BAB I. PENDAHULUAN
- Ilmu terpakai yang bertujuan untuk mendapatkan jenis–jenis baru yang bersifat
unggul yang mempunyai sifat ekonomis yang lebih berharga.
- Bertugas memelihara jenis–jenis unggul yang telah ada serta mempertahankan
sifat–sifat keunggulan yang dimiliki
Tujuan akhir setiap program pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan tanaman
dengan sifat yang lebih baik (lebih unggul) dalam hal ini adalah sifat – sifat tertentu yang
diinginkan.
c. Ketuhanan
d. Umur
a. Produksi
c. Adaptasi
d. Stabilitas
b. Kualitas
a. Poligenik/monogenik
c. Ketahanan/resistensi
a. Poligenik/monogenik
d. Umur tanaman
2. Sasaran Pemuliaan Tanaman
1. Menghasilkan jenis–jenis baru yang berproduksi lebih tinggi dari jenis–jenis yang
sudah ada.
3. Mendapatkan jenis–jenis baru yang kualitasnya tinggi sehingga mampu bersaing di
pasaran dunia.
6. Kualitas
Kadang “populasi” yang kita miliki tidak cukup besar dengan kata lain kita hanya punya
contoh yang ukurannya kecil sehingga tidak bisa mewakili populasi. Hal ini hanya bisa
diatasi dengan memperbesar ukuran contoh sehingga memadai. Terkecuali memang
masih sedang dalam proses dan
kita ingin mengevaluasinya
Sifat yang diamati dalam populasi dahulu dilakukan pada sifat-sifat yang kasat mata
seperti tinggi tanaman banyak anakan, panjang malai dan seterusnya. Saat kini lebih ke
pengamatan mikro seperti kandungan protein, kandungan gula, kandungan minyak, dan
seterusnya.
Sistem perkembangbiakan tanaman akan menentukan arah macam varietas yang akan
dihasilkan :
Pengertian genetic quantitative model, dimana ada beberapa konsepsi dimulai dari
adanya hubungan kekerabatan baik regresi korelasi, maupun inbreeding, konsep nilai,
ragam dan peragam, adanya sifat aditif dan dominan dimana dari tetua hanya
diturunkan sifat aditif pada anak-anaknya, konsepsi persilangan yang didasari dari
hubungan saudara sekandung (Full Sib) dan saudara tiri (Half Sib) yang kesemuanya
mengandung besaran ragam aditif dan dominan.
Sewaktu menyusun skenario awal lebih baik dibentuk lebih dari satu populasiPemuliaan
tanaman untuk mendapatkan varietas unggul sebenarnya didasari dari pengertian
genetika Mendel yang bisa dikembangkan lewat labolatorium atau di lapangan yang
masing-masaing memerlukan ilmu-ilmu dasar yang berkembang sangat berbeda, dari
labolatorium akan dihasilkan plantlet sedang dari lapangan akan dihasilkan populasi,
keduanya sebelum dilepas menjadi varietas harus melalui uji adaptabilitas dan stabilitas,
yang akhir-akhir ini oleh pemulia lebih dipersoalkan mana uji yang
memiliki repeatabilitas yang tinggi.
2.2.2 Melakukan Seleksi
Seleksi dalam hal ini mencakup seleksi untuk memilih tetua atau galur pada populasi
bersegregasi
Rancangan percobaan yang digunakan, bisa RAL, RKLT, RBSL, RPT, Rancangan Kisi
mapun Rancangan Augmented, sesuai dengan situasi dan kondisi
Mungkin diperlukan kehadiran pakar lain yang membantu meningkatkan penelitian.
Jangan sampai dicari yang tahan penyakit X, sewaktu ditemukan genotipanya penyakit
X-nya sendiri di alam sudah berubah ras-nya
Gunakan selalu kontrol sehingga yang dipilih memang lebih baik. Pada saat awal
sebaiknya seleksi jangan terlalu ketat karena masalah interaksi genotipe x lingkungan
bisa sangat mengganggu. Bisakah seleksi dilakukan diluar lingkungan tujuan misalkan
tahan asam bisakah dillakukan di lahan normal atau kita harus pergi jauh ke lahan asam
Gunakan kriteria seleksi sesuai dengan tujuan dan metode yang digunakan
Bila digunakan seleksi dengan beberapa peubah, apakah dilakukan simultan atau
bertahap?
Bila dilakukan dilahan yang cukup luas, apakah data lapangan bisa langsung digunakan
atau dikoreksi lebih dahulu ?
Sering dalam seleksi kita mengambil jumlah yang kalau dihitung dengan persen
membentuk angka yang tidak umum misalkan 7 % atau 16 %, disini untuk menghitung
kemajuan seleksi, diferensial seleksinya (k) harus dihitung terlebih dahulu , atau kalau
“populasinya” lebih kecil dari 100 harus digunakan k pada populasi kecil.
2.2.3 Melakukan Pengujian
Pengerian a = taraf nyata, yang dalam bidang Biologi biasa digunakan 5 %, berbeda
nyata,ditandai dengan * dan ** = 1 %, berbeda sangat nyata, dalam kenyataan misalkan
kita menemukan 5.1 % apakah akan dibuang karena tidak nyata ?. Dalam kasus seperti
ini biasanya yang disampakan adalah besarnya a dalam melakukan tindakan
selanjutnya bukan berpedoman pada 1 dan 5 %
Pengertian galat (ei) ~ NID (0, s2), sebaran normal dalam kemajuan seleksi asumsi ini
digunakan sehingga realitas bisa berbias karena tidak dipenuhinya asumsi dan
penggunaan diferensial seleksi yang salah.
Dalam menentukan hasil akhir biasanya melalui beberapa tahapan, misalnya uji daya
hasil pendahuluan, uji multi lokasi dan sebagainya.
Yang jadi masalah adalah seberapa jauh kita bisa membedakan nilai genetic dari nilai
fenotipik yang ada karena yang dipilih adalah nilai genetic dan memerlukan pengujian
yang tepat
Sub Pokok
Bahasan 3.1
Konstitusi Genetik Populasi dan Penyebab Perubahannya
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang menempati habitat tertentu. Dalam
konteks genetika, populasi adalah kumpulan individu yang membentuk kumpulan gen (gene
pool) yang merupakan kumpulan gamet reproduktif dari suatu generasi dan dapat digunakan
untuk membentuk generasi selanjutnya. Gene pool adalah total seluruh gen yang ada dalam
gamet dari suatu pupulasi tertentu. Individu-individu dalam
populasi datang dan pergi, tetapi gen-gennya tetap ada sepanjang waktu.
3.1.1 Frekuensi Genotipe dan Frekuensi Alel
Frekuensi genotipe dan frekuensi alel (atau frekuensi gen) merupakan karakteristik
genetik suatu populasi. Frekuensi genotipe adalah nisbah individu bergenotipe tertentu
terhadap keseluruhan individu dalam populasi. Frekuensi alel adalah nisbah alel tertentu
terhadap keseluruhan alel dalam populasi. Dengan mengambil model diploid, frekuensi
genotipe homozigot dominan dan homozigot resesif serta heterozigot berturut-turut dapat
dilambangkan dengan P, Q, dan H. Frekuensi suatu alel dengan model diploid tersebut
dilambangkan sebagai p, sedangkan frekuensi alel pasangannya dilambangkan sebagai q.
Dalam hal ini P+H+Q = 1 dan p+q = 1
Penghitungan frekuensi alel selain menggunakan cara sebelumnya, dapat dilakukan
dengan memanfaatkan
informasi frekuensi genotipe yang sudah diketahui menggunakan formulasi berikut:
p=P+½H
q=Q+½H
3.1.2 Keseimbangan Hardy-Weinberg
Dalam populasi besar alami yang tiap individunya memiliki peluang yang sama untuk
kawin antar individu dalam populasi tersebut (suatu kondisi yang disebut kawin acak) dan tidak
ada faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan frekuensi genotipe ataupun
frekuensi alelnya, maka frekuensi genotipe dan frekuensi alel populasi tersebut akan tetap
sepanjang generasi. Populasi dalam keadaan tersebut dinamakan dalam keseimbangan Hardy-
Weinberg (dilambangkan sebagai populasi HWeq).
Dalam populasi HWeq, kawin acak berjalan sempurna, sehingga sesuai dengan teori
peluang, maka frekuensi genotipe pada generasi berikutnya akan merupakan hasil
penggandaan frekuensi alel yang membentuknya. Oleh karena itu bila diketahui frekuensi alel
suatu populasi dengan model diploid adalah p dan q, maka frekuensi genotipe homozigot
dominan (P), homozigot resesif (Q) dan heterozigot (H) pada generasi berikutnya adalah : P’ =
p2, Q’ = q2, H’ = 2pq, di mana P’+Q’+H’ = 1. Bila tidak ada keterpautan (linkage), kondisi HWeq
akan tercapai setelah satu kali kawin acak. Konstitusi genetik populasi setelah HWeq tercapai
tidak akan berubah sepanjang generasi selama faktor-faktor pengubah frekuensi alel tidak
bekerja, atau tidak ada migrasi, mutasi, dan seleksi.
Perlu diperhatikan bahwa yang menentukan konstitusi genetik populasi HWeq adalah frekuensi
alelnya, bukan frekuensi genotipe tetua.
Gambar Prinsip Hardy-Weinberg
3.1.3 Perubahan Frekuensi Alel
3.1.3.1 Mutasi
Mutasi yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah mutasi gen yang mengakibatkan
suatu alel berubah menjadi alel ‘baru’. Mutasi biasanya dari alel dominan menjadi alel resesif,
yang mengakibatkan frekuensi alel dominan dalam populasi berkurang sedikit demi sedikit dan
sebaliknya frekuensi alel resesif bertambah. Meskipun pengaruh mutasi terhadap perubahan
frekuensi alel dalam proses evolusi sangat kecil, peran pentingnya adalah menyediakan sumber
keragaman yang terus-menerus.
Sub Pokok
Bahasan 4.1
Metode Pembentukan Keragaman Genetik
Arti Penting Keragaman Genetik Bagi Pemulia
Pemuliaan mempergunakan prinsip genetika untuk memperbaiki suatu tanaman. Untuk
memuliakan suatu tanaman, adanya keragaman genetik merupakan syarat mutlak. Dengan
adanya keragaman, memudahkan kita untuk memilih tanaman dengan sifat-sifat yang kita
inginkan.
Teknik persilangan
Anggrek Sumber: fp.uns.ac.id.
2. Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi dan koleksi plasma nutfah dimaksudkan untuk mencari dan
mengumpulkan bahan-bahan tanaman dari berbagai tempat, baik di dalam maupun di
luar negeri, guna dijadikan sebagai sumber daya genetik dari berbagai karakter penting
yang diperlukan dalam melaksanakan program pemuliaan tanaman. Selanjutnya
tanaman-tanaman hasil eksplorasi tersebut perlu dikoleksi dan dilestarikan secara baik
sebagai perbendaharaan sumber gen (Bank Gen) yang sangat penting artinya untuk
perbaikan sifat tanaman melalui program hibridisasi.
3. Introduksi
Introduksi adalah proses mendatangkan suatu kultivar tanaman ke suatu wilayah baru.
Introduksi diutamakan untuk tanaman yang mempunyai nilai ekonomis penting.
G ambar. Canola, tanaman sub tropis penghasil minyak sayur,
bahan baku pakan ternak, dan biodiesel. Pertama kali dibudidayakan di Kanada.
Tembakau Transgenik.
Pokok Bahasan 5
Pencatatan, Penomoran dan Pelabelan
Deskripsi
Pemahaman tentang pencatatan bahan kegenetikaan, penomoran bahan kegenetikaan,
serta pelabelan bahan kegenetikaan
Sub Pokok Bahasan
Pokok bahasan tentang pengelolaan keragaman genetik akan mencakup dua sub pokok
bahasan yaitu :
1. Pencatatan Bahan Kegenetikaan
2. Penomoran dan Pelabelan Bahan Kegenetikaan
Relevansi Pokok Bahasan
Pekerjaan pencatatan bahan kegenetikaan, penomoran bahan kegenetikaan, serta
pelabelan bahan kegenetikaan sangat penting dalam pemuliaan tanaman. Pekerjaan ini
bertujuan untuk mengidentifikasi secara lengkap, akurat, simpel dan efisien untuk semua materi
pemuliaan tanaman.
Sub Pokok Bahasan 5.1
Pencatatan Bahan Kegenetikaan
5.1.1 Pengantar
Tujuan dari pencatatan bahan kegenetikaan adalah :
1. Agar bahan genetika memiliki sejarah dan silsilah (pedigree) secara berkesinambungan
untuk setiap varietas/ hibrida/ klon/ materi pemuliaan.
2. Agar bahan genetika memiliki sifat efisiensi dalam penanganan bagi beribu-ribu
varietas/hibrida/klon.
3. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekaburan/ kesalahan.
sumber: www.deptan.go.id.
Dalam kegiatan pencatatan dalam pelaksanaan program pemuliaan tanaman meliputi :
1. Pembuatan catatan asesi ( Accession Record)
2. Buku harian persilangan (diary of crosses)
3. Buku proyek
4. Rincian tanaman dan list
5. Buku catatan lapang (Field notebook)
6. Catatan tanaman
5.1.2 Catatan Asesi
Catatan yang disimpan adalah catatan dari semua materi yang diterima dan diuji
termasuk materi introduksi, seleksi dan hibridisasi.
Buku catatan asesi dibuat dan disimpan untuk masing-masing jenis tanaman. Buku ini
mempunyai ukuran 20 cm x 30 cm, bersampul kuat dan tebal dengan spiral, serta
memiliki halaman dengan nomor halaman.
Di samping itu dibuat kartu asesi yang disusun secara alphabetis. Kartu-kartu asesi ini
merupakan duplikat dari buku catatan asesi dan merupakan referensi cepat bagi
breeder.
Untuk masing-masing jenis tanaman, setiap varietas/hibrida/klon diberi nomor urut mulai
angka 1 untuk setiap tahun. Angka urut di bawah 10 di depannya diberi angka nol (0)
misal 01, 02, dan seterusnya.
Mendahului angka identitas varietas/hibrida/klon ditulis 2 digit terakhir dari tahun di
mana varietas/hibrida/klon dilakukan uji pendahuluan/Nursery test.
Satu baris untuk masing-masing halaman rangkap (double page) dari buku asesi harus
dipergunakan hanya untuk satu varietas/hybrid/klon.
Kolom-kolom dari halaman rangkap tersebut menunjukkan secara berturut-turut nomor
asesi, nama varietas/ hybrid/ klon penciri lain, tanggal diterima, sumber benih, nama
sumber, silsilah, deskripsi botani secara singkat, dan catatan-catatan (remarks).
Suatu kartu asesi dibuat untuk masing-masing nama varietas/ hybrid/ klon (misal O A C
21) dan galur seleksi yang tidak bernama serta galur-galur hybrid yang sudah seragam.
Kartu-kartu asesi berukuran 5 cm x 12.5 cm atau lebih besar dan menunjukkan pada
bagian ujung sudut atas kiri ditulis nama varietas/ hybrid/ klon sedangkan pada bagian
ujung/sudut kanan ditulis nomor asesi.
Kartu-kartu asesi dicetak untuk mengisi informasi-informasi seperti yang ditulis di nomor
asesi.
Di samping itu sifat-sifat agronomi penting dari setiap varietas/ hybrid/ klon dicatat pada
bagian bawah.
5.1.3 Buku harian Persilangan (Diary of Crosses)
Tujuan : untuk memiliki sejarah singkat tetapi lengkap bagi setiap persilangan sehingga
tersedia setiap waktu.
Merupakan buku catatan yang berukuran 20 cm x 30 cm bersampul tebal, kuat dan
berspiral serta bernomor halaman, satu dipergunakan untuk setiap jenis tanaman.
4-5 halaman pertama digunakan sebagai indeks dan nomor persilangan secara
berurutan.
Halaman rangkap digunakan hanya untuk pengulangan
Setiap buku laporan/diary accession dimulai dengan identitas persilangan dan tujuan
persilangan.
Kemudian setiap kejadian dan semua informasi penting yang berhubungan dengan
persilangan dimasukkan beserta tanggalnya. Misalnya pembuatan persilangan, jumlah
tanaman betina yang digunakan, jumlah biji hybrid yang diperoleh, jumlah biji yang
diterima, jumlah tanaman F1 yang dipanen, jumlah perkiraan biji F2 yang akan dipanen
dan ditanam di plot nursery, jumlah tanaman F2 yang akan dipanen secara individual
dan prinsip-prinsip dasar dari seleksi, jumlah keturunan tanaman F2 (biji F3 yang
terselamatkan sesudah pengujian benih), dan seterusnya.
Informasi penting seperti pengujian, jumlah seleksi yang dilakukan, jumlah yang
diteruskan dan nilai-nilai yang tampak menonjol dari material pemuliaan dicatat.
Sub Pokok Bahasan 5.2
Penomoran dan Pelabelan Bahan Kegenetikaan
Tujuan penomoran bahan genetika adalah untuk mengidentifikasi secara lengkap, akurat,
simple, dan efisien untuk semua materi pemuliaan tanaman.
Bisa juga back cross terjadi karena adanya persilangan sendiri maka menjadi :