Anda di halaman 1dari 3

6/8/2019 Perlukah Izin FPI Diperpanjang?

Sabtu, 08 Juni 2019 Selamat datang di Kampung Gusdurian, LOGIN atau DAFTAR

Cari di Kampung Gusdurian..

MENGGERAKKAN TRADISI, MENEGUHKAN


INDONESIA

PENDOPO PERISTIWA PAGUYUBAN SARASEHAN SOSOK GERAI

» Artikel » Semua Kategori » Perlukah Izin FPI Diperpanjang?

PERLUKAH IZIN FPI


DIPERPANJANG?
Jumat, 10 Mei 2019
oleh : M. Mujibuddin

Dibaca sebanyak 373 kali


Publik akhir-akhir ramai membincangkan perihal izin
Tw eet
organisasi FPI yang berakhir pada 7 Juni 2019. Jika FPI
dalam kurun waktu tertentu tidak memperpanjang surat izinnya maka
FPI akan dinyatakan sebagai organisasi illegal di Indonesia. Akan tetapi,
jika dalam kurun waktu satu bulan ini FPI mengurus surat izin dan
diakui oleh pemerintah maka FPI masih berhak untuk menjadi organisasi
massa Islam di Indonesia.

FPI bukan seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang dibubarkan


sebelum tanggal berakhirnya surat izin. HTI dibubarkan karena
keberadaannya tidak memiliki dampak positif bagi
demokratisasi di Indonesia. HTI berkeinginan untuk menghapus
sistem negara-bangsa dengan dalih ingin menyatukan seluruh
umat Islam seluruh dunia dalam satu wadah. Upaya ini
kemudian menjadi alasan kenapa HTI dilarang di Indonesia.
Akan tetapi, FPI tidak memiliki keinginan seperti itu. Jadi alasan
untuk menyamakan FPI dengan HTI tidak memiliki dasar yang
pasti.

Meskipun  demikian, keberadaan FPI yang selama ini menjadi


ormas pinggiran telah mendapat panggung dalam perpolitikan
di Indonesia. Kemenangan posisi yang telah diraih pasca Pilkada
DKI Jakarta membuat FPI semakin dikenal oleh publik. Secara
garis besar keinginan politik FPI yaitu menegakkan NKRI
bersyariah.

Sejak tahun 2000-an FPI telah memberikan tekanan bagi


pemerintah untuk mengembalikan Piagam Jakarta menjadi
dasar negara bangsa. Menurut FPI, Piagam Jakarta merupakan
manifestasi berlakunya sistem syariah di Indonesia Ketika
www.gusdurian.net/id/article/all-categories/Perlukah-Izin-FPI-Diperpanjang/ 1/3
6/8/2019 Perlukah Izin FPI Diperpanjang?
manifestasi berlakunya sistem syariah di Indonesia. Ketika
Piagam Jakarta tersebut berlaku, maka upaya untuk
pemberlakuan Perda Syariah akan berjalan dengan lancar.

Di tahun-tahun berikutnya FPI tidak lagi memfokuskan


gerakannya dalam skala nasional namun beralih ke skala
regional. FPI bergerak di akar rumput untuk menyadarkan
kepada masyarakat agar mau menerima perda Syariah karena
menurut FPI itu sesuai dengan hukum Allah. Hukum ini menjadi
modal FPI untuk bernegosiasi dengan pemerintah lokal.

Upaya tersebut bisa dikatakan berhasil ketika pemerintah


regional mengubah peraturannya berdasarkan syariah, baik
secara keseluruhan maupun satu hukum. Menurut Michel
Buehler (2011) mencatat terdapat 7 dari 33 provinsi dan 51 dari
sekitar 510 kabupaten mengadopsi sekurangnya satu perda
syariah mulai tahun 1999 hingga 2009.

Meningkatnya jumlah perda syariah di Indonesia berdampak


pada menipisnya tingkat pluralitas masyarakat. Kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah tidak lagi
mencerminkan keadilan bagi semua warga negara, karena
kebijakan tersebut akan lebih bersifat esklusif dan
memprioritaskan pemeluk Islam. Begitu juga dengan
masyarakatnya yang lebih cenderung esklusif dan sulit untuk
menghormati eksistensi agama atau budaya lain.

Di samping persoalan politik, gerakan FPI juga mengarah pada


wacana keislaman di Indonesia. Sejak FPI berdiri hingga saat ini,
FPI menolak adanya liberasi pemikiran Islam di Indonesia.
Pemikiran-pemikiran yang berbau liberal seperti Jaringan Islam
Liberal (JIL) ditentang karena menurut FPI pemikiran tersebut
tidak sesuai dengan Islam. Begitu juga penolakannya tentang
pemikiran sekularisme dan pluralisme di Indonesia. Tujuan
penolakan ini adalah untuk menyatukan wacana keislaman yang
sesuai dengan versi FPI.

Pada tahun 2006 FPI juga terlibat dalam perang wacana tentang
sesat atau tidaknya aliran Ahmadiyah di Indonesia.. Menurut FPI
Keberadaan Ahmadiyah di Indonesia dinilai sebagai aliran sesat
dan keluar dari aqidah Islam. Labeling sesat juga diberikan
kepada aliran-aliran Islam lain di Indonesia yang tidak sesuai
dengan ahlusunnah yang dipahami oleh FPI.
Pengawalan terhadap aliran sesat dan penegakan hukum
syariah kerap kali menghalalkan kekerasan sebagai jalan.
Secara paham teologi FPI, kekerasan atas nama agama memang
diperbolehkan. Akibatnya, tidak jarang kemudian terjadi konflik
fisik antara pihak FPI dengan non-FPI.

Kekerasan atas nama agama juga terlihat ketika FPI menyerang


aliran sesat di Indonesia. Bahkan tidak jarang tindakan FPI
www.gusdurian.net/id/article/all-categories/Perlukah-Izin-FPI-Diperpanjang/ 2/3
6/8/2019 Perlukah Izin FPI Diperpanjang?
tersebut berujung pada pengusiran terhadap anggota aliran
sesat. Konflik fisik pun tidak bisa dihindari. Konsep kerukunan
memaksakan anggota aliran sesat harus ‘mengalah’ supaya
konflik bisa dihindari.

Sekali lagi, FPI bukan HTI yang berupaya menegakkan khilafah


di Indonesia. Akan tetapi, dengan trajektori FPI di atas
setidaknya masyarakat tahu lebih banyak terkait dengan siapa
dan bagaimana gerakan FPI di Indonesia. Dengan begitu, maka
alasan untuk memberi atau tidak izin organisasi tersebut akan
lebih rasional.

M. Mujibuddin , penulis adalah pegiat di Islami Institute Jogja.

www.gusdurian.net/id/article/all-categories/Perlukah-Izin-FPI-Diperpanjang/ 3/3

Anda mungkin juga menyukai