A. SEJARAH MIKROBIOLOGI
Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari
mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang perlu
dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa,
danArchaea (Anonymous, 2009). Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya
ia tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup.
Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, micros = kecil, bios = hidup dan logos
= ilmu. Ilmuwan menyimpulkan bahwa mikroorganisme sudah dikenal lebih kurang 4
juta tahun yang lalu dari senyawa organik kompleks yang terdapat di laut, atau mungkin
dari gumpalan awan yang sangat besar yang mengelilingi bumi. Sebagai makhluk hidup
pertama di bumi, mikroorganisme diduga merupakan nenek moyang dari semua
makhluk hidup.
Beberapa aspek yang dibahas dalam mikrobiologi, antara lain mengkaji tentang :
1. Karakteristik sel hidup dan bagaimana mereka melakukan kegiatan.
2. Karakteristik mikroorganisme, suatu kelompok organisme penting yang mampu
hidup bebas, khususnya bakteri.
3. Keanekaragaman dan evolusi, membahas perihal bagaimana dan mengapa muncul
macam-macam mikroorganisme.
4. Keberadaan mikroorganisme pada tubuh manusia, hewan dan tumbuhan.
5. Peranan mikrobiologi sebagai dasar ilmu pengetahuan biologi.
6. Bagaimana memahami karakteristik mikroorganisme dapat membantu dalam
memahami proses-proses biologi organisme yang lebih besar termasuk manusia.
Selain susunan bakteri, secara individu bakteri memiliki karakteristik yang berbeda,
misalnya bentuk bakteri batang umumnya memiliki struktur tambahan yang disebut
Flagela yang tidak dimiliki oleh bakteri bentuk kokus. Flagela terlihat seperti benang
yang seluruhnya tersusun dari protein, berfungsi dalam pergerakan. Jenis bakteri tertentu
mampu membentuk spora (endospora) untuk mengatasi perubahan lingkungan yang
tidak menguntungkan bagi bakteri, dalam lingkungan yang menguntungkan spora
bergerminasi kembali menjadi sel vegetatif. Spora bersifat tahan panas dan bahan kimia.
Keberadaan spora ini dapat diamati melalui pewarnaan spora.
3. Identifikasi mikroba merupakan salah satu tugas yang lazim dilakukan di laboratorium
mikrobiologi. Diagnostik laboratorium untuk suatu penyakit yang disebabkan bakteri
harus dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga pengobatan dapat dilakukan sedini
mungkin.
Mikroba memiliki ukuran yang sangat kecil sehingga memerlukan alat pembesar
yang disebut mikroskop dalam mengamatinya.Identifikasi bakteri didasarkan pada
morfologi (bentuk, susunan, ukuran), karakteristik koloni (bau, warna koloni, sifat
koloni terhadap media pertumbuhan, elevasi, bentuk pinggiran koloni) dan sifat
biokimia (kemampuan bakteri yang berhubungan dengan fisiologinya), uji
serologi.Kegiatan identifikasi dilakukan setelah kegiatan isolasi bakteri selesai,
sehingga tehnik dalam melakukan isolasi perlu dikuasai oleh seorang petugas
laboratorium klinik.M
Mikroorganisme yang akan diisolasi dapat berupa biakan murni atau populasi
campuran. Bila biakan yang akan diidentifikasi ini tercemar, perlu dilakukan pemurnian.
Biasanya pemurnian dilakukan dengan cara menggores suspensi mikroba yang akan
diisolasi pada lempengan agar sebagai media pertumbuhannya. Setelah diperoleh koloni
terpisah, dibuat pewarnaan gram dari beberapa koloni untuk melihat kemurnian
biakan.setelah diperoleh biakan murni, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan
serangkaian uji biokimia untuk memperoleh ciri biokimia dari bakteri uji. Setiap uji
yang dilakukan harus menggunakan control untuk mengetahui apakah media serta
reagens yang digunakan memenuhi persyaratan. Selain itu kontrol digunakan juga untuk
melihat bahwa teknik yang digunakan benar dan tepat.Untuk mengetahui bahwa media
yang digunakan bekerja dengan baik, dapat digunakan biakan mikroba yang
memberikan hasil positif dan negatif. Uji yang digunakan dalam identifikasi bakteri
tidaklah sama untuk setiap kelompok.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya telah disebutkan bahwa salah satu hal
penting dalam identifikasi bakteri adalah mengenal morfologi bakteri tersebut, teknik
membuat sediaan untuk pemeriksaan mikroskopis serta mengetahui prinsip dasar
beberapa teknik pewarnaan.
CIRI-CIRI BAKTERI
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :
a. Organisme multiselluler
b. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )
c. Umumnya tidak memiliki klorofil
d. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya
memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
e. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
f. Hidup bebas atau parasit.
g. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau
gambut dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan.
h. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung
peptidoglikan
BENTUK BAKTERI
Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia)
serta terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil
Berbagai macam bentuk bakteri :
1. Bakteri Kokus : Bakteri dengan bentuk dasar bulat
Bentuk Bakteri kokus
a. Monokokus, yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal. Misalnya Neisseria
gonorrhoeae, penyebab penyakit kencing nanah.
b. Diplokokus, yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan. Misalnya Diplococcus
pneumonia, penyebab penyakit pneumonia atau radang paru-paru.
c. Tetrakokus, yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi empat.
d. Sarkina, yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus.
e. Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk
rantai. Misalnya Streptococcus pyrogenes, penyebab demam jengkering dan
sakit tenggorokan, dan Streptococcus thermophilus, untuk membuat yoghurt.
f. Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan seperti buah
anggur.
2. Bakteri Basil : Bakteri dengan bentuk dasar batang
Bentuk bakteri Basil:
a. Monobasil, yaitu berupa sel bakteri basil tunggal.
Misalnya Salmonella thypi, E. coli, dan Lactobacillius.
b. Diplobasil, yaitu berupa dua sel bakteri basil berdempetan.
c. Streptobasil, yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai.
Misalnya Azotobacter dan Bacillus anthracis.
3. Bakteri Spirilia : Bakteri dengan bentuk dasar spiral
Bentuk Bakteri Spiral:
a. Spiral yaitu bentuk sel bergelombang. Misalnya Spirillum.
b. Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup.
c. Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma. Misalnya Vibrio cholera,
penyebab penyakit kolera.
UKURAN BAKTERI
Sebagai contoh, kita ambil Escherichia coli yang terkenal sebagai penghuni usus
tebal (kolon). klasifikasi bakteri ini adalah:
Jenjang Contoh
Tumbuhan
Dunia (Kingdom)
(Plantae)
Divisi (Divisio) Protophyta
3. PROSES KLASIFIKASI
Para biologiawan masih menggunakan buku Linnaeus yang berjudul Systema
Naturae (sistem Alam) yang diterbitkan tahun 1758 sebagai dasar untuk klasifikasi
ilmiah. Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan makhluk
hidup.
a. Pencandraan (identifikasi), Pencandraan adalah proses mengidentifikasi atau
mendeskripsi ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan diklasifikasi.
b. Pengelompokan, setelah dilakukan pencandraan, makhluk hidup kemudian
dikelompokkan dengan makhluk hidup lain yang memiliki ciri-ciri serupa.
Makhluk hidup yang memiliki ciri serupa dikelompokkan dalam unit-unit
yang disebut takson.
c. Pemberian nama takson, selanjutnya kelompok-kelompok ini diberi nama
untuk memudahkan kita dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok makhluk
hidup.
4. TINGKATAN TAKSON
Dalam biologi, taksonomi juga merupakan cabang ilmu tersendiri yang
mempelajari penggolongan atau sistematika makhluk hidup. Sistem yang dipakai
adalah penamaan dengan dua sebutan, yang dikenal sebagai tata nama
binomial atau binomial nomenclature, yang diusulkan oleh Carl von Linne
(Latin: Carolus Linnaeus), seorang naturalisberkebangsaan Swedia.
Ia memperkenalkan tujuh hierarki (tingkatan) untuk mengelompokkan makhluk
hidup. Keenam hierarki (yang disebut takson) itu berturut-turut dari tingkatan
tertinggi (umum) hingga terendah (spesifik) adalah :
a. Kingdom/Kerajaan.
b. Phylum/Filum untuk hewan, atau Divisio/Divisi untuk tumbuhan.
c. Classis/Kelas.
d. Ordo/Bangsa.
e. Familia/Keluarga/Suku.
f. Genus/Marga.
g. Species/Jenis.
A. STRUKTUR BAKTERIOLOGI
Struktur Sel Bakteri dan Fungsinya| Ada beberapa macam bagian-bagian dari
struktur sel Bakteri yang memiliki peranan dan fungsi masing-masing. Perlu teman-
teman ketahui bahwa istilah bakteri itu berasal dari kata bakterion. Arti dari bakterion
sendiri adalah batang kecil. Secara umum, Pengertian bakteri adalah organisme
uniseluler (bersel satu) dengan tidak memiliki membran inti sel (prokariotik) dan pada
umumnya memiliki dinding sel namun tidak berklorofil. Bakteri sendiri ditemukan
oleh Antony van Leeuwenhoek dan sekaligus penemu dari mikroskop lensa tunggal,
bakteri ditemukannya pada tahun 1674, dia adalah seorang ilmuwan belanda, istilah
bakteri sendiri dikenalkan oleh ilmuwan yang bernama Ehrenberg tahun 1828.
Sebagai pelindung,
Menjaga sel agar tidak kekeringan,
Membantu pelekatan dengan sel bakteri lain atau pada substrak,
Pada bakteri patogen, kapsul melindungi bakteri dari pengaruhi sistem
kekebalan (antibodi) yang dihasilkan oleh sel tubuh inang.
2. Dinding SeL.
Dinding sel bakteri tersusun dari senyawa pepetidoglikan.Peptidoglikan adalah
suatu polimer yang terdiri dari polipeptida pendek.Peptidoglikan memiliki
ketebalan lapisan yang bervariasi dari ketebalan lapisan ini berpengaruh terhadap
respons pewarnaan, yang digunakan dalam penggolongan bakteri, yaitu bakteri
Gram posisitf dan bakteri Gram negatif. Dinding sel dari pada Eubacteria
mengandung peptidoglikan, sedangkan pada dinding sel Archaebacteria adalah
tidak mengandung peptidoglikan.
Fungsi Dinding Sel
3. Membran Plasma .
Membran plasma tersusun dari senyawa fosfolipid dan protein yang bersifat selektif
permeabel (dapat dilewati oleh zat-zat tertentu).
Fungsi Membran Plasma
Membungkus sitoplasma
Mengatur pertukaran zat yang berada di dalam sel dengan zat yang ada diluar
sel.
4. Mesosom.
Mesosom adalah organel sel yang memiliki penonjolan pada membran plasma ke
arah dalam sitoplasma.
Fungsi Mesosom
Menghasilkan energi
Membentuk dinding sel baru saat terjadi pembelahan sel
Menerima DNA pada saat konjugasi
5. Sitoplasma .
Sitoplasma bakteri adalah cairan koloid yang mengandung molekul organik seperti
lemak, protein, karbohidrat, dan garam-garam mineral, enzim, DNA, Klorosom
(pada bakteri fotosintetik), dan ribosom.
Fungsi Sitoplasma
6. Ribosom.
Ribosom adalah organel-organel kecil yang tersebar dalam sitoplasma dan
berfungsi dalam sintesis protein. Ribosom tersusun dari senyawa protein dan RNA
(ribonukleic acid). Jumlah ribosom di dalam suatu sel bakteri mencapai ribuan,
contohnya saja Escherichia coli yang mempunyai 15.000 ribosom.
Fungsi Ribosom
Sebagai sintesis protein
7. DNA.
Bakteri mempunyai dua macam DNA (deoxyribonucleic acid), yaitu DNA
kromosom dan DNA nonkromosom (plasmid). DNA kromosom adalah materi
genetik yang menentukan sebagian besar dari sifat-sifat metabolisme
bakteri, sedangkan pada DNA nonkromosom (plasmid) yang hanya menentukan
sifat-sifat tertentu, seperti sifat patogen, sifat fertilitas (kemampuan dalam
bereproduksi secara seksual), dan sifat kekebalan terhadap antibiotik tertentu. DNA
kromosom pada organisme eukariotik akan berbentuk rantai ganda linier,
sedangkan pada DNA kromosom prokariotik (bakteri) yang berupa rantai ganda
melingkar yang terkumpul dalam suatu serat kusut yang disebut dengan region
nukleoid. Jumlah DNA bakteri jauh lebih sedikit dibandingkan dengan DNA sel
eukariotik sekitar 1:1.000 dari DNA sel eukariotik. DNA kromosom dapat di
bereplikasi pada saat menjelang pembelahan sel.
Fungsi DNA
9. Klorosom
Klorosom adalah suatu struktur lipatan yang ada dibawah membran plasma yang
berisi klorofil dan pigmen fotosintetik lainnya. Fungi Klorosom adalah untuk
menfotosintesis yang hanya terdapat pada bakteri fotosintetik.
misalnya Chlorobium.
10. Flagela
Flagela adalah bulu cambuk yang tersusun dari senyawa protein yang terdapat pada
dinding sel, dan berfungsi sebagai alat gerak. Flagela bakteri tidak terbungkus oleh
perluasan membran plasma yang berbentuk batang (basil), koma (vibrio), dan juga
spiral. Ada sekitar separuh dari seluruh bakteri yang dapat bergerak secara terarah
yang menuju atau menjauhi ransang. Gerak tersebut disebut gerak taksis.
Contohnya bakteri dari familia Chlorobacteriaceae yang akan melakukan gerak
fototaksis positif atau menuju ke arah cahaya matahari untuk berfotosintesis.
Bakteri memiliki jumlah flagela yang memiliki letak berbeda-beda. Berikut
pengelompokan bakteri berdasarkan dari jumlah dan letak flagelanya.
B. MORFOLOGI BAKTERI
Nama bakteri berasal dari kata "bakterion" (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau
batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang
bersel satu, berkembang biak dengan pembelahan diri dan hanya dapat dilihat dengan
alat bantu berupa mikroskop.
1. Bentuk Bakteri.
Sel-sel bakteri memiliki beberapa bentuk. Menurut morfologinya bakteri dapat
dibedakan menjadi 3 bentuk utama, yaitu:
a. Bakteri berbentuk bulat (Coccus)
Bakteri berbentuk bulat atau bola dinamakan kokus (Coccus), dibedakan menjadi:
Monokokus (Monococcus), yaitu bakteri berbentuk bola tunggal,
misalnya Neisseria gonorrhoeae, penyebab penyakit kencing nanah.
Diplokokus (Diplococcus), yaitu bakteri berbentuk bola yang
bergandengan dua-dua, misalnya Diplococcus pneumoniae, penyebab
penyakit pneumonia atau radang paru-paru.
Streptokokus (Streptococcus), yaitu bakteri bentuk bbola yang
berkelompok memanjang membentuk rantai.
Sarkina (Sarcina), yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok empat-
empat sehingga bentuknya mirip kubus.
Stafilokokus (Stafilococcus), yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni
membentuk sekelompok sel tidak teratur, sehingga bentuknya mirip
dompolan buah anggur.
2. Ukuran Bakteri.
Bakteri adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. untuk menyelidiki ukuran bakteri, dalam pemeriksaan mikrobiologis
biasanya digunakan satuan micron (diberi symbol huruf μm), seperti pada
pengukuran virus.
Bakteri yang biasa diteliti di laboratorium kebanyakan berukuran antara 0,5 – 2
μm lebarnya dan 1 – 5 μm panjangnya. Ukuran-ukuran yang menyimpang dari
ketentnuan tersebut banyak pula. Pada dasarnya bakteri yang umurnya 2 sampai 6
jam memiliki ukuran lebih besar dari pada bakteri yang umurnya lebih dari 24 jam.
Dahulu, pengukuran ini dilakukan dengan jalan membandingkan ukuran butir
darah merah, yang pada waktu itu sudah diketahui besarnya. Sekarang pengukuran
yang lebih tepat dilakukan dengan alat micrometer yang diletakkan pada lensa
okuler, dan skala yang terdapat pada micrometer ini dibandingkan dengan
micrometer yang diletakkan pada kaca objektif (stage micrometer). Di samping itu,
bidang penglihatan dapat ditaksir dari pembesaran yang diperoleh dari mikroskop
yang digunakan, seperti yang terlihat pada Tabel berikut:
Lensa Objektif Perbesaran Diameter bidang penglihatan
Objektif 16 mm (2/3 in) 100 2,10 mm
Objektif 4 mm (1/6 in) 440 0,40 mm
Obejktif rendam minyak 1,8 mm (1/12 in) 950 0,20 mm
BAKTERIOLOGI DASAR
1. Simbiose Komensalisme :
Bila manusia maupun mikroba tidak diuntungkan maupun dirugikan. Contoh :
Adanya flora normal pada tubuh manusia.
a. FLORA NORMAL
Tidak semua mikroorganisme menimbulkan penyakit (pathogen) pada
manusia. Bahkan, beberapa jenis mikroorganisme secara tetap menghuni bagian
tubuh tertentu. Pada manusia sehat, yang disebut flora normal. Flora normal
melindungi host karena dapat mencegah invasi mikroba pathogen. Sebagai
contoh: Escherichia coli, Fusobacterium dan Bacteriodes yang secara tetap
menghuni intestinum akan menghambat pertumbuhan Salmonella dan Shigella
di dalam intestinum.
Kadang-kadang mikroba pathogen juga terdapat pada manusia sehat dan
baru menimbulkan penyakit bila bisa masuk ke dalam bagian tubuh yang secara
normal, steril. Misalnya Neisseria meningitidis, penyebab radang otak kadang-
kadang terdapat pula pada selaput lendir hidung manusia sehat. Sebagian besar
dari flora normal ini adalah bakteri, sisanya yang merupakan bagian kecil,
adalah jamur, protozoa, sedangkan virus sebagai flora normal, masih diragukan.
Setiap bagian permukaan tubuh tertentu (kulit, mukosa) memiliki flora normal
tersendiri.
Daerah yang biasanya dihuni flora normal adalah :
1. Kulit
Mikroorganisme yang banyak ditemukan antara lain : Staphylococcus
aureus, Streptococcus faecalis, Streptococcus viridans, Malassezia ovale
(jamur), S. Epidermidis Difteroid.
2. Mulut dan saluran pernapasan bagian atas.
Mikroorganisme yang sering ditemukan, Staphylococcus pyogenes,
Haemopillus influenze, Neisseria meningtidis, Candida albicans (jamur),
Streptococcus Viridans, Dipteroid, Neisseria catarralis.
3. Saluran pencernaan makanan.
Mikroorganisme yang sering ditemukan, antara lain : Escherichia coli,
Clostridium perfringens, Bacteriodes fragilis, Pseudomonas aeruginosa,
Proteus vulgaris, Candida albicans (jamur), Stretococcus faecalis,
Lactobacil.
4. Urethra
Mikroba yang biasa ditemukan, antara lain : Escherichia coli,
Staphylococcus epidermidis.
5. Vagina
Mikroorganisme yang biasanya terdapat, antara lain : Lactobacillus sp,
Streptococcus haemolyticus, Haemophilus vaginalis, Ureaplasma
urealyticum, Candida albicansStaphylococcus epidermidis.
6. Conjunctiva.
Mikroorganisme yang biasa ditemukan, antara lain : Corynebacterium
xerosis, Moraxella sp, Streptococcus nonhaemolyticus.
2. Simbiose Mutualisme :
Hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara mikroorganisme dengan
host-nya. Misalnya, mikroba normal di dalam usus manusia membentuk vitamin K
dan vitamin B yang berguna bagi manusia sedangkan mikroba tersebut
mendapatkan tempat tinggal dan makanan di dalam usus manusia.
3. Simbiose Parasitisme :
Adalah hubungan timbal balik dimana salah satunya mendapat untung dan yang
lainnya dirugikan. Mikroba-nya disebut sebagai parasit sedangkan manusia disebut
host/tuan rumah dan hubungan ini sering terlihat sebagai suatu penyakit.. Mikroba
(parasit) terdapat dimana-mana.
Cara infeksi penyakit parasit : penularan parasit dari suatu tuan rumah kepada yang
lain dilakukan oleh infective stage dari parasit tersebut.
Stadium infektif ini dapat mencapai tubuh manusia melalui
jalan-jalan:
a. Kontaminasi makanan dan minuman (masuk melalui alat pencernaan). Contoh
:
1. Kista Entamoeba histolytica dan telur cacing ascaris lumbricoides yang
mencemari makanan atau minuman.
2. Larva cacing Taenia saginata di dalam daging sapi dan larva tenia
solium di dalam daging babi.
b. Kontaminasi kulit atau membrane mukosa. Contoh :
1. Larva filariform dari cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator
americanus) dan Strongyloides stercolaris menembus kulit yang sehat
karena tidak beralas kaki waktu berjalan di atas tanah.
2. Cercaria dari cacing Schistosoma yang terdapat di air menembus kulit.
c. Melalui kontak Jasmaniah (Personal Contact). Contoh :
1. Penyakit kelamin seperti :Syphilis, Gonnorhoea, AIDS.
2. Penyakit kulit : Tinea versicolor (panu).
d. Kontak tidak langsung : melalui penggunaan alat-alat medis yang tidak steril,
seperti respirator atau alat bantu pernapasan.
e. Melalui serangga (Arthropod Borne Infections). Misalnya :
1. Malaria disebabkan oleh plasmodium sp (protozoa) ditularkan oleh
nyamuk Anopheles sp.
2. Demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue, ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti.
3. Epidemic typhus disebabkan oleh Rickettsia prowazekii ditularkan oleh
Pediculus humanus (kutu manusia).
4. Elephantiasis (Filariasis) disebabkan oleh cacing Wuchereria brancrofti
ditularkan oleh nyamuk Culex fatigans.
5. Pest bubo disebabkan oleh bakteri Pasteurella pestis ditularkan oleh
kutu tikus Xenopsylla cheopis.
f. Melalui Udara (Air Borne Infections). Contoh :
1. Penyakit Tuberculosa paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis.
2. Melalui tetes ludah halus (Droplet infections).
3. Simbiose Opportunisme : Keadaan dimana mikroorganisme tidak mampu
menimbulkan penyakit pada host yang sehat tetapi dapat menimbulkan
penyakit yang berat pada host bila daya tahan tubuh host menurun.
Misalnya, E. colli dan kuman parasit colon di usus yang bila daya tahan host
menurun dapat menyebabkan Gastro enteristis.
B. PENGELOLAAN SPECIMEN
Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari rangkaian pemeriksaan untuk
mengetahui penyebab penyakit, menilai perkembangan penyakit setelah diberikan
pengobatan atau meyakinkan kebenaran penyebab penyakit yang diduga
berdasarkan gejala klinisnya yang khas (gejala pathognomonic).
Untuk mengetahui pennyebab penyakit infeksi, diusahakan isolasi dan identifikasi
mikroorganisme dari specimen atau sample yang diambil dari penderita
Mengingat hasilnya sangat penting, maka pengambilan dan pengelolaan specimen
harus dilakukan dengan benar.
Secara umum pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium adalah :
a. Pemeriksaan mikroskopis.
b. Ditanam pada perbenihan buatan, hewan percobaan atau perbenihan jaringan.
c. Test serologis.Pemeriksaan Laboratorium.
Pengambilan Specimen
Keberasilan uji diagnostic tergantung pada praktek yang benar saat pasien disiapkan,
saat specimen diambil, saat specimen disimpan dan ditangani sewaktu dibawa ke
laboratorium.
Macam-macam specimen :
Beberapa jenis mikroba pathogen hanya bisa ditemukan pada stadium tertentu
misalnya Treponema pallidum sangat mudah diisolasi pada stadium awal syphilis
dan sukar sekali ditemukan pada stadium lanjut. Specimen diambil dari ulcus durum
(gejala syphilis primer) dan langsung dilihat dengan mikroskop lapangan gelap
terlihat bakteri berbentuk spiral dan dapat bergerak. Specimen harus diambil dalam
jumlah yang cukup agar bisa memenuhi kebutuhan berbagai jenis pemeriksaan
yang dubutuhkan. Misalnya, sputum biasanya dibagi 2 (dua) bagian masing-masing
5 (lima) cc untuk perbenihan bakteri dan jamur.
Alat untuk pengambilan specimen misalnya kapas untuk apusan (swab). Alat
penyimpanan specimen untuk pengiriman ke laboratorium harus steril. Specimen
harus diambil dari bagian tubuh yang terinfeksi aktif. Contoh, pada penyakit jamur
Epidermophyton floccosum penyebab Tinea cruis, jamurnya akan mudah diisolasi
dari bagian kulit yang mengalami infeksi aktif yaitu pada pinggir dari kelainan
kulitnya. Specimen harus segera dikirim ke laboratorium.
PERSIAPAN PENGAMBILAN SAMPLE UNTUK
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
Pada pasien malaria, diagnosa dini dan akurat adalah kunci penanganan penyakit yang
efektif. Dua pendekatan diagnosa yang dilakukan adalah :
1. Diagnosa Klinis
Yang paling banyak digunakan. Diagnostik klinis tidak dapat diandalkan karena
gejala malaria sangat tidak spesifik. Mual, muntah, sakit kepala, menggigil, panas
tinggi, berkeringat dan lain-lain bisa juga disebabkan penyakit lain selain malaria.
2. Diagnosa mikroskopis
Penggunaan diagnosa mikroskopis telah dijadikan metode utama dalam
mendiagnosa malaria. Cara ini memerlukan keahlian teknik, kemampuan yang
terlatih dalam membaca sediaan malaria dan memerlukan mikroskop yang
berfungsi dengan baik. Metode ini sensifit dan spesifik.
Diagnosa ini bersifat sensitif, bila dipakai oleh teknisi ahli yang teliti, mikroskopi
dapat mendeteksi kepadatan (densitas) hitung parasit yang sangat rendah.
Diagnosa ini juga informatif, bila ditemukan parasitnya, maka dapat ditentukan
jenisnya (P. falciparum, P. vivax, P. malariae, P. ovale) dan stadiumnya (Ring,
Troph., Shci., Gametocytes).
Tidak mahal. Biayanya kira-kira Rp. 1.000 sampai Rp.10.000 untuk setiap slide
yang diperiksa.
Sediaan darah tebal dan darah tipis membutuhkan kurang lebih 20 ml darah.
Jenis spesimen : Darah segar dari ujung jari.
Penyiapan Pasien : Minta ijin pasien untuk membuat sediaan darah.
Tanyakan pasien jari mana yang boleh ditusuk.
Pengambilan Darah : Bila ada dugaan malaria. Ulangi sediaan darah bila
hasilnya negatif. Frekuensi maksimum : satu kali per jam.
Pengambilan Darah : Darah segar dapat diambil dari penusukan jari (sekitar
20 ul) atau dari phlebotomy vena. Lakukan pencegahan umum (sarung tangan,
cuci tangan, penanganan dan pembuangan benda tajam dan alat yang
terkontaminasi darah dengan benar).
2. Persiapan :
Membersihkan slide :
- Buka paket slide baru.
- Masukkan slide ke dalam bak berisi air sabun (gunakan sabun cair standar)
dan rendam selama 6 jam.
- Bilas slide dengan air mengalir.
- Keringkan setiap slide dengan kassa atau handuk lembut. Simpan dalam kotak
slide plastik tertutup.
3. Langkah-langkah Prosedur :
- Tulis nama, tanggal, jam (penusukan jari atau pengambilan darah melalui
vena) dan nomer pasien pada slide.
- Bersihkan jari pasien dengan kapas alkohol.
- Diamkan paling tidak 10 detik sehingga alkohol kering. Pegangi terus tangan
pasien selama proses ini.
- Dengan menggunakan lanset, tusuk bagian ujung jari yang telah dibersihkan
tersebut.
- Bersihkan tetes darah pertama dengan kapas kering.
- Bekerja dengan cepat, siapkan 3 slide sesuai prosedur berikut :
a. Pegang bagian jari yang ditusuk menghadap ke bawah, ambil slide yang
sudah ditulisi dan teteskan darah sebanyak 3 tetes untuk sediaan darah tipis
(kira-kira 2 µl).
b. Pegang slide menghadap ke atas dan letakkan pada permukaan yang rata.
Setelah darah diambil untuk ketiga slide, tekan daerah tusukan dengan
kapas kering dan minta pasien untuk memegang dan menekannya selama
kurang lebih 1 menit.
d. Gunakan sudut slide bersih yang sama untuk membuat sediaan darah tebal
dengan mengaduk 3 tetes darah dengan gerakan memutar untuk
membentuk sediaan darah dengan ketebalan yang merata.
e. Letakkan slide di atas permukaan yang rata dan kering sampai slide benar-
benar kering sebelum melakukan pewarnaan atau penyimpanan dalam
kotak slide. Jangan dipanaskan supaya kering lebih cepat kecuali ada ijin
dari supervisor klinik. Memanaskan slide tidak boleh terlalu panas .
Lindungi slide yang sudah kering dari lalat dan debu.
6. Langkah-langkah Prosedur :
a. Fiksasi
o Pastikan bahwa slide sudah kering dengan sempurna. Sediaan darah
tebal TIDAK BOLEH difiksasi.
o Sediaan darah tipis harus difiksasi dengan methanol absolut sebelum
diwarnai.
o Pegang slide agak miring dengan posisi sediaan darah tipis lebih
rendah dan teteskan beberapa tetes methanol menggunakan pipet pada
sediaan darah tipis, biarkan terendam selama 2-3 detik. Cara lain,
khususnya untuk proses batch dengan banyak sediaan darah, celupkan
setiap slide ke dalam kontainer berisi methanol sebentar saja (1 sampai
2 detik saja!) dengan posisi sediaan darah tipis dibawah. Methanol
tidak boleh mengenai sediaan darah tebal.
b. Catatan Prosedur
o Hati-hati agar tidak memfiksasi sediaan darah tebal dengan methanol.
Hindari juga “fiksasi” sediaan darah tebal dan uap methanol, jadi
proses fiksasi sediaan darah tipis harus dilakukan dengan hati-hati dan
cepat.
c. Pewarnaan/Staining
o Biarkan sediaan darah tipis kering sempurna (kurag lebih 1 menit)
dengan meletakkan slide pada posisi vertikal dimana sediaan darah
tebal berada di atas. Kontaminasi methanol dalam campuran pewarna
akan mengganggu dehemoglobinisasi sediaan darah tebal.
Pewarnaan sistem tetes :
o Siapkan cairan Giemsa 10% baru (pH 7.2).
o Letakkan slide di rak pewarnaan dan teteskan cairan Giemsa
menggunakan pipet sampai seluruh sediaan darah tebal dantipis
bertutup cairan tersebut.
o Diamkan selama 25 menit, jauhkan dari sinar matahari.
o Bilas perlahan dan hati-hati dengan air bersih.
o Biarkan slide mengering dengan posisi berdiri (posisi sediaan darah
tebal di bawah). Lindungi slide dari serangga atau debu.
Pewarnaan sistem massal :
o Untuk batch slide yang banyak, rak Coplin atau kontainer lain dapat
dipakai untuk mewarnai. Susun slide dalam rak Coplin, lalu masukkan
ke dalam kontainer berisi cairan Giemsa 10% selama 35 menit.
o Bersihkan perlahan-lahan dalam kontainer lain yang berisi air bersih.
Setelah itu bersihkan bagian belakang slide dengan kertas tissue dan
susunlah slide pada rak pengering dengan posisi sediaan tebal dibawah.
Lindungi dari serangga dan debu.
Catatan: Pada kasus darurat dimana pengambilan keputusan pengobatan harus
segera diambil, pewarnaan cepat dapat dilakukan dengan memakai larutan
Giemsa 20% (1:5) dan lama pewarnaan dapat dikurangi menjadi 15 menit.
B. Epidemologi
Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak
di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi
masih menjadi penyebab utama. Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO
menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari
Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi
nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak 10,0%.
Walaupun ilmu pengetahuan dan penelitian tentang mikrobiologi meningkat
pesat pada 3 dekade terakhir dan sedikit demi sedikit resiko infeksi dapat dicegah, tetapi
semakin meningkatnya pasien-pasien dengan penyakit immunocompromised, bakteri
yang resisten antibiotik, infeksi virus dan jamur, dan prosedur invasif masih
menyebabkan infeksi nosokomial menimbulkan kematian sebanyak 88.000 kasus
setiap tahunnya.
Selain itu, jika kita bandingkan kuman yang ada di masyarakat, mikroorganisme
yang berada di rumah sakit lebih berbahaya dan lebih resisten terhadap obat. Oleh
karena itu, diperlukan antibiotik yang lebih poten atau suatu kombinasi antibiotik.
Semua kondisi ini dapat meningkatkan resiko infeksi kepada pasien.
F. Kewaspadaan IsolasI.
Mikroba penyebab HAIs dapat ditransmisikan oleh pasien terinfeksi/kolonisasi
kepada pasien lain dan petugas. Bila kewaspadaan isolasi diterapkan dengan benar
dapat menurunkan risiko transmisi dari pasien infeksi/kolonisasi. Tujuan kewaspadaan
isolasi adalah menurunkan transmisi mikroba infeksius diantara petugas dan pasien.
Kewaspadaan Isolasi harus diterapkan kewaspadaan isolasi sesuai gejala
klinis,sementara menunggu hasil laboratorium keluar.
PEMERIKSAAN JENIS BAKTERI
2. Cara Pewarnaan
Cara Kerja atau Cara Pewarnaan
1. Buatlah preparat dari bahan yang akan diperiksa.
2. Fiksasi/keringkan diatas api Bunsen atau lampu spiritus lalu dinginkan.
3. Sediaan digenangi dengan Carbol fuchsin, dipanasi sampai menguap tapi tidak
boleh mendidih dan jangan sampai kering. Biarkan selama 5-10 menit.
4. Cat dibuang lalu cuci dengan air keran.
5. Lunturkan dengan H2SO4 selama 10-20 detik.
6. Dicuci dengan alcohol 95% sampai tidak ada lagi zat warna yang luntur.
7. Dicuci dengan air untuk menghilangkan alcohol.
8. Diwarnai dengan Methylen blue selama 3 menit.
9. Cuci dengan air keran.
10. Dikeringkan kemudian dilihat dengan mikroskop.
3. Cara Penilaian
a. Bakteri yang berwarna merah dengan pewarnaan ZN disebut bakteri tahan
asam/acid fast.
b. Bakteri yang berwarna biru dengan pewarnaan ZN disebut bakteri tidak tahan
asam/non-acid fast.
A. KLASIFIKASI KEKEBALAN
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup
kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.
Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan
sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit
autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik,
kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo.
Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin.
c. Pertahanan humoral
1) Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruksi bakteri
dengan jalan opsonisasi.
2) Interferon
Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan berbagai sel
manusia yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons
terhadap infeksi virus. Interferon mempunyai sifat antivirus dengan
jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang telah terserang virus tersebut.
Di samping itu interferon adapt pula mengaktifkan natural killer cell/sel
NK untuk membunuh virus.
3) C Reactive Protein (CRP)
CRP dibentuk tubuh pada keadaan infeksi. Perannya ialah sebagai
opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen.
d. Pertahanan selular
1) Fagosit
Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis, sel utama
yang berperan pada pertahanan non spesifik adalah sel mono nuclear
(monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil. Kedua
golongan sel tersebut berasal dari sel hemopoietik yang sama.
fagositosis dini yang efektif pada invasi kuman akan dapat mencegah
timbulnya penyakit. Proses fagositosis terjadi dalam beberapa tingkat
seperti kemotaksis, menangkap, membunuh, dan mencerna.
2) Natural Killer Cell
Sel NK adalah sel limfosit tanpa ciri-ciri limfoid sistem imun spesifik yang
ditemukan dalam sirkulasi. Oleh karena itu disebut juga sel non B non T
atau sel populasi ketiga atau null cell. Sel NK dapat menghancurkan sel yang
mengandung virus atau sel neoplasma. Interferon mempercepat pematangan
dan meningkatkan efek sitolitik sel NK.
1. Kulit.
Tebal kulit dengan lapisan stratum komeum dapat menghambat masuknya kuman
dan sekresi kelenjar sebaseum yang mengandung asam laktat.
2. Selaput Lendir.
Saluran pernafasan yang tertutup silia merupakan pengahalang bagi kuman benda
asing lainnya.
3. Fagositosis.
Sel leukosit polimorf dan sel makrofag dapat melakukan fagositosis kuman.
4. Interferon.
Suatu zat antivirus yang bersifat tidek khas yang dapat menghambat replikasi virus
didalam sel.
5. Reaksi Radang.
Reaksi yang timbul bersifat terhadap kuman dan kerusakan pada jaringan
menimbulkan dilatasi dan peningkatan permelitas pembuluh darah kapiler.
C. DITERMINASI ANTIGEN
Determinan adalah bagian dari antigen yang dapat mengenal/ menginduksi
pembenntukan antibodi, sedangkan paratop adalah bagian dari antibodi yang dapat
mengikat epitop. Antigen molekul asing yang dapat menimbulkan respon imun spesifik
dari limfosit pada manusia dan hewan. Antigen meliputi molekul yang dimilki virus,
bakteri, fungi, protozoa dan cacing parasit. Molekul antigenic juga ditemukan pada
permukaan zat-zat asing seperti serbuk sari dan jaringan yang dicangkokkan.
D. KLASIFIKASI ANTIGEN
1. IgG (Imuno globulin G)
IgG merupakan antibodi yang paling umum. Dihasilkan hanya dalam waktu
beberapa hari, ia memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu sampai
beberapa tahun. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem
getah bening, dan usus. Mereka mengikuti aliran darah, langsung menuju musuh
dan menghambatnya begitu terdeteksi.Mereka mempunyai efek kuat anti-bakteri
dan penghancur antigen.Mereka melindungi tubuh terhadap bakteri dan virus, serta
menetralkan asam yang terkandung dalam racun.
Selain itu, IgG mampu menyelip di antara sel-sel dan menyingkirkan bakteri
serta musuh mikroorganis yang masuk ke dalam sel-sel dan kulit.Karena
kemampuannya serta ukurannya yang kecil, mereka dapat masuk ke dalam plasenta
ibu hamil dan melindungi janin dari kemungkinan infeksi. Jika antibodi tidak
diciptakan dengan karakteristik yang memungkinkan mereka untuk masuk ke
dalam plasenta, maka janin dalam rahim tidak akan terlindungi melawan mikroba.
Hal ini dapat menyebabkan kematian sebelum lahir. Karena itu, antibodi sang ibu
akan melindungi embrio dari musuh sampai anak itu lahir.