Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA KLIEN TN. S DENGAN HIPERTENSI


DI RT 02 RW 02 DESA SEMAMBUNG KEC. JATIBANTENG
PERIODE TGL 20 MEI 2019 S/D TGL 31 MEI 2019

DISUSUN OLEH :

ANA MARINA WARDANI BUDIRAHAYU

NIM. 14901. 05. 18064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG


PROBOLINGGO

2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA KLIEN TN. “ S “ DENGAN HIPERTENSI
DI RT 02 RW 02 DESA SEMAMBUNG KEC. JATIBANTENG
PERIODE TGL 20 MEI 2019 S/D TGL 31 MEI 2019

Probolinggo, 01 Juni 2019


Mengetahui / Mengesahkan Pembuat laporan

................................................ ANA MARINA WARDANI B.


NIDN.......................................... NIM 14901. 05. 18064

N/B.
1. Untuk lembar pengesahan cukup di tanda tangani oleh CI Akademik yang pada waktu
itu supervisi
2. Nama Pembimbing Akademik :
- Dr.H.Nur Hamim, SKM., S.Kep.,Ns.,M.Kes.
- Dr.Grido Handoko Sriyono.
- Titik Suhartini, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
- Sunanto, S.KM.,M.Kes.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Di banyak negara saat ini prevelansi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti
merokok, obesitas, inaktifitas fisik dan stres psikososial. Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan
masyarakat ( public health problem) dan akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak di
tanggulangi sejak dini.Rata – rata prevelansi hipertensi di indonesia sekitar 8,3 % , sedangkan
prevelansi penduduk di kota besar (jakarta) lebih tinggi yaitu sekitar 14,2 % dan 15% mayoritas
hipertensi (90%) adalah hipertensi esensial (tidak di ketahui penyebabnya ), sedangkan 10% adalah
hipertensi sekunder (akibat suatu penyakit). Meskipun telah banyak di lakukan pengobatan secara
farmakologis maupun nonfarmakologis, prevelansi hipertensi tidak menunjukan adanya penurunan
secara bermakna terutama untuk hipertensi esensial ( Riyaadina et al .,2002).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi sering di sebut sebagai sillent killer ( pembunuh diam –
diam ), sebab seseorang dapat mengidap hipertensi selama bertahun –tahun tanpa menyadarinya
sampai terjadi kerusakan organ vital yang cukup beerat yang bahkan dapat membawa kematian . 70%
penderita hipertensi tidak merasakan gejala apa –apa sehingga tidak mengetahui dirinya meenderita
hipertensi sampai ia memeriksakan tekanan darahnya ke dokter.namun terjadi setelah masa menopause
atau pada usia 45 tahun ( dalimartha et al , 2008 ).

1.2 TUJUAN
1 Tujuan umum
Untuk memberikan Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga tentang Hipertensi
2 Tujuan khusus
a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan Keluarga tentang Hipertensi
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada konsep asuhan keperawatan keluarga tentang
hipertensi
c. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada konsep asuhan keperawatan keluarga tentang
hipertensi
d. Mampu menentukan intervensi keperawatan pada konsep asuhan keperawatan keluarga tentang
hipertensi
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada konsep asuhan keperawatan keluarga
tentang hipertensi
f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada konsep asuhan keperawatan keluarga tentang
hipertensi
g. Mampu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan pada konsep asuhan keperawatan
keluarga tentang hipertensi

1.3 MANFAAT
1 Manfaat teoritis.
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran tingkat pengetahuan tentang hipertensi
di masyarakat.
2 Manfaat praktis.
a. Bagi penulis
Sebagai pengalaman langsung dalam pembuatan laporan asuhan keperawatan, khususnya
mengenai pengetahuan tentang hipertensi
b. Bagi Masyarakat
Hasil laporan ini di harapkan dapat memberikan pengetahuaan masyarakat tentang hipertensi
c. Bagi tenaga kesehatan.
Sebagai bahan acuan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan penyuluhan tentang kesehatan
mengenai hipertensi dan bahayanya.
d. Bagi institusi pendidikan Stikes Hafshawaty Zainul Hasan Genggong
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran pengetahuan mengenai hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
KONSEP KELUARGA

A. DEFINISI
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada Tuhan,
memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta
lingkungannya. (BKKBN, 1999)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling
membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka
sebagai bagian dari keluarga.(Friedman, 1998)
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan ( Departemen Kesehatan RI,1988).

B. STRUKTUR
1 Dominasi struktur keluarga
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah, suku-suku di Indonesia
rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau di susun melalui jalur garis ibu. Suku-suku padang salah
satu suku yang menggunakan struktur keluarga matrilineal.
b. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak
suami.
2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak
istri.
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri
( Setiawati & Dermawan,2008 ).
2 Ciri – ciri struktur keluarga
a. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
3 Elemen struktur keluarga ( Friedman )
a. Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik di dalam keluarganya sendiri
maupun peran di lingkungan masyarakat.
b. Nilai atau norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini dalam keluarga.
c. Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi diantara orang tua, orangtua dan anak,
diantara anggota keluarga atau dalam keluarga.
d. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi
orang lain dalam perubahan perilaku kearah positif.

C. MACAM-MACAM STRUKTUR/TIPE/BENTUK KELUARGA


1 Tradisional
a. The nuclear family ( keluarga inti )
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri ( tanpa anak ) yang hidup bersama dalam satu
rumah.
c. Keluarga usila
Kelurga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri.
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya, yang disebabkan karena mengejar karier / pendidikan yang terjadi pada wanita.
e. The extended family ( keluarga luas / besar)
Keluarga yang terdiri dari 3 generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear
family disertai paman, tante, orang tua ( kakek-nenek), keponakan, dll.
f. The single parent family ( keluarga duda/janda )
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua ( ayah atau ibu ) dengan anak. Hal ini terjadi
biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan ( menyalahi hukum
pernikahan.
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat
tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada
saat akhir pekan ( weekend).
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu
rumah.
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya: kamar mandi, dapur,
televise, telepon.
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak
dari perkawinan sebelumnya.
k. The single adult living alone/single- adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
( separasi ),seperti : perceraian, atau ditinggal mati.
2 Non-tradisional
a. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua ( terutama ibu ) dengan anak tanpa hubungan nikah.
b. The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga ( dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama, berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami istri
( marital patners ).
f. Cohabiting couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan, karena beberapa alasan tertentu.
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan
membesarkan anaknya.
h. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh satu aturan atau nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain
dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung
jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara dalam waktu
sementara, pada saar orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga aslinya.
j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal dalam kehidupannya.

D. PERANAN KELUARGA
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat, perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan ibu
Sebagi istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga,
sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkingannya, disamping itu juga
dapat berperan sebagi pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial dengan tingkat perkembangannya, baik fisik,
mental, social dan spiritual.

E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi biologis
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
2. Fungsi psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
3. Fungsi sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentu norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkrmbangan anak.
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa mendatang
5. Fungsi pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku
anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

F. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Pasangan Baru ( Keluarga Baru )
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan ( psikologis ) keluarga masing-masing.
2. Keluarga Ghild-Bearing ( Kelahiran Anak Pertama )
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan.
3. Keluarga Dengan Anak Pra-Sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan ) dan berakhir saat anak berusia 5
tahun.
4. Keluarga Dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun.
Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maximal, sehingga keluarga
sangat sibuk.
5. Keluarga Dengan Anak Remaja
Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir 6-7 tahun kemudian, yaitu
pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak
remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa.
6. Keluarga Dengan Anak Dewasa
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga,
atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
7. Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun
atau salah satu pasangan meninggal.
8. Keluarga Usia Lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal.

KONSEP DASAR MEDIK HIPERTENSI


A. DEFINISI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas
140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg ( Smith Tom,1995 ).
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 100
mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin,2003 ).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90
mmHg ( Smeltzer,2001 ).

B. KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan
diastolic sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan
diastolic lebih rendah dari 90 mmHg ( Darmojo,1999).
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “ The Sixth
Report of The Join National Comitee,Prevention,Detection and Treatment of High Blood Pressure
“( JNC-VI,1997 ) sebagai berikut :

No. Kategori Sistolik ( mmHg ) Diastolik ( mmHg )


1. Optimal < 120 < 80
2. Normal 120 – 129 80 – 84
3. High normal 130 – 139 85 – 89
4. Hipertensi
Grade 1 ( ringan ) 140 -159 90-99
Grade 2 ( sedang ) 160 -179 100-109
Grade 3 ( berat ) 180-209 100-119
Grade 4 ( sangat berat ) >210 >120

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya :


1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Lany Gunawan,2001).

C. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada lansia adalah terjadinya perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun.
1 % setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer ( Lany Gunawan,2001 ).
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi,antara lain :
1. Faktor keturunan
Dari data stasistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr per hari )
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine,prednison,epineprin ).
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1. glomerulonefritis
2. tumor
3. atherosclerosis
4. diabetes mellitus
5. 5stroke
6. kontrasepsi
7. kortikosteroid.

D. TANDA & GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapt dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan artei tidak teratur.
2. Gejala yang lazim
Meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala lazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis ( Edward K.Chung,1995 ).

E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor,
pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras syaraf sympatis yang berlanjut kebawah
kekorda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis ditoraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui system
syaraf simpatis ke ganglia sympatis ( Brunner & Suddarth,2002 ).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung.
4. EKG untuk mengetahui hipertrofi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin,darah,dan glukosa.
6. Foto dada & CT Scan.

G. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg.Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
b. Latihan fisik
c. Edukasi psikologis
2. Terapi dengan obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja, tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat.
3. Follow up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik
antara pasien dan petugas kesehatan dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

H. PENGKAJIAN KELUARGA
1. Pengumpulan data
a. struktur dan sifat anggota keluarga
b. faktor social budaya dan ekonomi
c. faktor lingkungan
d. riwayat kesehatan
e. cara pengumpulan data.
2. Analisa data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga. Dalam
menganalisa data dapat menggunakan typology masalah dalam Family Health Care.
Permasalahan dapat dikatagorikan sebagai berikut :
a. Ancaman kesehatan
Keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan, atau kegagalan dalam
mencapai potensi kesehatan.
b. Kurang atau tidak sehat
Kegagalan dan memantapkan kesehatan.
c. Krisis
Saat-saat dimana keadaan menuntut terpantaunya banyak dari individu atau keluarga dalam
hal penyesuaian maupun sumber daya mereka.

I. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH


Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan system scoring
berdasarkan typology dengan pedoman sebagai berikut :
No. Kriteria Bobot
1. Sifat masalah 1
Skala : ancaman kesehatan 2
tidak atau kurang sehat 3
krisis 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2
Skala : dengan mudah 2
hanya sebagian 1
tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah 1
Skala : tinggi 3
cukup 2
rendah 1
4. Menonjolkan masalah 1
Skala : masalah berat harus ditangani 2
ada masalah tapi tidak perlu ditangani 1
masalah tidak dirasakan 0

J. DIAGNOSA DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN


1. Diagnose keperawatan keluarga
a. Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah masalah penyakit hipertensi berhubungan
dengan ketidaktahuan tentang gejala hipertensi
b. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan
yang tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan
dengan kurang pengetahuan klien / keluarga tentang manfaat berobat ke sarana kesehatan
c. Kurangnya pengetahuan tentang hipertensi pada keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarga
d. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan
keluarga berhubungan dengan tidak dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan
lingkungan serta ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi
e. Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada dimasyarakat guna memelihara kesehatan
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tersedianya fasilitas
kesehatan seperti JPS, dana sehat dan tidak memahami manfaatnya
f. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagian salah satu penyebab terjadinya
hipertensi adalah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara pengaturan diet yang
benar
g. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan makanan dalam
jumlah yang benar
h. Ketidakmampuan meyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi
berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam
2. Intervensi
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang ditentukan oleh
perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah
diidentifikasikan ( Nasrul Effendi, 2008 : 54 )
a. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagian salah satu penyebab terjadinya
hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara pengaturan diet yang benar
Tujuan :
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota keluarga yang menderita
penyakit hipertensi
Kriteria hasil :
1) Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batasan pengaturan diet bagi anggota
keluarga yang menderita hipertensi
Intervensi :
a) Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar bagi penderita
hipertensi
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga bagaimana caranya menyediakan makanan-
makanan rendah garam bagi penderita hipertensi
b. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet terhadap anggota
keluarga yang menderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
tentang manfaat dari pengaturan diet
Tujuan :
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk klien hipertensi
Kriteria hasil :
1) Keluarga mamapu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet bagi klien hipertensi
2) Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien hipertensi
Intervensi :
a) Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet untuk klien
hipertensi
b) Beri penjelasan kepada keluarga jenis makanan untuk hipertensi
c. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita hipetensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan makanan dalam
jumlah yang benar
Tujuan :
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi
Kriteria hasil :
1) Klien dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi
2) Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat bagi klien hipertensi
Intervensi :
a) Berikan pernjelasan pada klien dan keluarga cara pengolahan makana untuk klien
hipertensi
b) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan yang di konsumsi oleh
klien hipertensi
c) Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk membuat makanan dengan
jumlah yang tepat
d. Ketidakmampuan meyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi
berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam
Tujuan :
Seluruh kleuarga membiasakan diri setiap hari mengkonsumsi makanan yang rendah garam
Kriteria hasil :
1) Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang rendah garam
2) Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang dapat mengandung garam
3) Klien dann keluarga mampu merubah kebiasaan dari mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung garam
Intervensi
a) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh garam terhadap klien
hipertensi
b) Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makanan yang banyak mengandung
garam
c) Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwa mereka mampu untuk merubah
kebiasaan yang kurang baik tersebut yang didasari pada niat dan keinginan untuk
merubah
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada keluarga Tn. S di RT 02 RW 02 Desa Semambung Kec. Jatibanteng dilakukan
pada hari Kamis tanggal 23 Mei 2019 pukul 09.00 WIB, didapat data bahwa didalam keluarga Tn. S
terdapat anggota keluarganya yang menderita penyakit hipertensi yaitu Tn. S ± 10 tahun, Tn. S
berumur 71 tahun, pendidikan terakhir Tidak Sekolah, Tn. S dan Ny. M bekerja sebagai petani, Ny. M
tidak bersekolah, tipe keluarga Tn. S merupakan tipe keluarga besar dimana Tn. S dan Ny. M
mempunyai 3 anak, dimana 3 orang anak sekarang sudah memisahkan diri karena sudah berkeluarga,
sedangkan Tn S dan Ny. M tinggal bersama Cucunya yg sudah berkeluarga dan memiliki 1 orang
anak. Ada anggota keluarga yang mempuyai riwayat hipertensi seperti yang dialami Tn. S, tepatnya
anak ke – 2 juga menderita Hipertensi. Dari keluarga Ny. M tidak ada yang menderita hipertensi, tetapi
kedua saudara Ny. M sudah meninggal.
Saat dilakukan pengkajian, Tn. S mengatakan bahwa tidak mengetahui tentang penyakitnya secara
signifikan, baik penyebab, tanda dan gejala, diet, pengobatan serta pencegahan kekambuhan. Tn. S
kadang mengeluh pusing dan lehernya terasa kaku atau cengeng. Selama ini Tn. S hanya berobat ke
fasilitas kesehatan terdekat (Ponkesdes) jika merasa pusing dan cengeng.
Ketika dilakukan pemeriksaan fisik didapat data: Tn. S dengan TD 190/100 mmHg, N 84x/menit,
RR: 24x/menit S:36ºC. Ny. M dengan TD 120/80 mmHg, N : 82x/menit, RR 20x/menit, S 36ºC. Tn.
H dengan Td : 110/70mmHg, N: 86x/menit, S: 36,7 ºC, Rr : 22x/menit, Ny. F dengan Td :
110/80mmHg, N: 78x/menit, S: 36ºC, Rr: 22x/menit dan An. R N = 100x/menit, Suhu = 36,5o c, Rr: 30
x/menit
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis berusaha untuk membandingkan antara teori dengan tinjauan kasus
terhadap Tn. S dengan masalah Gangguan Sistem Kardiovaskuler “Hipertensi” di Rt 02 Rw 02 Desa
Semambung Kec. Jatibanteng Kab. Situbondo, secara umum tidak menemukan hambatan. Hal ini
disebabkan sifat kooperatif keluarga serta bantuan dari Pembimbing Lahan/ akademik. Namun
penyusun menemukan kesenjangan antara teoritis dan kenyataan yang ditemukan pada Tn. S Untuk
lebih jelasnya berikut akan dibahas sejauh mana kegiatan yang dilakukan melihat keberhasilan dan
kesenjangan

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah salah satu kegiatan mengumpulkan data mengkoordinasikan data yang
didapatkan dari berbagai sumber. Dalam pengkajian sebagian data yang ditemukan pada keluarga Tn.
S sama dengan data yang ada pada teoritis.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada teoritis dicantumkan 8 diagnosa keluarga yang dapat ditegakkan pada pasien dengan
hipertensi. Sedangkan pada Tn. S dari data pendukung objektif dan subjektif ditemukan 2 diagnosa
yaitu:
Adapun diagnosa yang tercantum pada teoritis adalah :
1. Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah masalah penyakit hipertensi berhubungan
dengan ketidaktahuan tentang gejala hipertensi
2. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan yang
tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan
kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana kesehatan
3. Kurangnya pengetahuan tentang hipertensi pada keluarga b.d ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan anggota keluarga
4. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan
keluarga berhubungan kesehatan keluarga berhubungan dengan tidak dapat melihat keuntungan
dan manfaat pemeliharaan lingkungan serta ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
hipertensi
5. Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada dimasyarakat guna memelihara kesehatan
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tersedianya fasilitas kesehatan
seperti JPS, dana sehat dan tidak memahami manfaatnya
6. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagian salah satu penyebab terjadinya hipertensi
adalah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara pengaturan diet yang benar
7. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah
yang benar
8. Ketidakmampuan meyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi berhubungan
dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang
bnayak mengandung garam

Diagnosa yang tercantum pada teoritis dan ditemukan pada kasus,yaitu:


1. Kurangnya pengetahuan tentang hipertensi pada keluarga Tn. S khususnya Tn. S b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan anggota keluarga
Diagnosa ini muncul karena adanya data pendukung yaitu Tn. S mengatakan sudah menderita
hipertensi ± 10 tahun. Tn. S tidak mengetahui secara significant tentang penyakitnya. Selama
ini Tn. S rutin memeriksakan kesehatannya ke mantri / bidan yang bertugas di ponkesdes dan
diberi saran untuk mengurangi konsumsi garam dan makanan yang mengandung kolesterol.
Diagnosa yang tidak tercantum pada teoritis tapi ditemukan pada kasus,yaitu:
1. Ketidakmampuan keluarga merawat anggotanya yang sakit b.d resiko terjadinya komplikaasi
akibat hipertensi pada Tn. S
Diagnosa ini muncul karena adanya data pendukung yaitu Tn. S mengatakan sampai saat ini
hanya mengkonsumsi obat medis belum pernah mencoba tanaman/obat tradisional yang dapat
menurunkan tekanan darah tinggi. Tn. S mengatakan kadang pusing dan lehernya terasa
kaku/cengeng, jika aktivitasnya terlalu berlebihan atau terlalu capek nafasnya akan terasa sesak
dan nyeri pada dada, Tn. S tidak tahu akibat lanjut/komplikasi dari hipertensi jika tekanan
darahnya tidak bisa dikontrol

Dan terdapat diagnosa yang tercantum pada konsep teori tepati tidak ditemukan pada kasus, antara
lain:
1. Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah masalah penyakit hipertensi berhubungan
dengan ketidaktahuan tentang gejala hipertensi
2. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan yang
tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan
kurang pengetahuan klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana kesehatan
3. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan
keluarga berhubungan kesehatan keluarga berhubungan dengan tidak dapat melihat keuntungan
dan manfaat pemeliharaan lingkungan serta ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
hipertensi
4. Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada dimasyarakat guna memelihara kesehatan
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tersedianya fasilitas kesehatan
seperti JPS, dana sehat dan tidak memahami manfaatnya
5. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagian salah satu penyebab terjadinya hipertensi
adalah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara pengaturan diet yang benar
6. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi penderita hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara pengolahan makanan dalam jumlah
yang benar
7. Ketidakmampuan meyediakan makanan rendah garam bagi penderita hipertensi berhubungan
dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang
bnayak mengandung garam

C. INTERVENSI
Dalam merumuskan rencana tindakan penulis tidak menemukan kesenjangan yang berarti antara
teoritis dengan kasus. Hal ini disebabkan perencanaan mengacu pada teoritis dan prioritas masalah
yang ada. Namun ada beberapa intervensi yang ada pada teoritis namun dicantumkan pada kasus
karena penyusun menyesuaikan dengan keadaan keluarga Tn. S

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Implementasi dilakukan setelah rencana tindakan sesuai kebutuhan pasien dan diharapkan dalam
tindakan yang nyata dalam melaksanakan tindakan tersebut, sedangkan semua tujuan tercapai dengan
penempatan waktu yang relative sesuai dengan yang telah ditetapkan. Keberhasilan pencapaian tujuan
juga didukung dengan sikap Keluarga Tn. S yang kooperatif.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn S dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler “Hipertensi” pada Tn S di Rt 02 Rw 02 Desa Semambung Kec. Jatibanteng Situbondo,
maka dapat diambil kesimpulan:
1. Dalam pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti yang dapat dikumpulkan
diperoleh dengan mudah karena adanya kerjasama antara keluarga Tn. S
2. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu direncanakan beberapa tindakan keperawatan dengan
menetukan rasional dari tindakan tersebut
3. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan sangat diperlukan kerjasama yang baik antara,
keluarga, tim kesehatan yang lain guna mendapatkan tindakan keperawatan yang
berkesinambungan.

B. SARAN
Saran penulis ditujukkan kepada pihak Unit Pelayanan Kesehatan Masyarakat dan Institusi
pendidikan
1. Unit Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Diharapkan agar dapat meningkatkan lagi mutu pelayanan yang sudah tercapai dengan baik.
2. Institusi pendidikan
Untuk Dosen semoga tidak pernah bosan mengajari dan membimbing kami terutama dalam
pembuatan serta penyusunan tugas Asuhan keperawatan. Untuk mahasiswa-mahasiswi semoga
dengan adanya tugas ini, dapat menambah ilmu dan wawasan kalian tentang Asuhan
keperawatan Keluarga, serta lebih giat belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Atika Dhiah Anggraeni,2013.Diktat Perkuliahan Keperawatan Keluarga,Maos.


Brunner & Suddart.2002.Buku Ajar.Keperawatan Medikal Bedah Volume 2.Jakarta,EGC,Buku
Kedokteran
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
Kodim Nasrin.2003.Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com

Anda mungkin juga menyukai