Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH SUDUT POSISI TIDUR

TERHADAP KUALITAS TIDUR DAN STATUS


KARDIOVASKULER PADA PASIEN INFARK
MIOKARD AKUT (IMA) DI RUANG ICVCU
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Dwi Sulistyowati1)
1
Jurusan Keperawatan Program D-IV Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta

ABSTRAK
Pasien IMA umumnya akan mengalami penurunan kualitas tidur dan status kardiovaskuler. Kualitas
tidur yang buruk mengakibatkan proses perbaikan kondisi pasien akan semakin lama, sehingga akan
memperpanjang masa perawatan di rumah sakit. Salah satu cara untuk mengurangi akibat yang ditimbulkan
yaitu pentingnya pengaturan sudut posisi tidur yang paling efektif bagi pasien. Tujuan penelitian untuk
mengetahui pengaruh sudut posisi tidur terhadap kualitas tidur dan status kardiovaskuler pasien IMA di
Ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimental Design
dengan rancangan Static Group Comparison. Subyek penelitian ini adalah pasien IMA yang dirawat
pada hari pertama di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian ini menggunakan uji T
Independen. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh antara sudut posisi tidur terhadap kualitas
tidur pasien IMA dengan nilai p = 0,023. Namun, tidak ada pengaruh antara sudut posisi tidur terhadap
3 parameter status kardiovaskuler. psistole = 0,583, p diastole 0,563, p HR = 0,895 dan nilai p RR =
0,858 (p > 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi pengaturan sudut posisi tidur 30°dapat
menghasilkan kualitas tidur yang baik, sehingga bisa dipertimbangkan sebagai salah satu intervensi
untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur pasien.
Kata kunci: IMA, sudut posisi tidur, kualitas tidur, status kardiovaskuler.

ABSTRACT
The patient with AMI usually will experience decrease of sleep quality and cardiovascular status. Bad
sleep quality result process in improvement of patient’s condition longer, so that it will extend the period
of hospitalization. One way to decrease the impact that is appeared is the importance of the arrangement
in the sleep position angle that is the most effective for the patients. The purpose of this research is to
know the effect of the sleep position angle to the sleep quality and cardiovascular status in patients with
AMI in ICVCU Dr. Moewardi hospital of Surakarta. The kind of this research is a Quasi Experimental
Design with Static Group Comparison. The subject of this research are patients with AMI who treated
on the first day in ICVCU Dr. Moewardi hospital of Surakarta. This research uses an Independent T
test. The research result showed that there was the influence of the sleep posisition angle to the sleep
quality of AMI patients with the value of p = 0.023. But, there was no influence of the sleep position
angle to three parameters of cardiovascular status. The value of systole p = 0.583, the value of diastole
p = 0.563, the value of HR p = 0.895, and the value of RR p = 0.858 (p > 0.05). Based on the analysis
result could be concluded that the intervention of the sleep position angle with 30° could produce the
good quality sleep, so that it could be considered as one of the intervention to meet the need of patient
rest and sleep.
Keyword: AMI, sleep position angle, the sleep quality, status cardiovascular
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2015

1. PENDAHULUAN nafas, lingkungan unit perawatan intensif, stress


Infark Miokard Akut (IMA) mengacu pada psikologis dan efek dari berbagai obat dan per-
proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai awatan yang diberikan pada pasien kritis terse-
darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah but. Oleh karena itu aktivitas intervensi keper-
koroner berkurang. Penyebab penurunan suplai awatan yang dilakukan antara lain menempatkan
darah mungkin akibat penyempitan kritis arteri posisi tidur yang nyaman, memonitor status ok-
koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan sigen sebelum dan sesudah perubahan posisi, po-
total arteri oleh emboli atau thrombus. Penyakit sisikan untuk mengurangi dyspnea seperti posisi
IMA menimbulkan gejala klinis yang dirasakan semi fowler.
pasien, beberapa diantaranya dyspnea (sesak Di dalam standar asuhan keperawatan
nafas), ortopnea, pucat, keringat dingin, pusing, pasien IMA RSUD Dr. Moewardi Surakarta
mual muntah dan gejala yang paling sering di- khususnya di Ruang ICVCU, bahwa pengaturan
jumpai adalah sudut posisi tidur belum spesiÞk dijelaskan.Inter-
nyeri dada yang terjadi secara mendadak vensi keperawatan yang tercantum, ternyata ma-
dan terus-menerus tidak mereda seperti ditusuk- sih banyak terdapat perbedaan pendapat dalam
tusuk, biasanya diatas region sternal bawah dan hal memberikan intervensi sudut posisi tidur
abdomen bagian atas, menjalar ke bahu dan terus pada pasien IMA. Dimana ada yang menyatakan
ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri) bahwa pasien dengan nyeri dan sesak nafas yang
hingga ke arah rahang dan leher. Munculnya ber- penting diberikan posisi tidur dengan duduk mi-
bagai gejala klinis pada pasien IMA tersebut akan ring senyaman pasien, ada mengatakan posisi
menimbulkan masalah keperawatan dan meng- tidur yang biasa diberikan adalah posisi semi-
ganggu kebutuhan dasar manusia, salah satu fowler saja tanpa memperhatikan besaran sudut
diantaranya adalah kebutuhan istirahat seperti kemiringan pada tempat tidurnya. Berdasarkan
adanya nyeri dada pada aktivitas, dyspnea pada pengamatan selama studi pendahuluan di Ruang
istirahat dan aktivitas, letargi dan gangguan tidur ICVCU, sebagian besar pasien IMA banyak di-
(Smeltzer and Bare, 2001). posisikan dalam keadaan sudut posisi tidur 30°
daripada sudut posisi tidur 45°.Tindakan inter-
Berdasarkan laporan World Health Statistic
vensi itu dilakukan tanpa mengetahui efektiÞtas
2012, tercatat 17,8 juta orang meninggal di dunia
diantara dua sudut tersebut. Keefektifan antara
akibat penyakit jantung dan diperkirakan angka
dua sudut itu seharusnya sangat perlu untuk di-
ini akan meningkat terus hingga 2030 menjadi
perhatikan, mengingat nyeri dan sesak nafas pada
23,4 juta kematian di dunia. Penyakit kardio-
malam hari sangat mempengaruhi kebutuhan isti-
vaskuler saat ini menempati urutan pertama
rahat dan tidur pasien serta proses penyembuhan.
sebagai penyebab kematian di Indonesia. Ber-
dasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga 3. METODE PENELITIAN
(SKRT) tahun 2012, prosentase penderita IMA
Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperi-
dengan usia di bawah 40 tahun adalah 2-8 % dari
mental Design dengan rancangan Static Group
seluruh penderita dan sekitar 10 % pada penderita
Comparison. Quasi experiments merupakan
dengan usia di bawah 46 tahun. Sensus kesehatan
penelitian untuk megetahui hubungan antara in-
nasional tahun 2010 menunjukkan bahwa kema-
tervensi dan efeknya pada variabel dependen
tian karena penyakit kardiovaskular termasuk
dan independen (Nursalam, 2008). Static Group
IMAadalah sebesar 26,4%. Care Fatality Rate
Comparison adalah penelitian yang bertujuan
(CFR) tertinggi terjadi pada IMA (13,49%) dan
untuk menentukan pengaruh dari suatu tindakan
kemudian diikuti gagal jantung (13,42%) dan
pada kelompok subjek yang mendapat perlakuan
penyakit jantung lainnya (13,37%) (Badan Pene-
berbeda (Nursalam, 2008).Penelitian ini mem-
litian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).Di
berikan perlakuan pada setiap kelompok inter-
unit perawatan intensif, pasien IMA pada umum-
vensi yang selanjutnya dilakukan elevasi terha-
nya akan mengalami gangguan tidur. Penyebab
dap hasil intervensi.
gangguan tidur itu dikarenakan oleh nyeri, sesak

75
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2015

4. HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi proses aterosklerosis, yang merupakan


penyebab utama dari penyakit IMA. Meskipun
Karakteristik responden
begitu, apabila wanita sudah menginjak usia lan-
a. Jenis Kelamin sia dan sudah kehilangan hormon estrogen maka
resiko terjadinya aterosklerosis akan menjadi
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden sama resikonya dengan laki-laki. Selain itu, teori
Menurut Jenis Kelamin. ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Meana & Lieberman (2009) yang menyebutkan
Laki-laki 20 55,6 wanita lebih peduli dibandingkan laki-laki ten-
tang efek penyakit, program terapi dan kondisi
Perempuan 16 44,4
kesehatannya.
Total 36 100
b. Umur
Tabel 1 menggambarkan distribusi frekuensi
Tabel 2 menggambarkan umur 18-40 tahun
responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki
sebesar 6 responden (16,7%), 41-65 tahun
sebanyak 20 responden (55,6%) dan perempuan
(44,4%) dan >66 tahun sebanyak 14 responden
16 responden (44,4%).
(38,9%).
Berdasarkan hasil penelitian, dari 36 respon-
den menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
lebih dominan mengalami IMA dibandingkan Menurut Kelompok Umur
wanita. Dibuktikan distribusi frekuensi jumlah Kelompok Umur Frekuensi Persentase
responden laki-laki mendominasi dengan jum- 18-40 tahun 6 16,7
lah responden sebanyak 20 responden (55,6%).
41-65 tahun 16 44,4
Penelitian yang mendukung dari penelitian ini di-
lakukan oleh Melanie (2012) dengan hasil bahwa >66 tahun 14 38,9
sebagian besar responden adalah laki-laki dengan Total 36 100
prosentase 56,7%. Hal ini diperkuat dengan per- Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
nyataan dari Muttaqin (2009) yang menunjukkan responden didominasi oleh kelompok umur de-
bahwa laki-laki memiliki resiko 2-3 kali lebih be- wasa tua dengan rentang usia 41-65 tahun yang
sar mengalami penyakit jantung koroner daripa- berjumlah 16 responden (44,4%). Penelitian ini
da wanita sebelum menopause. Laki-laki banyak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Merta
menderita penyakit IMA daripada perempuan (2010), yang menunjukkan bahwa sebagian be-
dikarenakan pengaruh gaya hidup yang tidak sar pasien yang menderita penyakit IMA berumur
sehat seperti minum minuman keras, kebiasaan diatas 50 tahun. Hal tersebut diperkuat dengan
merokok yang mengakibatkan aterosklerosis di- teori dari Muttaqin (2009) bahwa penyakit IMA
dominasi oleh laki-laki, sehingga menjadikan 45% terjadi pada usia 45 tahun keatas dan kurang
nyeri dada yang hebat dan meningkatkan kebu- dari 10% terjadi pada usia <40 tahun. Menurut
tuhan oksigen.Dalam penelitian ini wanita tidak Morton (2011) penyakit ini lebih banyak terjadi
terlihat mendominasi, dibuktikan dengan hasil pada usia diatas 50 tahun, dikarenakan pengaruh
distribusi frekuensi hanya 16 responden (44,4%) oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti stress,
saja yang menderita penyakit IMA. Ini sejalan obesitas, merokok dan kurangnya aktivitas Þsik.
dengan hasil penelitian yang disampaikan oleh Selain gaya hidup, IMA juga dapat dipengaruhi
Melanie (2012), memang wanita tidak mendo- oleh hormon seks, pil pengontrol kelahiran dan
minasi, hanya 43,3% saja wanita yang menderita asupan alkohol berlebihan.
penyakit jantung koroner. Hasil ini diperkuat teo- Pengaruh sudut posisi tidur terhadap kuali-
ri Smeltzer dan Bare (2001) bahwa wanita ter- tas tidur pada pasien Infark Miokard Akut (IMA).
lindungi oleh hormon estrogen yang mencegah
kerusakan pembuluh darah yang berkembang

76
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2015

Tabel 3. Karakteristik Kualitas Tidur Responden tersebut juga didukung oleh teori dari Smeltzer
dan Bare (2001) yang menyatakan bahwa posisi
Kualitas Tidur Frekuensi Persentase kepala yang lebih tinggi sekitar 30° akan men-
Baik 24 66,7 guntungkan berdasarkan alasan berikut: volume
Buruk 10 27,8 tidal dapat diperbaiki karena tekanan isi perut ter-
Sangat Buruk 2 5,6 hadap diafragma berkurang, drainase lobus atas
Total 36 100 paru lebih baik dan aliran balik vena ke jantung
berkurang, sehingga mengurangi kerja jantung.
Tabel 3 menggambarkansebagian besar respon-
den memiliki kualitas tidur baik, dengan jumlah Pengaruh sudut posisi tidur terhadap status
24 responden (66,7%), 10 responden (27,8%) kardiovaskuler (respirasi, nadi dan tekanan
dengan kualitas tidur buruk dan 2 responden darah) pada pasien Infark Miokard Akut
(5,6%) dengan kualitas tidur sangat buruk. (IMA).
Berdasarkan perhitungan statistik peneli- Tabel 4.4 Karakteristik Status Kardiovaskuler
tian menunjukkan terdapat perbedaan rerata skor
kualitas tidur yang bermakna antara dua inter- Status Kardiovaskuler Posisi Tidur
vensi posisi tidur baik pada sudut 30° dan 45°. 30° 45°
Pasien IMA dengan sudut 30° memiliki kualitas Tekanan Sistolik 123,8 121,6
tidur yang lebih baik dibandingkan sudut posisi (mmHg)
tidur 45°. Hal ini sesuai dengan penelitian yang Tekanan Diastolik 76,2 78,0
dilakukan oleh Melanie (2012) yang menunjuk- (mmHg)
kan bahwa sudut posisi tidur 30° menghasilkan Nadi (x/menit) 83,7 84,2
kualitas tidur yang baik dibandingkan sudut 45° Respirasi (x/menit) 19,2 19,3
dalam penyakit gagal jantung. Penelitian yang
dilakukan oleh Julie (2008) juga membuktikan Tabel 4 menggambarkan pada sudut 30°
bahwa posisi tidur pasien mempengaruhi cardiac menghasilkan rerata nilai sistolik 123,8 mmHg,
output dengan hasil bahwa posisi kepala dieleva- diastolik 76,2 mmHg, nadi 83,7 x/menit dan
sikan dengan tempat tidur 30 derajat akan men- respirasi 19,2 x/menit. Sedangkan sudut 45°
jaga maintenance cardiac output sehingga ketida- menghasilkan rerata nilai sistolik 121,6 mmHg,
knyamanan nyeri dada dan sesak nafas berkurang diastolik 78,0 mmHg, nadi 84,2 x/menit dan
yang akhirnya akan mengoptimalkan kualitas ti- respirasi 19,3 x/menit.
dur pasien. Menurut Tarwoto (2010) hal-hal yang
Berdasarkan perhitungan statistik pene-
mempengaruhi kualitas tidur seseorang adalah
litian menunjukkan tidak terdapat perbedaan re-
faktor penyakit, kelelahan, stress psikologis,
rata jumlah respirasi (RR) yang bermakna antara
obat, nutrisi dan faktor lingkungan. Faktor pe-
dua intervensi posisi tidur baik pada sudut 30°
nyakit merupakan hal terbesar yang mempenga-
dan 45°. Hasil penelitian Supadi (2008) yang
ruhi kualitas tidur seseorang. Seperti juga yang
mengungkapkan bahwa posisi semifowler dima-
dikemukakan oleh Amir (2008) menunjukkan
na kepala dan tubuh dinaikkan 30° sampai 45°
bahwa orang dewasa atau lanjut usia yang su-
membuat oksigen di dalam paru-paru semakin
dah didagnosis depresi, stroke, penyakit jantung,
meningkat sehingga memperingan kesukaran
penyakit paru, diabetes, arthritis atau hipertensi
bernafas. Selain itu, juga diperkuat oleh peneli-
sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya bu-
tian Setyawati (2008) bahwa saat terjadi serangan
ruk dan durasi tidurnya kurang dikarenakan ge-
asma biasanya klien merasa sesak dan tidak
jala yang ditimbulkan seperti nyeri dan sesak
dapat tidur dengan posisi berbaring, melainkan
nafas. Untuk mengurangi gejala nyeri dan sesak
harus dalam posisi setengah duduk untuk mere-
nafas maka salah satu tindakan untuk mengu-
dakan penyempitan jalan napas dan memenuhi
ranginya adalah dengan menentukan posisi tidur
O2 darah. Seperti yang dikemukakan oleh teori
pasien.Dengan demikian diharapkan berdampak
Smeltzer dan Bare (2001) bahwa pengaturan po-
pada perbaikan kualitas tidur suatu pasien. Hal

77
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2015

sisi tidur dengan meninggikan punggung bahu sopressin, renin, angiotensin, aldosterone) serta
dan kepala sekitar 30° atau 45° memungkinkan peningkatan aktivitas simpatik (Huddak dan Gal-
rongga dada dapat berkembang secara luas dan lo, 2010). Maka dapat disimpulkan bahwa secara
pengembangan paru meningkat. Kondisi ini akan statisktik perubahan posisi semifowler dengan
menyebabkan asupan oksigen membaik sehingga berbagai ukuran sudut baik 30° dan 45° tidak
proses respirasi kembali normal. berpengaruh besar terhadap perubahan tekanan
Selain respirasi, dalam penelitian ini menun- darah pasien.
jukkan bahwa dalam posisi semifowler dengan Analisa Bivariat
sudut 30° dan 45° menghasilkan nadi yang baik
dan tidak ada perbedaan yang signiÞkan diantara Analisis Pengaruh Sudut Posisi Tidur
kedua sudut tersebut. Begitu pula dengan hasil terhadap Kualitas Tidur.
penelitian dari Melanie (2012) yang menyebut- Hasil uji-t didapatkan nilai th = 2,383, tt = 1,691,
kan bahwa tidak ada perbedaan nadi yang ber- dan p = 0,023 maka dapat dikatakan p < 0,05
makna diantara sudut 30° dan 45° pada pasien dan th>tt, uji-t signiÞkan/bermakna sehingga Ho
gagal jantung. Secara teori sebenarnya posisi ditolak, “sudut posisi tidur berpengaruh terhadap
tubuh sangat berpengaruh terhadap perubahan kualitas tidur pada pasien Infark Miokard Akut
denyut nadi, hal ini karena efek gravitasi bumi. (IMA) di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi
Pada saat duduk maupun berdiri, kerja jantung Surakarta”.Dari hasil analisis pengaruh sudut
dalam memompa darah akan lebih keras karena tidur terhadap kualitas tidur diperoleh hasil
melawan gaya gravitasi sehingga kecepatan de- bahwa responden dengan sudut posisi tidur
nyut jantung meningkat. Menurut Sudoyo (2006) 30° memiliki skor kualitas tidur yang lebih
pada saat posisi supin dan semifowler gaya gravi- tinggi dibandingkan dengan skor kualitas tidur
tasi pada peredaran darah lebih rendah karena responden dengan sudut posisi tidur 45°.
arah peredaran tersebut horizontal sehingga tidak
terlalu melawan gravitasi dan tidak perlu me- Analisis Pengaruh Sudut Posisi Tidur
mompa besar. Terhadap Status Kardiovaskuler
Begitu juga dengan hasil tekanan darah, Hasil uji-t didapatkan nilai th sistole = 0,554, th
pada penelitian ini posisi semifowler baik dengan diastole = 0,584, th HR = 0,133, th RR = 0,180
sudut 30° maupun 45° menghasilkan nilai tekan- dan tt = 1,691 maka dapat dikatakan th < tt. Serta
an darah yang baik, tanpa mempertimbangkan didapatkan nilai p sistole = 0,583, p diastole =
sudut yang dipakai. Penelitian yang mendukung 0,563, p HR = 0,895 dan p RR = 0,858 maka
penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan dapat dikatakan p > 0,05. Dari data tersebut
oleh Bredore (2004) yang menyebutkan bahwa dapat disimpulkan bahwa uji-t tidak signiÞkan/
posisi tidur semifowler menyebabkan tekanan bermakna, sehingga Ho diterima, “sudut
darah sistolik berkurang secara nyata (p<0,005), posisi tidur tidak berpengaruh terhadap status
demikian pula penelitian yang dilakukan oleh kardiovaskuler pada pasien Infark Miokard Akut
Duward (2005) juga mengatakan bahwa po- (IMA) di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi
sisi tidur 30° sampai 45° ditemukan penurunan Surakarta.”
tekanan arteri yang progresif, penurunan CVP
(p<0,005). Pemberian posisi semifowler akan 5. KESIMPULAN
mengakibatkan peningkatan aliran darah balik ke a. Sudut posisi tidur berpengaruh terhadap
jantung tidak terjadi secara cepat (Sudoyo, 2006). kualitas tidur pasien Infark Miokard Akut
Aliran balik yang lambat menjadikan peningka- (IMA) di ruang ICVCU RSUD Dr. Moewardi
tan jumlah cairan yang masuk ke paru berkurang, Surakarta.
sehingga udara di alveoli mampu mengabsorbsi b. Posisi tidur 30° dapat menghasilkan kualitas
oksigen atmosfer. Disamping itu, pasien dengan tidur yang lebih baik dibandingkan dengan
curah jantung yang menurun akan merangsang posisi tidur dengan sudut 45°.
mekanisme kompensasi (seperti peningkatan va-

78
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2015

c. Sudut posisi tidur 30° maupun 45° tidak Harkreader, H.H & Thobaben, M. (2007).Funda-
berpengaruh terhadap status kardiovaskuler mental of nursing: Caring and clinical judg-
(tekanan darah, nadi dan respirasi) pasien In- ment. 3rd ed. St. Louis, Missouri: Saunders
fark Miokard Akut (IMA) di ruang ICVCU Elevier.
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Harwoko, P. (2012). Perbedaan Perubahan In-
SARAN tensitas Nyeri Dada Kaitannya dengan Pem-
berian Posisi Fowler dan Posisi Semifowler
Hasil penelitian diharapkan mampu menjadikan
Pada Pasien Dengan Coronary Heart Dis-
rujukan dalam menentukan sudut posisi tidur
ease di Intensive Cardiovascular Care Unit
yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi.
akut miokard infark untuk meningkatkan kualitas
Jurnal Keperawatan Politeknik Kesehatan
tidur adalah dengan posisi semifowler 30°.
Surakarta.
REFERENSI Hidayat, A.A.A. (2009). Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Ja-
Amir, N. (2008). Gangguan tidur pada lanjut
karta: Salemba Medika.
usia diagnosis dan penatalaksanaan. http://
www.critpathcardio.com/pt/re/ cpcardio / Hudak, C.M & Gallo, B.M. (2010). Keperawatan
abstract.00004268-200312000- 00022.htm, Kritis: Pendekatan Holistik, Edisi 7, Vol. 1.
(diunduh tanggal 2 Februari 2015). Jakarta: EGC.
Arikunto, S. (2010).Prosedur Penelitian Suatu Julie, C.H. (2008). The effect of positioning on
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta cardiac ouput measurement.http://proquest.
umi.com/pqdweb, (diunduh tanggal 19 Janu-
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
ari 2015).
(2013). Survei Kesehatan Nasional 2012.
http.//dev3.litbang. depkes.go.id/surkesmas Kasuari.(2002). Asuhan Keperawatan Sistem
(diakses pada 28 Desember 2014). Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan
Pendekatan Patofisiology. Magelang: Pol-
Bredore, V. (2004).The relationship between con-
tekkes Semarang PSIK.
getive heart failure, sleep apnea and mortal-
ity in older men. http://www. guideline.gov/ Kozier, B. (2004). Fundamental of nursing: con-
summary.aspx?Vied_id, (diunduh tanggal 12 cepts, process and practice. 7thed. New Jer-
April 2015) sey: Prentice-Hall, Inc.
Carpenito, L.J. (2001). Diagnosa Keperawatan: Melanie, R. (2012). “Analisis Pengaruh Sudut
Aplikasi Praktek Klinik, Edisi 6. Jakarta: Tidur terhadap Kualitas Tidur dan Tanda
EGC. Vital Pada Pasien Gagal Jantung di Ruang
Intensif RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Corwin, E.J. (2001). Handbook of pathophysiol-
http://stikesayani.ac.id/publikasi/e-jour-
ogy. Alih bahasa: Pendit, B.U. Jakarta: EGC.
nal/.../201208-008.pdf. (diakses pada tang-
Departemen Kesehatan RI. (2011). Pharamatical gal 18 September 2014)
Care Untuk Pasien Jantung Koroner. Jakar-
Meana & Lieberman. (2009).Evaluation of The
ta: Depkes RI.
Effect of Group Counselling on Post Myo-
Doengoes, E. (2000). Rencana Asuhan Keper- cardial Infarction Patient: Determined by
awatan dan Dokumentasi Keperawatan. an Analysis of Quality of life.Blackwell Pub-
Edisi 3.Jakarta : EGC. lishing Ltd. Journal of Clinical Nursing.
Duward. (2004). The Effects of Semi- Fowler’s Merta. (2010). Impact of Anxiety ang Perceived
Position on Post- Operative Recovery in Re- Control on In-Hospital Complications Af-
covery Room for Patients with Laparoscopic ter Acute Myicardial Infarction. By the
Abdominal Surgery. Abstract. College of American Psychosomatic Society: 0033-
Nursing, Catholic University of Pusan, Ko- 3174/07/6906-0010
rea

79
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2015

Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Smeltzer, S.C. & B.G. Bare.(2001). Buku Ajar
Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika Suddart.Edisi 8.Jakarta: EGC.
Norman, W.M., Hayward, L.F., (2005). Sleep Sudoyo, W., A., Setiyohadi, B., Alwi, I., et al.
Neurobiology for the Clinician. 27:811-820. (2006).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ja-
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins karta : Fakultas KedokteranUniversitas In-
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Met- donesia.
odologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pe- Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif,
doman Skripsi, Tesis dan Instrumen Peneli- Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta
tian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Supadi, E. Nurachmah, dan Mamnuah.(2008).
Price, S., & Wilson, L. (2006). Patofisiologi. Ja- Hubungan Analisa Posisi Tidur Semi Fowler
karta : EGC Dengan Kualitas Tidur Pada Klien Gagal
Potter, P.A., & Perry, AG. (2005). Buku Ajar Fun- Jantung Di RSU Banyumas Jawa Tengah.
damental Keperawatan: Konsep, Proses dan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Volume
Praktik. Jakarta: EGC. IV No 2 Hal 97-108.
Rekam Medis RSUD Dr. Moewardi.(2014). Tambayong, J. (2004). Patofisiologi Untuk
Angka Kejadian Miokard Infark di RSUD Keperawatan. Jakarta: EGC.
Dr. Moewardi. Tarwoto.(2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan
SaÞtri, R & Andriyani, A. (2011).Keefektifan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Me-
Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap dika.
Penurunan Sesak Nafas pada Pasien Asma
di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD dr.
Moewardi Surakarta.Jurnal Keperawatan
dan Kebidanan Volume 4.

-oo0oo-

80

Anda mungkin juga menyukai