Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Kebutuhan pangan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Di zaman yang
semakin modern saat ini. Banyak masyarakat yang tidak memperhatikan asupan gizi pada
makanan yang mereka konsumsi sehar-hari, teruama kandungan vitaminnya. Semakin
menjamurnya makanan cepat saji yang di jual dipasaran menjadi salah satu faktor
penyebabnya. Belum lagi diet sembarangan yang tidak mempertimbangkan gizi yang
diperlukan tubuh. Vitamin merupakan salah satu zat senyawa kompleks yang sangat
diperlukan oleh tubuh kita yang berfungsi sebagai pembantu pengaturan atau proses kegiatan
tubuh. Tanpa adanya vitamin, manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat
melakukan aktifitas hidup sehari-hari dengan baik.1
Vitamin merupakan salah satu zat yang paling dibutuhkan oleh tubuh manusia, karena
itu kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada
tubuh kita serta memungkinkan fungsi-fungsi tubuh tidak berfungsi secara maksimal.
Berbagai vitamn memang tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh manusia, oleh karena itu,
tubuh perlu asupan dari makanan dan buah-buahan untuk mendapatkan vitamin tersebut.1
Seperti halnya kekurangan vitamin, kekurangan gizi pun dapat menimbulkan beberpa
penyakit pada tubuh manusia. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis
yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk masih
merupakan masalah di Indonesia, walaupun Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk
menanggulanginya. 4,7 Dari data Depkes juga terungkap masalah gizi di Indonesia ternyata
lebih serius dari yang kita bayangkan selama ini. Gizi buruk atau anemia gizi tidak hanya
diderita anak balita, tetapi semua kelompok umur. Perempuan adalah yang paling rentan,
disamping anak-anak.4
Tujuan dari penulisan Referat ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang
penyakit-penyakit khususnya penyakit kulit akibat defisiensi/kekurangan vitamin dan gizi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. VITAMIN
2.1.1. Definisi
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu
vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2 vitamin
yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K
bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan
adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke
seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari
saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di
dalam tubuh.8
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya
dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran
makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke
dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin
ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal inilah, tubuh membutuhkan
asupan vitamin larut air secara terus-menerus.8
2.1.2. Macam-macam vitamin8
1. Vitamin A
Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang berperan
dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari, dan sebagai
salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain itu, vitamin ini juga
berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan imunitas tubuh.Vitamin ini bersifat
mudah rusak oleh paparan panas, cahaya matahari, dan udara. Sumber makanan yang
banyak mengandung vitamin A, antara lain susu, ikan, sayur-sayuran (terutama yang
berwarna hijau dan kuning), dan juga buah-buahan (terutama yang berwarna merah dan
kuning, seperti cabai merah, wortel, pisang, dan pepaya). 8
2. Vitamin D
Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D
ini dapat membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera
memproduksi vitamin D saat terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet). Sumber vitamin

2
D banyak ditemukan pada makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk
olahannya, seperti keju. 8
3. Vitamin E
Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai
dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga dapat
melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja
vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami. Sumber vitamin E banyak
ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur, kecambah, ragi, havermut dan minyak tumbuh-
tumbuhan. 8
4. Vitamin K
Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang baik dan
penutupan luka. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk
mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, penting
untuk banyak mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin K yang baik bagi
pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh. Sel darah merah, terbentuk sempurna oleh
kontribusi vitamin B, C, dan E, serta asam para-aminobenzoat. Sumber vitamin K antara
lain susu, kuning telur, dan sayuran segar. 8
5. Vitamin C
Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh. Di dalam
tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan
protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong lainnya.
Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai radikal
bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan sifatnya yang mampu
menangkal radikal bebas, vitamin C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam
tubuh sehingga risiko timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat
diturunkan. Selain itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari
berbagai jaringan di dalam tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam
penutupan luka saat terjadi pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi
mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam menjaga
kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit. Sumber vitamin C
antara lain buah jeruk, tomat, nanas, arbei, kangkung, kentang, cabai hijau, selada hijau,
jambu biji. 8

3
6. Vitamin B
Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di dalam tubuh,
terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Hal ini terkait dengan peranannya
di dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa koenzim yang dapat meningkatkan laju reaksi
metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi. Beberapa jenis vitamin yang
tergolong dalam kelompok vitamin B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah
merah (eritrosit). Sumber utama vitamin B berasal dari susu, gandum, ikan, dan sayur-
sayuran hijau. 8
7. Vitamin B1
Vitamin B1, yang dikenal juga dengan nama tiamin, merupakan salah satu jenis vitamin
yang memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu
mengkonversi karbohidrat menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk rutinitas sehari-
hari. Di samping itu, vitamin B1 juga membantu proses metabolisme protein dan lemak.
Sumber vitamin B1 berasal dari jantung, hati, ginjal, beras, ragi, gandum, kedelai, susu,
kacang tanah dan kacang-kacangan. 8
8. Vitamin B2
Vitamin B2 (riboflavin) banyak berperan penting dalam metabolisme di tubuh manusia.
Di dalam tubuh, vitamin B2 berperan sebagai salah satu kompenen koenzimflavin
mononukleotida (flavin mononucleotide, FMN) dan flavin adenine dinukleotida (adenine
dinucleotide, FAD). Kedua enzim ini berperan penting dalam regenerasi energi bagi
tubuh melalui proses respirasi. Vitamin ini juga berperan dalam pembentukan molekul
steroid, sel darah merah, dan glikogen, serta menyokong pertumbuhan berbagai organ
tubuh, seperti kulit, rambut, dan kuku. Sumber vitamin B2 banyak ditemukan pada
sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur, dan susu. 8
9. Vitamin B3
Vitamin B3 juga dikenal dengan istilah niasin. Vitamin ini berperan penting dalam
metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein.
Di dalam tubuh, vitamin B3 memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah,
tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa racun
dapat dinetralisir dengan bantuan vitamin ini. Vitamin B3 termasuk salah satu jenis
vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging
unggas, dan ikan. Akan tetapi, terdapat beberapa sumber pangan lainnya yang juga
mengandung vitamin ini dalam kadar tinggi, antara lain gandum dan kentang manis. 8

4
10. Vitamin B6
Vitamin B6, atau dikenal juga dengan istilah piridoksin, merupakan vitamin yang
esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin ini berperan sebagai salah satu senyawa
koenzim A yang digunakan tubuh untuk menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam
lemak, seperti spingolipid dan fosfolipid. Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam
metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh. Sumber vitamin B6
banyak terdapat di dalam beras, jagung, kacang-kacangan, hati, ragi, daging, dan ikan. 8
11. Vitamin B12
Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya khusus
diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian
sering kali mengalami gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin
ini banyak berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga
termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel
saraf, pembentukkan molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah. Sumber
makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12 adalah telur, hati, dan
daging. 8

2.1.3. Defisiensi vitamin dan manifestasi klinis


Defisiensi/kekurangan vitamin terjadi karena asupan vitamin yang tidak mencukupi
(tidak sesuai dengan besarnya kebutuhan tubuh). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi vitamin, yaitu: gangguan pencernaan atau gangguan penyerapan
(malabsorpsi), meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat gizi, dan gangguan metabolik.
Manifestasi klinis atau gejala-gejala yang tampak saat kekurangan vitamin antara lain :
1. Vitamin A : sulit melihat dalam cahaya remang/senja hari, kulit kering, gampang infeksi,
rambut kering, mata gatal dan terasa terbakar.

Gambar 1. Manifestasi kulit kering akibat defisiensi Vitamin A

2. Vitamin B1 : gampang lelah, kram otot, kulit kering, kulit bersisik, daya tahan tubuh
berkurang.

5
Gambar 2. Manifestasi kulit bersisik akibat defisiensi Vitamin B1
3. Vitamin B2 : sudut mulut pecah-pecah, lidah tampak merah dan licin, gampang lelah,
kulit bersisik, sariawan, gampang kesemutan.

Gambar 3. Manifestasi kulit bersisik dan sudut mulut pecah-pecah akibat defisiensi Vitamin B2
4. Vitamin B3 : gatal-gatal pada tangan dan wajah, gampang lelah, mual.
5. Vitamin B6 : kurang nafsu makan, gampang lelah, kram otot, luka pada gusi dan lidah.
6. Vitamin B12: sakit kepala, anemia, mual, kurang nafsu makan.
7. Vitamin C : gusi berdarah, mudah memar, kulit kering, lemah (kurang energi), mimisan,
gampang infeksi, nyeri sendi.

Gambar 4. Manifestasi kulit kering dan mudah memar akibat defisiensi Vitamin C

8. Vitamin D : tulang nyeri, otot lemah, gigi rusak.


9. Vitamin E : gampang lelah, rambut kering, rambut rontok, kulit kusam, kram kaki.

Gambar 5. Manifestasi kulit kusam akibat defisiensi Vitamin E


10. Vitamin K : darah lambat membeku, mudah berdarah, mudah memar.

6
Gambar 6. Manifestasi kulit mudah memar akibat defisiensi Vitamin K

2.1.4. Tatalaksana12
Pada kasus defisiensi vitamin A Suplementasi vitamin A mungkin dibutuhkan pada
anak dengan penyakit hati, terutama penyakit hati kolestatik yang disebabkan
malabsorpsi/penyerapan yang buruk vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Pada pasien
dengan obstruksi empedu yang menyeluruh, mungkin memerlukan dosis intramuskular sekali
per bulan. Pengobatan kadang-kadang diawali dengan pemberian dosis tinggi vitamin A dan
pasien anak tersebut harus diawasi secara ketat, karena dapat timbul toksisitas akut. Bayi
prematur memiliki kadar vitamin A dalam plasma yang rendah dan biasanya diberi suplemen
vitamin A, sering sebagai bagian dari sediaan multivitamin oral jika bayi sudah dapat
menerima makanan oral. Overdosis masif dapat menyebabkan kulit kasar, rambut kering, hati
membesar, dan laju endap darah meningkat serta meningkatnya serum kalsium dan kadar
serum fosfatase. Adanya bukti bahwa kadar vitamin A yang tinggi dapat menyebabkan cacat
bawaan, wanita yang (atau akan) hamil dianjurkan untuk tidak menggunakan suplemen
vitamin A dosis tinggi kecuali atas anjuran dokter atau klinik prenatal.
Defisiensi yang berat pada keadaan ensefalopati Wernicke dan psikosis Korsakoff,
yang terlihat pada alkoholisme kronis, pengobatan awal terbaik adalah dengan pemberian
parenteral vitamin B yang dilanjutkan dengan pemberian oral jangka panjang; namun ada
laporan kejadian anafilaksis setelah pemberian sediaan parenteral ini. Seperti vitamin lain
dalam kelompok vitamin B, defisiensi piridoksin (vitamin B 6) jarang terjadi, tetapi dapat
timbul selama terapi isoniazid dan ditandai oleh neuritis perifer. Dosis tinggi piridoksin
diberikan pada beberapa kelainan metabolisme, seperti hiperoksaluria, dan juga digunakan
pada anemia sideroblastik. Terdapat bukti piridoksin dengan dosis tidak melebihi 100 mg per
hari dapat bermanfaat pada sindrom pra haid. Penggunaannya pada kelainan lain telah
dilakukan, tetapi belum banyak bukti ilmiah yang ditemukan. Pemberian dosis yang
berlebihan dapat menginduksi efek toksik.
Terapi vitamin C adalah penting dalam scurvy. Manifestasi defisiensi vitamin C tidak
terlalu jelas, terutama pada lanjut usia. Meresepkan lebih dari 100mg tiap hari jarang
diperlukan, kecuali pada pengobatan scurvy. Scurvy berat menyebabkan pembengkakan gusi
dan perdarahan dan juga perdarahan (petechiae) pada kulit. Hal ini sangat jarang dan gejala
seperti ini bias anya terjadi pada penderita leukemia. Pada pasien ini, pemeriksaan lebih
lanjut tidak boleh ditunda walaupun telah diberi terapi vitamin.

7
Defisiensi nutrisi vitamin D paling baik diatasi dengan kolekalsiferol atau
ergokalsiferol. Suplementasi vitamin D biasanya diberikan sebagai kombinasi dengan
suplemen kalsium pada hipokalsemia yang menetap pada neonatus dan pada penyakit ginjal
kronis. Pada orang dewasa, defisiensi vitamin D sederhana dapat dicegah dengan
suplementasi oral hanya 10 ug (400 UI) ergokalsiferol (kalsiferol, vitamin D) per hari.
Defisiensi vitamin D terjadi pada mereka yang jarang terpapar sinar matahari dan diet rendah
vitamin D. Pada pasien ini, ergokalsiferol oral 20 mcg (800 unit) perhari dapat mencegah
defisiensi vitamin D. Karena tidak ada tablet biasa dengan kekuatan ini, dapat
diberikan tablet kalsium bersama ergokalsiferol (walau kalsium tidak diperlukan). Pada orang
dewasa dan anak, defisiensi vitamin D yang disebabkan oleh malabsorpsi intestinal atau
penyakit hati kronis biasanya memerlukan vitamin D dalam dosis farmakologis, seperti tablet
kalsiferol sampai 1 mg (40.000 UI) per hari; untuk dewasa, hipokalsemia karena
hipoparatiroidisme sering memerlukan dosis sampai 2,5 mg (100.000 UI) per hari untuk
mencapai normokalsemia.
Kebutuhan harian vitamin E belum dipastikan tetapi mungkin sekitar 3-15 mg tiap
hari. Hanya sedikit bukti bahwa suplemen oral vitamin E diperlukan pada orang dewasa,
bahkan bila terjadi malabsorpsi sekunder lemak yang disebabkan oleh kolestasis.
Suplementasi vitamin E diberikan pada anak dengan malabsorpsi lemak seperti pada sistis
fibrosis dan kolestasis. Pada anak dengan abetall proteinemia, kadar vitamin E yang
abnormal (rendah) berhubungan dengan kelainan neuromuskuler, yang biasanya hanya
menunjukkan respons terhadap pemberian vitamin E parenteral.
Karena vitamin K larut dalam lemak, penderita dengan malabsorpsi lemak, khususnya
bila ada obstruksi bilier atau penyakit hati, bisa mengalami defisiensi. Pemberian oral untuk
pencegahan defisiensi vitamin K pada sindrom malabsorpsi, sediaan larut air, menadiol
natrium fosfat harus digunakan; dosis biasanya sekitar 10 mg tiap hari. Antikoagulan kumarin
oral bekerja menghambat metabolisme vitamin K pada sel hati dan efeknya dapat diantagonis
dengan memberikan vitamin K.

2.2. GIZI
2.2.1. Etiologi
Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara garis besar
penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang dan anak
sering sakit atau terkena infeksi. Selain itu gizi buruk dipengaruhi oleh faktor lain seperti
sosial ekonomi, kepadatan penduduk, kemiskinan, dan lain-lain.4,5

8
A. Faktor utama penyebab gizi buruk pada anak2
1. Peranan diet
Anak sering tidak cukup mendapatkan makanan bergizi seimbang terutama dalam
segi protein dan karbohidratnya. Diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang
protein akan menyebabkan anak menjadi penderita kwashiokor, sedangkan diet
kurang energi walaupun zat gizi esensialnya seimbang akan menyebabkan anak
menjadi penderita marasmus. Pola makan yang salah seperti pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan usia akan menimbulkan masalah gizi pada anak. Contohnya
anak usia tertentu sudah diberikan makanan yang seharusnya belum dianjurkan untuk
usianya, sebaliknya anak telah melewati usia tertentu tetapi tetap diberikan makanan
yang seharusnya sudah tidak diberikan lagi pada usianya. Selain itu mitos atau
kepercayaan di masyarakat atau keluarga dalam pemberian makanan seperti
berpantang makanan tertentu akan memberikan andil terjadinya gizi buruk pada anak.
2. Peranan penyakit atau infeksi
Penyakit atau infeksi menjadi penyebab terbesar kedua setelah asupan makanan yang
tidak seimbang. Telah lama diketahui adanya hubungan yang erat antara malnutrisi
dan penyakit infeksi terutama di negara tertinggal maupun di negara berkembang
seperti Indonesia, dimana kesadaran akan kebersihan diri (personal hygiene) masih
kurang, dan adanya penyakit infeksi kronik seperti Tuberkulosis dan cacingan pada
anak-anak. Kaitan antara infeksi dan kurang gizi sangat sukar diputuskan, karena
keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi infeksi kronik akan
menyebabkan anak menjadi kurang gizi yang pada akhirnya memberikan dampak
buruk pada sistem pertahanan tubuh sehingga memudahkan terjadinya infeksi baru
pada anak.
B. Faktor lain penyebab gizi buruk pada anak4,5
1. Peranan sosial ekonomi
Tidak tersedianya makanan yang adekuat terkait langsung dengan masalah sosial
ekonomi, dan kemiskinan. Data di indonesia dan negara lain menunjukan adanya
hubungan timbal balik antara kurang gizi dengan masalah-masalah sosial yang terjadi
di masyarakat terutama masalah kemiskinan yang pada akhirnya mempengaruhi
ketersedian makanan serta keragaman makanan yang dikonsumsi. Banyak masyarakat
yang masih menganut sistem bahwa orang tua harus lebih mendapatkan porsi
makanan yang lebih banyak dan lebih bergizi daripada anak-anaknya karena mereka
harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya sedangkan anak-anak hanya
bermain dirumah sehingga tidak perlu mendapat asupan yang bergizi. Selain itu
adanya faktor-faktor lain seperti poligami, seorang suami dengan banyak istri dan

9
anak membuat pendapatan suami tersebut tidak dapat mencukupi makan istri-istri dan
anak-anaknya, serta tingginya tingkat perceraian, dimana sebelumnya suami dan istri
bersama-sama mencari nafkah untuk menghidupi anak-anaknya, kini hanya tinggal
istri yang menghidupi anaknya sebagai orang tua tunggal (single parrent).
2. Peranan kepadatan penduduk
Dalam kongresnya di Roma pada tahun 1974, World Food Organization memaparkan
bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan
bertambahnya persediaan pangan maupun bahan makanan setempat yang memadai
merupakan sebab utama krisis pangan. Marasmus dapat terjadi jika suatu daerah
terlalu padat penduduknya dengan keadaan higiene yang buruk, contohnya dikota-
kota besar yang laju pertambahan penduduknya sangat besar akibat arus urbanisasi
dan tingginya angka kelahiran menyebabkan kepadatan penduduk yang semakin
meningkat. Pada akhirnya ketersediaan makanan yang ada tidak akan mencukupi lagi
untuk memenuhi kebutuhan makanan masyarakat di daerah tersebut.

2.2.2. Patofisiologi
Malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor
ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent (kuman
penyebab), environment (lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang peranan
penting tetapi faktor lain ikut menentukan. Marasmus adalah compensated malnutrition atau
sebuah mekanisme adaptasi tubuh terhadap kekurangan energi dalam waktu yang lama.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk empertahankan hidup
dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan
bakar, tetapi kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit. Akibatnya
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang
segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama kurangnya intake makanan,
jaringan lemak akan dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Setelah lemak tidak
dapat mencukupi kebutuhan energi, maka otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton
bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan. Pada akhirnya setelah semua tidak
dapat memenuhi kebutuhan akan energi lagi, protein akan dipecah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme basal tubuh. Proses ini berjalan menahun, dan merupakan respon
adaptasi terhadap ketidak cukupan asupan energi dan protein.1

10
2.2.3. Klasifikasi
Klasifikasi menurut Wellcome pada MEP berat dapat digunakan sampai usia lebih
dari 20 tahun. Klasifikasi menurut Wellcome ini sangat sederhana karena hanya melihat %
BB/U dan ada atau tidaknya edema. Terdapat kategori kurang gizi ini meliputi anak dengan
PEM sedang atau yang mendekati PEM berat tapi tanpa edema, pada keadaan ini % BB/U
berada diatas 60%.4

Klasifikasi MEP berat menurut Wellcome Trust4B/U Dengan edema Tanpa edema
60-80 Kwashiorkor Kurang Gizi
<60 Marasmus- kwashiorkor Marasmus

Klasifikasi MEP berat menurut Gomez4
Normal >90
Grade I ( Mallnutrisi Ringan) 75-89.9
Grade II ( Mallnutrisi sedang) 60-74.9
Grade III (Mallnutrisi Berat) <60

Antopometri
Berat Badan
Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah diukur dan
diulang dan merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. Hasil pengukuran berat badan
dipetakan pada kurva standar Berat badan/ Umur (BB/U) dan Berat Badan/ Tinggi
Badan (BB/TB). Adapun interpretasi pengukuran berat badan yaitu:4
BB/U dibandingkan dengan acuan standard (CDC 2000) dan dinyatakan dalam
persentase:4
> 120 % : disebut gizi lebih
80 – 120 % : disebut gizi baik
60 – 80 % : tanpa edema ; gizi kurang dengan edema ; gizi buruk (kwashiorkor)
< 60% : gizi buruk : tanpa edema (marasmus) dengan edema (marasmus –
kwashiorkor)
Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan pasien harus diukur pada tiap kunjungan . Pengukuran berat badan akan
memberikan informasi yang bermakna kepada dokter tentang status nutrisi dan
pertumbuhan fisis anak. Seperti pada pengukuran berat badan, untuk pengukuran tinggi
badan juga diperlukan informasi umur yang tepat, jenis kelamin dan baku yang diacu
yaitu CDC 2000.4

11
Interpretasi dari dari TB/U dibandingkan standar baku berupa:4
90 – 110 % : baik/normal
70 – 89 % : tinggi kurang
< 70 % : tinggi sangat kurang
Rasio Berat Badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Rasio BB/TB bila dikombinasikan dengan beraat badan menurut umur dan tinggi badan
menurut umur sangat penting dan lebih akurat dalam penilaian status nutrisi karena ia
mencerminkan proporsi tubuh serta dapat membedakan antar “wasting” dan “stunting”
atau perawakan pendek. Indeks ini digunakan pada anak perempuan hanya sampai
tinggi badan 138 cm, dan pada anak lelaki sampai tinggi badan 145 cm. Setelah itu
rasio BB/TB tidak begitu banyak artinya, karena adanya percepatan tumbuh (growth
spurt). Keuntungan indeks ini adalah tidak diperlukannya faktor umur, yang seringkali
tidak diketahui secara tepat.3,4
BB/TB (%) = (BB terukur saat itu) (BB standar sesuai untuk TB terukur) x 100%,
interpretasi di nilai sebagai berikut:4
> 120 % : Obesitas
110 – 120 % : Overweight
90 – 110 % : normal
70 – 90 % : gizi kurang
< 70 % : gizi buruk

2.2.4. Manifestasi klinis


Pada kasus malnutrisi yang berat, gejala klinis terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu
kwashiokor dan marasmus. Pada kenyataannya jarang sekali ditemukan suatu kasus yang
hanya menggambarkan salah satu dari bagian tertentu saja. Sering kali pada kebanyakan
anak-anak penderita gizi buruk, yang ditemukan merupakan perpaduan gejala dan tanda dari
kedua bentuk malnutrisi berat tersebut. Marasmus lebih sering ditemukan pada anak-anak
dibawah usia satu tahun, sedangkan insiden pada anak-anak dengan kwashiokor terjadi pada
usia satu hingga enam tahun. Pada beberapa negara seperti di Asia dan Afrika, marasmus juga
didapatkan pada anak yang lebih dewasa dari usia satu tahun (toddlers), sedangkan di Chili,
marasmus terjadi pada bulan pertama kehidupan anak tersebutnya.1,2
Gejala pertama dari malnutrisi tipe marasmus adalah kegagalan tumbuh kembang.
Pada kasus yang lebih berat, pertumbuhan bahkan dapat terhenti sama sekali. Selain itu
didapatkan penurunan aktifias fisik dan keterlambatan perkembangan psikomotorik. Pada

12
saat dilakukan pemeriksaan fisik, akan ditemukan suara tangisan anak yang monoton, lemah,
dan tanpa air mata, lemak subkutan menghilang dan lemak pada telapak kaki juga
menghilang sehingga memberikan kesan tapak kaki seperti orang dewasa. Kulit anak menjadi
tipis dan halus, mudah terjadi luka tergantung adanya defisiensi nutrisi lain yang ikut
menyertai keadaan marasmus. Kaki dan tangan menjadi kurus karena otot-otot lengan serta
tungkai mengalami atrofi disertai lemak subkutan yang turut menghilang. Pada pemeriksaan
protein serum, ditemukan hasil yang normal atau sedikit meningkat. Selain itu keadaan yang
terlihat mencolok adalah hilangnya lemak subkutan pada wajah. Akibatnya ialah wajah anak
menjadi lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Tulang rusuk tampak lebih
jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi kurang dari
60% berat badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas
hilang. Cengeng dan rewel serta lebih sering disertai diare kronik atau konstipasi, serta
penyakit kronik. Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan menjadi berkurang.2,3
Pada kasus malnutrisi kwashiokor marasmik ditemukan perpaduan gejala antara
kwashiokor dan marasmus. Keadaan ini ditemukan pada anak-anak yang makanan sehari-
harinya tidak mendapatkan cukup protein dan energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada
anak-anak penderita kasus ini disamping terjadi penurunan berat badan dibawah 60% berat
badan normal seusianya, juga memperlihatkan tanda-tanda kwashiokor, seperti edema,
kelainan rambut, kelainan kulit, dan kelainan biokimiawi. Kelainan rambut pada kwashiokor
adalah rambut menjadi lebih mudah dicabut tanpa reaksi sakit dari penderita, warna rambut
menjadi lebih merah, ataupun kelabu hingga putih. Kelainan kulit yang khas pada penyakit
ini ialah crazy pavement dermatosis, yaitu kulit menjadi tampak bercak menyerupai petechiae
yang lambat laun menjadi hitam dan mengelupas di tengahnya, menjadikan daerah sekitarnya
kemerahan dan dikelilingi batas-batas yang masih hitam. Adanya pembesaran hati dan juga
anemia ringan dikarenakan kekurangan berbagai faktor yang turut mengiringi kekurangan
protein, seperti zat besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C, dan tembaga. Selain itu juga
ditemukan kelainan biokimiawi seperti albumin serum yang menurun, globulin serum yang
menurun, dan kadar kolesterol yang rendah.2,4
a. Ciri-ciri Marasmus :

Penampilan wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus

Perubahan mental

Kulit kering, dingin dan kendur

Rambut kering, tipis dan mudah rontok

13

Lemak subkutan menghilang sehingga turgor kulit berkurang

Otot atrofi sehingga tulang terlihat jelas

Sering diare atau konstipasi

Kadang terdapat bradikardi

Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebaya

Kadang frekuensi pernafasan menurun

Gambar 7. Manifestasi kulit keriput dan kering pada penderita marasmus


b. Ciri-ciri Kwashiorkor :
 Perubahan mental sampai apatis
 Sering dijumpai Edema
 Atrofi otot
 Gangguan sistem gastrointestinal
 Perubahan rambut dan kulit
 Pembesaran hati
 Anemia

14
Gambar 7. Manifestasi kulit crazy pavement dermatosis pada penderita kwashiorkor

2.2.5. Tatalaksana9,10,11
Dalam proses pengobatan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi,
fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana
yang cocok untuk setiap fase. Tatalaksana ini digunakan pada semua penderita KEP
Berat/Gizi Buruk (Kwashiorkor, Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor).

Tabel 1. Jadwal Pengobatan


No FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI

Hari ke 1-2 Hari ke 2-7 Minggu ke-2 Minggu ke 3-7

1 Hipoglikemia

2 Hipotermia

3 Dehidrasi

4 Elektrolit

5 Infeksi

6 MulaiPemberian

Makanan

7 Tumbuh
kejar/peningkatan

15
pemberian makanan

8 Mikronutrien Tanpa Fe dengan Fe

9 Stimulasi

10 Tindak lanjut

PENGOBATAN PENYAKIT PENYERTA


1. Defisiensi vitamin A
Bila terdapat tanda defisiensi vitamin A pada mata, beri anak vitamin A secara oral pada
hari ke-1, 2 dan 14 atau sebelum pulang dan bila terjadi perburukan keadaan klinis dengan
dosis:
 umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
 umur 6-12 bulan : 100.000 SI/kali
 umur 0-5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulserasi pada mata, beri tambahan perawatan lokal untuk mencegah prolaps lensa :

 beri tetes mata kloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10
hari
 teteskan tetes mata atropin, 1 tetes, 3 kali sehari selama 3-5 hari
 tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faal.

2. Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya :
 hipo/hiperpigmentasi
 deskwamasi (kulit mengelupas)
 lesi ulserasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder,
antara lain oleh Candida.

Tata laksana :

 kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO4 (K-permanganat) 1%


selama 10 menit
 beri salep/krim (Zn dengan minyak kastor)
 usahakan agar daerah perineum tetap kering.
 Umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri preparat Zn peroral

3. Parasit/cacing
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat anti helmintik lain.

4. Diare melanjut
Diare biasa menyertai KEP berat, tetapi akan berkurang dengan sendirinya pada pemberian
makanan secara berhati-hati. Intoleransi laktosa tidak jarang sebagai penyebab diare. Diobati
hanya bila diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum. Berikan formula bebas /

16
rendah laktosa. Sering kerusakan mukosa usus dan Giardiasis merupakan penyebab lain dari
melanjutnya diare. Bila mungkin, lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri: Metronidasol
7.5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.

5. Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, Lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali alergi) dan Ro-foto
toraks. Bila positif atau sangat mungkin TB, obati sesuai pedoman pengobatan TB.

BAB III
KESIMPULAN

Defisiensi vitamin merupakan persoalan gizi yang paling serius dan paling sering
ditemukan. Defisiensi vitamin dapat menyebabkan beberapa penyakit salah satunya ialah
beberapa penyakit kulit seperti kulit kering, bersisik, kulit kusam dan mudah bengkak.
Terdapat banyak faktor yang berkontribusi terhadap defiiensi vitamin. Penyebab
paling penting dari defisiensi vitamin adalah rendahnya asupan makanan yang mengandung
vitamin. Penatalaksanaan defisiensi vitamin terdiri dari beberapa suplementasi vitamin yang
dosisnya disesuaikan dengan umur penderita seperti yang telah ditetapkan.
Selain defisiensi vitamin, defisiensi gizi lainnya juga dapat menimbulkan masalah
serius. Penyakit KEP atau Protein Energy Malnutrition (kekurangan energi dan protein)
merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting bagi negara-negara tertinggal
maupun negara berkembang seperti Indonesia dan lainnya. Prevalensi tertinggi terdapat pada
anak-anak dibawah umur lima tahun (balita), dan ibu yang sedang mengandung atau
menyusui. Pada kondisi ini ditemukan berbagai macam keadaan patologis disebabkan oleh
kekurangan energi maupun protein dalam tingkat yang bermacam-macam. Akibat dari
kondisi tersebut, ditemukan malnutrisi dari derajat yang ringan hingga berat. Pada keadaan
yang sangat ringan tidak ditemukan kelainan dan hanya terdapat pertumbuhan yang kurang
sedangkan kelainan biokimiawi dan gejala klinis tidak terlihat. Pada keadaan yang berat

17
ditemukan dua tipe malnutrisi, yaitu marasmus dan kwashiokor, serta diantara keduanya
terdapat suatu keadaan dimana ditemukan percampuran ciri-ciri kedua tipe malnutrisi tersebut
yang dinamakan marasmus-kwashiokor. Masing-masing dari tipe itu mempunyai gejala-
gejala klinis yang khas.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi pada anak, terutama adalah
peranan diet sehari-hari yang kurang mencukupi kebutuhan gizi seimbang anak pada masa
usia pertumbuhan, adanya penyakit penyerta yang memperburuk keadaan gizi serta peranan
sosial ekonomi yang mempunyai peranan tinggi terutama kemiskinan dalam hal
mempengaruhi status gizi seseorang. Gejala klinis yang timbul pada kekurangan gizi tipe
marasmus mempunyai gambaran yang khas dalam hal membedakannya dengan kekurangan
gizi tipe kwashiokor. Pada tipe marasmus, gejala klinis yang lebih menonjol bahwa penderita
terlihat wajahnya seperti orang tua dan anak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar
lemak dan atrofi dari otot-ototnya, serta gangguan pada kulit terjadi kulit kering dan keriput.
Sedangkan pada tipe kwashiokor, gejala klinis yang lebih terlihat adalah penampilannya yang
gemuk disertai adanya edema ringan maupun berat dan adanya asites dikarenakan
kekurangan protein, disamping itu juga terlihat perubahan warna rambut menjadi merah
seperti rambut pada jagung serta mudah dicabut, serta pada kulit terdapat ciri khas berupa
crazy pavement dermatosis.

18
DAFTAR PUTAKA

1. Khusnul K, Maria Ulfah, Nurul Anam. 2011. Analisis Kekurangan Vitamin pada
Manusia. Pekalongan: STMIK Widya Pratama.

2. Behrman RE, RM Kliegman, HB Jenson. Food Insecurity, Hunger, and


Undernutrition in Nelson Textbook of Pediatric 18th edition, 2004 : 225-232.

3. Brunser Oscar. Protein Energy Malnutrition : Marasmus in Clinical Nutrition of the


Young Child, Raven Press, New York, 1985 : 121-154.

4. Hay WW, MJ Levin, JM sondheimer, RR Deterding. Normal Childhood Nutrition and


its Disorders in Current Diagnosis & Treatment in Pediatrics 18 th edition, 2005 : 283-
311.

5. Pudjiadi Solihin. Penyakit KEP (Kurang Energi dan Protein) dari Ilmu Gizi Klinis
pada Anak edisi keempat, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2005 :
95-137.

6. Nurhayati, soetjiningsih, Suandi IKG. Relationship Between Protein Energy


Malnutrition and Social Maturity in Children Aged 1-2 Years in Paediatrica
Indonesiana, 42th volume, December, 2002 : 261-266.

7. Rosli AW, Rauf S, Lisal JS, Albar H. Relationship Between Protein Energy
Malnutrition and Urinary Tract Infectiont in Children in Paediatrica Indonesiana, 48 th
volume, May, 2008 : 166-169.

19
8. Yuniastuti, Ari. 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

9. Departement of Child and Adolescent Health and Development. Severe Malnutrition


in Management of The Child With a Serious Infection or Severe Malnutrition, World
Health Organization, 2004 : 80-91.

10. Bernal, C.,Velasquez, C., Alcaraz &G., Botero, J. 2007. Treatment of Severe
Malnutrition in Children: Experience in Implementing the World Health Organization
Guidelines in Turbo, Colombia.http://journals.lww.com. Diakses tanggal 9 Juni 2013.

11. Reginald, A., Annan & Florence, M. 2011. Treatment of severe acute malnutrition in
HIV-infected children. http://www.who.int. Diakses tanggal 23 Mei 2019.

12. Pusat Informasi Obat Nasional. Gizi dan Darah. 2015.


http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-9-gizi-dan-darah/95-vitamin/956-vitamin-k. Diakses
tanggal 23 Mei 2019.

20

Anda mungkin juga menyukai