Anda di halaman 1dari 44

KONSEP DASAR MIKROBIOLOGI

A. SEJARAH MIKROBIOLOGI
Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari
mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang perlu
dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa,
danArchaea (Anonymous, 2009). Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya
ia tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup.
Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, micros = kecil, bios = hidup dan logos
= ilmu. Ilmuwan menyimpulkan bahwa mikroorganisme sudah dikenal lebih kurang 4
juta tahun yang lalu dari senyawa organik kompleks yang terdapat di laut, atau mungkin
dari gumpalan awan yang sangat besar yang mengelilingi bumi. Sebagai makhluk hidup
pertama di bumi, mikroorganisme diduga merupakan nenek moyang dari semua
makhluk hidup.
Beberapa aspek yang dibahas dalam mikrobiologi, antara lain mengkaji tentang :
1. Karakteristik sel hidup dan bagaimana mereka melakukan kegiatan.
2. Karakteristik mikroorganisme, suatu kelompok organisme penting yang mampu
hidup bebas, khususnya bakteri.
3. Keanekaragaman dan evolusi, membahas perihal bagaimana dan mengapa muncul
macam-macam mikroorganisme.
4. Keberadaan mikroorganisme pada tubuh manusia, hewan dan tumbuhan.
5. Peranan mikrobiologi sebagai dasar ilmu pengetahuan biologi.
6. Bagaimana memahami karakteristik mikroorganisme dapat membantu dalam
memahami proses-proses biologi organisme yang lebih besar termasuk manusia.

Secara garis besar mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan


menjadi bidang yang sangat penting dalam biologi setelah Louis Pasteur dapat
menjelaskan proses fermentasi anggur (wine) dan membuat serum rabies.
Perkembangan biologi yang pesat pada abad ke-19 terutama dialami pada bidang ini
dan memberikan landasan bagi terbukanya bidang penting lain, yaitu: biokimia.Awal
perkembangan ilmu mikrobiologi pada pertengahan abad 19 oleh beberapa ilmuwan
dan telah membuktikan bahwa mikroorganisme berasal dari mikroorganisme
sebelumnya bukan dari tanaman ataupun hewan yang membusuk. Selanjutnya ilmuwan
membuktikan bahwa mikroorganisme bukan berasal dari proses fermentasi tetapi
merupakan penyebab proses fermentasi, misalnya buah anggur menjadi minuman yang
mengandung alkohol. Ilmuwan juga menemukan bahwa mikroba tertentu
menyebabkan penyakit tertentu.

Pengetahuan ini merupakan awal pengenalan dan pemahaman akan pentingnya


mikroorganisme bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Awal abad 20 ahli
mikrobiologi telah meneliti bahwa mikroorganisme mampu menyebabkan berbagai
macam perubahan kimia baik melalui penguraian maupun sintesis senyawa organik
yang baru. Hal inilah yang disebut dengan biohemial diversity atau keaneka ragaman
biokimia yang menjadi ciri khas mikroorganisme.

1. Mikroskop dan Penemuan Dunia Mikroorganisme.


Antoni van Leeuwenhoek (1632-1723) dari Belanda merupakan orang yang
pertama melaporkan pengamatannya dengan keterangan dan gambar-gambar yang
teliti. Selama hidupnya ia telah membuat lebih dari 250 mikroskop berlensa tunggal
dengan kekuatan pembesaran 200 – 300 kali.
Pada tanggal 9 Juni 1675, Leeuwenhoek menulis dalam buku hariannya,
“mengumpulkan air hujan dalam cawan”, dan pada tanggal 10 Juni ia melanjutkan,
“Sambil mengamati air tersebut aku berkhayal bahwa aku menemukan makhluk-
makhluk hidup, tetapi karena amat sedikitnya serta tidak terdapati dengan mudah,
maka hal ini tak dapat kuterima sebagai hal yang benar”. Keesokan harinya kembali
melakukan pengamatan dan mencatat, “Tak ada pikiran padaku bahwa akan tampak
makhluk hidup, tetapi setelah kuamati maka dengan penuh kagum aku melihat
seribu makhluk hidup dalam setetes air. Makhluk hidup itu merupakan jenis terkecil
yang pernah kulihat sampai kini”.
Pada tanggal 17 September 1683, Leeuwenhoek mengamati bakteri dalam
suspensi tartar yang dikoreknya dari sela-sela giginya. Ia membuat sketsa sel bakteri
dengan bentuk bulat (kokus), batang (basilus), dan spiral (spirilum).

2. Teori Abiogenesis dan Teori Biogenesis.

Teori Abiogenesis (Generatio Spontanea).


Berdasarkan penemuan dari Leeuwenhoek tersebut, pada masa itu mereka
menganggap bahwa jasad renik (makhluk hidup) berasal dari bahan mati yang
mengalami penghancuran. Teori ini dikenal dengan Generatio Spontanea atau
abiogenesis, yaitu kehidupan berasal dari benda mati. Teori ini dicetuskan oleh
bangsa Yunani Kuno dan bertahan untuk beberapa lama.
Pada tahun 1749, John Needham salah satu pendukung abiogenesis melakukan
percobaan dengan memasak daging yang terdapat mikroorganisme. Ia
berkesimpulan bahwa jasad-jasad renik tersebut berasal dari daging (benda mati).

Kegagalan Teori Abiogenesis dan Lahirnya Teori Biogenesis

Beberapa tokoh yang menolak teori Abiogenesis adalah :


a. Lazaro Spallanzani (1729 – 1799), ia mendidihkan kaldu daging, yaitu suatu
larutan nutrient dalam labu selama satu jam dan ditutup rapat¬-rapat, sehingga
tidak terdapat jasad renik dalam labu tersebut.
b. Franz Schulze (1815 – 1873) mengalirkan udara melewati larutan asam pekat
ke dalam labu kaldu daging yang dididihkan. Maka dalam labu tersebut tidak
terdapat mikroorganisme karena terbunuh oleh larutan asam tersebut.
c. Theodor Schwann (1810 – 1882) melewatkan udara melalui tabung yang
membara ke dalam labu berisi kaldu daging yang dididihkan. Maka di dalam
labu tersebut tidak terdapat mikroba karena terbunuh oleh panas yang luar biasa.
d. Schroder dan von Dusch (1850) melakukan percobaan dengan melewatkan
udara melalui tabung berisi kapas ke dalam labu berisi kaldu yang sebelumnya
dipanaskan. Mikroba disaring ke luar dari udara oleh serat-serat kapas dan
dengan demikian dicegah masuk ke dalam labu. Maka tidak terdapat mikroba
yang tumbuh dalam kaldu tersebut.
e. John Tyndall (1870) menciptakan sebuah kotak bebas debu dan menempatkan
tabung-tabung berisi kaldu steril di dalamnya. Selama udara dalam kotak itu
bebas debu, maka selam itu pula kaldu dalam tabung tetap steril. partikel-
partikel debu mengendap dan tertahan pada tabung berleher angsa yang menuju
ke dalam kotak. Inilah bukti bahwa mikroba terbawa oleh partikel-partikel
debu.
f. Louis Pasteur (1822 – 1895) ahli kimia yang ikut serta dalam menentang teori
Abiogenesis. Ia mempersiapkan larutan nutrient dalam labu yang dilengkapi
dengan lubang panjang dan sempit berbentuk ‘leher angsa’. Kemudian ia
memanaskan larutan nutrient itu dan udara dibiarkannya lewat keluar masuk
tanpa perlakuan dan tanpa disaring. Tak ada mikroba dalam larutan itu karena
partikel-partikel debu yang mengandung mikroba tidak mencapai larutan
nutrient dalam tabung dan mengendap di bagian tabung berbentuk huruf U.

3. Teori Nutfah Fermentasi.


Semenjak jaman purbakala telah banyak dilakukan pembuatan makanan dan
minuman yang merupakan hasil fermentasi jasad renik, seperti minuman anggur di
Yunani, pembuatan bir di Mesopotamia, bir beras/nasi di Cina, kecap dari kacang
di Jepang dan Cina, susu yang difermentasikan di Balkan dan minuman alkohol
(koumiss) dari susu unta yang diragikan di Asia Tengah.
Pada jaman dahulu, orang memperbaiki mutu produk-produk fermentasinya
dengan mencoba-coba. Setelah Pasteur menelaah peranan mikroorganisme dalam
fermentasi pada pembuatan anggur maka orang menjadi mengerti bahwa
mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya fermentasi.
Untuk mencapai hasil yang baik, maka mikroba yang sudah ada dalam sari buah
harus dihilangkan dan fermentasi yang baru dimulai dengan Biakan, yaitu suatu
pertumbuhan mikroorganisme yang diambil dari tong anggur yang dinilai baik.
Pasteur menyarankan agar menghilangkan tipe¬tipe mikroba yang tidak diinginkan
itu dengan pemanasan dengan suhu 62,80C selama setengah jam. Hal ini disebut
dengan pasteurisasi yang digunakan secara meluas pada industri fermentasi.

4. Teori Nutfah Penyakit


Fracastoro dari Verona (1546) menyatakan bahwa penyakit dapat disebabkan
oleh jasad renik yang terlalu kecil untuk dapat dilihat yang ditularkan dari seseorang
ke orang lain.
Von Plenciz dari Vienna (1762) berpendapat bahwa bukan hanya makhluk
hidup saja yang dapat menyebabkan penyakit, tetapi juga berbagai jasad renik
menimbulkan bermacam-macam penyakit. Konsep parasitisme, yaitu adanya
organisme yang hidup pada atau di dalam organisme lain dengan mengambil
nutrient dari padanya.
Oliver Wendell Holmes (1843) seorang fisikawan dan sastrawan menyatakan
bahwa demam nifas itu (demam yang timbul ketika baru melahirkan) yang sering
fatal, menular dan boleh jadi disebabkan oleh mikroorganisme yang dibawa oleh
bidan dan dokter, dari ibu yang satu kepada yang lain.
Ignaz Philip Semmelweis (1840) ahli fisika Hongaria mempelopori
penggunaan prosedur obstetric (kebidanan) yang dapat mengurangi kemungkinan
infeksi yang disebabkan jasad-jasad renik.
Edward Jenner (1749-1823) menyusun suatu konsep tentang vaksinasi dan
berhasil membangkitkan/menimbulkan kekebalan pada orang-orang terhadap cacar
(smallpox) dengan jalan memvaksinasinya memakai cacar sapi (cowpox).
Louis Pasteur (1877) menangani masalah antraks, penyakit pada sapi, domba
dan terkadang manusia. Setelah mengamati penyebab penyakit itu darid arah hewan
yang mati karena penyakit tersebut, maka ia manumbuhkannya dalam labu-labu di
laboratorium.
Robert Koch (1870-an) dari Jerman, juga menangani masalah antraks. Ia
mengisolasi bakteri bentuk batang dengan ujungnya agak persegi (basilus) dari
darah biri-biri yang mati karena antraks. Ia berhasil mengasingkan kuman antraks
dalam bentuk biakan murni (pure culture) dengan mempergunakan medium, dan
membuktikan bahwa kuman tersebut dapat menimbulkan penyakit yang sama bila
dimasukkan ke dalam tubuh binatang percobaan.
Berdasarkan penemuan tersebut lahirlah Postulat Koch, yaitu:
1. Mikroorganisme tertentu selalu dapat dijumpai berasosiasi
dengan penyakit tertentu.
2. Mikroorganisme itu dapat diisolasi dan ditumbuhkan menjadi biakan murni
di laboratorium.
3. Biakan murni mikroorganisme tersebut harus mampu
menimbulkan penyakit yang sama pada binatang percobaan.
4. Penggunaan prosedur laboratorium memungkinkan diperolehnya kembali
mikroorganisme yang disuntikan itu dari hewan yang dengan sengaja
diinfeksi dalam percobaan.

Kemudian Koch menemukan bakteri yang menimbulkan tuberculosis dan


kolera. Pada tahun 1900, semua jenis mikroorganisme penyebab pelbagai
penyakit penting telah dapat diketahui seperti Bacillus anthracis,
Corynebacterium diptheriae, Salmanolla typhosa, Neisseria gonorrhoeae,
Clostridium perfringens, Clostridium tetani, Shigella dysentriae, Treponema
pallidum dan lain-lain.

B. PRINSIP DASAR BAKTERIOLOGI


Istilah bakteri berasal ari kata “bakterion” dari Bahasa Yunani yang berarti tongkat
atau batang. Istilah bakteri ini sekarang banyak di pakai untuk tiap mikroba yang
bersel satu. Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat hidup di tempat
yang tersebar di seluruh dunia. Bakteri adalah mikroorganisme unicelluler prokaryotik
yang umumnya tidak berklorofil meskipun mempunyai dinding sel, organisme ini
bersifat kosmopolitan paling banyak jumlahnya dan tersebar luas hampir di semua
tempat yaitu di makanan, di udara, air tanah, magma, batuan maupun tubuh mahkluk
hidup.
Dilihat dari peranannya Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang
merugikan. Menguntungkan karena membantu dalam proses pembuatan makanan dalam
berbagai fermentasi, juga pembuatan obat obatan, pembusukan sampah, dll. Merugikan
karena dapat menyebabkan penyakit karena patogen. Untuk lebih jelasnya perhatikan
beberapa pendekatan hafalan dari bakteri
Ketahui ciri bakteri itu secara Performance , sifat kehidupannya dan peranannya.
a. Harus diketahui struktur performancenya bakteri baik morfologi maupun
anatominya
b. Harus tahu bentuk dan koloninya
c. Cara bergeraknya , dan tipe jenis flagela yang ada di tubuhnya
d. Cara mendapatkan makan
e. Cara respirasinya
f. Cara reproduksi
g. Dan peranannya bagi kehidupan baik sisi negatif maupun positifnya

Morfologi bakteri diamati dengan menggunakan mikroskop. Untuk mengukur sel


bakteri digunakan ukuran khusus yang disebut micrometer (1 mikron = 0,001
milimeter). Ukuran bakteri yang biasa diamati di laboratorium berukuran antara 0,15
sampai 1,5 µ lebar dan 1-5 µ panjang.
1. Bentuk dasar sel bakteri meliputi coccus (bulat), bacillus (batang), bentuk bengkok atau
spiral (vibrio atau spirillium). Bakteri berkembang biak dengan cara membelah diri
secara sederhana, setelah pembelahan sebagian bakteri berkumpul namun ada juga yang
memisahkan diri dan membentuk rantai atau dua-dua.Berdasarkan hal itu maka dikenal
adanya susunan/formasi bakteri yang berbeda-beda. Perbedaan susunan tersebut dapat
dijadikan salah satu alat identifikasi genus atau spesies.

Susunan bakteri yang umum ditemui adalah


a. diplokokus (kokus berpasangan),
b. streptokokus (formasi rantai)
c. stafilococus (formasi bergelombol seperti buah anggur),
d. tetrade (formasi kelompok berjumlah 4),
e. Sarcina (formasi berkelompok berjumlah 8 menyerupai kubus).

Selain susunan bakteri, secara individu bakteri memiliki karakteristik yang berbeda,
misalnya bentuk bakteri batang umumnya memiliki struktur tambahan yang disebut
Flagela yang tidak dimiliki oleh bakteri bentuk kokus. Flagela terlihat seperti benang
yang seluruhnya tersusun dari protein, berfungsi dalam pergerakan. Jenis bakteri tertentu
mampu membentuk spora (endospora) untuk mengatasi perubahan lingkungan yang
tidak menguntungkan bagi bakteri, dalam lingkungan yang menguntungkan spora
bergerminasi kembali menjadi sel vegetatif. Spora bersifat tahan panas dan bahan kimia.
Keberadaan spora ini dapat diamati melalui pewarnaan spora.

2. Bakteriologi merupakan ilmu tentang bakteri, meliputi morfologi bakteri, klasifikasi


bakteri, fisiologi bakteri. Khusus untuk bakteriologi klinis ruang lingkupnya hanya
sekitar cara identifikasi bakteri terutama bakteri penyebab penyakit pada manusia, selain
itu aplikasi bakteriologi klinik kini semakin luas meliputi bakteriologi air (pemeriksaan
kualitas air) , bakterologi udara (pemeriksaan kualitas udara), bakteriologi makanan &
minuman (pemeriksaan kualitas makanan dan minuman).

3. Identifikasi mikroba merupakan salah satu tugas yang lazim dilakukan di laboratorium
mikrobiologi. Diagnostik laboratorium untuk suatu penyakit yang disebabkan bakteri
harus dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga pengobatan dapat dilakukan sedini
mungkin.
Mikroba memiliki ukuran yang sangat kecil sehingga memerlukan alat pembesar
yang disebut mikroskop dalam mengamatinya.Identifikasi bakteri didasarkan pada
morfologi (bentuk, susunan, ukuran), karakteristik koloni (bau, warna koloni, sifat
koloni terhadap media pertumbuhan, elevasi, bentuk pinggiran koloni) dan sifat
biokimia (kemampuan bakteri yang berhubungan dengan fisiologinya), uji
serologi.Kegiatan identifikasi dilakukan setelah kegiatan isolasi bakteri selesai,
sehingga tehnik dalam melakukan isolasi perlu dikuasai oleh seorang petugas
laboratorium klinik.M
Mikroorganisme yang akan diisolasi dapat berupa biakan murni atau populasi
campuran. Bila biakan yang akan diidentifikasi ini tercemar, perlu dilakukan pemurnian.
Biasanya pemurnian dilakukan dengan cara menggores suspensi mikroba yang akan
diisolasi pada lempengan agar sebagai media pertumbuhannya. Setelah diperoleh koloni
terpisah, dibuat pewarnaan gram dari beberapa koloni untuk melihat kemurnian
biakan.setelah diperoleh biakan murni, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan
serangkaian uji biokimia untuk memperoleh ciri biokimia dari bakteri uji. Setiap uji
yang dilakukan harus menggunakan control untuk mengetahui apakah media serta
reagens yang digunakan memenuhi persyaratan. Selain itu kontrol digunakan juga untuk
melihat bahwa teknik yang digunakan benar dan tepat.Untuk mengetahui bahwa media
yang digunakan bekerja dengan baik, dapat digunakan biakan mikroba yang
memberikan hasil positif dan negatif. Uji yang digunakan dalam identifikasi bakteri
tidaklah sama untuk setiap kelompok.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya telah disebutkan bahwa salah satu hal
penting dalam identifikasi bakteri adalah mengenal morfologi bakteri tersebut, teknik
membuat sediaan untuk pemeriksaan mikroskopis serta mengetahui prinsip dasar
beberapa teknik pewarnaan.

STRUKTUR TUBUH BAKTERI


Bakteri bersel tunggal,meskpiun dapat berpasang-pasangan dan tiap sel hihup sendiri-
sendiri. Sel tersebut merupakan sitoplasma yang nampak berdinding tegas, akan tetapi
inti sel tidak jelas Nampak.
Struktur dasar sel bakteri
1. Dinding sel
Tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida (ketebalan
peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila peptidoglikannya
tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis).
Dengan adanya dinding sel ini, tubuh bakteri memiliki bentuk yang tetap. Fungsi
dinding sel adalah untuk melindungi sel. Berdasarkan struktur protein dan
polisakarida yang terkandung di dalam dinding sel ini, bakteri dapat dibedakan
menjadi bakteri gram positif dan gram negatif.
Jika bakteri diwarnai dengan tinta Cina kemudian timbul warna pada dinding selnya,
maka bakteri itu tergolong bakteri gram positif. Sebaliknya, jika diberi warna dengan
tinta Cina namun tidak menunjukkan perubahan warna pada dinding selnya, maka
bakteri itu digolongkan ke dalam bakteri gram negatif.
Bakteri gram positif mempunyai peptidoglikan di luar membran plasma. Pada
bakteri gram negatif, peptidoglikan terletak di antara membran plasma dan membran
luar dan jumlahnya lebih sedikit. Umumnya bakteri gram negatif lebih patogen.
Bakteri gram-positif dinding selnya terdiri atas 60-100 persen peptodoglikan. Semua
bakteri gram-positif memiliki polimer iurus asam N-asetil muramat dan N-asetil
glukosamin
2. Dinding sel beberapa bakteri gram positif mengandung substansi asam teikoat yang
dikaitkan pada asam muramat dari lapisan peptidoglikan.
3. Asam teikoat ini berwujud dalam dua bentuk utama yaitu asam teikoat ribitoi dan
asam teiokat gliserol fungsi dari asam teiokat adalah mengatur pembelahan sel
normal. Apabila diberi pewarna gram menghasilkan warna ungu. Bakteri gram-
negatif dinding sel gram negatif mengandung 10-20 % peptidoglikan, Diluar lapisan
peptidoglikan ada struktur membran yang tersusun dari protein fostolipida dan
lipopolisakarida. Apabila diberi pewarna gram menghasilkan warna merah.
Di sebelah luar dinding sel terdapat kapsul. Tidak semua sel bakteri memiliki kapsul.
Hanya bakteri patogen yang berkapsul. Kapsul berfungsi untuk mempertahankan
diri dari antibodi yang dihasilkan selinang. Kapsul juga berfungsi untuk melindungi
sel dari kekeringan. Kapsul bakteri tersusun atas persenyawaan antara protein dan
glikogen yaitu glikoprotein.
4. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan
fosfolipid dan protein, bersifat semipermeable, berfungsi untuk mengatur keluar
masuknya zat ke dalam sel.Membrane sel tersusun atas molekul lemak dan protein
Lipoprotein.
Jadi membran selnya sama seperti halnya membran sel organisme yang lain.
sel bersifat semipermiable dan berfungsi mengatur keluar masuknya zat keluar atau ke
dalam se
5. Lembar fotosintetik
Khusus pada bakteri berfotosintesis, terdapat pelipatan membrane sel kearah berlipat-
lipat tersebut berisi klorofil,dikenal sebagai lembar fotosintetik (tilakoid). Lembar
fotosintetik berfungsi untuk fotosintesis contohnya pada bakteri ungu. Bakteri lain yang
tidak berfotosintesis tidak memiliki lipatan demikian.
6. Sitoplasma
Sitoplasma adalah cairan sel, merupakan tempat berlangsungnya reaksi metabolik.
Sitoplasma adalah cairan yang berada di dalam sel (cytos = sel, plasma= cairan).
Sitoplasma tersusun atas koloid yang mengandung berbagai molekul organik seperti
karbohidrat, lemak, protein, mineral, ribosom, DNA, dan enzim-enzim. Sitoplasma
merupakan tempat berlangsungya reaksi-reaksi metabolism.
7. DNA
Asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid, disingkat DNA) atau asam inti,
merupakan materi genetic bakteri yang terdapat di dalam sitoplasma. Bentuk DNA
bakteri seperti kalung yang tidak berujung pangkal. Bentuk demikian dikenal sebagai
DNA sirkuler. DNA tersusun atas dua utas polinukleotida berpilin. DNA merupakan zat
pengontrol sintesis protein bakteri, dan merupakanzat pembawa sifat atau gen. DNA ini
dikenal pula sebagai kromosom bakteri. DNA bakteri tidak tersebar di dalam sitoplasma,
melainkan terdapat pada daerah tertentu yang disebut daerah inti. Materi genetik inilah
yang dikenal sebagai inti bakteri.
8. Plasmid
Selain memiliki DNA kromosom, bakteri juga memiliki DNA nonkromosom. DNA
nokromosom bentuknya juga sirkuler dan terletak di luar DNA kromosom. DNA
nonkromosom sirkuler ini dikenal sebagai plasmid. Ukuran plasmid sekitar 1/1000 kali
DNA kromosom. Plasmid mengandung gen-gen tertentu misalnya gen kebal antibiotik,
gen patogen. Seperti halnya DNA yang lain, plasmid mampu melakukan replikasi dan
membentuk kopi dirinya dalam jumlah banyak. Dalam sel bakteri dapat terbentuk 10-
20 plasmid.
9. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan
RNA.sebagai tempat sintesis protein. Ribosom merupakan organel yang berfungsi
dalam sintesis protein atau sebagai pabrik protein. Bentuknya berupa butir-butir kecil
dan tidak diselubungi membran. Ribosom tersusun atas protein dan RNA. Di dalam sel
bakteri Escherichia coli terkandung 15.000 ribosom, atau kira-kira ¼ masa sel bakteri
tersebut. Ini menunjukkan bahwa ribosom memiliki fungsi yang penting bagi bakteri.
10. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.
11. Mesosom terbentuk dari membran sel yang tidak membentuk lipatan. Organel ini
berfungsi sebagai pengganti mitochondria. Pada tempat tertentu terjadi penonjolan
membran sel kearah dalam atau ke sitoplasma. Tonjolan membrane ini berguna untuk
menyediakan energi atau pabrik energi bakteri. Organ sel (organel) ini disebut mesosom.
Selain itu mesosom berfungsi juga sebagai pusat pembentukan dinding sel baru diantara
kedua sel anak pada proses pembelahan.12. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan
di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu, bila lapisannya tebal disebut kapsul dan
bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas
polisakarida dan air. Kapsul atau lapisan lendir merupakan bahan kental yang
mengelilingi dinding sel bakteri. Kapsul penting bagi bakteri karena merupakan
pelindung dan sebagai penyimpan cadangan makanan. Pada bakteri penyebab penyakit,
kapsul dapat berfungsi meningkat kan kemampuan bakteri dalam menginfeksi inangnya
atau dengan kata lain meningkatkan daya virulensi.
12. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol
dari dinding sel.
13. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari
dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih
kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fungsi pili
adalah sebagai pintu gerbang bagi masuknya materi genetik selama perkawinann dan
untuk membantu melekatkan diri pada jaringan hewan atau tumbuhan yang merupakan
sumber nutriennya.
14. Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.
15. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung
pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat
pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
16. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.
17. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan
terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri.
Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding
endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap
kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan
menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.Bakteri ada yang
dapat membentuk endospora, pembentukan endospora merupakan cara bakteri
mengatasi kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Endospora tahan terhadap
panas sehingga tidak mati oleh proses memasak biasa. Spora mati di atas suhu 120 C.
jika kondisi telah membaik, endospora dapat tumbuh menjadi bakteri seperti sedia kala.

CIRI-CIRI BAKTERI

Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :
a. Organisme multiselluler
b. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )
c. Umumnya tidak memiliki klorofil
d. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya
memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
e. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
f. Hidup bebas atau parasit.
g. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau
gambut dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan.
h. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung
peptidoglikan

BENTUK BAKTERI
Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia)
serta terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil
Berbagai macam bentuk bakteri :
1. Bakteri Kokus : Bakteri dengan bentuk dasar bulat
Bentuk Bakteri kokus
a. Monokokus, yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal. Misalnya Neisseria
gonorrhoeae, penyebab penyakit kencing nanah.
b. Diplokokus, yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan. Misalnya Diplococcus
pneumonia, penyebab penyakit pneumonia atau radang paru-paru.
c. Tetrakokus, yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi empat.
d. Sarkina, yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus.
e. Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk
rantai. Misalnya Streptococcus pyrogenes, penyebab demam jengkering dan
sakit tenggorokan, dan Streptococcus thermophilus, untuk membuat yoghurt.
f. Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan seperti buah
anggur.
2. Bakteri Basil : Bakteri dengan bentuk dasar batang
Bentuk bakteri Basil:
a. Monobasil, yaitu berupa sel bakteri basil tunggal.
Misalnya Salmonella thypi, E. coli, dan Lactobacillius.
b. Diplobasil, yaitu berupa dua sel bakteri basil berdempetan.
c. Streptobasil, yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai.
Misalnya Azotobacter dan Bacillus anthracis.
3. Bakteri Spirilia : Bakteri dengan bentuk dasar spiral
Bentuk Bakteri Spiral:
a. Spiral yaitu bentuk sel bergelombang. Misalnya Spirillum.
b. Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup.
c. Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma. Misalnya Vibrio cholera,
penyebab penyakit kolera.

UKURAN BAKTERI

Ukuran rata-rata bakteri berdiameter 1,25µm.

a. Bentuk basil : lebar 0,3-1µ, panjang 1,5-4, kadang-kadang sampai 8µ


b. Bentuk coccus : ukuran tengahnya rata-rata 1µ.
c. Bentuk spiral : lebar 0,5µ-1µ, panjang 2-5, kadang-kadang sampai 10µ.
d. Bentuk vibrio : lebar 0,5µ panjang sampai 3µ
e. Bentuk spirochete: lebar 0,2-0,7µ, panjang 5-10µ.

SUSUNAN KIMIA BAKTERI


Susunan kimia bakteri terdiri dari:
a. 85% air
b. Zat hidrat arang
c. Protein
d. Lemak
e. Garam-garaman: Na, K, Ca, Mg, Fe, Zn, P, dan sebagainya
f. Enzim atau fermen
g. Vitamin.

ALAT GERAK BAKTERI


Alat gerak pada bakteri berupa flagellum atau bulu cambuk adalah struktur
berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagellum
memungkinkan bakteri bergerak menuju kondisi lingkungan yang
menguntungkan dan menghindar dari lingkungan yang merugikan bagi
kehidupannya.
Flagellum memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan letak yang
berbeda-beda pula yaitu:
a. Monotrik : bila hanya berjumlah satu
b. Lofotrik : bila banyak flagellum disatu sisi
c. Amfitrik : bila banyak flagellum dikedua ujung
d. Peritrik : bila tersebar diseluruh permukaan sel bakteri
KONSEP DASAR MIKROBIOLOGI

A. TAKSONOMI DAN NOMENKLATUR


1. KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP
Klasifikasi makhluk hidup adalah pengelompokan aneka jenis hewan atau
tumbuhan ke dalam kelompok tertentu. Pengelompokan ini disusun secara runtut
sesuai dengan tingkatannya (hierarkinya), yaitu mulai dari yang lebih kecil
tingkatannya hingga ke tingkatan yang lebih besar. Ilmu yang mempelajari prinsip
dan cara klasifikasi makhluk hidup disebut taksonomi atau sistematik.
Prinsip dan cara klasifikasi makhluk hidup menurut ilmu taksonomi adalah
dengan membentuk takson. Takson adalah kelompok makhluk hidup yang
anggotanya memiliki banyak persamaan ciri. Takson dibentuk dengan jalan
mencandra objek atau makhluk hidup yang diteliti dengan mencari persamaan ciri
maupun perbedaan yang dapat diamati.
Tujuan dari klasifikasi makhluk hidup adalah:

 mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang


dimiliki
 mendeskripsikan ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk
membedakannya dengan makhluk hidup dari jenis yang lain
 mengetahui hubungan kekerabatan antarmakhluk hidup
 memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya

Berdasarkan tujuan tersebut, sistem klasifikasi makhluk hidup memiliki manfaat


seperti berikut.
 Memudahkan kita dalam mempelajari makhluk hidup yang sangat
beraneka ragam.
 Mengetahui hubungan kekerabatan antara makhluk hidup satu dengan
yang lain.

2. DASAR- DASAR KLASIFIKASI


Di dunia terdapat tidak kurang dari 500 juta macam organisme. Organisme tersebut
memiliki cirri-ciri yang beraneka ragam. Begitu beragamnya organisme ini
sehingga menuntut adanya suatu system untuk mengenal dan mempelajarinya.
Beberapa ahli biologi mencoba menciptakan suatu system untuk mempermudah
mengenal dan mempelajari organisme melalui suatu cara pengklasifikasian.
Pengklasifikasian merupakan proses pengelompokan berdasarkan cirri tertentu.
Orang dapat mengadakan klasifikasi dengan menggunakan perbedaan-perbedaan
atau kriteria berdasarkan manfaat, ciri morfologi dan anatomi dan atau berdasarkan
fisiologi, serta cirri biokimiawi. Pada bakteri, penggolongan didasarkan atas sifat-
sifat morfologi dan sebagianatas sifat-sifat fisiologi, termasuk juga sifat-sifat
imunologi.
Klasifikasi bakteri yang dipakai di Eropa dan Amerika Serikat, sekarang ini banyak
menggunakan sistematik yang disusun oleh Bergey. Edisi yang sekarang dari
“Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology” adalah edisi kedelapan belas
tahun 1994. Awal dari klasifikasi bakteri oleh D.H. Bergey mulai tahun 1923,
karena pada tahun tersebut terbitlah buku “Manual of Determinative Bacteriology”.
buku pedoman ini secara berangsur-angsur diperbaiki, dan pada tahun 1947, buku
tersebut diterbitkan keenam kalinya dengan nama “Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology”.
Berdasarkan bentuknya yang tetap, dindingnya yang kuat, dan adanya kemampuan
untuk hidup autotrof (termasuk mengadakan fotosintesis pada beberapa golongan
bakteri), maka bakteri dimasukkan ke dalam golongan tumbuhan. Kongres-kongres
internasional antara ilmuwan mikrobiologi membuat ketentuan bersama mengenai
taksonomi bakteri dan metode penamaan (nomenklatur), untuk memberi nama
suatu kelompok organisme tertentu. Penamaan bertujuan untuk :
a. Membedakan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain.menyusun
hubungan kekerabatan antara kelompok.
b. memudahkan dalam mengenal cirri-ciri kelompok.
c. menujukkan tingkatan takson dalam taksonomi.
Dunia tumbuhan (plantae) pada garis besarnya dibagi atas divisi, kelas (classis),
bangsa (ordo), suku (famili), marga (genus), jenis (spesies). Seringkali spesies
masih dibagi–bagi lagi atas varietas, sedang antara takson tersebut di atas kerapkali
juga ada penyisipansub-kelompok seperti sub-divisi, sub-kelas, sub-ordo, sub-
famili, sub-genus, sub-spesies.

Sebagai contoh, kita ambil Escherichia coli yang terkenal sebagai penghuni usus
tebal (kolon). klasifikasi bakteri ini adalah:

Jenjang Contoh
Tumbuhan
Dunia (Kingdom)
(Plantae)
Divisi (Divisio) Protophyta

Kelas (Classis) Schizomycetes

Ordo (Ordo) Eubacteriales

Famili (Famillia) Enterobacteriaceae

Genus (Genus) Escherichia


Spesies (Speciess) Coli

Untuk menyebutkan nama suatu bakteri, seperti pada organisme lainnya


yakni dengan menggunakan sistem “dua nama” atau binomenklatur. Artinya nama
genus diikuti dengan spesies. huruf pertama dari nama genus ditulis dengan huruf
besar, sedangkan nama keterangan spesiesnya ditulis dengan huruf kecil

3. PROSES KLASIFIKASI
Para biologiawan masih menggunakan buku Linnaeus yang berjudul Systema
Naturae (sistem Alam) yang diterbitkan tahun 1758 sebagai dasar untuk klasifikasi
ilmiah. Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan makhluk
hidup.
a. Pencandraan (identifikasi), Pencandraan adalah proses mengidentifikasi atau
mendeskripsi ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan diklasifikasi.
b. Pengelompokan, setelah dilakukan pencandraan, makhluk hidup kemudian
dikelompokkan dengan makhluk hidup lain yang memiliki ciri-ciri serupa.
Makhluk hidup yang memiliki ciri serupa dikelompokkan dalam unit-unit
yang disebut takson.
c. Pemberian nama takson, selanjutnya kelompok-kelompok ini diberi nama
untuk memudahkan kita dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok makhluk
hidup.

4. TINGKATAN TAKSON
Dalam biologi, taksonomi juga merupakan cabang ilmu tersendiri yang
mempelajari penggolongan atau sistematika makhluk hidup. Sistem yang dipakai
adalah penamaan dengan dua sebutan, yang dikenal sebagai tata nama
binomial atau binomial nomenclature, yang diusulkan oleh Carl von Linne
(Latin: Carolus Linnaeus), seorang naturalisberkebangsaan Swedia.
Ia memperkenalkan tujuh hierarki (tingkatan) untuk mengelompokkan makhluk
hidup. Keenam hierarki (yang disebut takson) itu berturut-turut dari tingkatan
tertinggi (umum) hingga terendah (spesifik) adalah :
a. Kingdom/Kerajaan.
b. Phylum/Filum untuk hewan, atau Divisio/Divisi untuk tumbuhan.
c. Classis/Kelas.
d. Ordo/Bangsa.
e. Familia/Keluarga/Suku.
f. Genus/Marga.
g. Species/Jenis.

5. SISTEM KLASIFIKASI KINGDOM.


Belakangan, sistem Kingdom sempat dianggap basi, sehingga dibentuk sistem baru
yang menambah urutan dan memiliki lebih sedikit jenis, yaitu Domain.
Ada tiga jenis Domain, yaitu:
a. Archaea (dari Archaebacteria)
b. Bacteria (dari Eubacteria)
c. Eukarya (termasuk fungi, hewan, tumbuhan, dan protista)

6. SISREM KLASIFIKASI ENAM KOINGDOM (MENURUT WOESE TAHUN


1997)
Semula para ahli hanya mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan, yaitu
kerajaan tumbuhan dan kerajaan hewan. Dasar para ahli mengelompokkan makhluk
hidup menjadi 2 kerajaan :

a. Kenyataan bahwa sel kelompok tumbuhan memiliki dinding sel yang


tersusun dari selulosa.
b. Tumbuhan memiliki klorofil sehingga dapat membuat makanannya sendiri
melalui proses fotosintesis dan tidak dapat berpindah tempat dan hewan
tidak memiliki dinding sel sementara hewan tidak dapat membuat
makanannya sendiri, dan umumnya dapat berpindah tempat.
Namun ada tumbuhan yang tidak dapat membuat makanannya sendiri,
yaitujamur (fungi). Berarti, tumbuhan berbeda dengan jamur maka para ahli
taksonomi kemudian mengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga kelompok,
yaitu Plantae (tumbuhan), Fungi (jamur), dan Animalia (hewan).
Setelah para ahli mengetahui struktur sel (susunan sel) secara pasti, makhluk
hidup dikelompokkan menjadi empat kerajaan, yaitu Prokariot,Fungi, Plantae,
dan Animalia, Pengelompokan ini berdasarkan ada tidaknya membran inti
sel. Sel yang memiliki membran inti disebut sel eukariotik, sel yang tidak
memiliki membran inti disebut sel prokariotik.

Pada tahun 1969 Robert H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup


menjadi lima kingdom, yaitu Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia.
Pengelompokan ini berdasarkan pada susunan sel, cara makhluk hidup
memenuhi makanannya, dan tingkatan makhluk hidup.
Namun sistem ini kemudian diubah dengan dipecahnya kingdom monera
menjadi kingdom Eubacteria dan Archaebacteria.
BAKTERIOLOGI DASAR

A. STRUKTUR BAKTERIOLOGI

Struktur Sel Bakteri dan Fungsinya| Ada beberapa macam bagian-bagian dari
struktur sel Bakteri yang memiliki peranan dan fungsi masing-masing. Perlu teman-
teman ketahui bahwa istilah bakteri itu berasal dari kata bakterion. Arti dari bakterion
sendiri adalah batang kecil. Secara umum, Pengertian bakteri adalah organisme
uniseluler (bersel satu) dengan tidak memiliki membran inti sel (prokariotik) dan pada
umumnya memiliki dinding sel namun tidak berklorofil. Bakteri sendiri ditemukan
oleh Antony van Leeuwenhoek dan sekaligus penemu dari mikroskop lensa tunggal,
bakteri ditemukannya pada tahun 1674, dia adalah seorang ilmuwan belanda, istilah
bakteri sendiri dikenalkan oleh ilmuwan yang bernama Ehrenberg tahun 1828.

1. Kapsul atau Lapisan Lendir


Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan yang terluar dari bakteri yang menyelimuti
dinding sel. Lapisan ini memiliki ketebalan yang bervariasi disetiap jenis-jenis
bakteri. Lapisan tebal tersebutlah yang disebut dengan kapsul, dan ada juga lapisan
tipis yang disebut lapisan lendir. Umumnya bakteri hidupnya parasit dan bersifat
patogen (penyebab penyakit) memiliki kapsul sedangkan pada bakteri saproba
(mendapatkan makanan dari sisa organisme) biasanya hanya memiliki lapisan
lendir. sehingga mengapa makanan yang terkena bakteri biasanya terlihat berlendir.
Kapsul atau lapisan lendir ini berupa senyawa yang kental dan lengket yang
disekresikan oleh bakteri. Kapsul sendiri tersusun dari glikoprotein (senyawa
campuran antara glikogen dan protein). Sedangkan pada lapisan lendir tersusun dari
air dan juga polisakarikarida.

Fungsi Kapsul atau Lapisan Lendir

 Sebagai pelindung,
 Menjaga sel agar tidak kekeringan,
 Membantu pelekatan dengan sel bakteri lain atau pada substrak,
 Pada bakteri patogen, kapsul melindungi bakteri dari pengaruhi sistem
kekebalan (antibodi) yang dihasilkan oleh sel tubuh inang.

2. Dinding SeL.
Dinding sel bakteri tersusun dari senyawa pepetidoglikan.Peptidoglikan adalah
suatu polimer yang terdiri dari polipeptida pendek.Peptidoglikan memiliki
ketebalan lapisan yang bervariasi dari ketebalan lapisan ini berpengaruh terhadap
respons pewarnaan, yang digunakan dalam penggolongan bakteri, yaitu bakteri
Gram posisitf dan bakteri Gram negatif. Dinding sel dari pada Eubacteria
mengandung peptidoglikan, sedangkan pada dinding sel Archaebacteria adalah
tidak mengandung peptidoglikan.
Fungsi Dinding Sel

 Mempertahankan bentuk dari sel


 Memberikan sebuah perlindungan fisik,
 Menjaga sel agar tidak pecah dalam lingkungan yang memiliki tekanan osmotik
yang lebih rendah (hipotonis)
 Sel bakteri dapat mengalami plasmolisis jika berada pada lingkungan yang
tekanan osmotik lebih tinggi (hipertonis).
 Bakteri akan mati jika berada pada larutan yang pekat misalnya mengandung
banyak garam atau banyak gula.

3. Membran Plasma .
Membran plasma tersusun dari senyawa fosfolipid dan protein yang bersifat selektif
permeabel (dapat dilewati oleh zat-zat tertentu).
Fungsi Membran Plasma

 Membungkus sitoplasma
 Mengatur pertukaran zat yang berada di dalam sel dengan zat yang ada diluar
sel.

4. Mesosom.
Mesosom adalah organel sel yang memiliki penonjolan pada membran plasma ke
arah dalam sitoplasma.
Fungsi Mesosom

 Menghasilkan energi
 Membentuk dinding sel baru saat terjadi pembelahan sel
 Menerima DNA pada saat konjugasi

5. Sitoplasma .
Sitoplasma bakteri adalah cairan koloid yang mengandung molekul organik seperti
lemak, protein, karbohidrat, dan garam-garam mineral, enzim, DNA, Klorosom
(pada bakteri fotosintetik), dan ribosom.
Fungsi Sitoplasma

 Sebagai tempat terjadinya reaksi-reaksi metabolisme sel

6. Ribosom.
Ribosom adalah organel-organel kecil yang tersebar dalam sitoplasma dan
berfungsi dalam sintesis protein. Ribosom tersusun dari senyawa protein dan RNA
(ribonukleic acid). Jumlah ribosom di dalam suatu sel bakteri mencapai ribuan,
contohnya saja Escherichia coli yang mempunyai 15.000 ribosom.
Fungsi Ribosom
 Sebagai sintesis protein

7. DNA.
Bakteri mempunyai dua macam DNA (deoxyribonucleic acid), yaitu DNA
kromosom dan DNA nonkromosom (plasmid). DNA kromosom adalah materi
genetik yang menentukan sebagian besar dari sifat-sifat metabolisme
bakteri, sedangkan pada DNA nonkromosom (plasmid) yang hanya menentukan
sifat-sifat tertentu, seperti sifat patogen, sifat fertilitas (kemampuan dalam
bereproduksi secara seksual), dan sifat kekebalan terhadap antibiotik tertentu. DNA
kromosom pada organisme eukariotik akan berbentuk rantai ganda linier,
sedangkan pada DNA kromosom prokariotik (bakteri) yang berupa rantai ganda
melingkar yang terkumpul dalam suatu serat kusut yang disebut dengan region
nukleoid. Jumlah DNA bakteri jauh lebih sedikit dibandingkan dengan DNA sel
eukariotik sekitar 1:1.000 dari DNA sel eukariotik. DNA kromosom dapat di
bereplikasi pada saat menjelang pembelahan sel.
Fungsi DNA

 Materi genetik yang sebagian besar menentukan sifat-sifat metabolisme bakteri


(DNA Kromosom)
 Menentukan sifat patogen, sifat fertilitas (kemampuan bereproduksi secara
seksual), dan sifat ketebalan terhadap suatu antibiotik (DNA nonkromosom)

8. Granula dan Vakuola Gas.


Umumnya bakteri memiliki granula-granula yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan cadangan makanan atau senyawa-senyawa lain yang dihasilkannya,
misalnya Thiospirillum yang menghasilkan butir-butir belerang. Pada vakuola gas
yang anya terdapat pada bakteri-bakteri fotosintetik yang hidup dengan
menampung air. Vakuola gas tersbut memungkinkan bakteri mengapung di
permukaan air, sehingga dapat sinar matahari yang digunakan untuk fotosintesis.

9. Klorosom
Klorosom adalah suatu struktur lipatan yang ada dibawah membran plasma yang
berisi klorofil dan pigmen fotosintetik lainnya. Fungi Klorosom adalah untuk
menfotosintesis yang hanya terdapat pada bakteri fotosintetik.
misalnya Chlorobium.

10. Flagela

Flagela adalah bulu cambuk yang tersusun dari senyawa protein yang terdapat pada
dinding sel, dan berfungsi sebagai alat gerak. Flagela bakteri tidak terbungkus oleh
perluasan membran plasma yang berbentuk batang (basil), koma (vibrio), dan juga
spiral. Ada sekitar separuh dari seluruh bakteri yang dapat bergerak secara terarah
yang menuju atau menjauhi ransang. Gerak tersebut disebut gerak taksis.
Contohnya bakteri dari familia Chlorobacteriaceae yang akan melakukan gerak
fototaksis positif atau menuju ke arah cahaya matahari untuk berfotosintesis.
Bakteri memiliki jumlah flagela yang memiliki letak berbeda-beda. Berikut
pengelompokan bakteri berdasarkan dari jumlah dan letak flagelanya.

 Atrik, adalah bakteri yang tidak mempunyai flagela


 Monotrik, adalah bakteri yang hanya mempunyai satu flagela
 Lofotrik, adalah bakteri yang mempunyai banyak flagela pada salah satu sisi
sel
 Amfitrik, adalah bakteri yang mempunyai flagela pada kedua ujung sel
 Peritrik, adalah bakteri dengan flagela yang tersebar di seluruh permukaan
dinding sel.

11. Pilus atau Fimbria


Pilus (Latin, pili = rambut) atau fimbria (fimbria = daerah pinggir) adalah struktur
seperti flagela tetapi berupa rambut-rambut yang memiliki diamater lebih kecil,
pendek, dan kaku, dengan terdapat di sekitar dinding sel. Fungsi pilus atau
Fimbria adalah sebagai berikut..

 Membantu bakteri yang menempel pada suatu medium tempat hidupnya


 Melekatkan diri dengan sel bakteri lainnya, sehingga dapat terjadi transfer DNA
pada saat terjadinya konjugasi. Pilus untuk konjugasi disebut dengan pilus seks.

Contoh bakteri yang mempunya pilus adalah Neisseria gonorrhoeae (penyebab


penyakit kencing nanah) dan Escherichia coli (bakteri saproba di usus besar)

B. MORFOLOGI BAKTERI
Nama bakteri berasal dari kata "bakterion" (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau
batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang
bersel satu, berkembang biak dengan pembelahan diri dan hanya dapat dilihat dengan
alat bantu berupa mikroskop.

1. Bentuk Bakteri.
Sel-sel bakteri memiliki beberapa bentuk. Menurut morfologinya bakteri dapat
dibedakan menjadi 3 bentuk utama, yaitu:
a. Bakteri berbentuk bulat (Coccus)
Bakteri berbentuk bulat atau bola dinamakan kokus (Coccus), dibedakan menjadi:
 Monokokus (Monococcus), yaitu bakteri berbentuk bola tunggal,
misalnya Neisseria gonorrhoeae, penyebab penyakit kencing nanah.
Diplokokus (Diplococcus), yaitu bakteri berbentuk bola yang
bergandengan dua-dua, misalnya Diplococcus pneumoniae, penyebab
penyakit pneumonia atau radang paru-paru.
 Streptokokus (Streptococcus), yaitu bakteri bentuk bbola yang
berkelompok memanjang membentuk rantai.
 Sarkina (Sarcina), yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok empat-
empat sehingga bentuknya mirip kubus.
 Stafilokokus (Stafilococcus), yaitu bakteri berbentuk bola yang berkoloni
membentuk sekelompok sel tidak teratur, sehingga bentuknya mirip
dompolan buah anggur.

b. Bakteri berbentuk Batang (Bacillus) Bentuk basilus dapat dibedakan atas:


 Basil tunggal (Monobasil), yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu
batang tunggal, misalnya Salmonella typhi penyebab penyakit tifus.
 Diplobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-dua.
 Streptobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-dua.
 Streptobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan
memanjang membentuk rantai benang panjang, misalnya Bacillus
anthracis penyebab penyakit antraks.

c. Bakteri berbentuk spiral (Spirillum)


Bakteri berbentuk melilit atau spiral ada tiga macam bentuk spiral, yaitu sebagai
berikut:
 Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral yang sel
tubuhnya kaku, misalnya Spirillum.
 Vibrio atau bentuk koma yang dianggap sebagai bentuk spiral tak
sempurna, misalnya Vibrio cholerae penyebab penyakit kolera.
 Spirochaeta, yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat lentur.
pada saat bergerak tubuhnya dapat memanjang dan mengerut.

2. Ukuran Bakteri.
Bakteri adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. untuk menyelidiki ukuran bakteri, dalam pemeriksaan mikrobiologis
biasanya digunakan satuan micron (diberi symbol huruf μm), seperti pada
pengukuran virus.
Bakteri yang biasa diteliti di laboratorium kebanyakan berukuran antara 0,5 – 2
μm lebarnya dan 1 – 5 μm panjangnya. Ukuran-ukuran yang menyimpang dari
ketentnuan tersebut banyak pula. Pada dasarnya bakteri yang umurnya 2 sampai 6
jam memiliki ukuran lebih besar dari pada bakteri yang umurnya lebih dari 24 jam.
Dahulu, pengukuran ini dilakukan dengan jalan membandingkan ukuran butir
darah merah, yang pada waktu itu sudah diketahui besarnya. Sekarang pengukuran
yang lebih tepat dilakukan dengan alat micrometer yang diletakkan pada lensa
okuler, dan skala yang terdapat pada micrometer ini dibandingkan dengan
micrometer yang diletakkan pada kaca objektif (stage micrometer). Di samping itu,
bidang penglihatan dapat ditaksir dari pembesaran yang diperoleh dari mikroskop
yang digunakan, seperti yang terlihat pada Tabel berikut:
Lensa Objektif Perbesaran Diameter bidang penglihatan
Objektif 16 mm (2/3 in) 100 2,10 mm
Objektif 4 mm (1/6 in) 440 0,40 mm
Obejktif rendam minyak 1,8 mm (1/12 in) 950 0,20 mm
BAKTERIOLOGI DASAR

A. HUBUNGAN MIKROBA DENGAN HOSPES DAN LINGKUNGAN


Interaksi Antara Mikroba Dengan Manusia Sebagai Host
Interaksi antara manusia dengan mikroba bermacam-macam dan kompleks, bersifat
dinamis, bisa menguntungkan atau merugikan yang disebut “Simbiose”.

1. Simbiose Komensalisme :
Bila manusia maupun mikroba tidak diuntungkan maupun dirugikan. Contoh :
Adanya flora normal pada tubuh manusia.

a. FLORA NORMAL
Tidak semua mikroorganisme menimbulkan penyakit (pathogen) pada
manusia. Bahkan, beberapa jenis mikroorganisme secara tetap menghuni bagian
tubuh tertentu. Pada manusia sehat, yang disebut flora normal. Flora normal
melindungi host karena dapat mencegah invasi mikroba pathogen. Sebagai
contoh: Escherichia coli, Fusobacterium dan Bacteriodes yang secara tetap
menghuni intestinum akan menghambat pertumbuhan Salmonella dan Shigella
di dalam intestinum.
Kadang-kadang mikroba pathogen juga terdapat pada manusia sehat dan
baru menimbulkan penyakit bila bisa masuk ke dalam bagian tubuh yang secara
normal, steril. Misalnya Neisseria meningitidis, penyebab radang otak kadang-
kadang terdapat pula pada selaput lendir hidung manusia sehat. Sebagian besar
dari flora normal ini adalah bakteri, sisanya yang merupakan bagian kecil,
adalah jamur, protozoa, sedangkan virus sebagai flora normal, masih diragukan.
Setiap bagian permukaan tubuh tertentu (kulit, mukosa) memiliki flora normal
tersendiri.
Daerah yang biasanya dihuni flora normal adalah :
1. Kulit
Mikroorganisme yang banyak ditemukan antara lain : Staphylococcus
aureus, Streptococcus faecalis, Streptococcus viridans, Malassezia ovale
(jamur), S. Epidermidis Difteroid.
2. Mulut dan saluran pernapasan bagian atas.
Mikroorganisme yang sering ditemukan, Staphylococcus pyogenes,
Haemopillus influenze, Neisseria meningtidis, Candida albicans (jamur),
Streptococcus Viridans, Dipteroid, Neisseria catarralis.
3. Saluran pencernaan makanan.
Mikroorganisme yang sering ditemukan, antara lain : Escherichia coli,
Clostridium perfringens, Bacteriodes fragilis, Pseudomonas aeruginosa,
Proteus vulgaris, Candida albicans (jamur), Stretococcus faecalis,
Lactobacil.
4. Urethra
Mikroba yang biasa ditemukan, antara lain : Escherichia coli,
Staphylococcus epidermidis.
5. Vagina
Mikroorganisme yang biasanya terdapat, antara lain : Lactobacillus sp,
Streptococcus haemolyticus, Haemophilus vaginalis, Ureaplasma
urealyticum, Candida albicansStaphylococcus epidermidis.
6. Conjunctiva.
Mikroorganisme yang biasa ditemukan, antara lain : Corynebacterium
xerosis, Moraxella sp, Streptococcus nonhaemolyticus.

2. Simbiose Mutualisme :
Hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara mikroorganisme dengan
host-nya. Misalnya, mikroba normal di dalam usus manusia membentuk vitamin K
dan vitamin B yang berguna bagi manusia sedangkan mikroba tersebut
mendapatkan tempat tinggal dan makanan di dalam usus manusia.

3. Simbiose Parasitisme :
Adalah hubungan timbal balik dimana salah satunya mendapat untung dan yang
lainnya dirugikan. Mikroba-nya disebut sebagai parasit sedangkan manusia disebut
host/tuan rumah dan hubungan ini sering terlihat sebagai suatu penyakit.. Mikroba
(parasit) terdapat dimana-mana.
Cara infeksi penyakit parasit : penularan parasit dari suatu tuan rumah kepada yang
lain dilakukan oleh infective stage dari parasit tersebut.
Stadium infektif ini dapat mencapai tubuh manusia melalui
jalan-jalan:
a. Kontaminasi makanan dan minuman (masuk melalui alat pencernaan). Contoh
:
1. Kista Entamoeba histolytica dan telur cacing ascaris lumbricoides yang
mencemari makanan atau minuman.
2. Larva cacing Taenia saginata di dalam daging sapi dan larva tenia
solium di dalam daging babi.
b. Kontaminasi kulit atau membrane mukosa. Contoh :
1. Larva filariform dari cacing tambang (Ancylostoma duodenale, Necator
americanus) dan Strongyloides stercolaris menembus kulit yang sehat
karena tidak beralas kaki waktu berjalan di atas tanah.
2. Cercaria dari cacing Schistosoma yang terdapat di air menembus kulit.
c. Melalui kontak Jasmaniah (Personal Contact). Contoh :
1. Penyakit kelamin seperti :Syphilis, Gonnorhoea, AIDS.
2. Penyakit kulit : Tinea versicolor (panu).
d. Kontak tidak langsung : melalui penggunaan alat-alat medis yang tidak steril,
seperti respirator atau alat bantu pernapasan.
e. Melalui serangga (Arthropod Borne Infections). Misalnya :
1. Malaria disebabkan oleh plasmodium sp (protozoa) ditularkan oleh
nyamuk Anopheles sp.
2. Demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue, ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti.
3. Epidemic typhus disebabkan oleh Rickettsia prowazekii ditularkan oleh
Pediculus humanus (kutu manusia).
4. Elephantiasis (Filariasis) disebabkan oleh cacing Wuchereria brancrofti
ditularkan oleh nyamuk Culex fatigans.
5. Pest bubo disebabkan oleh bakteri Pasteurella pestis ditularkan oleh
kutu tikus Xenopsylla cheopis.
f. Melalui Udara (Air Borne Infections). Contoh :
1. Penyakit Tuberculosa paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis.
2. Melalui tetes ludah halus (Droplet infections).
3. Simbiose Opportunisme : Keadaan dimana mikroorganisme tidak mampu
menimbulkan penyakit pada host yang sehat tetapi dapat menimbulkan
penyakit yang berat pada host bila daya tahan tubuh host menurun.
Misalnya, E. colli dan kuman parasit colon di usus yang bila daya tahan host
menurun dapat menyebabkan Gastro enteristis.

B. PENGELOLAAN SPECIMEN
Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari rangkaian pemeriksaan untuk
mengetahui penyebab penyakit, menilai perkembangan penyakit setelah diberikan
pengobatan atau meyakinkan kebenaran penyebab penyakit yang diduga
berdasarkan gejala klinisnya yang khas (gejala pathognomonic).
Untuk mengetahui pennyebab penyakit infeksi, diusahakan isolasi dan identifikasi
mikroorganisme dari specimen atau sample yang diambil dari penderita
Mengingat hasilnya sangat penting, maka pengambilan dan pengelolaan specimen
harus dilakukan dengan benar.
Secara umum pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium adalah :
a. Pemeriksaan mikroskopis.
b. Ditanam pada perbenihan buatan, hewan percobaan atau perbenihan jaringan.
c. Test serologis.Pemeriksaan Laboratorium.
Pengambilan Specimen
Keberasilan uji diagnostic tergantung pada praktek yang benar saat pasien disiapkan,
saat specimen diambil, saat specimen disimpan dan ditangani sewaktu dibawa ke
laboratorium.

Macam-macam specimen :

a. Specimen urine porsi tengah, volume 5-10 ml.


b. Specimen dari luka.
c. Specimen tinja.
d. Specimen sputum.
e. Apusan tenggorok, apusan hidung, apusan mata.
f. Apusan vagina dan serviks.
g. Specimen darah.
Pengambilan specimen merupakan langkah awal yang sangat penting untuk
keberhasilan isolasi dan identifikasi mikroba.

Untuk menghindari kesalahan pengambilan dan pengiriman specimen harus


dilakukan sebagai berikut :

 Pengambilan harus dilakukan sebelum penderita diberi pengobatan antimikroba


(antibiotika atau chemotherapeutic).
 Pengambilan harus dilakukan pada saat dimana kemungkinan mikrobanya bisa
ditemukan.
 Pengambilan harus dilakukan pada tempat dimana infeksinya sedang
berlangsung.
 Specimen harus diambil dalam jumlah yang cukup.
 Pengambilan harus dilakukan dengan alat dan tempat penampungan yang tepat
sebelum dikirim ke laboratorium dengan pelabelan yang lengkap.
 Harus segera dikirim ke laboratorium untuk dianalisis.
 Harus disimpan dalam lingkungan atau medium yang tepat sebelum saatnya
diproses.
 Specimen harus segera diproses agar kemungkinan untuk berhasilnya isolasi
semakin besar.
Specimen harus diambil pada saat dimana mikrobanya bisa ditemukan. Contoh,
mengisolasi microfilaria, Wuchereria bancrofti, pengambilan darah harus diambil
pada malam hari. Sedangkan untuk isolasi Plasmodium sp., pengambilan darah
harus dilakukan saat penderita sedang demam.

Beberapa jenis mikroba pathogen hanya bisa ditemukan pada stadium tertentu
misalnya Treponema pallidum sangat mudah diisolasi pada stadium awal syphilis
dan sukar sekali ditemukan pada stadium lanjut. Specimen diambil dari ulcus durum
(gejala syphilis primer) dan langsung dilihat dengan mikroskop lapangan gelap
terlihat bakteri berbentuk spiral dan dapat bergerak. Specimen harus diambil dalam
jumlah yang cukup agar bisa memenuhi kebutuhan berbagai jenis pemeriksaan
yang dubutuhkan. Misalnya, sputum biasanya dibagi 2 (dua) bagian masing-masing
5 (lima) cc untuk perbenihan bakteri dan jamur.

Alat untuk pengambilan specimen misalnya kapas untuk apusan (swab). Alat
penyimpanan specimen untuk pengiriman ke laboratorium harus steril. Specimen
harus diambil dari bagian tubuh yang terinfeksi aktif. Contoh, pada penyakit jamur
Epidermophyton floccosum penyebab Tinea cruis, jamurnya akan mudah diisolasi
dari bagian kulit yang mengalami infeksi aktif yaitu pada pinggir dari kelainan
kulitnya. Specimen harus segera dikirim ke laboratorium.
PERSIAPAN PENGAMBILAN SAMPLE UNTUK
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI

A. DIAGNOSA MIKROSKOPI MALARIA

Pada pasien malaria, diagnosa dini dan akurat adalah kunci penanganan penyakit yang
efektif. Dua pendekatan diagnosa yang dilakukan adalah :
1. Diagnosa Klinis
Yang paling banyak digunakan. Diagnostik klinis tidak dapat diandalkan karena
gejala malaria sangat tidak spesifik. Mual, muntah, sakit kepala, menggigil, panas
tinggi, berkeringat dan lain-lain bisa juga disebabkan penyakit lain selain malaria.

2. Diagnosa mikroskopis
Penggunaan diagnosa mikroskopis telah dijadikan metode utama dalam
mendiagnosa malaria. Cara ini memerlukan keahlian teknik, kemampuan yang
terlatih dalam membaca sediaan malaria dan memerlukan mikroskop yang
berfungsi dengan baik. Metode ini sensifit dan spesifik.

Diagnosa ini bersifat sensitif, bila dipakai oleh teknisi ahli yang teliti, mikroskopi
dapat mendeteksi kepadatan (densitas) hitung parasit yang sangat rendah.

Diagnosa ini juga informatif, bila ditemukan parasitnya, maka dapat ditentukan
jenisnya (P. falciparum, P. vivax, P. malariae, P. ovale) dan stadiumnya (Ring,
Troph., Shci., Gametocytes).

Tidak mahal. Biayanya kira-kira Rp. 1.000 sampai Rp.10.000 untuk setiap slide
yang diperiksa.

Teknik diagnosa ini bersifat umum,penggunaan mikroskop dapat dilakukan


bersama-sama dengan program kontrol penyakit lainnya seperti filiriasis,
trypanosomiasis, leishmaniasis, TBC, PMS dan lain-lain.

Dapat memberikan catatan permanen (dokumentasi) mengenai diagnosa yang


ditemukan (sediaan darahnya) sehingga dapat dijadikan sebagai kontrol kualitas.

Kemungkinan ditemukannya jenis malaria yang baru.pl.Knowlessy.menyerang


hewan kera. dan orang utan.terdapat di malaysia.

B. ALAT-ALAT PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH


1. Slide
Alat penting untuk pemeriksaan film darah di laboratorium adalah kaca slide
mikroskop berukuran 3- x 1- inchi (75 x 25 mm). Dapat dipakai slide dengan atau
tanpa frosted ends, tetapi slide dengan frosted ends memudahkan pelabelan slide.
Semua slide harus bersih dari lemak, rambut dan bulu, cap jari, jamur, goresan
atau kotoran.
Tempat penyimpanan slide
Slide bersih harus disimpan dalam kotak plastik bebas debu atau kotak karton
aslinya.
2. Mikroskop
Mikroskop binokular dengan pencahayaan cukup dan minimum pembesaran
objeknya sampai 10x, 40x dan 100x dan 10x ocular harus siap pakai. Lebih
diutamakan yang lengkap dengan lampunya, kondesor yang dapat diaturdan filter
cahaya.
3. Alat lainnya
Bila melihat seluruh modul ini, ada metode lainnya yang akan dibahas (prosedur
pewarnaan Giemsa dan pengencerannya) yang akan memerlukan alat-alat lainnya
seperti lanset, tabung vakutainer, jarum, sarung tangan, pensil, pewarna stok
Giemsa, air mineral dan sebagainya.
4. Perlengkapan pelindung (Universal precaution)
Seperti yang selalu dijelaskan dalam prosedur baku di laboratorium (SOP), maka
perlengkapan pelindung harus dipakai setiap pengambilan spesimen darah. Jas
lab, sarung tangan, google harus dipakai dengan sebagaimana mestinya. Teknik
pengambilan darah yang benar harus dilakukan untuk meminimalisasi berbagai
resiko bagi staff laboratorium. dan staff medis umumnya.

C. PERSIAPAN PEMBUATAN SEDIAAN DARAH TEBAL DAN TIPIS


Diluar perkembangan pesat berbagai teknik serologi, diagnosa malaria yang baku
terus dilakukan melalui pemeriksaan sediaan darah tepi secara mikroskopik. Metode
ini merupakan salah satu cara untuk membedakan 4 jenis Plasmodia yang
menyebabkan malaria pada manusia.
Pemeriksaan sediaan darah tebal merupakan langkah utama karena cara ini
mempunyai keuntungan konsentrasi parasit sampai 20 kali lipat dibandingkan dengan
sediaan tipis; meskipun penampakan parasit yang berubah dan memerlukan
pengalaman untuk identifikasi spesies. Jika parasit telah ditemukan maka penentuan
jenis parasit dapat dikuatkan dengan pemeriksaan sediaan tipis. Idealnya, darah harus
diambil saat pasien sedang demam.

Sediaan darah tebal dan darah tipis membutuhkan kurang lebih 20 ml darah.
Jenis spesimen : Darah segar dari ujung jari.
Penyiapan Pasien : Minta ijin pasien untuk membuat sediaan darah.
Tanyakan pasien jari mana yang boleh ditusuk.
Pengambilan Darah : Bila ada dugaan malaria. Ulangi sediaan darah bila
hasilnya negatif. Frekuensi maksimum : satu kali per jam.
Pengambilan Darah : Darah segar dapat diambil dari penusukan jari (sekitar
20 ul) atau dari phlebotomy vena. Lakukan pencegahan umum (sarung tangan,
cuci tangan, penanganan dan pembuangan benda tajam dan alat yang
terkontaminasi darah dengan benar).

1. Alat dan Bahan :


- Kapas alkohol 70%.
- Kapas kering / kain kasa 2x2.
- Slide Frosted end (cara pembersihan slide-lihat bawah).
- Pensil (untuk memberi label pada slide).
- Lanset steril.

2. Persiapan :
Membersihkan slide :
- Buka paket slide baru.
- Masukkan slide ke dalam bak berisi air sabun (gunakan sabun cair standar)
dan rendam selama 6 jam.
- Bilas slide dengan air mengalir.
- Keringkan setiap slide dengan kassa atau handuk lembut. Simpan dalam kotak
slide plastik tertutup.

3. Langkah-langkah Prosedur :
- Tulis nama, tanggal, jam (penusukan jari atau pengambilan darah melalui
vena) dan nomer pasien pada slide.
- Bersihkan jari pasien dengan kapas alkohol.
- Diamkan paling tidak 10 detik sehingga alkohol kering. Pegangi terus tangan
pasien selama proses ini.
- Dengan menggunakan lanset, tusuk bagian ujung jari yang telah dibersihkan
tersebut.
- Bersihkan tetes darah pertama dengan kapas kering.
- Bekerja dengan cepat, siapkan 3 slide sesuai prosedur berikut :
a. Pegang bagian jari yang ditusuk menghadap ke bawah, ambil slide yang
sudah ditulisi dan teteskan darah sebanyak 3 tetes untuk sediaan darah tipis
(kira-kira 2 µl).
b. Pegang slide menghadap ke atas dan letakkan pada permukaan yang rata.
Setelah darah diambil untuk ketiga slide, tekan daerah tusukan dengan
kapas kering dan minta pasien untuk memegang dan menekannya selama
kurang lebih 1 menit.

c. Gunakan slide bersih sebagai “pendorong:” Letakkan ujung slide bersih


dengan posisi membentuk sudut 45O dengan slide yang ada darahnya di
depan satu tetes darah untuk sediaan darah tipis. Perlahan mundurkan slide
bersih sambil memegang slide sample dengan tangan yang satu lagi.
Sentuh tetesan darah dan saat darah menyebar secara lateral disepanjang
ujung slide bersih, segera dorong slide bersih ke depan dengan cepat dan
mantap, pastikan untuk mempertahankan kontak secara terus menerus
antara pendorong dan permukaan slide dan jangan berhenti sampai slide
bersih pendorong berakhir di ujung slide sampai sample darah.
Catatan: Gunakan slide pendorong bersih lainya untuk setiap sediaan darah yang
siap digunakan.

d. Gunakan sudut slide bersih yang sama untuk membuat sediaan darah tebal
dengan mengaduk 3 tetes darah dengan gerakan memutar untuk
membentuk sediaan darah dengan ketebalan yang merata.
e. Letakkan slide di atas permukaan yang rata dan kering sampai slide benar-
benar kering sebelum melakukan pewarnaan atau penyimpanan dalam
kotak slide. Jangan dipanaskan supaya kering lebih cepat kecuali ada ijin
dari supervisor klinik. Memanaskan slide tidak boleh terlalu panas .
Lindungi slide yang sudah kering dari lalat dan debu.

D. PEWARNAAN SLIDE UNTUK MIKROSKOPI MALARIA


1. Rasional : Sediaan darah yang sudah diwarnai sangat penting untuk menentukan
diagnosa dan identifikasi spesies malaria.

2. Alat dan Bahan


a. Alat :
Rak Staining
b. Bahan:
o Pewarna Giemsa (dibuat dari cairan stok)
o Methanol absolut
o Pipet sekali pakai
o Air minum komersial yang tersedia
3. Persiapan :
a. Cairan Giemsa stok :
o 8 gr bubuk giemsa (tidak boleh mengkristal)
o 500 ml methanol absolut
o 500 ml glyserin murni
b. Pewarna Giemsa: (10% atau pengenceran 1:10)
o 10 ml cairan Giemsa stok
o 90 ml air minum botolan, pH = 7.0 – 7.2
Catatan: Lama pewarnaan untuk pengenceran 10% adalah 25 menit.
Siapkan cairan baru yang telah diencerkan untuk setiap kali proses
pewarnaan. Pewarna Giemsa yang sudah diencerkan untuk setiap kali
proses pewarnaan. Pewarna Giemsa yang sudah diencerkan tidak boleh
digunakan lebih dari 3 jam.

4. Pembuatan cairan Giemsa standar :


a. Gunakan tabung Erlenmeyer bersih dan kering secara kimiawi, atau botol
polyethylene.
b. Gunakan pengaduk magnet tabung Erlemeyer.
c. Tuangkan 500 ml methanol.
d. Perlahan tambahkan sesendok bubuk pewarna sampai mencapai jumlah yang
diinginkan (8 gr bubuk Giemsa).
e. Gunakan kertas alumunium untuk menutup campuran ini selama proses
berlangsung.
f. Biarkan bubuk larut secara perlahan dalam methanol dan biarkan pengaduk
magnet berputar melarutkan bubuk Giemsa dalam methanol. Tambahkan 500
ml glyserol dan teruskan proses pengadukan. Lanjutkan proses pengadukan ini
selama 6 jam.
g. Diamkan selama 8 jam atau semalaman.
h. Aduk cairan ini setelah 8 jam atau semalaman sampai tercampur dengan
sempurnya.
Sering menggunakan kertas saring Whatman dan simpan cairan Giemsa
standar ini dalam botol hitam (atau gunakan kertas alumunium untuk
membungkus botol).
i. Beri label pada botol dengan tulisan tanggal pembuatan. Botol ditutup
kencang dan disimpan ditempat yang dingin dan terhindar dari sinar matahari
langsung. Cairan ini dapat dipakai sampai 3 tahun.

5. Pembuatan campuran untuk pewarnaan Giemsa:


a. Pengenceran 5% (1:20) = 1 tetes Giemsa stok dalam 1 cc Aqua
o Ambil 0.5 ml cairan Giemsa Stok.
o Tambahkan 9.5 ml air mineral dan campuran ini siap digunakan untuk
pewarnaan.
o Lama perendaman untuk pengenceran 5% ini adalah 45 menit.
b. Pengenceran 10% (1:10) = 2 tetes Giemsa stok dalam 1 cc Aqua
o Ambil 1 ml cairan Giemsa stok
o Tambahkan 9ml air mineral dan campuran ini siap digunakan untuk
pewarnaan
o Lama perendaman untuk pengenceran 10% ini adalah 25 menit.
c. Pengenceran 20% (1:5) = 3 tetes Giemsa stok dalam 1 cc Aqua
o Ambil 2 ml cairan Giemsa stok
o Tambahkan 8 ml air mineral dan campuran ini siap digunakan untuk
pewarnaan
o Lama perendaman untuk pengenceran 20% ini adalah 15 menit.

6. Langkah-langkah Prosedur :
a. Fiksasi
o Pastikan bahwa slide sudah kering dengan sempurna. Sediaan darah
tebal TIDAK BOLEH difiksasi.
o Sediaan darah tipis harus difiksasi dengan methanol absolut sebelum
diwarnai.
o Pegang slide agak miring dengan posisi sediaan darah tipis lebih
rendah dan teteskan beberapa tetes methanol menggunakan pipet pada
sediaan darah tipis, biarkan terendam selama 2-3 detik. Cara lain,
khususnya untuk proses batch dengan banyak sediaan darah, celupkan
setiap slide ke dalam kontainer berisi methanol sebentar saja (1 sampai
2 detik saja!) dengan posisi sediaan darah tipis dibawah. Methanol
tidak boleh mengenai sediaan darah tebal.
b. Catatan Prosedur
o Hati-hati agar tidak memfiksasi sediaan darah tebal dengan methanol.
Hindari juga “fiksasi” sediaan darah tebal dan uap methanol, jadi
proses fiksasi sediaan darah tipis harus dilakukan dengan hati-hati dan
cepat.
c. Pewarnaan/Staining
o Biarkan sediaan darah tipis kering sempurna (kurag lebih 1 menit)
dengan meletakkan slide pada posisi vertikal dimana sediaan darah
tebal berada di atas. Kontaminasi methanol dalam campuran pewarna
akan mengganggu dehemoglobinisasi sediaan darah tebal.
Pewarnaan sistem tetes :
o Siapkan cairan Giemsa 10% baru (pH 7.2).
o Letakkan slide di rak pewarnaan dan teteskan cairan Giemsa
menggunakan pipet sampai seluruh sediaan darah tebal dantipis
bertutup cairan tersebut.
o Diamkan selama 25 menit, jauhkan dari sinar matahari.
o Bilas perlahan dan hati-hati dengan air bersih.
o Biarkan slide mengering dengan posisi berdiri (posisi sediaan darah
tebal di bawah). Lindungi slide dari serangga atau debu.
Pewarnaan sistem massal :
o Untuk batch slide yang banyak, rak Coplin atau kontainer lain dapat
dipakai untuk mewarnai. Susun slide dalam rak Coplin, lalu masukkan
ke dalam kontainer berisi cairan Giemsa 10% selama 35 menit.
o Bersihkan perlahan-lahan dalam kontainer lain yang berisi air bersih.
Setelah itu bersihkan bagian belakang slide dengan kertas tissue dan
susunlah slide pada rak pengering dengan posisi sediaan tebal dibawah.
Lindungi dari serangga dan debu.
Catatan: Pada kasus darurat dimana pengambilan keputusan pengobatan harus
segera diambil, pewarnaan cepat dapat dilakukan dengan memakai larutan
Giemsa 20% (1:5) dan lama pewarnaan dapat dikurangi menjadi 15 menit.

E. PEMBACAAN SLIDE MALARIA


1. Rasional: Diagnosa malaria dan identifikasi spesies malaria yang akurat akan
menentukan pengobatan pasien dan juga akan menentukan kebenaran pelaporan
kemajuan obat. Sangat penting untuk membaca slide dengan benar yaitu spesies
diidentifikasi dengan benar serta jumlah parasit dihitung dengan benar.
2. Alat dan Bahan:
- Mikroskop dengan pembesaran obyek 100x dan oculer 10x
- Minyak immersion
- Sinar/Cahaya yang optimal.
- Kontrol Kwalitas
- Sediaan darah tebal dan tipis akan dibaca dan diinterpretasikan oleh
mikroskopis terlatih.
3. PENGHITUNGAN SECARA KWALITATIF
- Penghitungan dilakukuan padaSediaan darah tebal.
- Bila ditemukan parasit maka dilaporkan sebagai positif (+).
- Sedangkan bila tidak ditemukan parasit setelah 200 lapang pandang maka
dilaporkan sebagai Negatif (-).

Pelaporan ditulis sebagai berikut:


(-) = Bila tidak ditemukan parasit setelah > 200 lapang
pandang.
+ = Bila tidak ditemukan 1-10 parasit per 100 lapang
pandang.
++ = Bila ditemukan > 10 parasit per 100 lapang
pandang.
+++ = Bila ditemukan 1-10 parasit per lapang pandang.
++++ = Bila ditemukan > 10 parasit per lapang pandang.
KONSEP DASAR INFEKSI NOSOKOMIAL

A. Definisi Infeksi Nosokomial

Infeksi Nosokomial (Nosocomial Infections) adalah infeksi yang didapat


penderita ketika penderita itu dirawat disarana pelayanan kesehatan, baik itu
puskesmas, klinik, maupun rumah sakit. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit
dan menunjukkan tanda infeksi kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru
menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru dapat disebut
infeksi nosokomial.
”Health-care Associated Infections (HAIs)” merupakan komplikasi yang paling
sering terjadi di pelayanan kesehatan. HAIs selama ini dikenal sebagai Infeksi
Nosokomial atau disebut juga sebagai Infeksi di rumah sakit ”Hospital-Acquired
Infections” merupakan persoalan serius karena dapat menjadi penyebab langsung
maupun tidak langsung kematian pasien. Kalaupun tak berakibat kematian, pasien
dirawat lebih lama sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit yang lebih
banyak.
Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan
kelompok yang berisiko mendapat HAIs. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan
dari pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung
atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien. Dengan demikian akan
menyebabkan peningkatan angka morbiditas, mortalitas, peningkatan lama hari rawat
dan peningkatan biaya rumah sakit.
Infeksi nosokomial bersumber pada peralatan kedokteran, makanan minuman,
udara, debu, air limbah, bahan-bahan desinfektan, dokter, perawat, bidan, laboran, staff,
pengunjung, penderita yang dirawat, hewan yang berada di lingkungan sarana
pelayanan kesehatan, misalnya nyamuk lalat dan masih banyak lagi yang berada di
lingkungan sarana pelayanan kesehatan.
Dalam kasus ini, jenis yang paling sering adalah infeksi luka bedah, infeksi
saluran kemih, dan saluran pernafasan bagian bawah (pneumonia). Tingkat paling
tinggi terjadi di unit perawatan khusus, ruang rawat bedah dan ortopedi serta pelayanan
obstetri (seksio sesarea). Tingkat paling tinggi dialami oleh pasien usia lanjut, mereka
yang mengalami penurunan kekebalan tubuh (HIV/AIDS, pengguna produk tembakau,
penggunaan kortikosteroid kronis), TB yang resisten terhadap berbagai obat dan
mereka yang menderita penyakit bawaan yang parah.

B. Epidemologi
Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak
di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi
masih menjadi penyebab utama. Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO
menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari
Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik tetap menunjukkan adanya infeksi
nosokomial dengan Asia Tenggara sebanyak 10,0%.
Walaupun ilmu pengetahuan dan penelitian tentang mikrobiologi meningkat
pesat pada 3 dekade terakhir dan sedikit demi sedikit resiko infeksi dapat dicegah, tetapi
semakin meningkatnya pasien-pasien dengan penyakit immunocompromised, bakteri
yang resisten antibiotik, infeksi virus dan jamur, dan prosedur invasif masih
menyebabkan infeksi nosokomial menimbulkan kematian sebanyak 88.000 kasus
setiap tahunnya.
Selain itu, jika kita bandingkan kuman yang ada di masyarakat, mikroorganisme
yang berada di rumah sakit lebih berbahaya dan lebih resisten terhadap obat. Oleh
karena itu, diperlukan antibiotik yang lebih poten atau suatu kombinasi antibiotik.
Semua kondisi ini dapat meningkatkan resiko infeksi kepada pasien.

C. Rantai Penularan Infeksi


Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila
satu mata rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.
Komponen yang diperlukan sehingga terjadi penularan adalah :
1. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi. Pada manusia dapat berupa bakteri , virus, ricketsia, jamur dan parasit.
Dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : patogenitas, virulensi, dan jumlah (dosis,
atau load).
2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak
dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umumadalah manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada
manusia: permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina.
3. Port of exit (Pintu keluar) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan
reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran
kemih dan kelamin, kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta
cairan tubuh lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen
infeksi dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan
yaitu :
a. Kontak (contact transmission) :
- Direct/Langsung: kontak badan ke badan transfer kuman penyebab
secara fisik pada saat pemeriksaan fisik, memandikan pasien.
- Indirect/Tidak langsung (paling sering) : kontak melalui objek
(benda/alat) perantara : melalui instrumen, jarum, kasa, tangan yang
tidak dicuci.
b. Droplet : partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak sebar
pendek, tidak bertahan lama di udara, “deposit” pada mukosa konjungtiva,
hidung, mulut contoh : Difteria, Pertussis, Mycoplasma, Haemophillus
influenza type b (Hib), Virus Influenza, mumps, rubella
c. Airborne : partikel kecil ukuran < 5 μm, bertahan lama di udara, jarak
penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium
tuberculosis,virus campak, Varisela (cacar air), spora jamur.
d. Melalui Vehikulum : Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan
kehidupan kuman penyebab sampai masuk (tertelan atau terokulasi) pada
pejamu yang rentan. Contoh: air, darah, serum, plasma, tinja, makanan
e. Melalui Vektor : Artropoda (umumnya serangga) atau binatang lain yang
dapat menularkan kuman penyebab cara menggigit pejamu yang rentan
atau menimbun kuman penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh:
nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang pengerat.
5. Port of entry (Pintu masuk) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu
(yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui : saluran pernafasan, saluran
pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh
(luka).
6. Pejamu rentan (suseptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh
yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah infeksi atau penyakit.
Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis,
luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan imunosupresan.
Sedangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau
etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan herediter.

D. Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial


1. Agen infeksi.
2. Respon dan toleransi tubuh pasien
3. Infeksi melalui kontak langsung dan tidak langsung
4. Resistensi antibiotika
5. Faktor alat

E. Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial


Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat penting untuk
melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko tertularnya
infeksi karena dirawat, bertugas, juga berkunjung ke suatu rumah sakit atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Keberhasilan program PPI perlu keterlibatan lintas
profesional: Klinisi, Perawat, Laboratorium, Kesehatan Lingkungan, Farmasi, Gizi,
IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain sehingga perlu wadah berupa Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas
penjamu, agen infeksi (pathogenesis, virulensi dan dosis) serta cara penularan.
Identifikasi faktor resiko pada penjamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu
dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi (HAIs), baik pada pasien ataupun pada
petugas kesehatan.
Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari :
1. Peningkatan daya tahan penjamu, dapat berupa pemberian imunisasi aktif (contoh
vaksinasi hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi
kesehatan secara umum termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya
tahan tubuh.
2. Inaktivasi agen penyebab infeksi, dapat dilakukan metode fisik maupun kimiawi.
Contoh metode fisik adalah pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi) dan memasak
makanan seperlunya. Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi.
3. Memutus mata rantai penularan. Merupakan hal yang paling mudah untuk
mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya bergantung kepeda ketaatan
petugas dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan. Tindakan pencegahan
ini telah disusun dalam suatu “Isolation Precautions” (Kewaspadaan Isolasi) yang
terdiri dari 2 pilar/tingkatan, yaitu “Standard Precautions” (Kewaspadaan Standar)
dan “Transmission based Precautions” (Kewaspadaan berdasarkan cara penularan).
4. Tindakan pencegahan paska pajanan (“Post Exposure Prophylaxis”/PEP) terhadap
petugas kesehatan. Berkaitan pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui
darah atau cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas
pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapatkan perhatian adalah
hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV.

F. Kewaspadaan IsolasI.
Mikroba penyebab HAIs dapat ditransmisikan oleh pasien terinfeksi/kolonisasi
kepada pasien lain dan petugas. Bila kewaspadaan isolasi diterapkan dengan benar
dapat menurunkan risiko transmisi dari pasien infeksi/kolonisasi. Tujuan kewaspadaan
isolasi adalah menurunkan transmisi mikroba infeksius diantara petugas dan pasien.
Kewaspadaan Isolasi harus diterapkan kewaspadaan isolasi sesuai gejala
klinis,sementara menunggu hasil laboratorium keluar.
PEMERIKSAAN JENIS BAKTERI

1. Alat yang diperlukan


Alat dan Bahan
 Obyek Glass
 Alkohol 70%
 Bunsen/Lampu spiritus
 Ose/Sengkelit/Lidi
 Mikroskop, Oil imertion
 Aquades/Air keran
 Tisu
 Rak pengecat dan Rak pengering
 Pipet Pasteur
 Box slide
 Stiker, Spidol
 Timer, Pinset
 Labu semprot
 Ember/Baskom
 Sample urine, Sputum, Secret

2. Cara Pewarnaan
Cara Kerja atau Cara Pewarnaan
1. Buatlah preparat dari bahan yang akan diperiksa.
2. Fiksasi/keringkan diatas api Bunsen atau lampu spiritus lalu dinginkan.
3. Sediaan digenangi dengan Carbol fuchsin, dipanasi sampai menguap tapi tidak
boleh mendidih dan jangan sampai kering. Biarkan selama 5-10 menit.
4. Cat dibuang lalu cuci dengan air keran.
5. Lunturkan dengan H2SO4 selama 10-20 detik.
6. Dicuci dengan alcohol 95% sampai tidak ada lagi zat warna yang luntur.
7. Dicuci dengan air untuk menghilangkan alcohol.
8. Diwarnai dengan Methylen blue selama 3 menit.
9. Cuci dengan air keran.
10. Dikeringkan kemudian dilihat dengan mikroskop.

3. Cara Penilaian
a. Bakteri yang berwarna merah dengan pewarnaan ZN disebut bakteri tahan
asam/acid fast.
b. Bakteri yang berwarna biru dengan pewarnaan ZN disebut bakteri tidak tahan
asam/non-acid fast.

4. Menentukan Bentuk Bakteri


BTA (Bacil Tahan Asam) berwarna merah.
Kesimpulan : BTA positif/negative
KONSEP IMUNOLOGI

A. KLASIFIKASI KEKEBALAN

Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup
kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.
Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan
sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit
autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik,
kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo.
Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin.

Sistem pertahanan tunuh terdiri atas :

1. Sistem imun non spesifik (Innate Immunity system)


Merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan dari berbagai
mikroorganisme. Sistem ini disebut non spesifik karena tidak ditujukan terhadap
mikroorganisme tertentu
Komponen-komponen sistem imun non spesifik terdiri atas :
a. Pertahanan fisis dan mekanis
Kulit, selaput lender, silia pada saluran pernapasan, batuk, dan bersin dapat
mencegah berbagai kuman patogen masuk ke dalam tubuh. Kulit yang rusak
misalnya oleh luka bakar dan selaput lender yang rusak olek karena asap rokok
akan meningkatkan resiko infeksi.
b. Pertahanan biokimia
Asam hidroklorid dalam cairan lambung, lisozin dalam keringat, ludah, air mata
dan air susu dapat melindungi tubuh terhadap kuman gram positif dengan jalan
menghancurkan dinding kuman tersebut.

c. Pertahanan humoral
1) Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruksi bakteri
dengan jalan opsonisasi.
2) Interferon
Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan berbagai sel
manusia yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons
terhadap infeksi virus. Interferon mempunyai sifat antivirus dengan
jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang telah terserang virus tersebut.
Di samping itu interferon adapt pula mengaktifkan natural killer cell/sel
NK untuk membunuh virus.
3) C Reactive Protein (CRP)
CRP dibentuk tubuh pada keadaan infeksi. Perannya ialah sebagai
opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen.
d. Pertahanan selular
1) Fagosit
Meskipun berbagai sel dalam tubuh dapat melakukan fagositosis, sel utama
yang berperan pada pertahanan non spesifik adalah sel mono nuclear
(monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear seperti neutrofil. Kedua
golongan sel tersebut berasal dari sel hemopoietik yang sama.
fagositosis dini yang efektif pada invasi kuman akan dapat mencegah
timbulnya penyakit. Proses fagositosis terjadi dalam beberapa tingkat
seperti kemotaksis, menangkap, membunuh, dan mencerna.
2) Natural Killer Cell
Sel NK adalah sel limfosit tanpa ciri-ciri limfoid sistem imun spesifik yang
ditemukan dalam sirkulasi. Oleh karena itu disebut juga sel non B non T
atau sel populasi ketiga atau null cell. Sel NK dapat menghancurkan sel yang
mengandung virus atau sel neoplasma. Interferon mempercepat pematangan
dan meningkatkan efek sitolitik sel NK.

2. Sistem imun spesifik (Adaptive Immunity System.


Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang di
anggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali timbul dalam badan yang
segera dikenal sistem imun spesifik, akan mensensitasi sel-sel imun tersebut. Sistem
imun spesifik dapat bekerja sendiri untuk menghancurkan benda asing yang
berbahaya bagi badan.
a. Sistem imun spesifik humoral
Yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah lomfosit B atau sel
B. sel B tersebut berasal dari sel asam multipoten.
b. Sistem imun spesifik seluler.
Yang berperan dalam sistem imun spesifik selular adalah limfosit T atau sel
T. sel tersebut juga berasal dari sel asam yang sama seperti sel B, tetapi
proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus. Berbeda dengan
sel B, sel T terdiri atas beberapa subset sel yang mempunyai fungsi yang
berlainan.
Fungsi sel T umumnya adalah
 Membantu sel B dalam memproduksi antibodi
 Menegnal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus
 Mengaktifkan makrofagdalam fagositosis
 Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun

B. FAKTOR ANTIMIKROBA DAN KEKEBALAN

1. Kulit.
Tebal kulit dengan lapisan stratum komeum dapat menghambat masuknya kuman
dan sekresi kelenjar sebaseum yang mengandung asam laktat.
2. Selaput Lendir.
Saluran pernafasan yang tertutup silia merupakan pengahalang bagi kuman benda
asing lainnya.
3. Fagositosis.
Sel leukosit polimorf dan sel makrofag dapat melakukan fagositosis kuman.
4. Interferon.
Suatu zat antivirus yang bersifat tidek khas yang dapat menghambat replikasi virus
didalam sel.
5. Reaksi Radang.
Reaksi yang timbul bersifat terhadap kuman dan kerusakan pada jaringan
menimbulkan dilatasi dan peningkatan permelitas pembuluh darah kapiler.

Kekebalan didapat, pencegahan terjadinya penyakit ditunjukan pada bahan asing


yang masuk kedalam jaringan tubuh yang mungkin berupa kuman tertentu virus
atau toksin.

C. DITERMINASI ANTIGEN
Determinan adalah bagian dari antigen yang dapat mengenal/ menginduksi
pembenntukan antibodi, sedangkan paratop adalah bagian dari antibodi yang dapat
mengikat epitop. Antigen molekul asing yang dapat menimbulkan respon imun spesifik
dari limfosit pada manusia dan hewan. Antigen meliputi molekul yang dimilki virus,
bakteri, fungi, protozoa dan cacing parasit. Molekul antigenic juga ditemukan pada
permukaan zat-zat asing seperti serbuk sari dan jaringan yang dicangkokkan.

PEMBAGIAN ANTIGEN MENURUT EPITOP :


1. Unideterminan, univalent : Yaitu hanya satu jenis determinan atau epitop pada satu
molekul.
2. Unideterminan, multivalent : Yaitu hanya satu determinan tetapi dua atau lebih
determian tersebut ditemukan pada satu molekul.
3. Multideterminan, univalent : Yaitu banyak epitop yang bermacam-macam tetapi
hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein).
4. Multideterminan, multivalent : Yaitu banyak macam determinan dan banyak dari
setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan
kompleks secara kimiawi). (Baratawidjaja 1991: 14).

D. KLASIFIKASI ANTIGEN
1. IgG (Imuno globulin G)
IgG merupakan antibodi yang paling umum. Dihasilkan hanya dalam waktu
beberapa hari, ia memiliki masa hidup berkisar antara beberapa minggu sampai
beberapa tahun. IgG beredar dalam tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem
getah bening, dan usus. Mereka mengikuti aliran darah, langsung menuju musuh
dan menghambatnya begitu terdeteksi.Mereka mempunyai efek kuat anti-bakteri
dan penghancur antigen.Mereka melindungi tubuh terhadap bakteri dan virus, serta
menetralkan asam yang terkandung dalam racun.
Selain itu, IgG mampu menyelip di antara sel-sel dan menyingkirkan bakteri
serta musuh mikroorganis yang masuk ke dalam sel-sel dan kulit.Karena
kemampuannya serta ukurannya yang kecil, mereka dapat masuk ke dalam plasenta
ibu hamil dan melindungi janin dari kemungkinan infeksi. Jika antibodi tidak
diciptakan dengan karakteristik yang memungkinkan mereka untuk masuk ke
dalam plasenta, maka janin dalam rahim tidak akan terlindungi melawan mikroba.
Hal ini dapat menyebabkan kematian sebelum lahir. Karena itu, antibodi sang ibu
akan melindungi embrio dari musuh sampai anak itu lahir.

2. IgA (Imuno globulin A)


Antibodi ini terdapat pada daerah peka tempat tubuh melawan antigen seperti air
mata, air liur, ASI, darah, kantong-kantong udara, lendir, getah lambung, dan
sekresi usus.Kepekaan daerah tersebut berhubungan langsung dengan
kecenderungan bakteri dan virus yang lebih menyukai media lembap seperti itu.
Secara struktur, IgA mirip satu sama lain. Mereka mendiami bagian tubuh yang
paling mungkin dimasuki mikroba.Mereka menjaga daerah itu dalam
pengawasannya layaknya tentara andal yang ditempatkan untuk melindungi daerah
kritis.
Antibodi ini melindungi janin dari berbagai penyakit pada saat dalam kandungan.
Setelah kelahiran, mereka tidak akan meninggalkan sang bayi, melainkan tetap
melindunginya. Setiap bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan ibunya,
karena IgA tidak terdapat dalam organisme bayi yang baru lahir. Selama periode
ini, IgA yang terdapat dalam ASI akan melindungi sistem pencernaan bayi terhadap
mikroba. Seperti IgG, jenis antibodi ini juga akan hilang setelah mereka
melaksanakan semua tugasnya, pada saat bayi telah berumur beberapa minggu.

3. IgM (Imuno globulin M)


Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Pada
saat organisme tubuh manusia bertemu dengan antigen, IgM merupakan antibodi
pertama yang dihasilkan tubuh untuk melawan musuh.Janin dalam rahim mampu
memproduksi IgM pada umur kehamilan enam bulan. Jika musuh menyerang janin,
jika janin terinfeksi kuman penyakit, produksi IgM janin akan meningkat. Untuk
mengetahui apakah janin telah terinfeksi atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM
dalam darah.

4. IgD (Imuno globulin D)


IgD juga terdapat dalam darah, getah bening, dan pada permukaan sel B. Mereka
tidak mampu untuk bertindak sendiri-sendiri. Dengan menempelkan dirinya pada
permukaan sel-sel T, mereka membantu sel T menangkap antigen.

5. IgE (Imuno globulin E)


IgE merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah.Antibodi ini bertanggung
jawab untuk memanggil para prajurit tempur dan sel darah lainnya untuk
berperang.Antibodi ini kadang juga menimbulkan reaksi alergi pada tubuh. Karena
itu, kadar IgE tinggi pada tubuh orang yang sedang mengalami alergi.

Anda mungkin juga menyukai