ampuh untuk melawan rasa takut terhadap kematian. Usia lanjut memang
merupakan masa dimana kesadaran religius dibangkitkan dan diperkuat.
Keyakinan iman bahwa kematian bukanlah akhir tetapi merupakan
permulaan yang baru memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan
dengan tenang dan tentram.
4. Perubahan Spritual.
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan
(Maslow,1970)
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),
Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir
dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.
E. Masalah Nutrisi
1.Pengertian Gizi kurang adalah kekurangan zat gizi baik mikro maupun
makro
2. Penyebab
a. Penurunan ataau kehilangan sensitifitas indra pengecap &penciuman
b. Penyakit periodental ( terjadi pada 80% lansia) atau kehilangan gigi
c. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencernaan
d. Penurunan mobilitas saluran pencernaan makanan
e. Penggunaan obat-obatan jangka panjang
f. Gangguan kemampuan motorik
g. Kurang bersosialisasi, kesepian
h. Pendapatan yang menurun (pensiun)
i. Penyakit infeksi kronis
j. Penyakit keganasan

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pengertian
Gerotologi adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses
penuaan dan masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut. Geriatrik adalah
berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia
lanjut. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
berdasarkan ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-
spritual dan kultural yang holistik, ditujukan kepadd klien lanjut usia baik sehat
maupun sakit pada tingkat individu, keluaraga, kelompok, dan masyarakat.
B. Lingkup Peran dan Tanggung Jawab
Fenomena yang menjadi bidang garap Keperawatan Gerontik adalah tidak
terpenuhinya KDM lanjut usia sebagai akibat proses penuaan. Lingkup Asuhan
Keperawatan Gerontik:
1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan.
2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses
penuaan.
3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi keterbatasan akibat proses
penuaaan
Peran & Fungsi Perawat Gerontik:
1. Care Giver/Pemberi Asuhan Kep. Langsung
2. Pendidik Klien Lansia
3. Motivator
4. Advokasi Klien Fitriani
5. Konselor
Tanggung Jawab Perawat Gerontik:
1. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal.
2. Membantu klien lansia memelihara kesehatannya.
3. Membantu klien lansia menerima kondisinya.
4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara
manusia sampai meninggal .
Sifat Pelayanan Gerontik:
1. Independen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan asuhan keperawatan
pada klien lanjut usia dilakukan secara mandiri
2. Interindependen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien lanjut usia dilakukan dengan kerja sama dengan tim
kesehatan lainnya
3. Humanistik, yaitu dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien lanjut
usia memandang sebagai makhluk yang perlu untuk diberi perawatan yang
layak dan manusiawi
4. Holistik, klien lanjut usia memiliki kebutuhan yang utuh baik bio-
psikososial dan spiritual yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda
antara lansia satu dengan yang lainnya
Model Pemberian Keperawatan Profesional:
1. Model Asuhan Model Asuhan yang sesuai masih dalam penelitian tetapi
yang lebih dpt diterima sementara ini adalah An Adaptation Model of
Nursing by Sister Callista Roy.
2. Model Manajerial Model Manajerial yang sesuai juga masih dalam
penelitian tetepi yang lebih mengarah pada tindakan profesianal perlu
dipertimbangkan dari segi ketenagaan, visi, misi dan tujuan organisasi
pelayannan keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


A. Pengkajian
1. Fisiologis/fisik
a. Stratus gizi
b. Intake cairan dalam 24 jam
c. Kondisi kulit
d. Kondisi bibir , mukosamulut, gigi
e. Riwayat pengobatan, alkhohol, zat adiktif lainnya
f. Evaluasi kemampuan penglihatan , pendengaran dan mobilitas
g. Keluhan yang berhubungan dengan nutrisi : gangguan sistem digestif,
nafsu makan, makanan yang disukai dan tidak disukai, rasa dan aroma
h. Kebiasaan waktu makan ( 2 –3 X sehari, snak dlll)
2. Psikososial/afektif
a. Kebiasaan saat makan ( makan sendiri, sambil nonton TV,dll)
b. situasi lingkungan(kapasitas penyediaan makanan, pengolahan dan
penyimpanan makanan)
c. sosiokultural yang berlaku yang mempengaruhi pola nutrisi dan
eleminasi
d. Kondisi depresi yang dapat mengganggu pemenuhan nutrisi
3. Pemeriksaan tambahan/laboratorium
Analisa darah :
Kreatinin : indekz massa otot Fitriani
Serum protein khususnya untuk sintesa antibodi dan limfosit, dalam
kekebalan seluler enzym, hormon, struktur sel yang luas, struktur
jaringan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak
mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi
makanan karena factor biologi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,
terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan
fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas
3. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan
neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet
mengontrol pengosongan
4. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau
kerusakan memori sekunder
.
C. Intervensi
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak
mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi
makanan karena factor biologi

NOC I : Status nutrisi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3X24 jam pasien


diharapkan mampu:

1. Asupan nutrisi tidak bermasalah


2. Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah
3. Energy tdak bermasalah
4. Berat badan ideal

NIC I : Manajemen ketidakteraturan makan (eating disorder


management)

1. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan untuk memuat perencanaan


perawatan jika sesuai.
2. Diskusikan dengan tim dan pasien untuk membuat target berat
badann, jika berat badan pasien tdak sesuia dengan usia dan bentuk
tubuh.
3. Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap
hari supaya mencapai dan atau mempertahankan berat badan sesuai
target.
4. Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien
5. Kembangkan hubungan suportif dengna pasien
6. Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan
makanan dan kenaikan atau pemeliharaan berat badan
7. Gunakan teknik modifikasi tingkah laku untuk meningkatkan berat
badan dan untuk menimimalkan berat badan.
8. Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang
mendukung peningkatan berat badan.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,


terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan
fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas

NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam pasien


diharapkan dapat memperbaiki pola tidurnya dengan criteria :

1. Mengatur jumlah jam tidurnya


2. Tidur secara rutin
3. Miningkatkan pola tidur
4. Meningkatkan kualitas tidur
5. Tidak ada gangguan tidur

NIC : Peningkatan Tidur

1. Tetapkan pola kegiatan dan tidur pasien


2. Monitor pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya
3. Jelaskan pentingnya tidur selama sakit dan stress fisik
4. Bantu pasien untuk menghilangkan situasi stress sebelum jam tidurnya

3. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan


neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet
mengontrol pengosongan

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam


diharapkan pasien mampu :

1. Kontinensia Urin
2. Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).
3. Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.
4. Mengosongkan bladde dengan lengkap.
5. Mampu memprediksi pengeluaran urin.

NIC : Perawatan Inkontinensia Urin

1. Monitor eliminasi urin


2. Bantu klien mengembangkan sensasi keinginan BAK.
3. Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet.
4. Instruksikan pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak 1500
cc/hari.
1. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau
kerusakan memori sekunder.

NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2×24 jam


pasien diharapkan dapat meningkatkan daya ingat dengan criteria :

1. Mengingat dengan segera informasi yang tepat


2. Mengingat inormasi yang baru saja disampaikan
3. Mengingat informasi yang sudah lalu

NIC : Latihan Daya Ingat

1. Diskusi dengan pasien dan keluarga beberapa masalah ingatan


2. Rangsang ingatan dengan mengulang pemikiran pasien
kemarin dengan cepat
3. Mengenangkan tentang pengalaman di masalalu dengan pasien

D.Daftar Pustaka
Capernito Lynda juall (2010), Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6 ,
Alih Bahasa Yasmin Asih EGC Jakarta
Long barbara ( 2009) Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan
Proses) Unit IV, V, VI Alih bahasa Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran Bandung, IAPK Bandung
Wahyudi Nugroho ( 2012), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , EGC Jakarta
NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2010-
2011. Philadelphia : NANDA International

Anda mungkin juga menyukai